Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“Peradaban Islam Masa Abu Bakar As-Shiddiq R.A”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah:
Sejarah Peradaban Islam
Pada Jurusan Hukum Keluarga (HK) Semester 2

Disusun Oleh:
1. Rifki Al Wafi (1908201117)
2. Sihabudin Asqolani (1908201120)
3. Bevananda Iptu F. (1908201098)
4. Muhamad Jiddan M. (1908201096)

Dosen Pengampu:
Mohamad Rana M.HI

FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya makalah dengan judul “Peradaban Islam Masa Abu Bakar as-Shiddiq
r.a” ini dapat terselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada
baginda alam Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari jaman
jahiliyah hingga jaman yang terang benderang oleh ilmu seperti sekarang ini.
Adapun tujuan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas terstruktur mata
kuliah Sejarah Peradaban Islam. Makalah ini merupakan proses pembelajaran
untuk mengetahui dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan sejarah
perkembangan serta peradaban Islam pada masa Abu Bakar.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan dan
penyusunan makalah ini, maka dari itu kritik dan saran kami harapkan dari para
pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik lagi. Terimakasih kami ucapkan
sebesar-besarnya kepada pihak yang terlibat dan memberikan dukungan dalam
proses pembuatan makalah ini.

Penyusun

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii


DAFTAR ISI .............................................................................................................................
iii BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................
1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 2

ii
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
A. Biografi Abu Bakar r.a ....................................................................................................... 3
B. Peristiwa Tsaqifah Bani Sa’idah ........................................................................................ 4
C. Perang Riddah ............................................................................................................................ 9
D. Perluasan Wilayah ............................................................................................................. 10
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ ... 12
A. Kesimpulan ........................................................................................................................... 12
B. Saran ........................................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... ....
14

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kata sejarah sering diucapkan orang, baik di lingkungan pendidikan
maupun di lingkungan pergaulan sehari-hari. Kita sering mendengar kata itu dalam
ungkapan: Biarlah sejarah yang membuktikan, kita harus belajar dari sejarah,
sejarah adalah guru terbaik, kita harus bercermin pada sejarah, kemajuan suatu
bangsa kini dan esok ditentukan sejarahnya, setiap manusia tidak bisa lepas dari
sejarah, dan sejarah mengajarkan sesuatu bagi kehidupan manusia kini dan esok.
Oleh karena itu, belajar sejarah sangatlah urgen karena sejarah berkisah tentang
eksistensi suatu masyarakat, baik pada tataran mikro maupun makro, yang salah
satu faktor kemajuannya ditentukan oleh latar belakang sejarah yang dilalui. 1
Sejarah dalam bahasa Arab disebut Tarikh, berasal dari akarkata ta’rikh dan
taurikh, yang menurut bahasa berarti ketentuan masa, pemberitahuan tentang
waktu, dan kadangkala kata tarikhusy-syay-i menunjukkan arti pada tujuan masa
berakhirnya suatu peristiwa.2 Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW status
sebagai Rasulullah tidak dapat diganti oleh siapapun (khatami al-anbiya’ wa
almursalin), tetapi kedudukan beliau yang kedua sebagai pimpinan kaum muslimin
mesti segera ada gantinya. Orang itulah yang dinamakan “Khalifah” artinya yang
menggantikan Nabi menjadi kepala kaum Muslimin (pimpinan komunitas Islam)
dalam memberikan petunjuk ke jalan yang benar dan melestarikan hukum-hukum
Agama Islam. Dialah yang menegakkan keadilan yang selalu berdiri di atas
kebenaran.
Maka setelah Nabi Muhammad SAW wafat, pemuka-pemuka Islam segera
bermusyawarah untuk mencari pengganti Rasulullah SAW. Setelah terjadi
perdebatan sengit antara kaum Anshar dan kaum Muhajirin, akhirnya terpilihlah
sahabat Abu Bakar sebagai Khalifah, artinya pengganti Rasul SAW yang kemudian
disingkat menjadi Khalifah atau Amirul Mu’minin.

Keputusan Rasulullah SAW yang tidak menunjuk penggantinya sebelum


beliau wafat dan menyerahkan pada forum musyawarah para sahabat merupakan

1 J. Suyuthi Pulungan, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2018), 7-8.


2 Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam, (Medan: Aulia Grafika, 2016), 1.

1
produk budaya Islam yang mengajarkan bagaimana cara mengendalikan negara
dan pemerintah secara bijaksana dan demokratis. Terpilihnya Abu Bakar sebagai
Khalifah yang pertama dalam ketatanegaraan Islam merupakan salah satu refleksi
dari konsep politik Islam.3

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pembahasan kali ini adalah:
1. Bagaimana biografi Abu Bakar as-Shiddiq?
2. Bagaimana proses terjadinya Tsaqifah Bani Sa’idah?
3. Bagaimana sejarah perang riddah?
4. Bagaimana perluasan wilayah pada masa pemerintahan Abu Bakar?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam pembahasan kali ini adalah:
1. Untuk mengetahui biografi Abu Bakar as-Shiddiq.
2. Untuk mengetahui proses terjadinya Tsaqifah Bani Sa’idah.
3. Untuk mengetahui sejarah perang riddah.
4. Untuk mengetahui perluasan wilayah pada masa pemerintahan Abu Bakar.

BAB II PEMBAHASAN

3 Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam..., 2-3.

2
A. Biografi Abu Bakar r.a
Abu Bakar Ash-Shiddiq (nama lengkapnya Abu Bakar Abdillah bin Abi
Quhafah bin Utsman bin Amr bin Masud bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay
bin Ghalib bin Fihr At-Taimi al Qurasyi. Berarti silsilahnya dengan Nabi bertemu
oada Murrah bin Ka’ab). Ayahnya bernama Utsman (Abu Quhafah) bin Amir bin
Amr bin Ka’ab bin Saad bin Laym bin Mun’ah bin Ka’ab bin Mun’ah bin Ka’ab bin
Lu’ay , berasal dari suku Quraisy, sedangkan ibunya bernama Ummu al-Khoir
salmah binti Sahr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taym Bin Murrah. Garis keturunanya
bertemu pada neneknya, yaitu Ka’ab bin Sa’ad.4
Beliau lahir pada tahun 573 M, dan wafat pada tanggal 23 Jumadil Akhir
tahun 13 H bertepatan dengan bulan Agustus 643 M, dalam usianya 63 tahun,
usianya lebih muda dari Nabi SAW 3 tahun. Diberi julukan Abu Bakar atau pelopor
pagi hari, karena beliau termasuk orang laki-laki yang masuk Islam pertama kali.
Sedangkan gelar as-Shiddiq diperoleh karena beliau senantiasa membenarkan
semua hal yang dibawa Nabi SAW terutama pada saat peristiwa Isra’ Mi’raj. 5 Dia
dilahirkan di lingkungan suku yang sangat berpengaruh dan suku yang banyak
melahirkan tokoh-tokoh besar. Namanya lebih dikenal dengan Abdul al-Ka’bah di
masa Jahiliyah kemudian nama itu ditukar Nabi dengan menjadi Abdullah. 6
Abu Bakar pada masa mudanya adalah seorang saudagar kaya, dia yang
pertama kali masuk Islam dari kalangan lelaki dewasa dan setelah menjadi seorang
muslim dia lebih memusatkan diri dalam kegiatan dakwah Islamiyah bersama
Rasulullah. Banyak orang Arab masuk Islam melalui Abu Bakar, di antaranya
Utsman bin Affan, Zubeir bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi
Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah.7

Setelah masuk Islam, beliau menjadi anggota yang paling menonjol dalam
jamaah Islam setelah Nabi SAW. Beliau terkenal karena keteguhan pendirian,
kekuatan iman, dan kebijakan pendapatnya. Beliau pernah diangkat sebagai
panglima perang oleh Nabi SAW, agar ia mendampingi Nabi untuk bertukar

4 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2016), 67.
5 Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam, (Medan: Perdana Publishing, 2016), 34.
6 Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, (Depok: PT Rajagrafindo Persada,
2018), 49.
7 Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, (Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau,
2013), 63.

3
pendapat atau berunding. Pekerjaan pokoknya adalah berniaga, sejak zaman
jahiliyah sampai setelah diangkat menjadi Khalifah, sehingga pada suatu hari beliau
ditegur oleh Umar ketika akan pergi ke pasar seperti biasanya : “Jika engkau masih
sibuk dengan perniagaanmu, siapa yang akan melaksanakan tugas-tugas
kekhalifahan?”. Jawab Abu Bakar: “Jadi dengan apa saya mesti memberi makan
keluarga saya?” Lalu diputuskan untuk menggaji Khalifah dari baitul mal sekedar
mencukupi kebutuhan sehari-hari dalam taraf yang amat sederhana. 8

B. Peristiwa Tsaqifah Bani Sa’idah


Sebelum Rasulullah wafat, konon Rasulullah tidak berwasiat siapa yang akan
menjadi penggantinya. Karena tidak ada pesan mengenai siapa penggantinya di
kemudian hari, pada saat jenazah Nabi belm diamakamkan di antara umat islam,
ada yang mengusulkan untuk cepat-cepat memikirkan pengganti nabi. Hal ini
kemudian terjadi kesibukan tersendiri bagi umat Islam untuk mencari penganti
yang tepat setelah Rasulullah, ini terutama menimpa kalangan Muhajirin dan
Anshar. Sehingga, sebelum terpilihnya tokoh Abu Bakar sebgai khalifah, sempat
terjadi kontroversi di kalangan umat yang diwakili oleh masing-masing wakil
kelompok dalam menentukan siapa yang pantas memimpin mereka. Inilah
perselisihan pertama yang terjadi setelah Nabi wafat. Perselisihan tersebut terus
berlanjut ke perselisihan kedua di Tsaqifah Bani Sa’idah, pada saat kaum Anshar
menuntut diadakannya pemilihan khalifah. Sikap kaum Anshar ini menunjukkan
bahwa kaum Anshar lebih memiliki rasa kepedulian dalam hal berpolitik
dibandingkan kaum Muhajirin.9
Aturan-aturan yang jelas tentang pengganti Nabi tidak ditemukan, yang ada
hanyalahs sebuah mandat yang diterima Abu Bakar menjelang wafatnya Nabi
untuk menjadi badal imam shalat. Harus diakui bahwa menentukan pilihan
pemimpin ini memiliki arti penting dan strategis bagi kelangsungan kominitas
umat Islam sepeninggalan Rasulullah. Hal ini selanjutnya berarti akan terlalu
merugikan bagi umat Islam jika pemilihan tersebut gagal menentukan figur terbaik
yang bisa diterima oleh semua kalangan Islam.

8 Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam...., 34-35.


9 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam...,68.

4
Realitasnya adalah bahwa waktu itu terdapat dua kelompok besar yang saling
bersaing lewat pemilihan tersebut. Yakni kelompok Anshor dan Muhajirin.
Karenanya wajar walau kemudian sempat terjadi ketegangan dalam proses
pemilian khalifah yang berlangsung di Tsaqifah Bani Sa’idah ini. Ada pula dari
golongan Bani Hasyim yang ikut serta dalam pemilihan itu dan tentu memiliki
kepentingan sendiri. ada pula aspirasi suku-suku Nomad yang tidak mau tunduk
pada wilayah Madinah apabila pemimpin mereka bukan dari suku Quraisy. 10

10 Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam , (Yogyakarta: Kalimedia, 2017), 22.

5
Denah Lokasi Tsaqifah Bani Sa’idah11
Dalam pertemuan tersebut, sebelum kaum Muhajirin datang, golongan Khajraz
telah sepakat mencalonkan Sa’ad bin Ubadah, sebgai pengganti Rasul. Akan tetapi,

11 O. Hashem, Wafat Rasulullah dan Suksesi Sepeninggal Beliau di Tsaqifah, (Jakarta: YAPI,
2004), 5.

6
suku Auz belum menjawab atas pandangan tersebut sehingga terjadilah
perdebatan di antara mereka dan pada akhirnya, Sa’ad bin Ubadah yang tidak
menginginkan adanya perpecahan mengatakan bahwa ini merupakan awal dari
perpecahan. Melihat situasi yang memanas, Abu Ubaidah mengajak kaum Anshar
agar bersikap tenang dan toleran, kemudian Basyir bin Sa’ad Abi AnNu’man bin
Basyir berpidato dengan mengatakan agar tidak memperpanjang masalah ini.
Dalam keadaan yang sudah tenang ini, Abu Bakar berpidato, “Ini Umar dan Abu
Ubaidah, siapa yang kamu kehendaki di antara mereka berdua, maka bai’atlah.”
Baik Umar maupun Abu Ubaidah merasa keberatan atas ucapan Abu Bakar dengan
mempertimbangakan berbagai alasan, di antaraya adalah ditunjuknya Abu Bakar
sebagai pengganti Rasul dalam imam shalat dan ini membuat Abu Bakar lebih
berhak menjadi pengganti Rasulullah SAW. Sebelum keduanya membai’at Abu
Bakar, Basyir bin Sa’ad mendahuluinya, kemudian diikuti Umar dan Abu Ubaidah
dan diikuti secara serentak oleh semua hadirin.12
Akhirnya lewat proses perdebatan yang panjang terpilihlah Abu Bakar sebgai
khalifah. Diantara faktor yang mendukung terpilihnya Abu Bakar sebagi khalifah
adalah, dia adalah orang yang menggantikan Rasul sebagai imam shalat ketika
Rasullah sakit, dia juga orang yang menemani Rasulullah saat hijrah, dan dia adalah
sahabat senior yang awal memeluk Islam.13
Abu Bakar diangkat oleh dua kelompok besar, yaitu kaum Anshar dan kaum
Muhajirin dalam musyawarah di Tsaqifah Bani Sa’idah. Dari data sejarah bai’at
tersebut, para sejarawan muslim menyebutnya dengan nama, Bai’at Saqifat atau
Bai’at Khahsshah, yaitu bai’at terbatas yang dilakukan oleh orangorang khusus,
golongan elit shahabat. Sedangkan bai’at kedua yang lebih luas berlangsung esok
harinya di Masjid Nabi yang disebut Bai’at Ammah, yaitu bai’at yang dilakukan oleh
rakyat, penduduk Madinah.14
Terpilihnya Abu Bakar sebagai khalifah menunjukkan kesadaran yang baik bagi
masyarakat Islam waktu itu. Dan relatif cepatnya, pemilihan itu dirampungkan
menunjukkan bukti kuat bahwa mereka bertekad untuk bersatu dan melanjutkan

12 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam..., 68.


13 Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam..., 22.
14 Shobirin, “Pemikiran Abu Bakar Ash-Shiddiq Tentang Memerangi Orang Yang
Membangkang,” ZISWAF 1: 1 (Juni 2014): 197.

7
tugas Nabi Muhammad SAW.15 Ini sekaligus sebuah lompatan sejarah yang luar
biasa, karena umumnya pergantian kepemimipinan di zaman itu masih banyak
diwarnai pergantian secara keturunan (monarki), tetapi tidak demikian halnya
bagi umat Islam waktu itu.
Dari pemaparan diatas, terlihat bahwa Abu Bakar dipilih secara aklamasi,
keputusan Rasulullah SAW yang tidak menunjuk penggantinya sebelum beliau
wafat dan menyerahkan pada forum musyawarah para sahabat merupakan produk
budaya Islam yang mengajarkan bagaimana cara mengendalikan negara dan
pemerintah secara bijaksana dan demokratis. 16 Walaupun tokoh-tokoh lain tidak
ikut membai’atnya, misalnya Ali bin Abi Thalib, Abbas, Thalhah dan Zubair yang
menolak dengan hormat. Mereka masih mempermasalahkan diangkatnya Abu
Bakar tersebut. Keadaan penolakan tersebut akhirnya baru muncul setelah pada
pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Kelompok lain yang tidak menyetujuinya ialah
Anshar S’ad bin Ubadah meskipun pada akhirnya tenggelam dalam sejarah. 17
Maka sejak saat itu Abu Bakar sebagai khalifah umat Islam, ia disebut sebagai
khalifat al-rasulillah, yang berarti pengganti Rasulullah. Yang membedakannya
dengan Rasul adalah kalau rasulullah itu memiliki otoritas sebgai pemimpin agama
dan negara, tetapi Abu Bakar hanya memiliki otoritas kenegaraan saja, karena
memang Abu Bakar bukan sebagai nabi. Dengan otoritasnya sebagai pemimpin
negara maka dia memiliki kekuasaan untuk memimpin masyarakat Madinah
sebagaimana yang dilakukan dan dimiliki pemimpin yang lain. 18

C. Perang Riddah
Ada tiga golongan pembankang yang muncul sepeninggalan Rasulullah,
yaitu orang-orang murtad, orang-orang yang enggan membayar zakat, dan
Nabinabi palsu. Orang-orang murtad muncul di Bahrain, sedangkan orang yang
tidak mau membayar zakat kebanyakan terdapat di Yaman, Yamamah, dan Oman.
Adapun Nabi-nabi palsu muncul di Yaman(al-Aswad), Yamamah (Musailamah),
Arabia selatan (Thulaihah), Arabia tengah (Sajah). Yang terakhir ini paling banyak
pengikutnya, apalagi dia menikah dengan Musailamah.

15 Shaban, Sejarah Islam , (Jakarta: Rajawali Press, 1933), 26.


16 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), 35.
17 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam..., 69.
18 Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam ..., 22.

8
Dilihat dari letak geografisnya, hanya Hijaz yang tidak ketularan wabah
kaum penyelewengan itu. Munculnya kaum penyelewengan ini disebabkan karena
mereka belum memahami Islam secara benar, selain itu ada ambisi pribadi. Hal ini
dapat dimengerti karena banyak di antara mereka yang baru masuk Islam satu
atau dua tahun sebelum Nabi Muhammad Saw wafat. Hal itu tidak terjadi pada
penduduk Hijaz.
Untuk menghadapi kaum penyeleweng itu, Abu Bakar bermusyawarah
dengan para sahabat besarnya. Diputuskan bahwa semua kaum penyeleweng itu
harus diperangi sampai mereka kembali kepada kebenaran. Kemudian Abu Bakar
membentuk 11 pasukan, antara lai dipimpin oleh Khalid bin Walid, Amr bin Al-Ash,
Ikrimah bin Abi Jalal dan Surahbil bin Hasanah. Kepada mereka dinasihatkan agar
hanya menyerang orang-orang yang menolak diajak ke jalan yang benar. Perang ini
disebut dengan “Perang Riddah” (perang melawan kemurtadan).19
Khalid bin Walid yang memimpin perang melawan Musailamah yang
berhasil mengumpulkan 40.000 orang berlangsung sengit. Dalam perang itu ribuan
orang meninggal, termasuk Musailamah. Pasukan lain berhasil juga mencapai
sasarannya sehingga 6 nulan kemudian para penyeleweng yang masih hidup
kembali kepada kebenaran, Termasuk Nabi palsu Sajah, kecuali Thulaihah masuk
Islam di masa Khalifah Umar.
Tekad Abu Bakar memerangi kaum penyeleweng telah menyelamatkan
Negara Islam yang masing muda itu. Meskipun untuk itu harus dibayar dengan
gugurnya 70 orang penghafal al-Qur’an. Bagaimanapun juga, Abu Bakar telah
bertindak tepat dalam mengatasi krisis itu dajn untuk itu juga ia pantas disebut
sebagai “juru selamat Islam”.20
Karena gugurnya 70 orang penghafal al-Qur’an Perang Riddah, timbul
kekhawatiram di kalangan sahabat, terutama Umar bin Khatab akan hilangnya
alQur’an. Beliau menyarankan kepada Abu Bakar betapa pentingnya menghimpun
ayat-ayat al-Qur’an yang masih berserakan ke dalam satu mushaf.
Abu Bakar pada mulanya keberatan karena tidak dilakukan Rasul. Tetapi
Umar dapat meyakinkan Beliau, bahwa hal itu semata-mata untuk melestarikan
alQuran, akhirnya Abu Bakar menyetujuinya. Zaid bin Tsabit, sebagai salah seorang
19 Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam..., 53.
20 Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam..., 53.

9
sekertaris penulis wahyu, mendapat tugas memimpin pengumpulan ayat-ayat
alQur’an tersebut.21

D. Perluasan Wilayah
Meskipun fase permulaan dari kekhalifahan Abu Bakar penuh dengan
kekacauan, beliau tetap berkeras melanjutkan rencana Rasulullah Saw untuk
mengirim pasukan ke daerah Shiria dibawah pimpinan Usama bin Zaid. Beliau
berpendapat, bahwa itu rencana Rasulullah dan demi memantapkan keamanan
wilayah Islam dari serbuan Persia dan Bizantium. Langkah politik yang ditempuh
Abu Bakar itu adalah sangat strategis dan membawa dampak yang sangat positif
dan sukses.
Selanjutnya melakukan ekspansi ke daerah Irak dan suriah. Ekspansi ke Irak
dipimpin oleh panglima Khalid bin Walid. Sedangkan ke Suria dipimpin oleh Amru
Ibn Ash, Yazid bin Abi Sufyan dan Syurahbil bin Hasan. Pasukan Khalid dapat
menguasai Al-Hirrah pada tahun 634. Akan tetapi tentara Islam yang menuju
Suria, kecuali pasukan Amru Ibn Ash mengalami kesulitan karena pihak lawan
yaitu tentara Bizantium memiliki kekuatan yang jauh lebih besar dan
perlengkapan perangnya jauh lebih sempurna. Untuk membantu pasukan Islam di
Suriah, Abu Bakar memerintahkan Khalid bin Walid segera meninggalkan Irak
menuju Suria, dan kepadanya diserahi tugas memimpin seluruh pasukan. Khalid
mematuhi instruksi Abu Bakar. Mereka berhasil memenangkan pertempuran, 22 Hal
ini didasarkan secara ekonomis Syiria merupakan wilayah yang penting bagi
Arabia, karena eksistensi Arabia bergantung pada perdagangan dengan Syiria,
sehingga penaklukan ke wilayah Syiria penting bagi umat Islam. tapi sayang
kemenangan itu tidak sempat disaksikan oleh Abu Bakar karena ketika
pertempuran itu sedang berkecamuk beliau jatuh sakit dan tak lama kemudian
beliau meninggal dunia.
pada hari Kamis, tanggal 22 Jumadil Akhir, 13 H atau 23 Agustus 634 M. 23

21 Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam..., 53.

22 Muhammad Rahmatullah, “Kepemimpinan Khalifah Abu Bakar al-Ashidiq,”


Jurnal Khatulistiwa 6: 2 (2014): 197-204.
23 Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam..., 43.

10
11
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Abu Bakar Ash-Shiddiq (nama lengkapnya Abu Bakar Abdillah bin Abi
Quhafah bin Utsman bin Amr bin Masud bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin
Lu’ay bin Ghalib bin Fihr At-Taimi al Qurasyi. Berarti silsilahnya dengan
Nabi bertemu oada Murrah bin Ka’ab). Ayahnya bernama Utsman (Abu
Quhafah) bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Saad bin Laym bin Mun’ah bin
Ka’ab bin Mun’ah bin Ka’ab bin Lu’ay , berasal dari suku Quraisy, sedangkan
ibunya bernama Ummu al-Khoir salmah binti Sahr bin Ka’ab bin Sa’ad bin
Taym Bin Murrah
2. Sebelum Rasulullah wafat, konon Rasulullah tidak berwasiat siapa yang
akan menjadi penggantinya. Karena tidak ada pesan mengenai siapa
penggantinya di kemudian hari, pada saat jenazah Nabi belm diamakamkan
di antara umat islam, ada yang mengusulkan untuk cepat-cepat memikirkan
pengganti nabi. Hal ini kemudian terjadi kesibukan tersendiri bagi umat
Islam untuk mencari penganti yang tepat setelah Rasulullah, ini terutama
menimpa kalangan Muhajirin dan Anshar. Sehingga, sebelum terpilihnya
tokoh Abu Bakar sebgai khalifah, sempat terjadi kontroversi di kalangan
umat yang diwakili oleh masing-masing wakil kelompok dalam menentukan
siapa yang pantas memimpin mereka. Inilah perselisihan pertama yang
terjadi setelah Nabi wafat. Ada tiga golongan pembankang yang muncul
sepeninggalan Rasulullah, yaitu orang-orang murtad, orang-orang yang
enggan membayar zakat, dan Nabi-nabi palsu. Orang-orang murtad muncul
di Bahrain, sedangkan orang yang tidak mau membayar zakat kebanyakan
terdapat di Yaman, Yamamah, dan Oman. Adapun Nabi-nabi palsu muncul di
Yaman(al-Aswad), Yamamah (Musailamah), Arabia selatan (Thulaihah),
Arabia tengah (Sajah). Yang terakhir ini paling banyak pengikutnya, apalagi
dia menikah dengan Musailamah.

12
3. Meskipun fase permulaan dari kekhalifahan Abu Bakar penuh dengan
kekacauan, beliau tetap berkeras melanjutkan rencana Rasulullah Saw
untuk mengirim pasukan ke daerah Shiria dibawah pimpinan Usama bin
Zaid.

B. Saran
Saran penulis sebagai umat Muslim yang taat dan khususnya sebagai
mahasiswa IAIN, agar lebih meningkatkan lagi literasi untuk memahami
sejarah peradaban Islam. Seperti yang pernah dikatakan oleh Bung Karno
bahwa “Jas Merah” jangan sekali-kali melupakan sejarah. Karena, dengan
memahami sejarah kita akan mendapatkan banyak sekali pelajaran yang bisa
kita gunakan untuk memecahkan problematika pada masa kini dan masa yang
akan datang.

13
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku
Fu’adi, Imam. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Kalimedia. 2017.
Nasution, Syamruddin. Sejarah Peradaban Islam. Depok: PT Rajagrafindo
Persada. 2018
Nasution, Syamruddin. SejarahPeradaban Islam. Riau: Yayasan Pusaka Riau,
2013.
Pulungan, J. Suyuthi. SejarahPeradaban Islam. Jakarta: Amzah, 2018.
Sari, Kartika. SejarahPeradaban Islam. Bangka: SHIDDIQ PRESS, 2015.
Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV Pustaka Setia. 2016.
Zubaidah, Siti. SejarahPeradaban Islam. Medan: Aulia Grafika, 2016.

B. Jurnal
Rahmatullah, Muhammad. “Kepemimpinan Khalifah Abu Bakar al-Ashidiq,”
Jurnal Khatulistiwa 6: 2 (2014): 197-204.
Shobirin. “Pemikiran Abu Bakar Ash-Shiddiq Tentang Memerangi Orang Yang
Membangkang,” ZISWAF 1: 1 (Juni 2014): 197.
1

Anda mungkin juga menyukai