Anda di halaman 1dari 12

KODE ETIK PROFESI HUKUM

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstuktur Mata Kuliah Etika Profesi Hukum

Dosen Pengampu : H. Ahmad Khourudin, lc, M,H

Kelas HK C/4

1. Rapela Anggraeni (1908201091)


2. Fazlurrahman Al Hanif (1908201112)
3. Ayip Muhammad Riziq (1908201126)

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON
2021
KODE ETIK PROFESI HUKUM

Rapela Anggraeni, Ayip Muhammad, Fazlurohman Al Hanif

Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam

Institut Agama Islam Negri Syekh Nurjati Cirebon

Email : rapelaanggraeni@gmail.com hanifasensio@mail.syekhnurjati.ac.id,


ayipmuhammadriziq021200@mail.syekhnurjati.ac.id

Abstrak

usaha mewujudkan prinsip-prinsip negara hukum dalam kehidupan mbermasyarakat dan


bernegara, peran dan fungsi penegak hukum sebagai profesi yang bebas, mandiri dan
bertanggung jawab merupakan hal penting, disamping lembaga peradilan dan instansi penegak
hukum. Melalui jasa hukum yang diberikan, kepentingan masyarakat pencari keadilan termasuk
usaha memberdayakan masyarakat dalam menyadari hak-hak fundamental mereka didepan
hukum. Dalam kajian ilmu hukum dikemukakan bahwa selain norma hukum, terdapat juga
norma lain yang menopang tegaknya ketertibadan dalam masyarakat yang disebut norma etika.
Norma etika dari berbagi kelompok profesi dirumuskan dalam bentuk kode etika profesi.
Metodologi penulisan yang digunkan pada penulisan artikel ini yaitu menggunakan metode
kualitatif yaitu dengan cara membaca referensi yaitu membaca dari buku-buku dan jurnal-
jurnal yang digunakan sebagai sumber referensi. Sumber-sumber referensi tersebut tentunya
harus berkaitan dengan materi yang ada pada artikel ini. Dalam usaha mewujudkan
prinsipprinsip negara hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, peran dan fungsi
penegak hukum sebagai profesi yang bebas, mandiri dan bertanggung jawab merupakan hal
yang penting, di samping lembaga peradilan dan instansi penegak hukum. Melalui jasa hukum
yang diberikan, kepentingan masyarakat pencari keadilan. Kode etik adalah prinsip-prinsip
Moral yang melekat pada suatu profesi dan disusun secara sistematis. Kode etik profesi
merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi, yang mengarahkan atau
memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin
mutu moral profesi itu di mata masyarakat. Kode etik berfungsi: sebagai sarana kontrol sosial,
pencegah campur tangan pihak lain, pencegah kesalahpahaman dan konflik, sebagai kontrol
apakah anggota kelompok profesi telah memenuhi kewajiban. Tujuannya: Menjunjung tinggi
martabat profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota, meningkatkan
pengabdian para anggota, meningkatkan mutu profesi dan organisasi, meningkatkan layanan,
memperkuat organisasi, menghindari persaingan tidak sehat, menjalin hubungan yang erat para
anggota, dan menentukan baku standarnya.

Kata Kunci : Kode, Etik, Profesi, Hukum


PENGANTAR

Dalam usaha mewujudkan prinsip-prinsip negara hukum dalam kehidupan


mbermasyarakat dan bernegara, peran dan fungsi penegak hukum sebagai profesi yang bebas,
mandiri dan bertanggung jawab merupakan hal penting, disamping lembaga peradilan dan
instansi penegak hukum. Melalui jasa hukum yang diberikan, kepentingan masyarakat pencari
keadilan termasuk usaha memberdayakan masyarakat dalam menyadari hak-hak fundamental
mereka didepan hukum. Dalam kajian ilmu hukum dikemukakan bahwa selain norma hukum,
terdapat juga norma lain yang menopang tegaknya ketertibadan dalam masyarakat yang disebut
norma etika. Norma etika dari berbagi kelompok profesi dirumuskan dalam bentuk kode etika
profesi.

Kode etik profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi,
yang mengarahkan atau memberi petunjuk pada anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan
sekaligus menjamin mutu moral profesi itu dimata masyarakat. 1 Kode etik profesi merupakan
norma yang diteraokan dan diterima oleh kelompok profesi yang menyerahkan atau memberi
ptunjuk kepada anggota sebagaimana seharusnya. Umumnya memberikan petunjuk-petunjuk
kepada anggotanya untuk berpraktik dalam profesi. Namun demikian, dapat diutarakan bahwa
prinsip-prinsip yang umum dirumuskan dalam suatu profesi akan berbeda satu sama lain.

Kode etik profesi dibutuhkan sebagai sarana kontrol sosial sebagai pencegah campur
tangan pihak lain sebagai pencegah kesalahpahaman dan konflik. Selain itu fungsi lainnya, yaitu
merupakan kriteria prinsip professional yang telah digariskan, sehingga dapat diketahui dengan
pasti kewajiban professional anggota lain, baru, ataupun calon anggota kelompok profesi, dapat
mencegah kemungkinan terjadi konflik kepentingan antara sesame anggota kelompok profesi
dan masyarakat. Anggota kelompok profesi atau anggota masyarakat sebagai kontrol melalui
rumusan kode etik profesi, apakah anggota kelompok profesi telah memenuhi kewajiban
profesionalnya sesuai dengan kode etik profesi.2

Dalam pelaksanaan tugas penegakkan hukum, penegak hukum wajib menaati norma-
norma yang penting dalam penegakkan hukum, yaitu : kemanusiaan, keadilan, kepatutan, dan
kejujuran. Selain itu penegak hukum juga melaksanakan kode etik seabagaimana mestinya.
Dilakukan pengawasan, jika terjadi pelanggaran harus dikenakan sanksi. Karena kode etik adalah
bagian dari hukum positif, maka norma-norma penegakan hukum undang-undang juga berlaku
pada penegakkan kode etik.

Namun dalam pelaksanaannya terkadang tidak berjalan dengan baik bahkan


menimbulkan permasalahan-permasalahan dimana kode etik tidak diajadikan sebagai pedoman

1
Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, hlm. 77.
2
Ibid, hlm. 78-79.
pelaksanaan profesi hukum tersebut. dalam penerapannya juga terkadang mengalami hambatan
atau kendala.

RUMUSAN MASALAH

1. Apa Makna Kode Etik Profesi Hukum ?


2. Bagaimana Fungsi dan Tujuan Kode Etik Profesi Hukum ?
3. Apa Saja Prinsip-prinsip Dalam Kode Etik Profesi Hukum ?
4. Bagaimana Implementasi Sanksi Pelaggar Etika Profesi Hukum ?
5. Apa Saja Faktor Pentebab Pelanggaran Kode Etik Profesi Hukum ?
6. Apa saja Kelemahan Kode Etik Profesi Hukum ?
7. Bagaimana Perbedaan Kode Etik Dan Hukum Positif ?
8. Bagaimana Upaya Memahami Kode Etik ?

LITERATUR REVIEW

Pada pembahasan mengenai Kode Etik Profesi Hukum ini banyak sekali buku-buku
maupun jurnal-jurnal. Namun kami mengambil jurnal saja yang salah satunya yaitu yang ditulis
oleh Niru Anita Sinaga yang berjudul “Kode etik sebagai pedoman pelaksanaan profesi hukum
yang baik” dan jurnal yang kedua yaitu jurnal yang ditulisn oleh Dr, Siti Marwiyah, SH. MH.
Jurnal ini berjudul “Penegakkan kode etik profesi di era malapraktik profesi hukum”.

Kedua jurnal tersebut pada dasarnya sama-sama menuliskan mengenai kode etik
termasuk dalam bidang hukum. Namun ada sedikit perbedaan dari kedua jurnal tersebut, yaitu
pada jurnal yang pertama menjelaskan hanya pada titik apakah kode etik itu sudah dijadikan
sebagai pedoman dalam melaksanakan profesi hukum, dan hambatan dan kendala pada saat
melaksanakan kode etik profesi hukum tersebut. berbeda dengan jurnal yang ke dua, pada jurnal
yang kedua dijelaskan lebih spesifikasi lagi pada jurnal yang kedua ini banyak sekali sub bab.

Pada jurnal yang kedua ini membahas mulai dari eksistensi falsafah etika, hukum dan
etika, fungus etika profesi hukum, malapraktik profesi dinegara hukum, kode etik profesi dan
independensi peradilan dan masih banyak lagi sub bab lainnya yang membahasa mengenai kode
etik profesi hukum. Tentunya jika harus dibandingkan antara jurnal yang pertama dan kedua,
jurnal pertama jauh lebih spesifik daripada jurnal pertama sebab jurnal pertama membahas lebih
sedikit pembahasan kode etik profesi hukum. Namun meskipun demikian kami tetap sedikit
menggunakan jurnal yang pertama.

Meskipun pada jurnal yang pertama membahas lebih sedikit pembahasan tentang kode
etik profesi hukum, namun tetap pembahasan yang ada pada jurnal yang pertama sangat menarik
sebab bukan lagi pembahasan seperti apa sih kode etik itu atau bagaimana kode atik profesi
hukum. Namun lebih ke bagaiamana kendala-kendala dalam pelaksanaan kode etik profesi
hukum, dan apakah sudah ada pelaksanaan kode etik profesi hukum. Dengan demikian kita bisa
mengetahui seperti apa pelaksanaan kode etik profesi hukum, bahkan mungkin contoh dari
pelaksanaan kode etik profesi hukum.Namun kedua jurnal tersebut memiliki kelemahan dimana
kedua jurnal tersebut belum sepenuhnya memenuhi materi yang kita perlukan. Sehingga kita
perlu mencari sumber dari jurnal yang lain.

Jadi meskipun antara jurnal yang pertama dengan jurnal yang kedua memiliki isi
pembahasan yang berbeda-beda namun kedua jurnal tersebut sama-sama membahas mengenai
kode etik profesi hukum jadi hal tersebut masih berkaitan dengan mata kuliah kode etik profesi
hukum sehingga tidak bermasalah. Hanya saja sedikit perbedaan pada sub bab pembahasannya.
Karena pada dasarnya setiap penulisan jurnal itu memiliki pembahasan yang berbeda-beda.

METODOLOGI PENULISAN

Metodologi penulisan yang digunkan pada penulisan artikel ini yaitu menggunakan metode
kualitatif yaitu dengan cara membaca referensi yaitu membaca dari buku-buku dan jurnal-jurnal
yang digunakan sebagai sumber referensi. Sumber-sumber referensi tersebut tentunya harus
berkaitan dengan materi yang ada pada artikel ini.

PEMBAHASAN DAN DISKUSI

Hakikat Makna Kode Etik

Kode etik (ethical code) adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang
yang berada pada lingkungan tertentu.3 Etika menurut etimologi berasal dari bahasa lain “ethic”
yang mempunyai arti kebiasaan. Menurut arti lain kode etik adalah suatu istilah yang digunakan
untuk menentukan batas-batas sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara
layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.4

Kode Etik Profesi

3
Ali Imron, Manejemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Jakarta: Bumi aksara, 2012), hal. 163.
4
Ahmad Faizur Rosyad, Mengenal Alam Suci: Menopak Jejak Al-Ghozali Tasawuf, Filsafat dan Tradisi,
(Yogyakarta: Kutub, 2004), hal. 94.
Profesi hendaknya memiliki kode etik yang memberikan arti penting dalam penentuan,
pemertahanan, dan peningkatan standar profesi. Tanpa kode etik, orang akan sewenang-wenang
berbuat sesuka hatinya. Mereka akan menjalankan pekerjaan tanpa aturan.

Secara harfiah, kode artinya aturan, dan etik artinya kesopanan, atau hal-hal yang
berhubungan dengan suatu pekerjaan. Dengan demikian, kode etik keprofesian pada hakikatnya
merupakan suatu sistem peraturan atau perangkat prinsip-prinsip keprilakuan yang diterima oleh
kelompok orang-orang yang tergabung dalam himpunan organisasi keprofesiantertentu.

Adapun maksud dan tujuan pokok dilaksanaknnya kode etik adalah untuk menjamin agar
tugas-tugas keprofesian itu terwujud sebagai mana mestinya dan kepentingan semua pihak
terlindungi sebagaimana layaknya. Pihak penerima layanan keprofesian diharapkan dapat
terjamin haknya dan memperoleh jasa pelayanan yang berkualitas sesuai dengan kewajibannya
untuk memberikan imbalannya, baik yang bersifat finansial, maupun secara sosial, moral,
kultural, dan lainnya.

Dengan demikian, maka kode etik keprofesian itu memiliki kedudukan, peran dan fungsi
yang sangat penting dan strategis dalam menopang keberadaan dan kelangsungan hidup suatu
perofesi di masyarakat. Bagi para pengemban tugas profesi akan menjadi pegangan dalam
bertindak serta acuan dasar dalam seluk beluk keprilakuannya dalam rangka memelihara dan
menjunjung tinggi martabat dan wibawa.

Bertens menyatakan, kode etik profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima
oleh kelompok profesi, yang mengarahkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya
bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu moral profesi itu di mata
masyarakat.5 Kode etik profesi merupakan norma yang diterapkan dan diterima oleh kelompok
profesi yang menyerahkan atau memberi petunjuk kepada anggota sebagaimana seharusnya.
Kode etik ini umumnya memberikan petunjuk-petunjuk kepada para anggotanya untuk
berpraktik dalam profesi.

Namun demikian dapat diutarakan bahwa prinsip-prinsip yang umum dirumuskan dalam
suatu profesi akan berbeda-beda satu sama lain. Adapun yang menjadikan tujuan pokok dari
rumusanetika dituangkan dalam kode etik profesi.6

Fungsi dan Tujuan Kode Etik Profesi Hukum

Sumaryono mengemukakan tiga alasannya pentingnya kode etik yaitu: sebagai sarana
kontrol sosial; sebagai pencegah campur tangan pihak lain; sebagai pencegah kesalahpahaman
dan konflik. Fungsi lain menurut Abdulkadir Muhammad: merupakan kriteria prinsip profesional
yang telah digariskan, sehingga dapat diketahui dengan pasti kewajiban profesional anggota
lama, baru, ataupun calon anggota kelompok profesi; dapat mencegah kemungkinan terjadi
5
Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, hlm. 77.
6
Abintoro Prakoso, Etika Profesi hukum, Surabaya : LaksBang Yustisia, 2015, hlm. 63-64.
konflik kepentingan antara sesama anggota kelompok profesi, atau antara anggota kelompok
profesi dan masyarakat. Anggota kelompok profesi atau anggota masyarakat; sebagai kontrol
melalui rumusan kode etik profesi, apakah anggota kelompok profesi telah memenuhi kewajiban
profesionalnya sesuai dengan kode etik profesi.

Tujuan Kode Etik Profesi

1. Menjunjung tinggi martabat profesi.


2. Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
3. Meningkatkan mutu profesi.
4. Meningkatkan mutu organisai profesi.
5. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
6. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
7. Menentukan baku standarnya sendiri.7

Prinsip-prinsip dalam Kode Etik Profesi Hukum

1 Berperilaku adil. Adil bermakna menempatkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan
yang menjadi haknya, yang didasarkan pada suatu prinsip bahwa semua orang sama
kedudukannya di depan hukum. Dengan demikian, tuntutan yang paling mendasar dari
keadilan adalah memberikan perlakuan dan memberi kesempatan yang sama (equality
and fairness) terhadap setiap orang.
2 Berperilaku jujur. Kejujuran bermakna dapat dan berani menyatakan bahwa yang benar
adalah benar dan yang salah adalah salah.
3 Berperilaku arif dan bijaksana. Arif dan bijaksana bermakna mampu bertindak sesuai
dengan norma-norma yang hidup dalam masyarakat baiknorma-norma hukum, norma-
normakeagamaan, kebiasan-kebiasan maupun kesusilaan dengan memperhatikan situasi
dan kondisi pada saat itu, serta mampu memperhitungkan akibat dari tindakannya.
4 Bersikap mandiri. Mandiri bermakna mampu bertindak sendiri tanpa bantuan pihak lain,
bebas dari campur tangan siapapun dan bebas dari pengaruh apapun. Sikap mandiri
mendorong terbentuknya perilaku hakim yang tangguh, berpegang teguh pada prinsip dan
keyakinan atas kebenaran sesuai tuntutan moral dan ketentuan hukum yang berlaku.
5 Berintegritas inggi. Integritas ermakna sikap dan kepribadian yang butuh, berwibawa,
jujur dan tidak tergoyahkan. Integritas tinggi pada hakekatnya terwujud pada sikap setia
dan tangguh berpegang pada nilainilai atau norma-norma yang berlaku dalam
melaksanakan tugas.
6 Bertanggungjawab. Bertanggungjawab bermakna kesediaan untuk melaksanakan sebaik-
baiknya segala sesuatu yang menjadi wewenang dan tugasnya, serta memiliki keberanian
untuk menanggung segala akibat atas pelaksanaan wewenang dan tugasnya tersebut.

7
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit.
7 Menjunjung tinggi harga diri. Harga diri bermakna bahwa pada diri manusia melekat
martabat dan kehormatan yang harus dipertahankan dan dijunjung tinggi oleh setiap
orang.
8 Berdisiplin tinggi. Disiplin bermakna ketaatan pada norma-norma atau,kaidah-kaidah
yang diyakini sebagai panggilan luhur untuk mengemban amanah serta kepercayaan
masyarakat pencari keadilan.
9 Berperilaku rendah hati. Rendah hati bermakna kesadaran akan keterbatasan kemampuan
diri, jauh dari kesempurnaan dan terhindar dari setiap bentuk keangkuhan.
10 Bersikap professional. Profesional bermakna suatu sikap moral yang dilandasi oleh tekad
untuk melaksanakan pekerjaan yang dipilihnya dengan kesungguhan, yang didukung oleh
keahlian atas dasar pengetahuan, keterampilan dan wawasan luas.Setiap pimpinan
pengadilan harus berupaya sungguh-sungguh untuk memastikan agar hakim di dalam
lingkungannya mematuhi pedoman perilaku hakim ini. Pelanggaran terhadap pedoman
ini dapat diberikan sanksi.8

Implementasi Sanksi Pelaggar Etika Profesi Hukum

Sanksi yang dikenakan terhadap anggota yang melakukan pelanggaran kode etik dapat
berupa: teguran, peringatan, pemberhentian sementara dari keanggotaan perkumpulan,
pemberhentian dengan hormat dari keanggotaan perkumpulan, pemberhentian dengan tidak
horman dari keanggotaan perkumpulan.

Penjatuhan sanksi sebagaimana terurai di atas terhadap anggota yang melanggar kode
etik disesuaikan dengan kuantitas dan kualitas pelanggaran yang dilakukan anggota tersebut.

Dewan kehormatan pusat berwenang untuk memutuskan dan menjatuhkan sanksi


terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh anggota biasa (dari notaris aktif) perkumpulan,
terhadap pelanggaran norma susila atau perilaku yang merendahkan harkat dan martabat
notaris, atau perbuatan yang dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap notaris.

Pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh orang lain (yang sedang dalam menjalankan
jabatan notaris), dapat dijatuhkan sanksi teguran dan/atau peringatan. Keputusan dewan
kehormatan berupa teguran atau peringatan tidak dapat diajukan banding.

Keputusan dewan kehormatan daerah/dewan kehormatan wilayah berupa pemberhentian


sementara atau pemberhentian dengan hormat atau pemberhentian dengan tidak hormat dari
keanggotaan perkumpulan dapat diajukan banding ke dewan kehormatan pusat. Keputusan
dewan kehormatan pusat tingkat pertama berupa pemberhentian,sementara atau
pemberhentian dengan hormat atau pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan
perkumpulan dapat diajukan banding ke kongres.

8
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia,
Penjelasan, Bagian Umum.
Dewan kehormatan pusat berwenang pula untuk memberikan rekomendasi disertai usulan
pemecatan sebagai notaris kepada menteri hukum dan hak asasi manusia republik indonesia.
Pengawasan atas pelaksanaan kode

etik dilakukan oleh: pada tingkat kabupaten/kota oleh pengurus daerah dan dewan
kehormatan daerah; pada tingkat propinsi oleh pengurus wilayah dan dewan kehormatan
wilayah; pada tingkat nasional oleh pengurus pusat dan dewan kehormatan pusat.9

Faktor Penyebab Pelanggaran Kode Etik Profesi Hukum

Kode etik profesi belum dapat diterapkan dengan maksimal. Abdul Kadir Muhammad
mengemukakan alasan-alasan mendasar mengapa professional cenderung mengabaikan dan
bahkan melanggar kodeetik profesi, antara lain: Pengaruh sifat kekeluargaan, pengaruh jabatan,
pengaruh konsumerisme dan karena lemah iman.

Pengaruh sifat kekeluargaan. Salah satu ciri kekeluargaan itu memberi perlakuan dan
penghargaan yang sama terhadap anggota keluarga dan ini dipandang adil, berbeda dengan
perlakuan terhadap orang bukan keluarga.

Pengaruh jabatan. Seyogyanya, salah satu ciri jabatan adalah bawahan menghormati dan
taat kepada atasan. Pengaruh Konsumerisme. Gencarnya perusahaan-perusahaan
mempromosikan produk mereka melalui iklan media masa akan cukup erpengaruh terhadap
peningkstsn kebutuhan yang tidak sebanding dengan penghasilan yang diterima oleh penegak
hukum.

Pengaruh lemah Iman. Salah satu syarat menjadi profesional adalah takwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, yaitu melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-NYA. Dengan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa profesional memiliki benteng moral yang kuat, tidak mudah
tergoda dan tergiur dengan berbagai macam bentuk materi disekitarny. Dengan iman yang kuat
kebutuhan materi akan dipenuhi secara wajar dan itulah kebahagiaan.

Menurut Sumaryono terdiri dari lima masalah yang dihadapi sebagai hambatan atau
kendala yang cukup serius, yaitu: kualitas pengetahuan profesional hukum; Terjadi
penyalahgunaan profesi hukum; kecenderungan profesi hukum menjadi kegiatan bisnis;
penurunan kesadaran dan kepedulian social dan Sistem yang sudah usang. Selain hambatan atau
kendala diatas masih ditemukan hambatan lainnya, yaitu: kemajuan teknologi belum dapat
diimbangi oleh percepatan kemajuan hukum, sehingga hukum selalu ketinggalan zaman; tidak
memiliki komitmen pelaksanaan baik karena belum memahami fungsi dan tujuan kode etik
profesi ataukarena tidak ingin melaksanakannya; pengaruh dari pihak luar; sumber daya manusia
(SDM) yaitu rendahnya kesadaran untuk mengembangkan diri baik secara formal maupun

9
Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat.
informal; kebijakan atau regulasi yang belum memadai dan petunjuk teknis pelaksanaannya;
standar moral yang buruk; lemahnya penegakan hukum; sanksi kode etik yang kurang berat.10

Pelanggaran kode etik di sebabkan seseorang tidak memiliki pengetahuan cukup atas
profesi yang di emban pun segala akibat yang muncul dari tindakan profesinya. Jika unsur
morilitas yang pertama dalahalasan yang baik, bagaimana kita bisa bermoral ketika kita tidak
bisa mendasari perbuatan kita dengan alasan yang baik.

Pelanggaran kode etik disebabkan juga disebabkan oleh sifat yang terlalu sentralistik.
Ketika kita menjadi sentralistik, kita cenderung akan mengabaikan segala pariable eksternal yang
mungkin akan membuat kita mnejadi pribadi yang baik (misalnya kode etik). Sifat yang terlalu
sentralistik juga bisa membuat kita menjadi pribadi yang kurang rasional dan semua hanya
bertumpu kepada bagimana perasaan kita pribadi ketika kita melakukan tindakan tersebut,
padahal perasaan kita bisa jadi tidak lebih dari sebuah hal yang termasuk dari prejudis, stigma.
Keegoisan, ataupun budaya kita.11

Kelemahan Kode Etik Profesi Hukum

Sangat kurang pasal-pasal yang memuat tentang kepentingan bagi

masyarakat/khalayak, karena lebih banyak menekankan pada pasal-pasal bagi

tindakan individu pekerja media yang bersangkutan.

2. Kurang memuat sisi jaminan tujuan ketentraman bagi banyak orang demi sebuah

proses penyajian berita.

3. Tak ada konsekuensi secara materiil bagi pelaku/praktisi jurnalistik yang tak

menjalankan kode etik jurnalistik tersebut sehingga banyak yang tak melakukan

dalam kegiatan profesional kerjanya sehari-hari. Karena pengawasan dan

penetapan sangsi atas pelanggaran kode etik sepenuhnya diserahkan pada jajaran

pers dan dilaksanakan oleh organisasi yang dibentuk untuk itu.

4. Tak ada jaminan secara hukum yang bisa melindungi pekerja pers jika terdapat

aduan mengenai pemberitaan yang dianggap melakukan pencemaran nama baik,

sehingga ia harus benar-benar mempertahankan dan melindungi siapa yang

menjadi sumber beritanya, sehingga bisa membantunya sebagai saksi kunci dari

10
Mardani, Etika Profesi Hukum, Depok: PT Raja Grafindo Persada, hlm. 46.
11
Sarlika, Apritsa, Etika Profesi Hukum, Tt.
permasalahan yang sedang terjadi.12

Perbedaan Kode Etik Dan Hukum Positif

Perbedaan antara kode etik dengan hukum positif ialah terletak pada bagaimana tujuan
keduanya. Kode etik mengatur sekelompok orang atau seorang profesi dengan tujuan mengatur
tingkah laku seseorang. Sedangkan hukum positif ialah suatu aturan yang mengatur segala
perbuatan seseorang agar terciptanya suatu ketertiban.

Upaya Memahami Kode Etik

1. Dengan mematuhi setiap aturan yang dibuat


2. Tidak melanggar hal yang berkaitan dengan kode etik
3. Bergabung dengan organisasi kode etik
4. Mampu bersosialilsasi dengan masyarakat

Kesimpulan

Dalam usaha mewujudkan prinsipprinsip negara hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara, peran dan fungsi penegak hukum sebagai profesi yang bebas, mandiri dan
bertanggung jawab merupakan hal yang penting, di samping lembaga peradilan dan instansi
penegak hukum. Melalui jasa hukum yang diberikan, kepentingan masyarakat pencari keadilan.
Kode etik adalah prinsipprinsip Moral yang melekat pada suatu profesi dan disusun secara
sistematis. Kode etik profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh kelompok
profesi, yang mengarahkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya
berbuat dan sekaligus menjamin mutu moral profesi itu di mata masyarakat. Kode etik berfungsi:
sebagai sarana kontrol sosial, pencegah campur tangan pihak lain, pencegah kesalahpahaman dan
konflik, sebagai kontrol apakah anggota kelompok profesi telah memenuhi kewajiban.
Tujuannya: Menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan para
anggota, meningkatkan pengabdian para anggota, meningkatkan mutu profesi dan organisasi,
meningkatkan layanan, memperkuat organisasi, menghindari persaingan tidak sehat, menjalin
hubungan yang erat para anggota, dan menentukan baku standarnya.

Daftar Pustaka
BUKU
Mardani. Etika Profesi Hukum. Depok: PT Raja Grafindo Persada.
12
Rekno Sulanjdari, ‘’Berbagai Kelemahan Dan Kekurangan Kode Etik Sebagai Pnaduan Moral Pekerja
Media’’, Jurnal.
Muhammad, Abdulkadir. Etika Profesi Hukum. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2006.
Prakoso, Abintoro. Etika Profesi hukum. Surabaya: LaksBang Yustisia, 2015.

Jurnal
Sulanjdai Rekno, ‘’Berbagai Kelemahan Dan Kekurangan Kode Etik Sebagai Pnaduan Moral
Pekerja Media’’, Jurnal. (Juni, 2019).
Marwiyah Siti, 2015, Penegakkan kode etik profesi diera malapraktik profesi hukum, Cetakan
pertama, oktober
Sinaga Anita Niru, 2020, Kode etik sebagai pedoman pelaksanaan profesi hukum yang baik,
Jurnal ilmiah hukum dirgantara fakultas hukum universitas Dirgantara Marsekal
Suryadarma, 10 (2), Maret

Anda mungkin juga menyukai