Disusun untuk memenuhi tugas dalam Mata Kuliah Etika Bisnis & Profesi
Dosen Pengampu : Drs. La Hanu, M.Si
Ulfa Nurhayani, SE.,M.Si
DISUSUN OLEH :
ARTARIA GRATIA RITONGA (7183342027)
AULIA NURUL ATIKA ( 7183142034)
HIDAYATI MAULIDA SIBARANI (7182142005)
RIZKI MELINDA (7182142007)
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pembelajaran bagi para
pembaca, Untuk ke dapannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini agar dapat
lebih baik lagi.
Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang Etika Bisnis dan Etika Profesi ini dapat
memberikan maanfaat terhadap pembaca.
Kelompok 1
2
BAB I
PENDAHULUAN
Banyak faktor yang mempengaruhi dan menentukan kegiatan berbisnis dan suatu profesi.
Sebagai suatu kegiatan sosial, Didalam sebuah bisnis maupun dalam suatu profesi tidak jarang
berlaku konsep tujuan menghalalkan segala cara. Bahkan tindakan yang berbau kriminal. Perilaku-
perulaku tersebut sangat tidak etis dalam kegiatan berbisnis maupun dalam profesi. Maka dari itu
diperlukan suatu etika agar hubungan antar sesama manusia dapat terjalin baik dan saling
menguntungkan.
Perilaku etis dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting demi kelangsungan hidup
bisnis itu sendiri. Perilaku yang tidak sesuai dengan aturan akan merugikan bisnis maupun profesi
jika dilihat dari perspektif jangka panjang. Bisnis yang baik bukan saja bisnis yang menguntungkan,
tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik secara
moral. Etika bisnis sangat penting mengingat dunia usaha tidak lepas dari elemen-elemen lainnya.
Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Bisnis tidak
hanya mempunyai hubungan dengan orang-orang maupun badan hukum sebagai pemasok, pembeli,
penyalur, pemakai dan lain-lain.Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-
norma yang ada pada masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan
itu membawa serta etika- etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku
bisnis maupun etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung.
Tanpa disari, perilaku pelanggaran etika merupakan hal yang biasa terjadi pada maa kini. Secara
tidak sadar kita sering melihat dan menyaksikan banyaknya pelanggaran yang telah dilakukan dalam
kegiatan berbisnis maupun dalam kegiatan profesi di Indonesia. Berbagai hal tersebut merupakan
bentuk dari persaingan yang tidak sehat oleh para pebisnis yang ingin menguasai pasar. Selain untuk
menguasai pasar, terdapat faktor lain yang juga mempengaruhi para pebisnis untuk melakukan
pelanggaran etika bisnis, antara lain untuk memperluas pangsa pasar, serta mendapatkan banyak
keuntungan.
3
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memberikan wawasan yang
utuh, komprehensip dan mendalam tentang etika dalam berbisnis dan etika dalam berprofesi
dengan berbagai prinsip dan tujuannya.
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar para pembaca khususnya para calon pebisnis
maupun para colan pekerja memiliki dan mengerti akan wawasan yang utuh mengenai
prinsip-prinsip, tujuan, serta peran etika bisnis dan profesi sehingga dapat
mengaplikasikannya dalam kegiatan bisnis dan kegiatan prosefi yang nyata di masyarakat
pada umumnya.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Etika,Etiket, Moral, Hukum, dan Agama
a. Persamaan dan Perbedaan Etika dan Etiket
Persamaan Etika dan Etiket
Seringkali dua istilah tersebut disamakan artinya, padahal terdapat perbedaan yang sangat
mendasar antara keduanya. Dari asal katanya saja berbeda, yakni Ethics dan Ethiquetle. Etika
berarti moral sedangkan Etiket berarti sopan santun. Pengertian etika berbeda dengan etiket.
Etiket berasal dari bahasa Prancis etiquette yang berarti tata cara pergaulan yang baik antara
sesama manusia. Sementara itu etika, berasal dari bahasa Latin, berarti falsafah moral dan
merupakan cara hidup yang benar dilihat dari sudut budaya, susila, dan agama. Namun meskipun
berbeda, ada persamaan antara keduanya, yaitu:
1. Keduanya menyangkut objek yang sama yaitu perilaku manusia;
2. Etika dan etiket mengatur perilaku manusia secara normatif, artinya memberi norma bagi
perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yang harus dilakukan atau tidak
boleh dilakukan.
5
Hukum adalah refleksi minimum norma sosial dan standar dari sifat bisnis. Secara umum,
kebanyakan orang percaya bahwa sifat mematuhi hukum adalah juga sifat yang beretika. Tapi
banyak standar sifat di dalam sosial yang tidak tertuliskan dalam hukum. Contohnya saja dalam
konflik kepentingan mungkin tidak ilegal, tapi secara umum dapat menjadi tidak beretika dalam
kehidupan sosial.
Perbedaan Etika dan Hukum
Perbedaan etika dengan hukum dapat diuraikan sebagai berikut:
(1) Hukum pada dasarnya tidak hanya mencakup ketentuan yang dirumuskan secara tertulis,
tapi juga nilai-nilai konvensi yang telah menjadi norma di masyarakat.
(2) Etika mencakup lebih banyak ketentuan-ketentuan yang tidak tertulis.
(3) Pada umumnya kebanyakan orang percaya bahwa dengan perilaku yang patuh terhadap
hukum adalah juga merupakan perilaku yang etis.
(4) Banyak sekali standar perilaku yang sudah disepakati oleh masyarakat yang tidak tercakup
dalam hukum, sehingga terdapat bagian etika yang tercakup dalam hukum, namun sebagian
juga belum tercakup di dalam hukum, seperti contoh kasus di dalam masyarakat yang
dianggap melanggar etika tetapi dalam hukum itu tidak melanggar, sepanjang tidak ada
aturan yang tertulis bahwa tindakan tersebut adalah melanggar hukum.
(5) Norma hukum cepat ketinggalan zaman, hingga bisa menyebabkan celah hukum.
6
d. Etika dan Agama
Etika mendukung keberadaan Agama, dimana etika sanggup membantu manusia dalam
menggunakan akal pikiran untuk memecahkan masalah. Pada dasarnya agama memberikan
ajaran moral untuk menjadi pegangan bagi perilaku para penganutnya. Menurut Kanter (2001)
tidak mungkin orang dapat sungguh-sungguh hidup bermoral tanpa agama, karena (1) moralitas
pada hakikatnya bersangkut paut dengan bagaimana manusia menjadi baik, jalan terbaiknya
adalah kita mengikuti perintah dan kehendak Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan keyakinan
kita (2) agama merupakan salah satu pranata kehidupan manusia yang paling lama bertahan sejak
dulu kala, sehingga moralitas dalam masyarakat erat terjalin dengan kehidupan ber-agama (3)
agama menjadi penjamin yang kuat bagi hidup bermoral. Perbedaan antara etika dan ajaran
moral agama yakni etika mendasarkan diri pada argumentasi rasional. Sedangkan Agama
menuntut seseorang untuk mendasarkan diri pada wahyu Tuhan dan ajaran agama.
7
manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara
sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada; dan pada saat yang
dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang
secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik. Dengan
demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan "self control", karena segala
sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu
sendiri. Jadi etika lebih berkaitan dengan kepatuhan, sementara moral lebih berkaitan dengan
tindak kejahatan.
8
Ekonomi Amerika kala itu bertumbuh cepat dan niendorninasi pertumbuhan ekonomi
dunia, Amerika merajai bisnis dunia, perusahaan-perusahaannya beroperasi di banyak negara.
Pelaku-pelaku bisnis yang memiliki harta yang cukup banyak memasuki panggung politik dan
berhasil, dan sebagian pengusaha lainnya menjadi penguasa pemerintahan kala itu. Bisnis-bisnis
besar telah menggeser posisi bisnis-bisnis kecil dan menengah. Di sektor industri tercatat
perkembangan yang cukup tajam dengan meng- hasilkan banyak inovasi baru yang spektakuler.
Tidak semua inovasi dan teknologi yang ditemukan itu berdampak positif bagi kehidupan
manusia dan malah sebagian menjadi penyebab kerusakan lingkungan yang parah. Sustainability
nyaris terabaikan dalam pemikiran pebisnis saat itu, hingga mereka menuai protes-protes dari
berbagai lapisan masyarakat, terutama pencinta lingkungan baik dari dalam negeri maupun luar
negeri. Kritikan-kritikan dari politisi pun bermunculan, demikian juga gerakan-gerakan swadaya
masyarakat yang mengusung kepentingan publik. Desakan-desakan tersebut akhirnya
mendorong perusahaan-perusahaan untuk merumuskan berbagai program tanggung jawab sosial
perusahaan (corporate social responsibility). Tidak jelas apakah program tersebut lahir dari
nurani atau karena suatu keterpaksaan. Mulai saat itu etika bisnis mulai diteliti dan dibahas oleh
berbagai kalangan dan lapisan masyarakat dengan etika dalih penyelamatan komunitas dalam
jangka panjang dalam suatu tatanan nilai moralitas.
Etika bisnis yang lahir di Amerika Serikat sekitar tahun 1970-an dan menjadi isu utama
yang mengglobal sejak tahun 1990-an, selanjutnya menjadi isu yang ramai di bicarakan oleh
berbagai kalangan masyarakat. Pada awalnya hanya kalangan ahli agama dan filsafat saja yang
fokus dengan etika ini, Itu pun masih pada hal-hal yang bersifat makro dan universal. Dewasa ini
isu dan topik etika bisnis menjadi hangat dibicarakan mulai dari masyarakat awam, pemerintah,
praktisi (manajer, konsultan dan investor), para akademisi dari berbagai disiplin ilmu, lembaga
swadaya, sampai kepada para politisi. Walaupun dibahas oleh banyak kalangan dan diamini oleh
para pelaku bisnis, namun etika juga terlihat masih sangat langka diterapkan secara sepenuh hati.
Bagi pemerintah dan negara Amerika sebagai pelopor etika bisnis, mengakui bahwa etika bisnis
adalah sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang meliputi dunia bisnis mereka.
Ironisnya justru Amerika yang paling gigih menolak kesepakatan Bali pada pertemuan negara-
negara dunia tahun 2007. Ketika sebagian besar negara-negara peserta mempermasalahkan etika
industri negara-negara maju yang menjadi sumber penyebab global warning, Amerika
menolaknya. (Eldine, Achyar: 2008).
Sebagai cabang dari filsafat etika, maka etika bisnis tidak lain merupakan penerapan
prinsip-prinsip etika dengan pendekatan filsafat dalam kegiatan dan program bisnis. Karenanya
semua teori tentang etika dapat dimanfaatkan untuk membahas tentang etika bisnis. Aspek yang
dominan dari semua kata etika bisnis bermuara pada perilaku bermoral dalam kegiatan
bisnis.
Etika dalam arti sebenarnya dianggap sebagai acuan yang menyatakan apakah tindakan,
aktivitas atau perilaku individu bisa dianggap baik atau tidak. Karenanya etika bisnis sudah
tentu mengacu dan akan berbicara mengenai masalah baik atau tidak baiknya suatu aktivitas
bisnis. Dalam etika bisnis akan diuji peran-peran dan prinsip etika dalam konteks
komersial/bisnis (Rudito dan Famiola, 2007: 4). Moral selalu berkaitan dengan tindakan manusia
yang baik dan yang buruk sesuai dengan ukuran-ukuran yang diterima umum dalam suatu
9
lingkungan sosial tertentu. Dalam hal ini ukuran baik dan buruk manusia adalah manusia bukan
sebagai pelaku peran tertentu, dengan menggunakan norma moral, bukan sopan santun atau
norma hukum (Sumodiningrat dan Agustian, 2008: 58)
Moralitas adalah khas manusia dan karenanya moralitas merupakan dimensi nyata dalam
hidup manusia, baik perorangan maupun sosial (masyarakat).Tanpa moralitas dalam menjalan
usaha bisnis maka kehidupan bisnis menjadi chaos, tiada keteraturan dan ketenteraman dan pada
giliran-nya dunia bisnis menjadi sadis dan saling mematikan.
Mengacu kepada batasan etika dari berbagai pandangan ahli yang telah dikemukakan,
maka peran etika bisnis adalah membahas dan menunjuk alternatif pemecahan masalah bisnis
yang berlandaskan nilai-nilai moralitas dalam suatu kegiatan bisnis. Landasan yang digunakan
dalam hal ini adalah prinsip-prinsip, nilai dan norma-moral yang terwujud dalam sikap dan
perangai (akhlak) para pelaku bisnis dalam penyelenggaraan usaha bisnisnya dengan menjunjung
tinggi partisipan bisnisnya.
Penelitian yang dilakukan Mauro et al. (1999) tentang etika bisnis dan pengambilan
keputusan perusahaan menggunakan definisi etika dan etika bisnis yang dikembangkan oleh
Walton. Menurut Walton (1977 dalam Mauro,1999):
Ethics. A critical analysis of human acts to determine their tightness or wrongness in
terms of two major: truth and justice Business ethics. A range of criteria whereby human
actions are judge to include such things as societal expectations: fair competition; the
aesthetics or advertising and the used public relations; the meaning of social
responsibilities; reconciling corporate behavior at home with behavior abroad;
the extent of consumer sovereignty; the relevance of corporate size; the handling
communications, and the like
Maksudnya, etika merupakan analisis kritis tentang tindakan manusia untuk menentukan
kebenarannya atau kesalahannya dalam kerangka 2 kriteria utama: kebenaran dan keadilan.
Sementara etika bisnis merupakan sekumpulan kriteria di mana tindakan manusia di nilai
berdasarkan harapan masyarakat. Hasil penelitian Mouro (1999) menemukan bahwa "that
personal and business ethics are not separate entities, that they coexist in the behavior of
managers within the corporation, is supported in the current literature". Maksudnya adalah etika
personal dan etika bisnis merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dan keberadaannya saling
melengkapi dalam mempengaruhi perilaku manajer. Banyak literatur terbaru yang mendukung
perayataan dan hasil penelitian Mauro ini. Bagi mereka yang tidak mempunyai etika dalam
berbisnis adalah mereka yang hanya tergiur dengan keuntungan jangka pendek. Mereka yang
menjadikan keuntungan sebagai satu-satunya tujuan bisa menyebabkan perusahaan
menghalalkan segala macam cara untuk mengejar keuntungannya. Akibatnya merekapun sering
mengabaikan nilai-nilai etika bisnis. Bisnispun dijalankan secara tidak jujur, tidak adil,
melanggar kewajaran, penuh mark-up.
Pada Seminar Manajemen Profetik (Profesional Etik) yang diselenggarakan Universitas
Paramadina Mulya (1999), Nurcholis Madjid menyimpulkan bahwa etika subjektif seseorang
akan terefleksikan dalam aktivitas bisnisnya. Dengan kata lain etika bisnis seseorang merupakan
perpanjangan moda-moda tingkah lakunya atau tindakan-tindakan konstan, yang membentuk
10
keseluruhan citra diri atau akhlak orang itu. Hal ini didukung dengan pernyataan Fritzche (1995)
yang mengatakan bahwa:
Tampak tidak ada pemisahan antara etika bisnis dengan etika sehari-hari. Dengan kata
lain kita berketetapan bahwa tidak mungkin kita etis dalam berbisnis dan tidak etis dalam hal
yang lainnya, atau sebaliknya. Secara sedeerhan etika adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dari
individu, hal ini tidak dapat berubah pada setiap kesempatan. Pada tingkat praktis, ini
memunculkan tiga pernyataan dasar. Pertama, orang yang etis harus menghormati orang lain.
Kedua, etika itu dipelajari, tidak muncul secara langsung dari lahir. Ketiga, akar dari semua
hubungan etik yang sebenarnya adalah kehidupan spiritual dari Islam, Kristen, Budha, Hindu
ataupun yang tidak beragama sekalipun.
Etika bisnis merupakan salah satu bagian dari prinsip etika yang diterapkan dalam dunia
bisnis (Lozano, 1996). Istilah etika bisnis mengan-dung pengertian bahwa etika bisnis
merupakan sebuah rentang aplikasi etika yang khusus mempelajari tindakan yang diambil oleh
bisnis dan pelaku bisnis. Epstein (1989) menyatakan etika bisnis sebagai sebuah perspektif
analisis etika di dalam bisnis yang menghasilkan sebuah proses dan sebuah kerangka kerja untuk
membatasi dan mengevaluasi tindakan-tindakan individu, organisasi, dan terkadang seluruh
masyarakat sosial. Menurut David (1998), etika bisnis adalah aturan main prinsip dalam
organisasi yang menjadi pedoman membuat keputusan dan tingkah laku. Etika bisnis adalah
etika pelaku bisnis. Pelaku bisnis tersebut bisa saja manajer, karyawan, konsumen, dan
masyarakat.
Etika bisnis merupakan produk pendidikan etika masa kecil, namun tetap dipengaruhi
oleh lingkungan sekitarnya. Sebagian besar pakar psikologi berkeyakinan bahwa penanaman
awal nilai-nilai kedisiplinan, moral, etika yang dilakukan pada masa balita akan sangat
berpengaruh terhadap pembentukan persepsi hati nurani seseorang tatkala ia mulai beranjak
dewasa (Faisal Afiff, 2003). Lingkungan bisnis dapat merontokkan etika individu dan sebaliknya
etika individu dapat mempengaruhi lingkungan bisnis tergantung mana yang kuat. Terjadinya
krisis multi dimensional beberapa tahun terakhir menjadikan etika bisnis sebagai sorotan dan
perhatian dari masyarakat dan para pengamat. Tuntutan masyarakat akan etika dan tolok ukur
etika meningkat, hal ini disebabkan pula oleh pengungkapan dan publikasi, kepedulian publik,
regulasi pemerintah, kesadaran CEO akan etika dan profesionalisme bisnis meningkat (Hoesada,
1997). Etika bisnis adalah bisnis setiap orang di setiap hari, sehingga etika bisnis termasuk
semua manajer dan hubungan bisnis mereka serta tindakan-tindakan mereka. Etika bisnis adalah
tuntutan harkat etis manusia dan tidak bisa ditunda sementara untuk membenarkan tindakan dan
sikap tidak adil, tidak jujur dan tidak bermoral.
Sebagai cabang dari filsafat etika, maka etika dalam aktivitas bisnis tidak lain merupakan
penerapan prinsip-prinsip etika dengan pendekatan filsafat dalam kegiatan dan program bisnis.
Karenanya semua teori tentang etika dapat dimanfaatkan untuk membahas tentang etika dalam
aktivitas bisnis. Aspek yang dominan dari semua kata etika dalam aktivitas bisnis bermuara pada
perilaku bermoral.
Etika dalam arti sebenarnya dianggap sebagai acuan yang menyatakan apakah tindakan,
aktivitas atau perilaku individu bisa dianggap baik atau tidak. Karenanya etika bisnis sudah tentu
11
mengacu dan akan berbicara mengenai masalah baik atau tidak baiknya suatu aktivitas bisnis.
Dalam etika bisnis akan diuji peranperan dan prinsip etika dalam konteks komersial/bisnis.
Moral selalu berkaitan dengan tindakan manusia yang baik dan yang buruk sesuai dengan
ukuran-ukuran yang diterima umum dalam suatu lingkungan sosial tertentu. Dalam hal ini
ukuran baik dan buruk manusia adalah manusia bukan sebagai pelaku peran tertentu, dengan
menggunakan norma moral, bukan sopan santun atau norma hukum.
Moral (Moralitas) adalah khas manusia dan karenanya moralitas merupakan dimensi
nyata dalam hidup manusia, baik perorangan maupun sosial (masyarakat).Tanpa moralitas dalam
menjalan usaha bisnis maka kehidupan bisnis menjadi chaos, tiada keteraturan dan ketenteraman
dan pada gilirannya dunia bisnis menjadi sadis dan saling mematikan.
Mengacu kepada batasan etika dari berbagai pandangan ahli yang telah dikemukakan,
maka peran etika adalah membahas dan menunjuk alternatif pemecahan masalah bisnis yang
berlandaskan nilai-nilai moralitas dalam suatu kegiatan bisnis. Landasan yang digunakan dalam
hal ini adalah prinsip-prinsip, nilai dan norma-moral yang terwujud dalam sikap dan perangai
(akhlak) para pelaku bisnis dalam penyelenggaraan usaha bisnisnya dengan menjunjung tinggi
partisipan bisnisnya.
Pada dasarnya etika bisnis menyoroti moral perilaku manusia yang mempunyai profesi di
bidang bisnis dan dimiliki secara global oleh perusahaan secara umum, sedangkan perwujudan
dari etika bisnis yang ada pada masing-masing perusahaan akan terbentuk dan terwujud sesuai
dengan kebudayaan perusahaan yang bersangkutan. Etika bisnis ini akan muncul ketika masing-
masing perusahaan berhubungan dan berinteraksi satu sama lain sebagai sebuah satuan
stakeholder. Tujuan etika bisnis disini adalah menggugah kesadaran moral para pelaku bisnis
untuk menjalankan bisnis dengan "baik dan bersih".
Etika bisnis dapat dibagi ke dalam 2 (dua) pandangan, yaitu:
(1) Normative ethics:
Concerned with supplying and justifying a coherent moral system of thinking and judging.
Normative ethics seeks to uncover, develop, and justify basic moral principles that are
intended to guide behavior, actions, and decisions.
(2) Descriptive ethics:
Is concerned with describing, characterizing, and studying the morality of a people, a
culture, or a society. It also compares and contrasts different moral codes, systems,
practices, beliefs, and values.
Banyak yang mempertanyakan apakah ada bukti bahwa etika dalam berbisnis secara
sistematis berkorelasi dengan keuntungan? Contoh yang paling sederhana coba kita sajikan
disini. Jika bisnis berusaha mengambil keuntungan dari karyawan, pelanggan, pemasok, dan
kreditur melalui perilaku yang sekarang tidak etis, maka kemungkinan mereka akan menemukan
cara untuk membalas dendam kepada kita ketika bertemu lagi. Balas dendam dapat berbentuk
sederhana seperti menolak untuk membeli, menolak untuk bekerja, menolak berbisnis dengan
pihak yang bersangkutan.
12
Secara empiris sebuah studi selama 2 tahun yang dilakukan The Performance Group, sebuah
konsorsium yang terdiri dari Volvo, Unilever, Monsanto, Imperial Chemical Industries, Deutsche
Bank, Electrolux, dan Gerling, menemukan bahwa pengembangan produk yang ramah
lingkungan dan peningkatan environmental compliance bisa menaikkan EPS (earning per share)
perusahaan, mendongkrak profitability, dan menjamin kemudahan dalam mendapatkan kontrak
atau persetujuan investasi. Di tahun 1999, jurnal Business and Society Review menulis bahwa
300 perusahaan besar yang terbukti melakukan komitmen dengan publik yang berlandaskan pada
kode etik akan meningkatkan market value added sampai dua-tiga kali dan pada perusahaan lain
yang tidak melakukan hal serupa. Bukti lain, seperti riset yang dilakukan oleh DePaul University
di tahun 1997, menemukan bahwa perusahaan yang merumuskan komitmen korporat mereka
dalam menjalankan prinsip-prinsip etika memiliki kinerja finansial (berdasar penjualan) yang
lebih bagus dari perusahaan lain yang tidak melakukan hal serupa.
Beberapa pebisnis berpendapat bahwa terdapat hubungan simbiosis antara etika dan
bisnis dimana masalah etik sering dibicarakan pada bisnis yang berorientasi pada keuntungan.
Dalam hal ini terdapat versi yang lemah dan versi yang kuat mengenai pendekatan ini. Versi
yang lemah mengatakan bahwa etika yang baik dihasilkan dari bisnis yang baik, secara
sederhana praktik bisnis yang bermoral adalah praktik bisnis yang menguntungkan.
Kebutuhan aspek moral dalam bisnis adalah:
(1) Praktik bisnis yang bermoral hanya akan memberikan keuntungan ekonomis dalam jangka
panjang. Bagi bisnis yang didesain untuk keuntungan jangka pendek hanya akan
memberikan insentif yang kecil. Dalam kompetisi bisnis di pasar yang sama, keuntungan
jangka pendek merupakan keputusan yang diambil oleh kebanyakan perusahaan untuk dapat
bertahan.
(2) Beberapa praktik bisnis yang bermoral mungkin tidak memiliki nilai ekonomis bahkan
dalam jangka panjang sekalipun. Sebagai contoh, bagaimana mengkampanyekan kerugian
merokok, sebagai lawan dari promosi rokok itu sendiri.
(3) Praktik bisnis yang bermoral akan menghasilkan keuntungan akan sangat tergantung pada
saat bisnis tersebut dijalankan. Pada pasar yang berbeda, praktik yang sama mungkin tidak
memberikan nilai ekonomis. Jadi masalah tumpang tindih antara eksistensi moral dan
keuntungan sifatnya terbatas dan insidental (situasional)
13
b. Prinsip kejujuran
Kegiatan bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil jika tidak didasarkan atas
kejujuran.
• Jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak.
• Kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding.
Jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.
c. Prinsip keadilan
Menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan
sesuai kriteria yang rasional obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.
d. Prinsip saling menguntungkan (mutual benefit principle)
Menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.
e. Prinsip integritas
Dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu
menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan, karyawan, maupun
perusahaannya.
14
BAB III
3.1 KESIMPULAN
Di dalam persaingan dunia usaha yang sangat ketat ini, etika bisnis merupakan sebuah
harga mati, yang tidak dapat ditawar lagi. Dalam zaman keterbukaan dan luasnya informasi saat
ini, baik-buruknya sebuah dunia usaha dapat tersebar dengan cepat dan luas. Memposisikan
karyawan, konsumen, pemasok, pemodal dan masyarakat umum secara etis dan jujur adalah
satu-satunya cara supaya dapat bertahan di dalam dunia bisnis saat ini.
Ketatnya persaingan bisnis menyebabkan beberapa pelaku bisnisnya kurang
memperhatikan etika dalam bisnis.Etika bisnis mempengaruhi tingkat kepercayaan atau trust dari
masing-masing elemen dalam lingkaran bisnis. Pemasok (supplier),perusahaan, dan konsumen,
adalah elemen yang saling mempengaruhi. Masing-masing elemen tersebut harus menjaga etika,
sehingga kepercayaan yang menjadi prinsip kerja dapat terjaga dengan baik.
Etika berbisnis ini bisa dilakukan dalam segala aspek. Saling menjaga kepercayaan dalam
kerjasama akan berpengaruh besar terhadap reputasi perusahaan tersebut, baik dalam lingkup
mikro maupun makro. Tentunya ini tidak akan memberikan keuntungan segera, namun ini adalah
wujud investasi jangka panjang bagi seluruh elemen dalam lingkaran bisnis. Oleh karena itu,
etika dalam berbisnis sangatlah penting. Dan tentunya dalam bidang profesi masing-masing.
3.2 Saran
Perlu adanya sadar diri didalam hati para pegawai didalam perusahaan yang ingin
menerapkan etika didalam bisnis dan suatu profesi agar tidak adanya kecurangan atau
kebohongan yang terjadi pada perusahaan itu nantinya dan perlu diterapkannya sanksi atau
hukuman yang berat apabila ada salah satu pegawai yang melanggarnya, sehingga etika di dalam
bisnis pun dapat berjalan dengan baik dan lancer di perusahaan tersebut.
15
DAFTAR PUSTAKA
16