Anda di halaman 1dari 40

MINI RISET

Mata Kuliah : BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA

DOSEN PENGAMPU :

Drs. La Hanu,M,Si/Choms Gary GT Sibarani, SE, S.Pd, M.Si, Ak,CA

DISUSUN OLEH :
ARTARIA GRATIA RITONGA (7183342027)

AULIA NURUL ATIKA (7183142034)

NIFTY ADELA SITANGGANG (7183342012)

PENDIDIKAN AKUNTASI A 2018


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan laporan “Mini riset “ ini untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya yang dapat selesai tepat
pada waktunya

Dalam penyusunan laporan ini kami juga tidak lupa berterima kasih kepada
dosen pengampu yang telah membimbing kami dalam menyusun laporan ini ini dan
kami berharap semoga dapat di terima dan berkenan di hati pembaca

Kami menyadari dalam penyusunan tugas Mini riset ini masih jauh dari kata
sempurna dan kami juga meminta maaf apa bila masih ada kata ataupun kalimat yang
salah penulisan dan kami mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca. Semoga Mini
riset dan Rekayasa ide ini kedepanya lebih baik lagi penyusunannya dan dapat
bergunadan bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, November
2020

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PEGANTAR ……………………………………………………………….……2


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………4
A. Latar Belakang ………………………………………………………………….4
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………….4
C. Tujuan ……………………………………………………………………………5
BAB II KAJIAN TEORI …………………………………………………..….………6
BAB III METODE PENELITIAN …………………………………………………..11
BAB IV HASIL DAN PERMASALAHAN……………………………………….….12
BAB VI PENUTUP…………………………………………………………………….16
A. Kesimpulan ……………………………………………………….16
B. Saran ………………………………………………………………16
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….15

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Entitas bank syariah di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1983 dengan
keluarnya Paket Desember 1983 (Pakdes 83) yang berisi sejumlah regulasi di bidang
perbankan, dimana salah satunya terdapat peraturan yang mendukung bank memberikan
kredit dengan bunga 0% (zero interest). Perkembangan dimaksud diikuti oleh serangkaian
kebijakan di bidang perbankan yang tertuang dalam Paket Oktober 1988 (Pakto 88).
Pakto 88 intinya merupakan deregulasi perbankan yang memberikan kemudahan bagi
pendirian bank-bank baru, sehingga industri perbankan pada waktu itu mengalami
pertumbuhan yang sangat pesat.
Kemudian tahun 1991 berdirilah Bank Muamalat Indonesia (BMI) sebagai bank
umum satu-satunya yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip bagi hasil.
Namun, eksistensi bank syariah di Indonesia secara formal telah dimulai sejak tahun 1992
dengan diberlakukannya UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Namun, harus
dipahamai bahwa UU tersebut tidak memberikan landasan hukum yang cukup kuat
terhadap pengembangan bank syariah karena masih tidak secara tegas mencantumkan
kata-kata “prinsip syariah” dalam kegiatan usahanya hanya menggunakan istilah bank
bagi hasil. Diamandemennya UU No. 7 tahun 1992 yang kemudian melahirkan UU No.
10 tahun 1998 secara eksplisit menetapkan bahwa bank dapat beroperasi berdasarkan
prinsip-prinsip syariah.
Era Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, kebijakan hukum perbankan di
Indonesia menganut sistem perbankan ganda (dual banking system). Kebijakan ini intinya
memberikan kesempatan bagi bank-bank umum konvensional untuk memberikan layanan
syariah melalui mekanisme islamic window dengan terlebih dahulu membentuk Unit
Usaha Syariah (UUS). Kebijakan tersebut juga untuk mendorong perkembangan pasar
perbankan syariah dimana masih menunjukkan data yang rendah khususnya pada bidang
pembiayaan.
Perbankan syariah merupakan lembaga keuangan berbasis syariah yang harus
dapat menyesuaikan dengan berbagai kondisi pasar yang sedang berkembang saat ini dari
seluruh bagian. Dimana perkembangan tersebut yaitu dapat dilihat dari sisi kemudahan-
kemudahan dalam melayani berbagai transaksi dengan menggunakan teknologi yang
semakin luas di era digital saat ini yang telah mempengaruhi pola perilaku manusia dalam
mengakses beragam informasi dan berbagai fitur layanan elektronik. Salah satu
perkembangan teknologi yang menjadi bahan kajian terkini di Indonesia adalah
Teknologi Finansial atau Financial Technology (FinTech) dalam lembaga perbankan.
Menurut definisi yang dijabarkan oleh National Digital Research Centre (NDRC),
teknologi finansial adalah istilah yang digunakan untuk menyebut suatu inovasi di bidang
jasa finansial, di mana istilah tersebut berasal dari kata “financial” dan
“technology”(FinTech) yang mengacu pada inovasi finansial dengan melalui teknologi
modern.
1.2. Rumusan Masalah

 Bagaimana peran FINTECH dalam pembiayaan perbankan syariah di


Indonesia?

4
 Teknologi seperti apa yang telah diterapkan dalam dunia perbankan,
terkhususnya perbankan syariah ?
 Apa kelebihan dari FINTECH yang telah digunakan oleh perbankan
syariah ?
 Apa kelemahan dari FINTECH yang telah digunakan oleh perbankan
syariah ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini ingin mengetahui perkembangan aplikasi yang diciptakan


perbankan syariah agar dapat memanfaatkan FinTech dalam upaya percepatan proses
pembiayaan

5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Perbankan Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Bank secara bahasa diambil dari bahasa Itali, yakni banco yang mempunyai arti
meja. Penggunaan istilah ini disebabkan dalam realita kesehariannya bahwa setiap proses
dan transaksi sejak dahulu dan mungkin di masa yang datang dilaksanakan di atas meja.
Dalam bahasa arab, bank biasa disebut dengan mashrof yang bearti tempat berlangsung
saling menukar harta, baik dengan cara mengambil ataupun menyimpan atau selain untuk
melakukan muamalat.
Menurut UU Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998, tentang perubahan atas UU
No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan bahwa Bank umum adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah
yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedang
pengertian prinsip syariah itu sendiri adalah aturan berdasarkan hukum Islam. Menurut
Karnaen Purwaatmadja, bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-
prinsip Islam, yakni bank dengan tata cara dan operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan
syariah Islam.
Adapun perbedaan pokok antara bank syariah dengan bank konvensioanl terdiri
dari beberapa hal. Bank syariah tidak melaksanakan sistem bunga dalam seluruh
aktivitasnya, sedang bank konvensional memakai sistem bunga. Hal ini memiliki
implikasi yang sangat dalam dan sangat berpengaruh pada aspek operasional dan produk
yang dikembangkan oleh bank syariah. Bank syariah lebih menekankan sistem kerja serta
partnership, kebersamaan terutama kesiapan semua pihak untuk berbagi termasuk dalam
hal-hal keuntungan dan kerugian.
2. Fungsi dan Peran Bank Syariah
Bank syariah adalah bank yang menjalankan fungsi intermediasinya berdasarkan
prinsip-prinsip syariat Islam. Peran dan fungsi bank syariah, di antaranya sebagai berikut:
 Sebagai tempat menghimpun dana dari masyarakat atau dunia usaha
dalam bentuk tabungan (mudharabah), dan giro (wadiah), serta
menyalurkannya kepada sektor rill yang membutuhkan.
 Sebagai tempat investasi bagi dunia usaha (baik dana modal maupun dana
rekening investasi) dengan menggunakan alat-alat investasi yang sesuai
dengan syariah.
 Menawarkan berbagai jasa keuangan berdasarkan upah dalam sebuah
kontrak perwakilan atau penyewaan.
 Memberikan jasa sosial seperti pinjaman kebajikan, zakat dan dana sosial
lainnya yang sesuai dengan ajaran Islam.

3. Tujuan Bank Syariah


Upaya percapaian keuntungan yang setinggi-tingginya (profit maximization) adalah
tujuan yang biasa dicanangkan oleh bank komersial, terutama bank konvensional.
6
Berbeda dengan tujuan bank konvensional, bank syariah berdiri untuk menggalakkan,
memelihara dan mengembangkan jasa-jasa serta produk-produk perbankan yang
berdasarkan prinsip-prinsip syariat Islam. Bank syariah juga memiliki kewajiban untuk
mendukung aktivitas investasi dan bisnis yang ada di lembaga keuangan sepanjang
aktifitas tersebut tidak dilarang dalam Islam. Selain itu, bank syariah harus lebih
menyentuh kepentingan masyarakat kecil.
4. Produk-Produk Bank Syariah

Beberapa produk jasa yang disediakan oleh bank berbasis syariah antara lain:

a. Titipan atau simpanan

 Al-Wadi'ah (jasa penitipan), adalah jasa penitipan dana dimana penitip dapat
mengambil dana tersebut sewaktu-waktu. Dengan sistem wadiah Bank tidak
berkewajiban, namun diperbolehkan, untuk memberikan bonus kepada nasabah.
Bank Muamalat Indonesia-Shahibul Maal.

 Deposito Mudharabah, nasabah menyimpan dana di Bank dalam kurun waktu


yang tertentu. Keuntungan dari investasi terhadap dana nasabah yang dilakukan
bank akan dibagikan antara bank dan nasabah dengan nisbah bagi hasil tertentu.

b. Bagi hasil

 Al-Musyarakah (Joint Venture), konsep ini diterapkan pada model partnership


atau joint venture. Keuntungan yang diraih akan dibagi dalam rasio yang
disepakati sementara kerugian akan dibagi berdasarkan rasio ekuitas yang dimiliki
masing-masing pihak. Perbedaan mendasar dengan mudharabah ialah dalam
konsep ini ada campur tangan pengelolaan manajemennya sedangkan mudharabah
tidak ada campur tangan

 Al-Mudharabah, adalah perjanjian antara penyedia modal dengan pengusaha.


Setiap keuntungan yang diraih akan dibagi menurut rasio tertentu yang disepakati
diawal. Risiko kerugian ditanggung penuh oleh pihak Bank kecuali kerugian yang
diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan, kelalaian dan penyimpangan pihak
nasabah seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan.

 Al-Muzara'ah, adalah bank memberikan pembiayaan bagi nasabah yang bergerak


dalam bidang pertanian/perkebunan atas dasar bagi hasil dari hasil panen.

 Al-Musaqah, adalah bentuk lebih yang sederhana dari muzara'ah, di mana


nasabah hanya bertanggung-jawab atas penyiramaan dan pemeliharaan, dan
sebagai imbalannya nasabah berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.


7
c. Jual beli

 Bai' Al-Murabahah, adalah penyaluran dana dalam bentuk jual beli. Bank akan
membelikan barang yang dibutuhkan pengguna jasa kemudian menjualnya
kembali ke pengguna jasa dengan harga yang dinaikkan sesuai margin
keuntungan yang ditetapkan bank, dan pengguna jasa dapat mengangsur barang
tersebut. Besarnya angsuran flat sesuai akad diawal dan besarnya angsuran=harga
pokok ditambah margin yang disepakati. Contoh: harga rumah 500 juta, margin
bank/keuntungan bank 100 jt, maka yang dibayar nasabah peminjam ialah 600
juta dan diangsur selama waktu yang disepakati diawal antara Bank dan Nasabah.

 Bai' As-Salam, Bank akan membelikan barang yang dibutuhkan di kemudian hari,
sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Barang yang dibeli harus diukur dan
ditimbang secara jelas dan spesifik, dan penetapan harga beli berdasarkan
keridhaan yang utuh antara kedua belah pihak. Contoh: Pembiayaan bagi petani
dalam jangka waktu yang pendek (2-6 bulan). Karena barang yang dibeli
(misalnya padi, jagung, cabai) tidak dimaksudkan sebagai inventori, maka bank
melakukan akad bai' as-salam kepada pembeli kedua (misalnya Bulog, pedagang
pasar induk, grosir). Contoh lain misalnya pada produk garmen, yaitu antara
penjual, bank, dan rekanan yang direkomendasikan penjual.

 Bai' Al-Istishna', merupakan bentuk As-Salam khusus di mana harga barang bisa
dibayar saat kontrak, dibayar secara angsuran, atau dibayar di kemudian hari.
Bank mengikat masing-masing kepada pembeli dan penjual secara terpisah, tidak
seperti As-Salam di mana semua pihak diikat secara bersama sejak semula.
Dengan demikian, bank sebagai pihak yang mengadakan barang bertanggung-
jawab kepada nasabah atas kesalahan pelaksanaan pekerjaan dan jaminan yang
timbul dari transaksi tersebut.

 Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas
barang itu sendiri.

 Al-Ijarah Al-Muntahia Bit-Tamlik sama dengan ijarah adalah akad pemindahan


hak guna atas barang dan jasa melalui pembayaran upah sewa, namun dimasa
akhir sewa terjadi pemindahan kepemilikan atas barang sewa.

8
d. Jasa

 Al-Wakalah adalah suatu akad pada transaksi perbankan syariah, yang merupakan
akad (perwakilan) yang sesuai dengan prinsip prinsip yang di terapkan dalam
syariat islam.

 Al-Kafalah adalah memberikan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada


pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung,
dengan kata lain mengalihkan tanggung jawab seorang yang dijamin dengan
berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai jaminan.

 Al-Hawalah adalah akad perpindahan dimana dalam praktiknya memindahkan


hutang dari tanggungan orang yang berhutang menjadi tanggungan orang yang
berkewajiban membayar hutang (contoh: lembaga pengambilalihan hutang).

 Ar-Rahn, adalah suatu akad pada transaksi perbankan syariah, yang merupakan
akad gadai yang sesuai dengan syariah.

 Al-Qardh adalah salah satu akad yang terdapat pada sistem perbankan syariah
yang tidak lain adalah memberikan pinjaman baik berupa uang ataupun lainnya
tanpa mengharapkan imbalan atau bunga ( riba . secara tidak langsung berniat
untuk tolong menolong bukan komersial.

B. Financial Technology (Fintech) Perbankan Syariah

FinTech dengan layanan keuangan seperti crowdfunding, mobile


payments, dan jasa transfer keuangan menyebabkan revolusi dalam bisnis
perbankan, dimana dengan crowdfunding dapat memperoleh dana dari seluruh
dunia dengan mudah. Secara garis besar, berikut ini peranan teknologi informasi
yaitu sebagai berikut:

(i) Teknologi informasi menggantikan peran manusia, dalam hal ini teknologi
informasi melakukan otomasi terhadap suatu aktifitas atau proses;

(ii) Teknologi memperkuat peran manusia, yaitu dengan menyajikan informasi


terhadap suatu proses;

(iii) Teknologi informasi dalam merestrukturisasi terhadap peran manusia, dalam


hal ini teknologi berperan dala melakukan perubahan-perubahan terhadap
sekumpulan proses

Definisi FinTech seperti yang dijabarkan oleh National Digital Research Centre
(NDRC) adalah istilah yang digunakan untuk menyebut suatu inovasi dibidang jasa
9
financial financial yang mengacu pada inovasi financial dengan sentuhan teknologi
modern. FinTech merupakan salah satu bentuk penerapan teknologi informasi dibidang
keuangan dengan muncul berbagai model keuangan baru dimulai pertama kali pada tahun
2004 oleh Zopa, yaitu institusi keuangan yang berada di Inggris yang menjalankan jasa
peminjaman uang

C. FinTech Dalam Kualitas Pelayanan Bank Syariah

Kegiatan usaha FinTech sangat efisien, tidak diperlukan banyak sumber daya
manusia, tidak diperlukan bangunan yang besar, namun memiliki peluang dan
kesempatan yang luas. FinTech lebih efisien karena dapat menekan biaya operasional
sehingga dapat menyalurkan pembiayaan dengan proses yang lebih cepat dan tepat.
Munculnya perusahaan-perusahaan keuangan berbasis teknologi atau Financial
Technology (FinTech) memaksa industri perbankan syariah untuk berbenah diri. FinTech
tidak saja melayani pembayaran, pembiayaan atau jasa keuangan lain sebagaimana bisnis
tradisional perbankan. Dengan kecanggihan teknologi dan inovasi yang tiada henti,
dengan FinTech maka bank syariah dapat menjangkau nasabah yang selama ini tidak
punya akses ke sistem perbankan syariah. Bertolak dari beragam pernyataan di atas,
pengkajian terhadap kualitas layanan perbankan dapat dicermati berdasarkan dimensi
kualitas layanan atau yang biasa disebut dengan istilah service quality. Adapun dimensi
kualitas layanan yang dimaksud, yaitu Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance,
Emphaty.

D. Analisa SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk


merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats).Proses
penyusunan perencanaan strategi dalam analisis SWOT melalui 3 tahap analisis yaitu:

a) Tahap Pengumpulan Data

b) Tahap Analisis

c) Tahap Pengambilan Keputusan

10
Penyusunan formulasi strategis dibuat berdasarkan hasil analisis SWOT. Yaitu
dengan menggabungkan berbagai indikator yang terdapat dalam kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman. Strategi yang dipilih adalah strategi yang dapat memecahkan isu
strategis perusahaan.

E. Pembiayaan Bank Syariah

Jenis-jenis pembiayaan menurut sifat penggunaanya, yaitu:


1) Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha baik usaha
produksi, perdagangan, maupun investasi.
2) Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang
umumya perorangan.

F. Financial Technology (FinTech)

Di Indonesia, dari empat kategori utama Fintech yang kami definisikan, yaitu : (1)
payment, clearing, settlement; (2)deposit, lending, capital raising; (3)market
provisioning; serta (4)investment & risk management, pangsa aktivitas FinTech di
Indonesia pada tahun 2016 didominasi sebesar 56% oleh kelompok pertama. Kemudian,
berdasarkan data Statistik, pada tahun 2016 nilai transaksi FinTech di Indonesia
diperkirakan telah menembus angka USD 14,5 Miliar. Berikut ini peranan FinTech, yaitu
sebagai berikut:

 Memberi solusi struktural bagi pertumbuhan industri berbasis elektronik


(ecommerce);
 Mendorong pertumbuhan usaha kecil dan menengah serta lahirnya
wirausahawan (entrepreneur) baru;
 Mendorong usaha kreatif (seperti artis, musisi, pengembang aplikasi,
dsb.) untuk meraih distribusi pasar yang luas (critical mass);
 Memungkinkan pengembangan pasar, terutama yang masih belum
terlayani jasa keuangan dan perbankan konvensional (unbanked
population)

Adapun tantangan-tantangan FinTech, yaitu:

 Regulasi belum matang, aturan tumpang-tindih, berpotensi menimbulkan


penyelewengan (contoh: shadow banking, MLM, money game, dll.)

11
 FinTech membawa inovasi yang bersifat “merusak” (disruptive),
berpotensi membuat air menjadi keruh
 Percepatan problem klasik teknologi: polarisasi pekerjaan akibat
disintermediasi (job polarisation), melebarkan digital divide, dan
“pengkultusan” sebagai jalan potong (shortcut) pertumbuhan ekonomi

12
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Survey
3.1.1. Tempat Penelitian
Dalam penyusunan mini riset ini kami melakukan penelitian adalah kota Medan
yang berdaskan tempat penelitian dari artikel yang disusun oleh Ridwan Muchlis yang
berjudul Analisis SWOT Financial Technology (Fintech) Pembiayaan Perbankan Syariah
Di Indonesia (Studi Kasus 4 Bank Syariah Di Kota Medan) yang menjadi tempat kami
meneliti
3.1.2. waktu penelitian
Kami melakukan penelitian pada jumat, 30 November 2019
3.2 subjek survey
Subjek penelitian yang kami lakukan Empat Bank Syariah yang ada dikota Medan
yaitu PT. Bank BRISyariah, Tbk; PT. Bank Syariah Mandiri; PT. Bank Muamalat; dan
PT. Bank CIMB Niaga Syariah
3.3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
pustaka dimana data yang kami perlukan di peroleh d ari membaca atau memahami
artikel ilmiah.
3. 4 Teknik analisis data
Penelitian ini ingin mengetahui perkembangan aplikasi yang diciptakan
perbankan syariah agar dapat memanfaatkan FinTech dalam upaya percepatan proses
pembiayaan

13
BAB IV

HASIL DAN PERMASALAHAN

A. PEMBAHASAN

Pada saat ini infrastruktur IT yang baik hanya dapat dirasakan oleh masyarakat di
perkotaan besar saja, sedangkan jaringan internet tidak dapat tersebar secara merata
masuk ke daerah pelosok, inilah salah satu kendala terbesar penyebaran FinTech dan
merupakan solusi yang ditawarkan dari FinTech.

1. Sumber Daya Insani (SDI)

Terbatasnya kemampuan yang dimiliki masyarakat pedesaan dalam


mengaplikasikan financial technology di daerahnya, membuat penyebaran financial
technology menjadi terhambat. Kondisi ini membuat pemerintah sulit untuk
mengembangkan FinTech di daerah tersebut dikerenakan kurangnya tenaga kerja yang
dapat menunjang keberlangsungan perekonomian modern. Seharusnya penyediaan
sumber daya manusia (SDM).

2. Perundang-undangan

Terkait kekosongan hukum, pada saat ini industri FinTech mengacu pada undang-
undang hukum perdata. Namun saat ini belum adanya aturan khusus mengenai financial
technology menjadikan masalah ini sebagai salah satu hambatan tersebarnya FinTech
dikalanan yang lebih luas. Sebagai pemerintah hendaknya dapat mengeluarkan peraturan
khusus terkait dengan FinTech sehingga ketertarikan masyarakat untuk dapat
menggunakan FinTech meningkat.

 Proses FinTech Pembiayaan di PT. Bank Syariah Mandiri


Proses pembiayaan pada PT. Bank Syariah Mandiri pada umumnya juga terdapat
persamaan dengan PT. Bank BRISyariah, Tbk dan juga tidak secara menyuluruh karena
masih ada kombinasi antara proses manual dengan sistem. Berdasarkan hasil wawancara
yang kami peroleh bahwa proses yang dilakukan padaPT. Bank Syariah Mandiri yaitu
dilakukan diawal proses pengajuan, melakukan permintaan data-data seperti keuangan
dan identitas pribadi kemudian dilakukan analisa oleh bagian analisa pembiayaan,
pengajuan pada komite pembiayaan, dan proses konfirmasi ke nasabah hingga proses
pengajuan realisasi pembiayaan pada bagian operasional. Namun,proses tersebut tidak
fokus pada satu sistem saja karena masih terpecah antara menggunakan sistem dengan
proses manual sehingga perlu dilakukan perubahan untuk lebih menggunakan sistem
agar terkointegrasi menyeluruh dan memberikan pelayanan yang cepat.

14
 Proses FinTech Pembiayaan di PT. Bank CIMB Niaga Syariah
PT. Bank CIMB Niaga Syariah pada umumnya menggunakan proses pembiayaaan yang
lebih sistematis secara sistem karena telah menggunakan system yang mereka sebut
BCS [Business Credit System]. Sehingga proses pembiayaan sudah menggunakan
aplikasi BCS sejak inisiasi dilakukan oleh RM/AO sampai kepada pencairan
pembiayaan dilakukan. Namun demikian CIMB Niaga Syariah masih terus
mengembangkan dan menyempurnakan system ini dengan tujuan akhir proses and to
end nya akan terintegrasi dan termonitor dalam system yang akan dibuat.
B. HASIL

FinTech yang akan diimplementasikan pada lembaga perbankan syariah di


Indonesia memiliki analisis kelemahan sebagai berikut: Pertama, membutuhkan koneksi
internet yang mendukung, baik dari segi kecepatan akses maupun server yang stabil
dalam mengirimkan file data, karena transaksi FinTech akan berlangsung dengan lancar
ketika akses internet tidak mengalami gangguan. Kedua, timbulnya aksi kejahatan
online seperti penyadapan, pembobolan, dan cybercrime dalam transaksi FinTech
perbankan syariah, membuat masyarakat menjadi ragu untuk melakukan transaksi
online, sehingga nasabah tetap berharap adanya kantor cabang lembaga perbankan
syariah yang hadir di daerah mereka. Ketigaa, ketimpangan akses layanan perbankan
karena infrastruktur teknologi komunikasi yang tidak merata antara daerah perkotaan
dengan daerah 3T, menyebabkan masyarakat kesulitan melakukan transaksi finansial
secara online, sehingga layanan perbankan syariah tidak dapat dinikmati secara
maksimal. Keempat, pengetahuan masyarakat akan teknologi finansial yang relatif
rendah memungkinkan mereka tidak dapat maksimal dalam mengakses layanan
perbankan.
Kelemahan dari pihak masyarakat juga menjadi faktor kelemahan FinTech
tersosialisasi dengan optimal seperti di daerah pedesaan sebagian besar tidak mengenal
istilah FinTech secara menyeluruh tentang bagaimana cara penggunaannya, apa saja
manfaatanya, keuntungan dan tujuan yang dapat diperoleh dari penggunaannya
dikerenakan kurangnya literasi pemerintah dalam menegenalkan sistem keuangan yang
baik.

15
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Fintech telah dan akan membantu bank syariah dalam kecepatan dan akurasi dalam
memproses data operasi bisnis dan pemasaran produk. Proses pembiayaan bank syariah selama
ini masih banyak yang dilakukan secara manual, dengan keterbatasan skill SDM dan masih
manualnya proses pembiayaan ini membuat waktu yang dibutuhkan selama ini kurang efisien.
5.2 SARAN

16
DAFTAR PUSTAKA
1
Abdul Ghofur Anshori, Sejarah Perkembangan Hukum Perbankan Syariah di Indonesia dan
Implikasinya bagi Praktik Perbankan Nasional, Jurnal Ekonomi Islam La Riba, Vol. II, No. 2,
Desember 2008.

2
Muh. Ghafur Wibowo, Potret Perbankan Syariah Terkini: Kajian Kritis Perkembangan
Perbankan Syariah Terkini (Yogyakarta: Biruni Press,2007), hlm. 2.
8
Siregar, A. 2016. Financial technology tren bisnis keuangan ke depan. Infobanknews. Diakses
27 April 2018. Tersedia di http://infobanknews.com.

17
Analisis SWOT Financial Technology (Fintech) Pembiayaan Perbankan
Syariah Di Indonesia (Studi Kasus 4 Bank Syariah Di Kota Medan)
Ridwan Muchlis
CIMB Niaga Unit Syariah
ridwanmuchlis.28@gmail.com

Abstract
This study wants to know the development of applications created by Islamic
banking in order to be able to utilize FinTech in an effort to accelerate the
financing process. This technology is expected to facilitate services to customers
in terms of financing products in Islamic banks. The variety of financing products
in Islamic banking requires a more applicative system to make it easier for
customers to understand, understand, and use these financing products with an
application. But the development of this fintech application turned out to have
several disadvantages. One of them is the need for an internet network that
supports the efficiency of financing activities in Islamic banks and also the
existence of cyber crime activities that make the interest of customers to use this
application to be reduced. This type of research is qualitative research using the
SWOT analysis method on 4 Islamic banks in Medan City. Based on the results of
the research analysis, it is suggested that from the outset prepare regulations
relating to FinTech financing. The risk can be minimized and customers increase
their understanding and knowledge for transaction convenience and security in
Islamic banking.
Keywords: finance, technology, Islamic banking, SWOT, strengths, weakness

Abstrak
Penelitian ini ingin mengetahui perkembangan aplikasi yang diciptakan perbankan
syariah agar dapat memanfaatkan FinTech dalam upaya percepatan proses
pembiayaan. Teknologi ini diharapkan dapat memudahkan pelayanan kepada
nasabah dari sisi produk pembiayaan di bank syariah. Banyaknya variasi produk
pembiayaan di perbankan syariah sehingga diperlukan sistem yang lebih aplikatif
untuk memudahkan nasabah dapat mengerti, memahami, menggunakan produk
pembiayaan tersebut dengan sebuah aplikasi. Namun perkembangan aplikasi
fintech ini ternyata memiliki beberapa kelemahan. Salah satunya adalah harus
membutuhkan jaringan internet yang mendukung untuk efisiensi aktivitas
pembiayaan di bank syariah dan juga adanya aktivitas cyber crime yang membuat
minat nasabah untuk menggunakan aplikasi ini jadi berkurang. Jenis penelitian
adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode analisis SWOT terhadap
4 bank syariah di Kota Medan. Berdasarkan hasil analisis penelitian maka disaran
agar sejak awal mempersiapkan regulasi yang berhubungan dengan FinTech
pembiayaan.agar risiko dapat diminimalkan dan nasabah meningkatkan
pemahaman dan pengetahuannya untuk kenyamanan dan keamanan bertransaksi
di perbankan syariah.
Kata kunci: pembiayaan, teknoogi, bank syariah, SWOT, kekuatan, kelemahan
336 At-Tawassuth, Vol. III, No.2, 2018: 335 - 357

Pendahuluan

Entitas bank syariah di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1983 dengan
keluarnya Paket Desember 1983 (Pakdes 83) yang berisi sejumlah regulasi di
bidang perbankan, dimana salah satunya terdapat peraturan yang mendukung bank
memberikan kredit dengan bunga 0% (zero interest).

Perkembangan dimaksud diikuti oleh serangkaian kebijakan di bidang


perbankan yang tertuang dalam Paket Oktober 1988 (Pakto 88). Pakto 88 intinya
merupakan deregulasi perbankan yang memberikan kemudahan bagi pendirian
bank-bank baru, sehingga industri perbankan pada waktu itu mengalami
pertumbuhan yang sangat pesat.1

Kemudian tahun 1991 berdirilah Bank Muamalat Indonesia (BMI) sebagai


bank umum satu-satunya yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
bagi hasil. Namun, eksistensi bank syariah di Indonesia secara formal telah
dimulai sejak tahun 1992 dengan diberlakukannya UU No.7 Tahun 1992 tentang
Perbankan.

Namun, harus dipahamai bahwa UU tersebut tidak memberikan landasan


hukum yang cukup kuat terhadap pengembangan bank syariah karena masih tidak
secara tegas mencantumkan kata-kata “prinsip syariah” dalam kegiatan usahanya
hanya menggunakan istilah bank bagi hasil.2 Diamandemennya UU No. 7 tahun
1992 yang kemudian melahirkan UU No. 10 tahun 1998 secara eksplisit
menetapkan bahwa bank dapat beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

Era Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, kebijakan hukum perbankan


di Indonesia menganut sistem perbankan ganda (dual banking system). Kebijakan
ini intinya memberikan kesempatan bagi bank-bank umum konvensional untuk
memberikan layanan syariah melalui mekanisme islamic window dengan terlebih
dahulu membentuk Unit Usaha Syariah (UUS).3

Kebijakan tersebut juga untuk mendorong perkembangan pasar perbankan


syariah dimana masih menunjukkan data yang rendah khususnya pada bidang
pembiayaan, hal ini dapat dilihat pada gambar berikut.
Analisis SWOT Financial Technology (Fintech) Pembiayaan Perbankan 337
Syariah Bank Syariah Di Kota Medan (Ridwan Muchlis)

.
6,000

5,000 4,738
4,377
4,058
4,000 3,674
3,293

3,000 2,708

2,200
2,000 1,766

1,000

208 222 258 297


103 148 184
68
-
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Kredit Bank Konven Pembiayaan BUS+UUS

Sumber: OJK

Gambar 1 Perkembangan Kredit Konvensional Dan Pembiayaan Bank


Syariah

Berdasarkan grafik tersebut membuktikan bahwa terjadi perbedaan


pertumbuhan karena beberapa faktor yang mendukung salah satunya adalah kredit
tersebut mendominasi pada pasar dengan keberadaan konvensional terlebih
dahulu dibandingkan dengan bank syariah. Namun hal ini tidak menjadi kendala
utama yang tidak dapat meningkatkan pembiayaan bank syariah, walaupun
dengan kenaikan pembiayaan bank syariah masih pada nagka tersebut tetapi
apabila perbankan syariah mendapatkan dukungan maka tidak hal yang tidak
mungkin pasar perbankan syariah mengalahkan pasar konvensional.

Selanjutnya, industri perbankan syariah telah mengalami perkembangan


yang pesat semakin memiliki landasan hukum yang memadai yakni dengan
diterbitkannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah..4
Dukungan regulasi ini tentunya akan mendorong pertumbuhan industri perbankan
syariah secara lebih cepat lagi dan diharapkan peran industri perbankan syariah
dalam mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan. Dukungan
338 At-Tawassuth, Vol. III, No.2, 2018: 335 - 357

tersebut dapat dibuktikan dengan perkembangan perbankan syariah saat ini


dengan ekspansi kantor operasional bank syariah sesuai dengan data yang
diperoleh dari OJK pada gambar berikut ini:

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan

Gambar 2 Perkembangan Jumlah Bank

Perbankan syariah merupakan lembaga keuangan berbasis syariah yang


harus dapat menyesuaikan dengan berbagai kondisi pasar yang sedang
berkembang saat ini dari seluruh bagian. Dimana perkembangan tersebut yaitu
dapat dilihat dari sisi kemudahan-kemudahan dalam melayani berbagai transaksi
dengan menggunakan teknologi yang semakin luas di era digital saat ini yang
telah mempengaruhi pola perilaku manusia dalam mengakses beragam informasi
dan berbagai fitur layanan elektronik.

Salah satu perkembangan teknologi yang menjadi bahan kajian terkini di


Indonesia adalah Teknologi Finansial atau Financial Technology (FinTech) dalam
lembaga perbankan. Menurut definisi yang dijabarkan oleh National Digital
Research Centre (NDRC), teknologi finansial adalah istilah yang digunakan untuk
menyebut suatu inovasi di bidang jasa finansial, di mana istilah tersebut berasal
Analisis SWOT Financial Technology (Fintech) Pembiayaan Perbankan 339
Syariah Bank Syariah Di Kota Medan (Ridwan Muchlis)

dari kata “financial” dan “technology”(FinTech) yang mengacu pada inovasi


finansial dengan melalui teknologi modern.5

FinTech atau teknologi keuangan adalah istilah yang digunakan untuk


menunjukkan perusahaan yang menawarkan teknologi modern di sektor
keuangan. Perusahaan-perusahaan tersebut telah menjadi tren yang nyata sejak
tahun 2010. Perusahaan-perusahaan FinTech kebanyakan adalah perusahaan
mikro, kecil atau menengah yang tidak memiliki banyak ekuitas, tetapi memiliki
gagasan yang jelas tentang bagaimana memperkenalkan baru atau bagaimana
meningkatkan layanan yang ada dalam keuangan pasar layanan. Umumnya, ini
adalah fintech start-up, jumlah yang terus meningkat (dengan berbagai perkiraan,
jumlah mereka telah melampaui sepuluh ribu perusahaan). Sebagai aturan,
investasi ventura dan crowdfunding digunakan untuk membiayai perusahaan-
perusahaan FinTech.6

Menurut, model bisnis dan infrastruktur teknologi bank didasarkan pada


era digitalisasi, Selain itu, bank melakukan kompetisi head to head dengan bank
lain dalam efisiensi operasional. Apabila bank syariah gagal beradaptasi dengan
Fintech maka bank syariah kemungkinan kehilangan nasabah terutama segmen
nasabah jangka panjang yang lebih muda dan bankable. Tindakan konkret harus
diambil untuk menjamin kelangsungan hidup bank di era FinTech ini.7

Berikut ini data yang meggambarkan bahwa perkembangan pasar


perbankan syariah yaitu pada gambar 3.

Gambar 3 Market Share Perbankan Syariah


340 At-Tawassuth, Vol. III, No.2, 2018: 335 - 357

Apabila dilihat dari perkembangan market share perbankan syariah


tersebut sampai dengan tahun 2017 sebesar 5,78% dengan berbagai potensi yang
dimiliki oleh perbankan syariah, yaitu dengan populasi penduduk di Indonesia
yang muslim, dan dengan prospeknya institusi keuangan syariah yang kedepannya
lebih berkembang.
Potensi ekonomi digital di Indonesia sangat besar dan penting untuk
dikembangkan. Kecepatan laju inovasi mengakibatkan berbagai perubahan dalam
segala aspek kehidupan dalam hal ini bidang keuangan termasuk sistem
pembayaran dimana perubahan tersebut semakin singkat yang berdampak pada
semakin sempit response time otoritas untuk membuat kebijakan. FinTech secara
global menggambarkan secara pesat bahwa FinTech berkembang di berbagai
sektor, mulai dari startup pembayaran, peminjaman (lending), perencanaan
keuangan (personal finance), investasi ritel, pembiayaan (crowdfunding),
remitansi, riset keuangan, dan lain-lain.

Konsep FinTech tersebut mengadaptasi perkembangan teknologi yang


dipadukan dengan bidang finansial pada lembaga perbankan, sehingga diharapkan
dapat memfasilitasi proses transaksi keuangan yang lebih praktis, modern,
meliputi layanan keuangan berbasis digital yang saat ini telah berkembang di
Indonesia, yaitu payment channel system, digital banking, online digital
insurance, Peer to Peer (P2P) Lending, serta crowd funding.8 Penerapan
teknologi finansial untuk meningkatkan efisiensi kegiatan operasional dan mutu
pelayanan bank kepada nasabahnya, sebab pemanfaatan teknologi finansial
tersebut sejalan dengan semakin berkembangnya kebutuhan masyarakat akan
layanan keuangan berbasis online dan penggunaan media internet untuk akses
data digital.9

Hal ini tentunya akan meningkatkan eksistensi perbankan syariah lebih


dapat berkompetitif pada pasar keuangan dan juga membantu proses percepatan
pembiayaan di bank syariah dengan aplikasi yang lebih mudah, efisien, dan
efektif dengan akses yang lebih luas lagi oleh nasabah dan bank syariah. Proses
pembiayaan lebih cepat dan terukur dengan mitigasi risiko yang dapat dilakukan
secara awal dengan sistem FinTech.
Analisis SWOT Financial Technology (Fintech) Pembiayaan Perbankan 341
Syariah Bank Syariah Di Kota Medan (Ridwan Muchlis)

Berdasarkan hal tersebut bahwa perhatian perbankan syariah terhadap


peluang-peluang yang diperoleh dari penggunaan FinTech tersebut merupakan hal
yang begitu penting untuk memperluas pasar perbankan syariah, dimana
kesempatan tersebut didukung dari produk-produk perbankan syariah yang dapat
memenuhi segala kebutuhan masyarakat.

Gambar 4 Pembagian FinTech

Dalam kajian dari permasalahan pertumbuhan pangsa pasar perbankan


syariah, produk pembiayaan merupakan produk yang memiliki karakteristik dari
fokusnya perbankan syariah terhadap eksistensinya di pasar nasional maupun
internasional dan dukungan kerja sama bisnis diperlukan untuk meningkatkan
inklusi keuangan pada perbankan syariah. Kemudian agar masyarakat memiliki
tingkat literasi keuangan syariah, permasalahan kerjasama perluasan bisnis
perbankan syariah dihubungkan dengan keberadaan financial technology (fintech)
lebih lanjut dalam hubungan bisnis ini berkaitan dengan masing-masing industri
(perbankan dan fintech) yang memiliki kelebihan dan kekurangan pada
karakteristik bisnisnya. Lebih lanjut berbagai perkembangan pelaku industri
fintech, pengakuan regulator dan potensi masyarakat yang masih luas terhadap
akses keuangan, memungkinkan digagasnya suatu strategi yang menghubungkan
antara perbankan syariah dan fintech.10
342 At-Tawassuth, Vol. III, No.2, 2018: 335 - 357

Bank syariah diharapkan tidak hanya melakukan perkembangan pada


bidang teknologinya saja sebagai instansi di bidang jasa yang melayani
nasabahnya, akan tetapi bank syariah harus dapat meningkatkan portofolio
pembiayaannya sebagai sumber pendapatan bagi bank syariah. Dengan
meningkatkan portofolio pembiayaan maka akan meningkatkan profit bagi bank
syariah, kemudian dengan meningkatnya profit tersebut maka akan memperluas
kesempatan bagi bank syariah untuk memiliki investasi jangka panjang yaitu
dengan menggunakan FinTech pada proses pelayanannya.

Kajian dari penelitian ini adalah bagaimana aplikasi yang diciptakan


perbankan syariah untuk dapat memanfaatkan FinTech dalam upaya percepatan
proses pembiayaan. Hal ini juga dapat memudahkan pelayanan kepada nasabah
dari sisi produk pembiayaan di bank syariah. Dimana produk-produk pembiayaan
di perbankan syariah lebih bervariasi sehingga diperlukan sistem yang lebih
aplikatif untuk memudahkan nasabah dapat mengerti, memahami, menggunakan
produk pembiayaan tersebut dengan sebuah aplikasi FinTech ini. Hal tersebut
menjadi latar belakang dalam penelitian ini sehingga dapat memberikan gambaran
bagi perbankan syariah bahwa dengan pemanfaatan FinTech dapat melakukan
percepatan dan pertumbuhan asset perbankan syariah.

Kajian Teori

Financial Technology (Fintech) Perbankan Syariah


FinTech dengan layanan keuangan seperti crowdfunding, mobile
payments, dan jasa transfer keuangan menyebabkan revolusi dalam bisnis
perbankan, dimana dengan crowdfunding dapat memperoleh dana dari seluruh
dunia dengan mudah. Secara garis besar, berikut ini peranan teknologi informasi
yaitu sebagai berikut: (i) Teknologi informasi menggantikan peran manusia,
dalam hal ini teknologi informasi melakukan otomasi terhadap suatu aktifitas atau
proses; (ii) Teknologi memperkuat peran manusia, yaitu dengan menyajikan
informasi terhadap suatu proses; (iii) Teknologi informasi dalam merestrukturisasi
terhadap peran manusia, dalam hal ini teknologi berperan dala melakukan
perubahan-perubahan terhadap sekumpulan proses.11
Mayoritas perusahaan yang berani melakukan investasi yang sangat tinggi
di bidang teknologi informasi. Alasannya yaitu karena adanya kebutuhan untuk
Analisis SWOT Financial Technology (Fintech) Pembiayaan Perbankan 343
Syariah Bank Syariah Di Kota Medan (Ridwan Muchlis)

mempertahankan dan meningkatkan posisi kompetitif, mengurangi biaya,


meningkatkan fleksibilitas, dan tanggapan.12
Definisi FinTech seperti yang dijabarkan oleh National Digital Research
Centre (NDRC) adalah istilah yang digunakan untuk menyebut suatu inovasi
dibidang jasa financial financial yang mengacu pada inovasi financial dengan
sentuhan teknologi modern. FinTech merupakan salah satu bentuk penerapan
teknologi informasi dibidang keuangan dengan muncul berbagai model keuangan
baru dimulai pertama kali pada tahun 2004 oleh Zopa, yaitu institusi keuangan
yang berada di Inggris yang menjalankan jasa peminjaman uang.13
FinTech telah membantu bank syariah dalam kecepatan dan akurasi dalam
memproses data operasi bisnis dan pemasaran produk. Penerapan sistem informasi
sangat berpengaruh pada industri perbankan, di mana penerapan sistem informasi
pada industri perbankan mempunyai dampak yang luar biasa mengingat industri
perbankan merupakan salah satu industri yang paling tinggi tingkat
ketergantungannya pada aktivitas-aktivitas pengumpulan, pemprosesan, analisa
dan penyampaian laporan(informasi) yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
para nasabahnya.14
Berdasarkan hal tersebut, saat ini perbankan Indonesia masih memiliki
pengaruh yang kuat dalam mendukung stabilitas sistem keuangan, sehingga
implementasi teknologi finansial sangat diharapkan berperan aktif untuk
menjangkau setiap elemen masyarakat, khususnya masyarakat di daerah 3T
(Terdepan, Terluar, dan Terpencil) yang masih belum terakses kehadiran kantor
cabang dari lembaga perbankan. Hal ini didukung juga oleh OJK, yang saat ini
tengah mengembangkan sistem teknologi finansial untuk digunakan dalam
layanan di industri jasa keuangan, khususnya aplikasi layanan perbankan di
Indonesia.15
Manfaat dari FinTech dalam perbankan syariah yaitu kemudahan
pelayanan finansial, hal ini karena proses transaksi keuangan menjadi lebih
mudah dimana nasabah juga mendapatkan pelayanan finansial meliputi proses
pembayaran, pembiayaan, transfer, ataupun jual beli saham dengan cara mudah
dan aman. Nasabah dapat mengakses pelayanan finansial melalui teknologi seperti
ponsel pintar maupun laptop. Sehingga tidak perlu datang langsung ke bank
secara berulang-ulang untuk mendapatkan pembiayaan demi memenuhi berbagai
344 At-Tawassuth, Vol. III, No.2, 2018: 335 - 357

kebutuhan. Kehadiran teknologi dalam urusan finasial seperti ini jelas membantu
masyarakat dalam memaksimalkan layanan finansial. Masyarakat yang
memerlukan produk finansial tertentu, cukup mengajukan melalui online.
Kemudahan pelayanan finansial ini tercermin dari proses kerja yang tergolong
cepat serta minimnya kebutuhan dokumen untuk mendapatkan produk finansial
terkait.
FinTech Dalam Kualitas Pelayanan Bank Syariah
Kegiatan usaha FinTech sangat efisien, tidak diperlukan banyak sumber
daya manusia, tidak diperlukan bangunan yang besar, namun memiliki peluang
dan kesempatan yang luas. FinTech lebih efisien karena dapat menekan biaya
operasional sehingga dapat menyalurkan pembiayaan dengan proses yang lebih
cepat dan tepat. Munculnya perusahaan-perusahaan keuangan berbasis teknologi
atau Financial Technology (FinTech) memaksa industri perbankan syariah untuk
berbenah diri. FinTech tidak saja melayani pembayaran, pembiayaan atau jasa
keuangan lain sebagaimana bisnis tradisional perbankan. Dengan kecanggihan
teknologi dan inovasi yang tiada henti, dengan FinTech maka bank syariah dapat
menjangkau nasabah yang selama ini tidak punya akses ke sistem perbankan
syariah.
Bertolak dari beragam pernyataan di atas, pengkajian terhadap kualitas
layanan perbankan dapat dicermati berdasarkan dimensi kualitas layanan atau
yang biasa disebut dengan istilah service quality. Adapun dimensi kualitas
layanan yang dimaksud, yaitu Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance,
Emphaty. 16
Berdasarkan kajian terhadap dimensi kualitas layanan di atas, maka dapat
dikatakan bahwa kualitas layanan merupakan salah satu faktor utama yang selama
ini memengaruhi kepuasan nasabah lembaga perbankan. Pemberian pelayanan
yang terbaik kepada para nasabah oleh lembaga perbankan diperlukan untuk
menjaga loyalitas nasabah dan kredibilitas bank syariah. Hal ini sesuai dengan
harapan dari FinTech di perbankan syariah sebagai alat kemudahan-kemudahan
yang diberikan dari bank syariah kepada nasabah-nasabahnya dalam transaksi
yang dibutuhkan nasabah dengan waktu yang efektif dan efisien, sehingga
menghasilkan kualitas pelayanan yang optimal. Apabila kesinambungan yang
terjadi dari teknologi FinTech pada pembiayaan maka akan menghasilkan kualitas
pelayanan yang optimal.Misalnya apabila nasabah ingin mengetahui dengan cepat
Analisis SWOT Financial Technology (Fintech) Pembiayaan Perbankan 345
Syariah Bank Syariah Di Kota Medan (Ridwan Muchlis)

terkait produk pembiayaan dari bank syariah tersebut dimulai dari ketentuan dari
pembiayaan, dokumen apa yang harus disiapkan nasabah, hingga skema akad apa
yang digunakan untuk jenis usaha dari nasabah tersebut. Maka keuntungan bagi
bank syariah, bank syariah dapat memporoses lebih lanjut setelah langkah awal
yang telah dilakukan nasabah dari FinTech tersebut.
Analisa SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats).17
Proses penyusunan perencanaan strategi dalam analisis SWOT melalui 3 tahap
analisis yaitu:18
a) Tahap Pengumpulan Data
b) Tahap Analisis
c) Tahap Pengambilan Keputusan

Penyusunan formulasi strategis dibuat berdasarkan hasil analisis SWOT.


Yaitu dengan menggabungkan berbagai indikator yang terdapat dalam kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman. Strategi yang dipilih adalah strategi yang
dapat memecahkan isu strategis perusahaan.19 Secara skematis, matrik SWOT
dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 1 Matriks SWOT
Eksternal O T
Internal
S SO ST
W WO WT

1) S-O strategi adalah strategi yang disusun dengan cara menggunakan semua
kekuatan untuk merebut peluang.
2) W-O strategi adalah strategi yang disusun dengan cara memunimalkan
kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada.
3) S-T strategi adalah strategi yang disusun dengan cara menggunakan semua
kekuatan untuk mengatasi ancaman.
4) W-T strategi adalah strategi yang disusun dengan cara meminimalkan
kelemahan untuk menghindari ancaman.
346 At-Tawassuth, Vol. III, No.2, 2018: 335 - 357

Implementasi teknologi finansial dalam lembaga perbankan syariah


memberikan terobosan dalam layanan perbankan yang lebih cepat, mudah, dan
aman sehingga seluruh elemen masyarakat Indonesia dapat menikmati akses
terhadap layanan tersebut. Berikut ini akan dibahas secara detail mengenai kajian
terhadap kekuatan (Strengths), kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities),
dan ancaman (Threats).
Pembiayaan Bank Syariah
Jenis-jenis pembiayaan menurut sifat penggunaanya, yaitu:
1) Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha baik usaha
produksi, perdagangan, maupun investasi.
2) Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan
yang umumya perorangan.20
Financial Technology (FinTech)
Di Indonesia, dari empat kategori utama Fintech yang kami definisikan,
yaitu : (1) payment, clearing, settlement; (2)deposit, lending, capital raising;
(3)market provisioning; serta (4)investment & risk management, pangsa aktivitas
FinTech di Indonesia pada tahun 2016 didominasi sebesar 56% oleh kelompok
pertama. Kemudian, berdasarkan data Statistik, pada tahun 2016 nilai transaksi
FinTech di Indonesia diperkirakan telah menembus angka USD 14,5 Miliar.
Berikut ini peranan FinTech, yaitu sebagai berikut:21
a. Memberi solusi struktural bagi pertumbuhan industri berbasis elektronik (e-
commerce);
b. Mendorong pertumbuhan usaha kecil dan menengah serta lahirnya
wirausahawan (entrepreneur) baru;
c. Mendorong usaha kreatif (seperti artis, musisi, pengembang aplikasi, dsb.)
untuk meraih distribusi pasar yang luas (critical mass);
d. Memungkinkan pengembangan pasar, terutama yang masih belum terlayani
jasa keuangan dan perbankan konvensional (unbanked population)
Adapun tantangan-tantangan FinTech, yaitu:22
a. Regulasi belum matang, aturan tumpang-tindih, berpotensi menimbulkan
penyelewengan (contoh: shadow banking, MLM, money game, dll.)
Analisis SWOT Financial Technology (Fintech) Pembiayaan Perbankan 347
Syariah Bank Syariah Di Kota Medan (Ridwan Muchlis)

b. FinTech membawa inovasi yang bersifat “merusak” (disruptive), berpotensi


membuat air menjadi keruh
c. Percepatan problem klasik teknologi: polarisasi pekerjaan akibat
disintermediasi (job polarisation), melebarkan digital divide, dan
“pengkultusan” sebagai jalan potong (shortcut) pertumbuhan ekonomi.
Berikut ini adalah beberapa bentuk interaksi dalam proses bisnis FinTech:
Tabel 2 Interaksi Proses Bisnis Fintech
Proses Bisnis Bentuk
Interaksi
Pembayaran (digital wallets, P2P payments)
C2C
Investasi (equity crowdfunding, P2P lending)
Pembiayaan (crowdfunding, micro-loans, credit facilities)
B2C
Asuransi (risk management)
Lintas-proses (big data analysis, predictive modeling)
B2B
Infrastruktur (security)

Kerangka Pemikiran
Faktor Penyebab Lamanya Proses Pembiayaan Di
Bank Syariah

Proses analisa
Penguasaan Produk Sistem Pembiayaan
pembiayaan lama &
Masih Lemah Manual
panjang

Analisa SWOT

FINTECH Pembiayaan

Proses Pembiayaan Di Bank Syariah Lebih Cepat

Pertumbuhan Portofolio Pembiayaan Bank Syariah

Gambar 5 Kerangka Pemikiran Penelitian

Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Medan, tepatnya Empat Bank Syariah


yang ada dikota Medan yaitu PT. Bank BRISyariah, Tbk; PT. Bank Syariah
Mandiri; PT. Bank Muamalat; dan PT. Bank CIMB Niaga Syariah pada bulan
Januari 2018 dan selesai pada bulan Mei 2018dengan jenis penelitian adalah
348 At-Tawassuth, Vol. III, No.2, 2018: 335 - 357

penelitian kualitatif. Yang menjadi responden terdiri dari Empat Bank Syariah
yaitu , PT Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI), PT Bank Syariah Mandiri
(BSM), PT Bank Rakyat Indonesia Syariah Tbk (BRIS), dan PT CIMB Niaga
Tbk Unit Usaha Syariah.

Temuan Dan Pembahasan Penelitian

Peluang dan Tantangan Financial Technology Pada Perbankan Syariah

Pada saat ini infrastruktur IT yang baik hanya dapat dirasakan oleh
masyarakat di perkotaan besar saja, sedangkan jaringan internet tidak dapat
tersebar secara merata masuk ke daerah pelosok, inilah salah satu kendala terbesar
penyebaran FinTech dan merupakan solusi yang ditawarkan dari FinTech.
1. Sumber Daya Insani (SDI)
Terbatasnya kemampuan yang dimiliki masyarakat pedesaan dalam
mengaplikasikan financial technology di daerahnya, membuat penyebaran
financial technology menjadi terhambat. Kondisi ini membuat pemerintah sulit
untuk mengembangkan FinTech di daerah tersebut dikerenakan kurangnya tenaga
kerja yang dapat menunjang keberlangsungan perekonomian modern. Seharusnya
penyediaan sumber daya manusia (SDM).
2. Perundang-undangan
Terkait kekosongan hukum, pada saat ini industri FinTech mengacu pada undang-
undang hukum perdata. Namun saat ini belum adanya aturan khusus mengenai
financial technology menjadikan masalah ini sebagai salah satu hambatan
tersebarnya FinTech dikalanan yang lebih luas. Sebagai pemerintah hendaknya
dapat mengeluarkan peraturan khusus terkait dengan FinTech sehingga
ketertarikan masyarakat untuk dapat menggunakan FinTech meningkat.

Analisa Proses Pembiayaan Pada Perbankan Syariah di Kota Medan


Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa proses pembiayaan di
perbankan syariah saat ini yang masih melalui operasional secara proses manual
dan kemudian dikembangkan dengan melalui sistem FinTech yang akan
mempercepat proses pembiayaan di perbankan syariah. Seperti diketahui bahwa
proses pembiayaan dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan analisa
empat bank syariah di kota Medan yaitu PT. Bank Muamalat Indonesia; PT. Bank
Analisis SWOT Financial Technology (Fintech) Pembiayaan Perbankan 349
Syariah Bank Syariah Di Kota Medan (Ridwan Muchlis)

Syariah Mandiri; PT. Bank BRISyariah, Tbk; dan PT. Bank CIMB Niaga Unit
Usaha Syariah.
Pada dasarnya proses pembiayaan masing-masing perbankan syariah
memiliki standarisasi tersendiri, namun intinya setiap perbankan syariah tetap
mengutamakan efektivitas dan efisiensi dalam prosesnya. Tentunya hal ini harus
didukung dari setiap sistem percepatan misalnya dengan membuat jalur aplikasi
secara online dan karakteristik tersendiri. Dukungan tersebut tidak terlepas dari
teknologi yang begitu cepat perkembangannya, mempermudah para praktisi
perbankan syariah, dan memberikan pelayanan optimal bagi nasabah.
Oleh karena itu, dapat muncul setiap opini yang berbeda dari nasabah yang
membandingkan masing-masing proses pembiayaan tersebut, dan melalui
penelitian ini sebelum dilakukan pembahasan melalui analisa SWOT pada
FinTech pembiayaan perbankan syariah, akan dijabarkan terlebih dahulu proses-
proses pembiayaan yang selama ini telah berlangsung dari 4 perbankan syariah
dalam studi kasus penelitian ini dengan berbagai paradigma dari setiap perbankan
syariah dimana munculnya suatu paradigma yang menanggapi bahwa perbankan
syariah tersebut harus melakukan inovasi untuk proses pembiayaanya dengan
FinTech.
Sistem pembiayaan pada PT. Bank BRISyariah, Tbk telah dilakukan
secara FinTech, akan tetapi terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan
manajemenya untuk dilakukan dengan FinTech secara menyeluruh, sehingga
tentunya akan memberikan waktu yang lebih cepat lagi. FinTech tentunya dapat
dilakukan mulai dari awal proses tersebut hingga akhir proses dengan sistematis
dan risiko yang lebih diminimalisir bagi kedua belah pihak.

Proses FinTech Pembiayaan di PT. Bank Syariah Mandiri


Proses pembiayaan pada PT. Bank Syariah Mandiri pada umumnya juga
terdapat persamaan dengan PT. Bank BRISyariah, Tbk dan juga tidak secara
menyuluruh karena masih ada kombinasi antara proses manual dengan sistem.
Berdasarkan hasil wawancara yang kami peroleh bahwa proses yang dilakukan
padaPT. Bank Syariah Mandiri yaitu dilakukan diawal proses pengajuan,
melakukan permintaan data-data seperti keuangan dan identitas pribadi kemudian
dilakukan analisa oleh bagian analisa pembiayaan, pengajuan pada komite
350 At-Tawassuth, Vol. III, No.2, 2018: 335 - 357

pembiayaan, dan proses konfirmasi ke nasabah hingga proses pengajuan realisasi


pembiayaan pada bagian operasional. Namun,proses tersebut tidak fokus pada
satu sistem saja karena masih terpecah antara menggunakan sistem dengan proses
manual sehingga perlu dilakukan perubahan untuk lebih menggunakan sistem
agar terkointegrasi menyeluruh dan memberikan pelayanan yang cepat.

Proses FinTech Pembiayaan di PT. Bank CIMB Niaga Syariah


PT. Bank CIMB Niaga Syariah pada umumnya menggunakan proses
pembiayaaan yang lebih sistematis secara sistem karena telah menggunakan
system yang mereka sebut BCS [Business Credit System]. Sehingga proses
pembiayaan sudah menggunakan aplikasi BCS sejak inisiasi dilakukan oleh
RM/AO sampai kepada pencairan pembiayaan dilakukan. Namun demikian
CIMB Niaga Syariah masih terus mengembangkan dan menyempurnakan system
ini dengan tujuan akhir proses and to end nya akan terintegrasi dan termonitor
dalam system yang akan dibuat.

Analisis SWOT Pada Proses Pembiayaan Melalui FinTech


Analisa Kekuatan (Strengths)
Adapun kekuatan proses pembiayaan melalui fintech, yaitu:
1. kemudahan dalam memanfaatkan akses data layanan perbankan syariah
dalam ukuranbesar dan kemudahan untuk melakukan transaksi kapan saja dan
di mana saja.
2. Kemampuan untuk menjangkau kelompok masyarakat yang tidak terlayani
oleh kantor cabang lembaga perbankan syariah, khususnya di daerah 3T.
3. Lebih hemat biaya operasional dan biaya pemasaran karena lembaga
perbankan syariah cukup berkolaborasi dengan penyedia jasa teknologi
finansial dalam menawarkan produk perbankan syariah kepada masyarakat.
4. Varian produk lembaga perbankan syariah yang telah banyak dikenal luas
oleh masyarakat, termasuk aplikasi layanan 24 jam, seperti mobile banking,
internet banking, sms banking, dan call banking. Walaupun layanan
perbankan syariah ini tidak dominan dimaksimalkan penggunaannya, namun
ketika lembaga perbankan syariah berkolaborasi dengan penyedia jasa
teknologi finansial, maka masyarakat akan semakin mudah mengakses
produk layanan perbankan syariah yang dimaksud.
Analisis SWOT Financial Technology (Fintech) Pembiayaan Perbankan 351
Syariah Bank Syariah Di Kota Medan (Ridwan Muchlis)

Analisa Kelemahan (Weaknesses)


FinTech yang akan diimplementasikan pada lembaga perbankan syariah di
Indonesia memiliki analisis kelemahan sebagai berikut: Pertama, membutuhkan
koneksi internet yang mendukung, baik dari segi kecepatan akses maupun server
yang stabil dalam mengirimkan file data, karena transaksi FinTech akan
berlangsung dengan lancar ketika akses internet tidak mengalami gangguan.
Kedua, timbulnya aksi kejahatan online seperti penyadapan, pembobolan, dan
cybercrime dalam transaksi FinTech perbankan syariah, membuat masyarakat
menjadi ragu untuk melakukan transaksi online, sehingga nasabah tetap berharap
adanya kantor cabang lembaga perbankan syariah yang hadir di daerah mereka.
Ketiga, tidak semua penyedia jasa layanan teknologi finansial yang memiliki
lisensi untuk menjalin kerjasama dengan lembaga perbankan syariah atau
melakukan transaksi finansial secara tersistem dan legal, sehingga dimungkinkan
terjadinya praktik penyalahgunaan wewenang atau penyimpangan transaksional,
yang akan merugikan lembaga perbankan syariah itu sendiri. Keempat,
pengetahuan masyarakat akan teknologi finansial yang relatif rendah
memungkinkan mereka tidak dapat maksimal dalam mengakses layanan
perbankan, sehingga pemerintah, dalam hal ini OJK dan BI, berkolaborasi dengan
lembaga perbankan syariah dan penyedia jasa teknologi finansial perlu melakukan
sosialisasi penggunaan teknologi finansial tersebut. Keima, ketimpangan akses
layanan perbankan karena infrastruktur teknologi komunikasi yang tidak merata
antara daerah perkotaan dengan daerah 3T, menyebabkan masyarakat kesulitan
melakukan transaksi finansial secara online, sehingga layanan perbankan syariah
tidak dapat dinikmati secara maksimal.
Kelemahan dari pihak masyarakat juga menjadi faktor kelemahan FinTech
tersosialisasi dengan optimal seperti di daerah pedesaan sebagian besar tidak
mengenal istilah FinTech secara menyeluruh tentang bagaimana cara
penggunaannya, apa saja manfaatanya, keuntungan dan tujuan yang dapat
diperoleh dari penggunaannya dikerenakan kurangnya literasi pemerintah dalam
menegenalkan sistem keuangan yang baik. Oleh karenanya, diperlukan langkah-
langkah sosialisasi dan diskusi-diskusi melalui jejaring media sosial baik untuk
mendapatkan perhatian masyarakat maupun sebagai upaya mencari masukan demi
perbaikan sistem yang ada, akibat rendahnya pengetahuan literasi keuangan,
352 At-Tawassuth, Vol. III, No.2, 2018: 335 - 357

membuat masyarakat tidak mempunyai perencanaan dalam pengelolahan


keuangan yang baik.

Analisa Peluang (Opportunities)


Peluang bisnis Financial Technology semakin berkembang karena
banyaknya kemudahan yang ditawarkan kepada para nasabah oleh lembaga
perbankan syariah. FinTech akan semakin membantu terciptanya industri
keuangan yang inklusif.
Kehadiran FinTech akan membantu masyarakat yang masih unbankable,
yang jumlahnya masih banyak. Sehingga industri ini memiliki potensi besar untuk
berkembang di Indonesia, dimana dengan kehadiran FinTech akan menyebabkan
perbankan syariah melakukan digitalisasi dan otomatisasi agar dapat
mempermudah pelayanan yang lebih praktis. Masyarakat juga membutuhkan
layanan perbankan yang lebih modern, hal ini mendorong perbankan syariah
untuk lebih mengutamakan layanan berbasis teknologi. Oleh karena itu perbankan
syariah dapat berkolaborasi dengan FinTech agar mempermudah layanan jasa
keuangan.
Peluang terdapatnya FinTech pembiayaan ini tidak hanya memberikan
manfaat pada satu sisi saja pada pembiayaan, namun memberikan manfaat jangka
panjang secara konsisten bagi perbankan syariah. Apabila nasabah telah memiliki
kenyamanan bagi perbankan syariah untuk tetap konsisten bertransaksi di
perbankan syariah maka di masa yang akan datang juga akan menambah jumlah
nasabah Dana Pihak Ketiga (DPK) dan pembiayaan perbankan syariah.
Dengan investasi yang lebih efisien biayanya namun dapat memperoleh
pendapatan yang lebih tinggi bagi perbankan syariah. Tidak hanya outstanding
pembiayaan meningkat namun pada dana tabungan, deposito, dan giro juga akan
meningkat dengan kehadiran FinTech. Dan menghilangkan pendapat bahwa
bertransaksi di perbankan syariah itu lebih sulit dibandingkan dengan bank
konvensional.

Analisa Ancaman (Threats)


FinTech yang akan diimplementasikan dalam lembaga perbankan syariah
di Indonesia memiliki analisis ancaman sebagai berikut: Pertama, penggunaan
teknologi yang semakin canggih oleh penyedia jasa teknologi finansial, namun
Analisis SWOT Financial Technology (Fintech) Pembiayaan Perbankan 353
Syariah Bank Syariah Di Kota Medan (Ridwan Muchlis)

apabila tidak disertai dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)
perbankan syariah, dapat menimbulkan ketimpangan dalam melayani masyarakat
pengguna layanan perbankan tersebut. Kedua, adanya trend globalisasi dan
keterbukaan dalam melakukan transaksi lintas negara, memungkinkan penyedia
jasa layanan teknologi finansial semakin beragam dan menimbulkan kompetisi
dalam menarik minat masyarakat untuk menggunakan jasa layanan perbankan.
Ketiga, situasi politik yang kurang kondusif dan kecenderungan terjadinya inflasi
yang relatif tinggi di Indonesia, menyebabkan lembaga perbankan harus lebih
berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat, sehingga akan
berdampak pada rumitnya birokrasi perbankan syariah dan biaya administrasi
yang dibebankan kepada masyarakat sebagai jaminan semakin tinggi.
Selain itu terdapat ancaman yaitu ancaman kejahatan cyber di Indonesia.
Indonesia berada pada pertumbuhan tercepat koneksi di dunia. Namun Indonesia
menempati peringkat pertama dnegan jumlah cybercrime terbanyak di dunia dan
di peringkat kedua dunia terkait kejahatan hacking. Semakin erat relasi antara
teknologi dan layanan keuangan, di mana kegiatan keuangan dapat dilakukan
kapan saja dan di mana saja, maka potensi ancaman kejahatan yang lebih
sophisticated juga semakin besar.
Tidak terdapat sektor yang lebih berbahaya terpublikasi oleh ancaman ini
selain sektor layanan keuangan dan terutama FinTech. Walaupun cybercrime yang
paling dominan terjadi adalah terkait malware (virus) namun yang paling
mengkhawatirkan adalah kejahatan yang terkait dengan transaksi keuangan seperti
transaksi fiktif, carding (penggunaan kartu kredit orang lain), penipuan di
marketplace, yang tentunya juga menyeluruh ke area-area FinTech. Risiko
tersebut berdampak pada hilangnya kepercayan nasabah yang merupakan dasar
utama dari pertumbuhan FinTech dan keberlangsungan perbankan syariah
kedepannya.
354 At-Tawassuth, Vol. III, No.2, 2018: 335 - 357

Tabel 3 Matriks FinTech Pembiayaan Perbankan Syariah


No Implementasi Di Perbankan Rekomendasi
Syariah
1 Waktu yang dibutuhkan dalam Waktu yang dibutuhkan dalam
proses pembiayaan dapat proses pembiayaan dapat
mencapai 3 minggu dari mencapai 1 minggu dari
pengajuan awal pengajuan awal
2 Membutuhkan banyak kertas Paper Less
3 Full Sign Approval karena harus approval by system (dalam hal
ditandatangi para pejabat bank sesuai jumlah pembiayaan
syariah tertentu)
4 Penggunaan pembiayaan kurang Penggunaan pembiayaan lebih
tepat dari sisi akad yang tepat dari sisi akad yang
digunakan digunakan
5 Operasionalnya lebih kaku Operasionalnya lebih fleksibel
6 High Risk High Risk
7 High Cost Low Investment Low Cost High Investment
8 Tidak terdapat gangguan jaringan Tergantung pada jaringan
9 Nasabah harus datang ke cabang Nasabah tidak harus datang ke
cabang
10 Pertemuan berulang-ulang Pertemuan minimal
11 Kurang pengembangan produk Mudah untuk pengembangan
produk
12 Biaya beban ke nasabah lebih Beban biaya nasabah rendah
tinggi
13 Tidak dapat terjadi gangguan Terdapat gangguan cyber crime
cyber crime
14 Membutuhkan SDM yang Tidak membutuhkan SDM yang
banyak banyak

Kesimpulan dan Saran

Fintech telah dan akan membantu bank syariah dalam kecepatan dan
akurasi dalam memproses data operasi bisnis dan pemasaran produk. Proses
Analisis SWOT Financial Technology (Fintech) Pembiayaan Perbankan 355
Syariah Bank Syariah Di Kota Medan (Ridwan Muchlis)

pembiayaan bank syariah selama ini masih banyak yang dilakukan secara manual,
dengan keterbatasan skill SDM dan masih manualnya proses pembiayaan ini
membuat waktu yang dibutuhkan selama lama dan kurang efisien. Berdasarkan
analisis SWOT pada FiniTech pembiayaan pada perbankan syariah diketahui
bahwa perkembangan product development akan semakin baik, dimana FinTech
akan selalu dapat mengikuti perkembangan yang ada dan mudah untuk
disesuaikan, sesuai dengan perkembangan kebutuhan nasabah. Pada akhirnya
kehadiran FinTech pembiayaan ini akan dapat meningkatkan portfolio
pembiayaan perbankan syariah secara nasional. Berdasarkan temuan di atas maka
peneliti menyarankan agar sejak awal mempersiapkan regulasi yang berhubungan
dengan FinTech pembiayaan ini sehingga ikut berkembang seiring dengan
kemajuan Fintech pembiayaan yang ada, sehingga sejak awal seluruh celah dan
peluang resiko dapat dianalisis sejak awal dan dibuatkan eliminasinya sehingga
dapat ditekan se minimal mungkin. Dan nasabah agar meningkatkan pemahaman
dan pengetahuannya akan perkembangan FinTech pembiayaan ini, baik secara
mandiri maupun diedukasi oleh regulator dan perbankan syariah sendiri, sehingga
secepatkan mungkin pengetahuan dan pemahaman masyarakat akan semakin baik
yang pada akhirnya juga akan meningkatkan keamanan bertransaksinya nasabah
di perbankan syariah.

Catatan Akhir
1
Abdul Ghofur Anshori, Sejarah Perkembangan Hukum Perbankan Syariah di Indonesia
dan Implikasinya bagi Praktik Perbankan Nasional, Jurnal Ekonomi Islam La Riba, Vol. II, No. 2,
Desember 2008.
2
Muh. Ghafur Wibowo, Potret Perbankan Syariah Terkini: Kajian Kritis Perkembangan
Perbankan Syariah Terkini (Yogyakarta: Biruni Press,2007), hlm. 2.
3
Bambang Waluyo, Prinsip Ekonomi dalam Perbankan Syariah, Jurnal Ekonomi dan
Bisnis, Vol.6, No.2, Juli 2007.
4
Hasan, Analisis Industri Perbankan Syariah Di Indonesia, Jurnal Dinamika Ekonomi
Pembangunan, Vol. 1, Nomor 1, Juli 2011.
5
Sukma, D. 2016. Fintechfest, mempopulerkan teknologi finansial di Indonesia. Arena
LTE. Diakses tanggal 28 April 2018. Tersedia di http://arenalte.com.
6
Svetlana Saksonova and Iriana Kuzmina-Merlino, Fintech as Financial Innovation-The
Possibilities and Problems of Implementation, European Research Studies Journal Volume XX
Issue 3A, 2017, pp.961-973.
7
Chishti, S., & Barberis, J. The Fintech Book. The Financial Technology Handbook for
Investors, Entreprenuers and Visonaries. Chichester, West Sussex, United Kingdom: Wiley &
Sons Ltd, 2016.
8
Siregar, A. 2016. Financial technology tren bisnis keuangan ke depan. Infobanknews.
Diakses 27 April 2018. Tersedia di http://infobanknews.com.
9
Apriyani. 2016. OJK: Waspadai dampak teknologi perbankan. Infobanknews. Diakses 25
April 2018. Tersedia di http://infobanknews.com
356 At-Tawassuth, Vol. III, No.2, 2018: 335 - 357

10
Muhammad Said Hannaf, Linkage Pembiayaan dan Manajemen Risiko Berbasis Modal
social Pada Financial Technology: Strategi Peningkatan Pembiayaan Inklusif (Brawijaya, 2017).
11
Budi Wibowo dan Irwan Krisnadi, Analisa Regulasi Fintech Dalam Membangun
Perekonomian Indonesia, 2016
12
Abdul Kadir, Pengenalan Sistem Informasi, (Yogyakarta: Andi, 2014), hlm. 12.
13
Bambang Pratama, Mengenal Lebih Dekat Financial Technology, 2016.
14
KurniaSupriyadi, dan Masjono. Pengaruh hubungan pemanfaatan aplikasi core banking
system terhadap kinerja individu karyawan PT. Bank BRI Syariah. Jurnal Akuntansi, Keuangan
dan Perbankan (Account) 1 (3), 2015, hlm. 247-254
15
FajriahL. OJK, BI dan kemenkeu siapkan aturan soal sistem fintech. Sindonews. Diakses
6 April 2018. Tersedia di http://ekbis.sindonews.com.
16
Lupiyoadi, R. Manajemen pemasaran jasa. Edisi ke Satu, (Jakarta: Penerbit Salemba
Empat, 2001), hlm. 98
17
Freddy Rangkuti, Analisis SWOT teknik membedah kasus bisnis, (Jakarta:PT Gramedia
pustaka utama,2006), hlm. 18.
18
Ibid
19
Freddy Rangkuti, SWOT BALANCED SCORECARD (teknik menyusun strategi korporat
yang efektif plus cara mengelola kinerja dan resiko), (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2013), hlm 64.
20
Syafi’I Antonio. Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001),
hlm. 160.
21
Nofie Iman, “Financial Technology dan Lembaga Keuangan”, (November 2016), h. 16.
22
Ibid, h. 17.

Daftar Pustaka
Adhitya, Imanuel Wulanata. 2017. Analisis SWOT Implementasi Teknologi
Finansial Terhadap Kualitas Layanan Perbankan Di Indonesia, Jurnal
Ekonomi Dan Bisnis Volume 20 Nomor 1, April 2017.
Basuki, Fery Hendro dan Husein, Hartina, Analisis SWOT Financial Technology
Pada Dunia Perbankan Di Kota Ambon (Survei pada bank di kota
Ambon), Jurnal Manis Vol.2 No.1, Januari, 2018.
Fajriah, L. 2016. OJK, BI dan kemenkeu siapkan aturan soal sistem fintech.
Sindonews. Diakses 6 April 2018. Tersedia di http://ekbis.sindonews.com.
Hasibuan, Sayuti. 2011. Islamic Finance: Enhancing Its Transformation Role In
Muslim Countries With Special Reference To Indonesia.
Kadir, Abdul, Pengenalan Sistem Informasi, Yogyakarta: Andi, 2014.
Kotler, P. 2002. Manajemen pemasaran di indonesia: Analisis, perencanaan,
implementasi dan pengendalian. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Kurnia., Supriyadi, dan Masjono. 2015. Pengaruh hubungan pemanfaatan


aplikasi core banking system terhadap kinerja individu karyawan PT.
Bank BRI Syariah. Jurnal Akuntansi, Keuangan dan Perbankan (Account)
1 (3).
Analisis SWOT Financial Technology (Fintech) Pembiayaan Perbankan 357
Syariah Bank Syariah Di Kota Medan (Ridwan Muchlis)

Lupiyoadi, R. 2001. Manajemen pemasaran jasa. Edisi ke Satu, Jakarta: Penerbit


Salemba Empat.
Nursiana, A. 2015. Pengaruh internet banking, kualitas layanan, reputasi produk,
lokasi, terhadap loyalitas nasabah dengan intermediasi kepuasan
nasabah. Jurnal Keuangan dan Perbankan 19.
Pratama, Bambang, Mengenal Lebih Dekat Financial Technology, 2016.
Rahadi., dan Zanial. 2015. Analisis technology acceptance model pada industri
perbankan. Jurnal Sistem Informasi (JSI) 7 (2).
Rahim, Faizal Abdul, Fintech Pitch For Islamic Bank: Three New Areas of
Services, Paper Submitted to meet course requirements Islamic Banking
practices, Masters in Islamic Finance Practice (MIFP) INCEIF, 2016.
Saksonova, Svetlana and Merlino, Kuzmina Irina, Fintech as Financial
Innovation-The Possibilities and Problems of Implementation, European
Research Studies Journal Volume XX Issue 3A, 2017.
Supranto, J. 2006. Pengukuran tingkat kepuasan pelanggan. Cetakan ke Tiga,
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Tjiptono, F. 2001. Strategi pemasaran. Edisi ke Satu, Yogyakarta: Penerbit Andi
Offset.
Tobing, Fathorazzi, dan Wulandari. 2016. Model inovasi sistem pemasaran
perbankan syariah berbasis floating market untuk penciptaan daya saing
(model of islamic banking marketing innovation systems based on floating
market for creation competitiveness). Jurnal Keuangan dan Perbankan 20
(1): 75-83.
Wibowo, Budi dan Kusnadi, Irwan, Analisa Regulasi Fintech Dalam Membangun
Perekonomian Di Indonesia, 2016.
Wirman, Ade Syafei, dan Sisca Debyola, dan Kuncoro Hadi. 2013. Penerapan
Teknologi (Sistem) Berbasis Islam Pada Bank Syariah Di Indonesia.
Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Pranata Sosial Volume.2, Nomor 1, Maret
2013.

Anda mungkin juga menyukai