Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Konsep Dasar Akhlak dan Tassawuf

Di tinjau untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf

Dosen Pengampu : Imam Wahyono M.Pd.i

Disusun oleh :

M.Rizal Muhiamin (2021390101540)

Andre Gunawan (2021390101435)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSITUT AGMA ISLAM IBRAHIMY


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan Alquran sebagai pedoman hidupdan
telah mengutus rasulNya yang mulia, Muhammad saw. sebagai pembawa
risalahterakhir dan sebaik-baik suri teladan bagi sekalian makhluk.

Ucapan syukur senantiasa terucapkan kehadirat Allah, karena


tanpapertolongan dan izinNya, tidaklah makalah ini dapat diselesaikan. Ucapan
terima kasih juga penulis haturkan kepada semua pihak yang terlibat dalam
penulisan makalah iniuntuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak & Tasawwuf.

Dalam diri manusia kita mengenal dimensi lahir dan batin. Dimensi lahir
terkaitdan diatur dengan ilmu fikih, sedangkan dimensi batin inilah yang kemudian
terkaitdan diatur dalam ilmu tasawwuf, sehingga ilmu tasawwuf terkadang disebut
juga dengan istilah ‘fikih batin’. Jika seseorang benar -benar telah berhasil
memperbaiki sisibatinnya, maka kelak itu akan termanifestasikan pada sisi lahir
kehidupannya sehari-hari yang berupa akhlak yang baik, apakah itu akhlak kepada
Allah, kepada sesamamanusia maupun akhlak kepada diri sendiri.

Sebagai penutup, penulis berharap makalah ini bisa menjadi wasilah


bagiteman-teman pembaca untuk menggapai berbagai kemanfaatan. Hanya saja
kamisangat menyadari makalah ini jauh dari sempurna, mengingat kapasitas
penulis danwaktu penulisannya yang cukup terbatas, maka dari itu kritik dan saran
yangmembangun dari saudara sekalian sangat kami harapkan, agar kita bisa terus
melakukan perbaikan terhadap isi makalah ini
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB I 5
PENDAHULUAN ................................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
1.3 Tujuan Masalah ................................................................................................... 5
BAB II ..................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN...................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Akhlak dan Tasawuf.......................................................................... 6
2.1.1 Pengertian Akhlak ....................................................................................... 6
2.1.2 Pengertian Tasawuf ..................................................................................... 7
2.1.3 Tujuan Tasawuf ........................................................................................... 7
2.1.4 Metodologi pendekatan kajian .................................................................. 10
2.1.5 Kedudukan akhlak tassawuf dalam islam ................................................. 12
2.1.6 Ciri Perbuatan Akhlak ............................................................................... 13
2.2 Hubungan Akhlak dengan Tasawuf .................................................................. 14
2.3 Sumber Ajaran Tasawuf .................................................................................... 14
2.3.1. Unsur islam ............................................................................................... 14
2.3.2. Unsur Non islam........................................................................................ 14
2.4 Hubungan Akhlak dengan Ilmu-Ilmu................................................................ 14
2.4.1 Hubungan antara akhlak dengan psikologi................................................ 14
2.4.2 Hubungan akhlak dengan sosiologi ........................................................... 15
2.4.3 Hubungan akhlak dengan ilmu hukum ...................................................... 15
2.4.4 Hubungan akhlak dengan iman ................................................................. 15
2.5 Sejarah Perkembangan Akhlak dan Tasawuf .................................................... 17
2.5.1 Sejarah perkembangan akhlak ................................................................... 17
2.5.2 Sejarah perkembangan tasawuf ................................................................. 17
2.5.3 Akhlak,Moral Dan Etika ........................................................................... 18
2.5.4 Perbedaan akhlak,etika da moral ............................................................... 18
3.1 KESIMPULAN .......................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 21
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam islam akhlak da tasawuf banyak dibicarakan dan dimuat


pada Al-Qur’an dan Hadis, sumber tersebut merupakan batasan dalam
tindakan kita sehari-hari, sehingga dalam jiwa ini benar-benar
menggunakan akhlak dan tasawuf untuk mempermudah kita melakukan
suatu ibadah.Akhlak dan tasawuf ini akan mengarahkan kita ke jalan yang
benar yaitu jalan untuk menyucikan jiwa. Akhlak dan tasawuf itu juga dapat
digunakan untuk mempermudah kita melakukan suatu ibadah. Tetapi pada
zaman sekarang ini sudah banyak manusia yang tidak menggunakan
akhlaknya terutama pada golongan orang-orang muda. Untuk itu marilah
kita mengupas tentang akhlak dan tasawuf.

1.2 Rumusan Masalah

a) Pengertian Akhlak dan Tasawuf ?


b) Hubungan Ahklak dan Tasawuf ?
c) Sumber Ajaran Tasawuf ?
d) Hubungan Akhlak dengan Ilmu-Ilmu lain?

1.3 Tujuan Masalah

a) Untuk Mengetahui Pengertian Akhlak dan Tasawuf


b) Faham Tentang Hubungan Ahklak dan Tasawuf
c) Mengetahui untuk Sumber Ajaran Tasawuf
d) Mengetahui Hubungan Akhlak dengan Ilmu-Ilmu lain
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akhlak dan Tasawuf

2.1.1 Pengertian Akhlak


Secara bahasa akhlak berasal dari kata ‫ اخالق –اخلق‬- ‫ يخلق‬artinya kebiasaan,
watak, peradaban yang baik, agama. Kata akhlak sama dengan kata khuluq.
Menurut Ibnu Maskawaih akhlak adalah:

َ ‫اس دَا ِعيَةٌ لَ َها اِلَى ا َ ْنعَا ِل َها مِ ْن‬


‫غي ِْر فِ ْك ٍر ُو ُر ِويَّ ٍة‬ ِ َّ‫َحا ٌل لِلن‬

Artinya: Keadaan jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan-


perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dahulu).

Menurut imam Ghazali akhlak adalah:

‫غي ِْر َحا َج ٍة اِلَى فِ ْك ٍر‬ ُ ِ‫صد ُُر اْالَ ْفعَا ُل ب‬


َ ‫س ُه ْولَ ٍة َويُس ٍْر مِ ْن‬ َ ‫ع ْن َه ْيئ َ ِة فِى النَّ ْف ِس َرا ِس َخ ٍة‬
ْ َ ‫ع ْن َها ت‬ َ َ‫ا َ ْل ُخ ْل ُق ِعب‬
َ ٌ ‫ارة‬
‫ُو ُر ِويَّ ٍة‬

Artinya:Suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan
pikiran (lebih dahulu).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah


tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang telah terlatih, sehingga dalam
jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-
perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angankan
lagi.
2.1.2 Pengertian Tasawuf
Secara bahasa Tasawuf berasal dari kata = saf (baris), sufi (suci), sophos
(Yunani, hikmah), suf (kain wol) atau sikap mental yang selalu memelihara
kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan
bersikap bijak.Menurut Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdy mengatakan:

‫حْوا َل النَّ ْف ِس َمحْ ُم ْودُهَا َو َمذْ ْْ ُم ْو ُم َها َو َك ْي ِفيَةُ ت َْط ِهي ِْرهَا مِ ْن ْال َمذْ ُم ْو ِم مِ ْن َها َوتَحْ ِليَت ُ َها‬ ُ ‫ف ه َُو ع ِْل ٌم يَ ْع َر‬
َ َ ‫ف بِ ِه ا‬ َ َّ ‫الت‬
ُ ‫س ُّو‬
ُ ‫س ِي ِر اِلَى هللا تَ َعالَى َو ْالن َِر‬
‫ار اِلَ ْي ِه‬ ُّ ‫صافِ ِب َمحْ ُم ْو ِدهَا َو َك ْي ِفيَةُ ال‬
َّ ‫سلُ ْوكِ َوال‬ َ ْ‫ِبا ْ ِالت‬

Artinya: Tashawuf adalah suatu ilmu yang dengannya dapat diketahui hal ihwal
kebaikan dan keburukan jiwa, cara membersihkan diri yang buruk dan mengisinya
dengan yang terpuji, cara melakukan suluk, melangkah menuju keridhaan Allah
dan meninggalkan (larangan-Nya) menuju kepada (perintah-Ny

Menurut As-Suhrawardy mengemukakah pendapat Ma’ruf Al-Karakhy,


Tasawuf adalah mencari hakikat dan meninggalkan sesuatu yang ada di tangan
makhluk (kesenangan duniawi).Jadi dapat disimpulkan bahwa tasawuf adalah
suatu kehidupan rohani yang merupakan fitrah manusia dengan tujuan untuk
mencapai hakikat yang tinggi, berada dekat atau sedekat mungkin dengan Allah
dengan jalan menyucikan jiwanya, dengan melepaskan jiwanya dari noda-noda
sifat dan perbuatan tercela.

2.1.3 Tujuan Tasawuf


Menurut Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdy tujuan tasawuf meliputi:

a) Ilmu Syariah
b) Ilmu Thariqah
c) Ilmu Haqiqah
d) Ilmu Ma’rifah

Menurut Ma’ruf Al-Karakhy tujuan tasawuf adalah mencari kebenaran yang


hakiki dengan cara meninggalkan kesenangan duniawi.

A. Maqamat dalam Tasawuf


Maqam sering dipahami oleh para sufi sebagai tingkatan, yaitu tingkatan
seorang hamba di hadapan Tuhan nya dalam hal ibadah dan latihan-
latihan jiwa yang dilakukannya.Menurut Abdurrazaq Al-Qasami, maqam
adalah pemenuhan terhadap kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan.
Jika seseorang belum memenuhi kewajiban-kewajiban yangterdapat
dalam suatu maqam, ia tidak boleh naik ke jenjang yang lebih tinggi.Di
kalangan kaum sufi urutan maqam berbeda-beda. Al-Ghazali
memberikan urutan maqam seperti berikut: taubat, sabar, syukur, khsuf,
raja‟, tawakkal, mahabbah dan syauq.Menurut Ibnu Arabi dalam Al-
Futuhat Al-Makiyyah, menyebutkan enam puluhmaqam dan berusaha
menjelaskan secara rinci tetapi tidak memperdulikan sistematikamaqam
tersebut.Tahapan maqam yang dijalani kaum sufi umumnya terdiri atas
taubat, wara‟,zuhud, fakir,sabar, tawakkal dan ridha.
B. Taubat

Dalam ajaran tasawuf konsep taubat di kembangkan dan mendapat


berbagai
macam pengertian. Namun yang membedakan antara taubat dalam syari
at biasa dengan maqam taubat dalam tasawuf diperdalam dan dibedakan
antara taubatnya orang awamdengan orang khawas. Dalam hal ini dzu al-
Nun an-Mishri mengatakan;“Taubatnya orang-orang awam taubat dari
dosa-dosa, taubatnya orang khawastaubat dari ghoflah (lalai mengingat
tuhan)”.Bagi golongan khowas atau orang yang telah sufi, yang di
pandang dosa adalah ghoflah (lalai mengingat tuhan). Ghoflah itulah
dosa yang mematikan. Ghoflah adalahsumber munculnya segala dosa.
Dengan demikian taubat adalah merupakan pangkaltolak peralihan dari
hidup lama (ghoflah) ke kehidupan baru secara sufi. Yakni hidupselalu
ingat tuhan sepanjang masa..

C. Wara

Dalam risalah al-qusyairiyah banyak membahas tentang makam wara‟


beserta pandangan atau rumusan para sufi tentang hal ini. Wara‟ adalah
meninggalkan hal yang syubhat: tarku syubhat yakni menjauhi atau
meninggalkan segala hal yang belum jelas haram dan halalnya.Wara‟ itu
ada dua tingkat, wara‟ segi lahir yaitu hendaklah kamu tidak
bergerakterkecuali untuk ibadah kepada Alloh. Dan wara‟ batin, yakni
agar tidak masuk dalam hatimu terkecuali Allah SWT.

D. Zuhud
Sesudah maqam wara‟ di kuasai mereka baru berusaha mengapai maqam
(station) diatasnya, yakni maqam zuhud. Berbeda dengan wara‟ yang
pada dasarnya merupakan laku menjahui yang syubhat dan setiap yang
haram, maka zuhud pada dasarnya adalah tidak tamak atau tidak ingin
dan tidak mengutamakan kesenangan duniawi.Adapun zuhud menurut
bahasa Arab materinya tidak berkeinginan. Dikatakan, zuhud pada
sesuatu apabila tidak tamak padanya. Adapun sasaranya adalah
dunia.Dikatakan pada seseorang apabila bila dia menarik diri untuk tekun
beribadah danmenghindarkan diri dari keinginan menikmati kelezatan
hidup adalah zuhud padadunia.Dalam tasawuf zuhud dijadikan maqam
dalam upaya melatih diri dan menyucikanhati untuk melepas ikatan hati
dengan dunia. Maka di dalam tasawuf diberi pengertiandan diamalkan
secara bertingkat. Pada dasarnya dibedakan zuhud pada tingkat
awal(biasa) dan zuhud bagi ajaran sufi.
E. Fakir
Al-Ghazali menganjurkan atau mengajarkan untuk membuang dunia itu
sama sekali.Maka fakir dirumuskan dengan “tidak punya apa-apa dan
juga tidak menginginkan apa-apa”.
F. Sabar
Dalam tasawuf sabar dijadikan satu maqam sesudah maqam fakir.
Karena persyaratan untuk bisa konsentrasi dalam zikir orang harus
mencapai maqam fakir. Tentuh idupnya akan dilanda berbagai macam
penderitaan dan kepincangan. Oleh karena itu harus melangkah ke
maqam sabar.
G. Tawakal
Tasawuf menjadikann maqam tawakkal sebagai wasilah atau sebagai
tangga untukmemalingkan dan menyucikan hati manusia agar tidak
terikat dan tidak ingin danmemikirkan keduniaan serta apa saja selain
Allah.
H. Ridho
Setelah mencapai maqam tawakkal, nasib hidup mereka bulat-bulat
diserahkan pada pemeliharaan dan rahmat Alloh, meniggalkan
membelakangi segala keinginanterhadap apa saja selain Tuhan, maka
harus segera diikuti menata hatinya untuk mencapai maqam. Maqam
ridlo adalah ajaran menanggapi dan mengubah segala bentuk
penderitaan, kesengsaraan, dan kesusahan, menjadi kegembiraan dan
kenikmatan. Yakni sebagaimana di katakana imam ghozali, rela
menerima apa saja

2.1.4 Metodologi pendekatan kajian


Islam sebagai agama yang bersifat universal, menghendaki kebersihan
lahirian(dimensi eksoterik), dan keberhasilan batiniah (dimensi esoteric). Tasawuf
merupakan salahsatu bidang studi Islam yang memusatkan perhatian pada
memberikan aspek rohani manusiayang selanjutnya dapat menimbulkan akhlak
mulia.Di dalam tasawuf, seseorang dibina secara intensif tentang cara-cara agar
seseorangselalu merasakan kehadiran Tuhan dalam dirinya. Terdapat hubungan
yang erat antar akidah,Syari‟ah dan akhlak. Berkenaan dengan ini telah
bermunculan para peneliti yang mengkonsentrasikan kajiannya pada masalah
tasawuf. Keadaan ini selanjutnya mendorongtimbulnya kajian dan penelitian di
bidang tasawuf.

Berbagai bentuk dan modal penelitian tasawuf adalah sebagai berikut:

1. Model Sayyed Husein Nasr

Model penelitiannya kualitatif, pendekatan tematik yang berdasarkan


pada studi kritisterhadap ajaran tasawuf yang pernah berkembang
dalam sejarah. Pendekatan tematik yaitu pendekatan yang mencoba
menyajikan ajaran tasawuf sesuai dengan tema-tema tertentu.
Diantaranya uraian tentang fungsi tasawuf, tingkatan-tingkatan
kerohanian dalam tasawuf serta perkembangan tasawuf yang terjadi
pada abad ketujuh. Hasil penelitiannya ini disajikandalam bukunya
yang berjudul Tasawuf Dulu dan Sekarang.

2. Model Mustafa Zahri

Penelitiannya bersifat eksploratif, menekankan pada ajaran yang


terdapat dalamtasawuf berdasarkan literatur yang ditulis oleh para
ulama terdahulu serta dengan mencarisandaran Al-Qur‟an dan Al-
Hadist.

3. Model Kautsar Azharri Noor

Penelitian yang ditempuh adalah studi tentang tokoh dengan


pahamnya yang khas. IbnArabi dengan pahamnyawahdat al-Wujud
Penelitian ini cukup menarik karena dilihat darisegi paham yang
dibawakannya telah menimbulkan kontroversi di kalangan para
ulama,karena paham tersebut dinilai membawa paham reinkarnasi
atau paham serba Tuhan, yaituTuhan menjelma dalam berbagai
ciptaan-Nya, sehingga dapat mengganggu keberadaan zat Tuhan.

4. Model Harun Nasution

Penelitian yang dilakukan Harun Nasution mengambil pendekatan


tematik, bersifatdeskriptif eksploratif yaitu menggambarkan ajaran
sebagaimana adanya walaupun hanyadalam garis besarnya. Penyajian
ajaran tasawuf ini disajikan dalam tema jalan untuk dekatdengan
Tuhan.5.

5. Model A. J. Arberry

Arbery dalam penelitiannya menggunakan penelitian bersifat


deskriptif dengan pendekatan kombinasi yaitu kombinasi antara
pendekatan tematik dengan pendekatan tokoh,dengan menggunakan
analisa kesejarahan. Yaitu tema yang dipahami berdasarkan
kontekssejarahnya dan tidak dilakukan proses aktualisasi nilai ke
dalam makna kehidupan modernyang lebih luas.Dengan pendekatan
demikian ia coba kemukakan tentang firman Tuhan, kehidupan Nabi,
para zahid, para sufi, tarikat sufi, teosofi dalam aliran tasawuf serta
runtuhnya aliran tasawuf.

2.1.5 Kedudukan akhlak tassawuf dalam islam


Tasawuf mempunyai kedudukan yang besar, realitas yang agung,
kemanfaatan yang menyeluruh. Tasawuf bagaikan cahaya yang bersinar, buah
ranum yang matang, sebagai sarana penyucian jiwa dari kotoran, mengangkat
derajat manusia kepada puncak kemenangan. Serta mengantarkannya menuju ridha
Allah yang Maha Pengasih.

Akan tetapi, dikalangan sekarang banyak sekali yang menyesatkan dan


menyalahkan tasawuf karena tidak berlandaskan dengan al-Quran dan Sunnah.
akan tetapi ulama-ulama telah membantah itu semua.

Tasawuf dibangun atas landasan al-Quran dan Sunnah. Imam al-Junaid


berkata, “Seperti yang kita ketahui bahwa tasawuf ini bersumber dari al-Quran dan
Sunnah.” Ia melanjutkan, “Segala jalan yang menuju ke hadirat Allah adalah
tertutup, kecuali mereka yang berpegang teguh pada atsar Rasulullah SAW.”

Imam Jalaluddin al-Mahalli menjelaskan pernyataan Imam al-Junaid


sebagai berikut, “Maka sungguh jalan ini terbebas dari segala bid’ah yang berputar
sekitar taslim, tafwidh, dan membebaskan hawa nafsu.”

Tasawuf bukanlah jalan yang sama seperti jalan hidup para pendeta, juga
tidak sekedar makan dengan makanan yang sederhana seperti gandum ataupun
kurma kering. Tetapi itu semua didasarkan kepada kesabaran dalam menjalankan
perintah dan yakin terhadap hidayah. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:

َ ‫َو َج َع ْلنَا مِ ْن ُه ْم أَئِ َّمة يَ ْهدُونَ ِبأ َ ْم ِرنَا لَ َّما‬


َ‫صبَ ُروا ۖ َوكَانُوا ِبآيَاتِنَا يُوقِنُون‬
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini
ayat-ayat Kami.” (QS. al-Sajdah: 24)

Dalam kitab Thabaqat al-Kubra Imam Abdul Wahab asy-Sya’rani


mengatakan bahwa seorang yang mengaku suluk di jalan Allah SWT haruslah
menyelami ilmu syariat, menguasai ilmu mantiq, pemahaman dibalik nash,
kekhususan dan keumumannya, nasikh dan Mansukh, serta mendalami ilmu bahasa
arab sehingga dengan mudah ia tahu makna kalimat-kalimat yang terkandung di
dalamnya.

Dari jawaban-jawaban ulama tersebut, sudah dipastikan bahwa tasawuf


berlandaskan kepada al-Quran dan Sunnah. Tidak berlandaskan kepada hal-hal
yang syubhat dan jauh dari syariat. Bahkan, Ahli Suluk diharuskan untuk selalu
belajar dan tidak meninggalkan syariat islam.

Itulah landasan tasawuf yang diajarkan oleh ulama-ulama Ahlu Sunnah wal Jam’ah.

2.1.6 Ciri Perbuatan Akhlak


a) Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi
kepribadiannya.
b) Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran
c) Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau
tekanan dari luar
d) Dilakukan dengan sungguh-sungguh
e) Dilakukan dengan ikhlas

Tingkatan keburukan akhlak tasawuf menurut Imam Al-Ghazali meliputi:

a) Keburukan akhlak yang timbul karena ketidaksanggupan seseorang


mengendalikan nafsunya
b) Perbuatan yang diketahui keburukannya, tetapi ia tidak bisa
meninggalkannya karena nafsunya telah menguasai dirinya
c) Keburukan akhlak yang dilakukan oleh seseorang karena pengertian baik
baginya sudah kabur, sehingga perbuatan buruklah yang dianggap baik
d) Perbuatan buruk yang sangat berbahaya terhadap masyarakat pada
umumnya sedangkan tidak terdapat tanda-tanda kesadaran bagi pelakunya,
kecuali hanya kekhawatiran akan menimbulkan pengorbanan yang lebih
hebat lagi.

2.2 Hubungan Akhlak dengan Tasawuf

Akhlak dan tasawuf saling berkaitan. Akhlak dalam pelaksanaannya


mengatur hubungan horizontal sesama manusia. Sedangkan tasawuf mengatur
jalannya komunikasi vertikal antara manusia dan Tuhannya. Akhlak menjadi
dasar dari pelaksanaan tasawuf, sehingga dalam prakteknya tasawuf
mementingkan akhlak

2.3 Sumber Ajaran Tasawuf

2.3.1. Unsur islam

➢ Al-Qur’an mengajarkan manusia untuk mencintai Tuhan, bertaubat dan


menyucikan diri, Tuhan memberi cahaya kepada hambanya
➢ Hadis Nabi seperti rahasia penciptaan alam adalah agar manusia
mengenal penciptanya.
➢ Praktek para sahabat seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab,
Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Hasan Basri, dll
2.3.2. Unsur Non islam

➢ Nasrani: cara kependetaan dalam hal latihan jiwa dan ibadah


➢ Yunani: unsur filsafat tentang masalah ketuhanan
➢ Hindu/Budha: mujahadah, perpindahan roh dari satu badan ke badan
yang lain
2.4 Hubungan Akhlak dengan Ilmu-Ilmu

2.4.1 Hubungan antara akhlak dengan psikologi

Hubungan antara akhlak dengan psikologi mempunyai pertalian yang


erat dan kuat. Adapun akhlak memerlukan apa yang dipersoalkan oleh jiwa
tersebut.Dapat dikatakan bahwa ilmu jiwa (psikologi) adalah sebagai
pendahuluan dalam ilmu akhlak.

2.4.2 Hubungan akhlak dengan sosiologi

Dalam ilmu akhlak mempelajari dan mengupas masalah prilaku-prilaku,


perbuatan manusia yang timbul dari kehendak ilmu sosiologi mempersoalkan
tentang kehidupan masyarakat.Manusia tidak dapat hidup tanpa masyarakat. Dapat
disimpulkan pula bahwa sosiologi mempelajari masyarakat, manusia yang
bagaimana supaya meningkat ke atas, bagaimana menyelidiki tentang bahasa,
agama dan keluarga, dan bagaimana membentuk undang-undang dan pemerintahan
dan sebagainya.

2.4.3 Hubungan akhlak dengan ilmu hukum

Akhlak memerintahkan berbuat apa yang berguna dan melarang berbuat segala
apa yang mudarat. Sedang ilmu hukum tidak, karena banyak perbuatan yang baik
dan berguna tidak diperintahkan oleh ilmu hukum. Seperti berbuat baik kepada
fakir miskin da perlakuan baik antara suami istri.

2.4.4 Hubungan akhlak dengan iman

Iman menurut bahasa berarti: membenarkan. Sedangkan menurut syara ’adalah


membenarkan dengan hati.Dapat diketahui bahwa hubungan antara akhlak dengan
ilmu sangat erat. Hal tersebut disebabkan keduanya mempunyai titik pangkal yang
sama yaitu hati nurani. Jadi keduanya adalah merupakan gambaran jiwa/hati
sanubari yang bersifat kejiwaan dan abstrak.

Akhlak adalah merupakan sikap jiwa yang telah tertanam dengan kuat yang
mendorong pemiliknya untuk melakukan perbuatan. Demikian juga
iman/kepercayaan adalah bertempat dalam hati yang mempunyai daya dorong
terhadap tingkah laku perbuatan seseorang.

Rasulullah pernah bersabda, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu


Hurairah:
َ‫ا َ ْك َم ُل ْال ُمؤْ مِ نِيْنَ اِ ْي َمانًا ا َ ْل َم ْسنُ ُه ْم ُخلُق‬

Artinya: orang mukmin yang sempurna imannya adalah yang terbaik budi
pekertinya.

Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak Salah satu ciri khas ilmu adalah bersifat
pragmatis. Orang yang berakhlak karena kelakuan terhadap Tuhan semata-mata,
maka dapat menghasilkan kebahagiaan antara lain:

a) Mendapatkan tempat yang baik di dalam masyarakat


b) Akan disenangi orang dalam pergaulan
c) Akan dapat terpelihara dari hukum yang bersifatnya manusiawi dan sebagai
makhluk yang diciptakan Tuhan
d) Orang yang bertakwa dan berakhlak akan mendapat pertolongan dan
kemudahan dalam memperoleh keluhuran, kecukupan dan sebutan yang
baik
e) Jasa manusia yang berakhlak mendapat perlindungan dari segala
penderitaan dan kesukaran

Dalam islam kedua jalur hubungan tersebut diatur apa yang dinamakan dengan
“amal saleh ”atau lebih tegasnya disebut dengan akhlak. Oleh karena itu, maka
akhlak adalah sangat penting bagi manusia dan juga merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia

Akhlak juga merupakan mutiara hidup yang membedakan makhluk manusia


dengan makhluk lainnya. Setiap orang tidak lagi peduli soal baik atau buruk, soal
halal dan haram. Karena yang berperan dan berfungsi pada diri masing-masing
manusia adalah elemen syahwat (nafsu) nya yang telah dapat mengalahkan elemen
akal pikiran, oleh karena itu Imam Al-Ghazali dalam kitabnya “Mukasyafatul
Qulub ”menyebutkan bahwa Allah menciptakan manusia (anak Adam) lengkap
dengan elemen akal syahwat (nafsu). Maka barang siapa yang nafsunya
mengalahkan akalnya, hewan melata lebih baik dari pada manusia itu. Sebaliknya
bila manusia dengan akalnya dapat mengalahkan nafsunya, maka dia derajatnya di
atas malaikat.
Menurut Dr.Hamzah Ya’cub hikmah dari Akhlak adalah:

a) Meningkatkan derajat manusia


b) Menuntun kepada kebaikan
c) Manifestasi kesempurnaan iman
d) Keutamaan di hari kiamat
e) Kebutuhan pokok dalam keluarga
f) Membina kerukunan antar tetang
g) Untuk menyukseskan pembangunan bangsa dan negara
h) Dunia betul-betul membutuhkan akhlak karimah

2.5 Sejarah Perkembangan Akhlak dan Tasawuf

2.5.1 Sejarah perkembangan akhlak

a) Akhlak pada bangsa Yunani


Ditandadi dengan munculnya Sophisticians (orang-orang yang
bijaksana)
b) Akhlak pada agama Nasrani
Dasarnya adalah Teocentris (Tuhan adalah sumber akhlak)
c) Akhlak pada bangsa Romawi
d) Akhlak pada agama Islam
e) Titik pangkal pada wahyu Tuhan dan akal manusia

2.5.2 Sejarah perkembangan tasawuf

a) Masa Tabi’in: ada istilah Nussak, yaitu orang-orang yang menyediakan


dirinya untuk beribadah kepada Allah. Tokohnya Hasan Basri yang
benar-benar mempraktekkan tasawuf.
b) Istilah tasawuf muncul pada abad ke-2 H yang digunakan oleh Abu
Hasyim
c) Abad ke-3 H muncul tasawuf yang menonjolkan pemikiran eksklusif
seperti Al-Jaliaj
d) Pada abad ke-5 H muncul Al-Ghazali yang mendasarkan tasawuf pada
Al-Qur’an dan Hadis
e) Abad ke-6 H berkembang tarekat-tarekat untuk melatih dan mendidik
para murid seperti yang dilakukan oleh Sayid Ahmad Rifa’i dan Sayid
Abdul Qadir Jaelani.

2.5.3 Akhlak,Moral Dan Etika

Di dunia akademik, definisi etika, moral, dan akhlak kerap kali disamakan.
Padahal, jika ditelurusi lebih dalam, ketiga istilah ini memiliki perbedaan yang
cukup signifikan.

Ki Hajar Dewantara mendefinisikan etika sebagai ilmu yang mempelajari


soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia. Ini mencakup semua hal,
terutama tentang gerak-gerik pikiran dan rasa yang kemudian memunculkan
pertimbangan sikap.

Berbeda dengan etika, moral adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan
yang secara layak dikatakan benar, salah, baik dan buruk.

Sedangkan akhlak adalah sikap dalam diri seseorang yang menjadi


kebiasaan dan bisa mengarah pada suatu perbuatan. Agar lebih memahaminya,

2.5.4 Perbedaan akhlak,etika da moral

Perbedaan etika, moral, dan akhlak bisa dilihat dari makna dan sumber
pemikirannya. Etika lebih berbicara soal ilmu yang bersumber pada adat istiadat.
Sedangkan moral berupa nilai dan akhlak berupa perangai yang bersumber pada
Alquran dan sunnah.

Etika dan moral memiliki sifat yang sama yakni lokal dan temporer.
Sedangkan akhlak memiliki sifat yang universal dan abadi. Ini karena akhlak
bersumber pada firman Allah yang diterapkan sejak zaman Rasulullah SAW.
Al-Mawardi dalam studinya yang berjudul “Etika, Moral dan Akhlak”
menjelaskan perbedaan tiga istilah tersebut dari segi rumpun keilmuan.
Menurutnya, akhlak memiliki posisi lebih tinggi dibanding moral dan etika.

Akhlak memiliki keterkaitan dengan ilmu-ilmu lain seperti tasawuf dan


fiqih, di mana kedua ilmu itu memiliki hubungan yang erat dan saling
membutuhkan. Makna akhlak tidak hanya didasari oleh ucapan dan akal pikiran
semata, namun juga melibatkan hati nurani yang terdalam.

Di sisi lain, Althof Berkowitz dan Victor Battistich dalam studinya yang
yang berjudul “Moral Education and Character Education: Their Relationship and
Roles in Citizenship Education and Character Education, Prevention, and Positive
Youth Development” memberikan pandangan lain terhadap perbedaan tiga istilah
ini.

Mereka membedakan etika, moral, dan akhlak dari segi teori dan
implementasinya. Kedua tokoh ini berargumen, jika moral dan etika diambil dari
teori filsafat.

Pada praktiknya, pendidikan moral cenderung memiliki cakupan lebih


sempit, yaitu hanya pada perkembangan keilmuan kognitif saja. Sedangkan
pendidikan karakter memiliki cakupan lebih luas dan komprehensif meliputi
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Kemudian lebih lanjut, akhlak memiliki cakupan yang sangat luas meliputi
ilmu agama dan umum yang dipelajari umat manusia. Karena sejumlah perbedaan
itu, diperlukan sikap bijak dalam memaknai etika, moral, dan akhlak. Perlu ada
diskusi lebih lanjut mengenai konsep pendekatan rasional dan aplikasi dalam
pendidikan ketiga istilah tersebut.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan akhlak dan tasawuf


itu mempunyai hubungan yang sangat erat, begitu pula akhlak dengan lmu-ilmu
lainnya contohnya ilmu hukum, sosiologi dll. Akhlak adalah tabiat seseorang
yakni jiwa yang telah terlatih sehingga dalam jiwa tersebut telah melekat sifat-
sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa dipikirkan.
Sedang tasawuf adalah suatu kehidupan rohani yang merupakan fitrah manusia
dengan tujuan untuk mencapai hakikat tinggi.

Sejarah perkembangan tasawuf yaitu mulai dari abad pertama hijriyah


sampai pada abad keenam hijriyah. Sedangkan sejarah perkembangan akhlak
yaitu periode Yunani, periode abad pertengahan, periode bangsa Arab dan
periode abad modern.
DAFTAR PUSTAKA

A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka setia)

http://sugiartoagribisnis.wordprees.com/

http.//www.aminazizcenter.com/artikel-61-kuliah-akhlak-
tasawuf.html/2009

Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997)

Nasution, Harun, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1983).

Nasution, Harun. 1986. Islam ditinjau dari berbagai aspeknya. Jakarta: UI Press.

Nata, Abudin.2004. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai