Anda di halaman 1dari 12

HALAMAN COVER

AKHLAK TASAWUF

“TASAWUF AKHLAKI, TASAWUF FALSAFI, DAN TASAWUF IRFANI”

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah : Akhlak Tasawuf

Dosen Pembimbing : Surawan, M.S.I

Disusun oleh

Nisa Fitria
1801160077

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
TAHUN 2018 M/1440 H
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER..............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
A. PENDAHULUAN...........................................................................................1
1. Latar Belakang............................................................................................1
2. Rumusan Masalah.......................................................................................2
3. Tujuan..........................................................................................................2
B. PEMBAHASAN..............................................................................................3
1. Pengertian Tasawuf Akhlaki, Falsafi dan Irfani.....................................3
2. Perbedaan Tasawuf Akhlaki, Falsafi dan Irfani......................................7
3. Persamaan Tasawuf Akhlaki, Falsafi dan Irfani.....................................8
C. PENUTUP.............................................................................................................9
1. Kesimpulan.......................................................................................................9
2. Saran.................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................10

ii
A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Sebelum membahas lebih jauh tentang akhlak tasawuf ada baiknya
untuk dimengerti lebih dahulu tentang pengertian akhlak itu sendiri.
Secara definitif, pengertian akhlak bisa dipahami melalui dua pendekatan
(approach), yakni pendekatan etymologist (linguistik) dan pendekatan
termynologist.
Pendekatan etymologist adalah sebuah upaya meteologis dalam
rangka memahami sesuatu memalui penelusuran kronologis akar kata dari
sebuah term yang ingin dipahami maknanya. Sedangkan pendekatan
termynologist adalah upaya meteologis penggalian pemaknaan melalui
kajian bidang ilmu yang terkait dengan term dimaksud. Dua pendekatan
ini, biasanya saling mempunyai unsur keterkaitan antara satu dengan yang
lainnya.
Sedangkan tasawuf adalah dari segi bahasa terdapat sejumlah kata
atau istilah yang di hubung-hubungkan para ahli untuk menjelaskan kata
tasawuf. Harun Nasution, misalnya , menyebutkan lima istilah yang
berkenaan dengan tasawuf yaitu al-suffal (ahl al-suffah), (orang yang ikut
pindah dengan Nabi dari Mekkah ke Madinah), saf (barisan), sufi (suci),
sophos (bahasa Yunani: hikmat), dan suf (kain wol). Keseluruhan kata ini
bisa-bisa saja dihubungkan dengan tasawuf. Kata ahl al-suffah (orang
yang ikut pindah dengan Nabi dari Mekkah ke Madinah) misalnya
menggambarkan keadaan orang yang rela mencurahkan jiwa dan raganya,
harta benda dan lain sebagainya hanya untuk Allah. Mereka ini rela
meninggalkan kampung halamannya, rumah, kekayaan dan harta benda
lainnya di Mekkah untuk hijrah bersama Nabi ke Madinah. Tanpa ada
unsur iman dan kecintaan kepada Allah, tak mungkin mereka melakukan
hal yang demikian. Selanjutnya kata saf juga menggambarkan orang yang
selalu berada dibarisan depan dalam beribadah kepada Allah dan
melakukan amal kebaikan. Demikian pula kata sufi (suci)
menggambarkan orang yang selalu memelihara dirinya dari berbuat dosa
dan maksiat, dan kata suf (kain wol) menggambarkan orang yang hidup
sederhana dan tidak mementingkan dunia. Dan kata sophos (bahasa
Yunani) menggambarkan keadaan jiwa yang senantiasa cenderung kepada
kebaikan.
Dari segi linguistik (kebahasaan) ini segera dapat dipahami bahwa
tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri,
beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan selalu

1
bersikap bijaksana. Sikap jiwa yang demikian itu pada hakikatnya adalah
akhlak yang mulia.
Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah atau pendapat para ahli
amat bergantung kepada sudut pandang yang digunakannya masing-
masing. Selama ini adaa tiga sudut pandangan yang digunakan para ahli
untuk mendefinisikan tasawuf, yatu sudut pandang manusia sebagai
makhluk terbatas, manusia sebagai makhluk yang harus berjuang, dan
manusia sebagai makhluk ber-Tuhan. Jika dilihat dari sudut pandang
manusia sebagai makhluk yang terbatas, maka tasawuf dapat
didefinisikan sebagai upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan
pengaruh kehidupan dunia, dan memusatkan perhatian hanya kepada
Allah SWT.
Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa tasawuf pada
intinya adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat
membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan dunia, sehingga tercermin
akhlak yang mulia dan dekat dengan Allah SWT. dengan kata lain
tasawuf adalah bidang kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan
mental rohaniah agar selalu dekat dengan Tuhan.

2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian tasawuf akhlaki, falsafi dan irfani?
b. Apa perbedaan tasawuf akhlaki, falsafi dan irfani?
c. Apa persamaan tasawuf akhlaki, falsafi dan irfani?

3. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian tasawuf akhlaki, falsafi dan irfani.
b. Untuk mengetahui perbedaan tasawuf akhlaki, falsafi dan irfani.
c. Untuk mengetahui persamaan tasawuf akhlaki, falsafi dan irfani.

2
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Tasawuf Akhlaki, Falsafi dan Irfani
a. Tasawuf Akhlaki
Kata “tasawuf” dalam bahasa Arab adalah bisa “membersihkan”
atau “saling membersihkan” kata “membersihkan” merupakan kata
kerja yang membutuhkan objek. Objek tasawuf adalah akhlak
manusia.
Kemudian kata “akhlaq” juga berasal dari bahasa Arab yang secara
bahasa bermakna “pembuatan” atau “penciptaan”. Dalam konteks
agama, akhlak bermakna perangai, budi, tabiat, adab, atau tingkah
laku. Menurut Imam Ghazali, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa manusia yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah
tanpa memerlukan pemikiran maupun pertimbangan. Jadi, jika kata
“tasawuf” dengan kata “akhlak” disatukan, akan terbentuk sebuah
frase yaitu tasawuf akhlaki. Secara etimologis, tasawuf akhlaki ini
bermakna membersihkan tingkah laku atau saling membersihkan
tingkah laku.
1) Sistem Pembinaan Akhlak
Dalam tasawuf akhlaki, sistem pembinaan akhlak disusun sebagai
berikut.
a) Takhalli
Takhalli merupakan langkah pertama yang harus dijalani
seseorang, yaitu usaha mengosongkan diri dari perilaku atau
akhlak tercela. Hal ini dapat dicapai dengan menjauhkan diri
dari kemaksiatan dalam segala bentuknya dan berusaha
melenyapkan dorongan hawa nafsu.
b) Tahalli
Tahalli adalah upaya mengisi atau menghiasi diri dengan jalan
membiasaan diri dengan sikap, perilaku dan akhlak terpuji.
Tahapan tahalli ini dilakukan setelah jiwa disosongkan dari
akhlak-akhlak jelek.
c) Tajalli
Tajalli adalah untuk pemantapan dan pendalaman materi yang
telah dilakukan dalam fase tahalli, rangkaian pendidikan
akhlak disempurnakan pada fase tajalli. Tahap tajalli ini
termasuk penyempurnaan kesucian jiwa. Para sufi sependapat
bahwa tingkat kesempurnaan kesucian jiwa hanya dapat
ditempuh dengan satu jalan, yaitu cinta kepada Allah dan
memperdalam rasa kecintaan itu.

3
2) Karakteristik Tasawuf Akhlaki
Adapun ciri-ciri tasawuf akhlaki antara lain:
a) Melandaskan diri pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dalam
ajaran-ajarannya, cenderung memakai landasan Qur’ani dan
Hadis sebagai kerangka pendekatannya.
b) Kesinambungan antara hakikat dengan syariat, atau keterkaitan
antara tasawuf (sebagai aspek batiniahnya) dengan fiqh
(sebagai aspek laihirnnya).
c) Lebih bersifat mengajarkan dualisme dalam hubungan antar
Tuhan dengan manusia.
d) Lebih berkonsentrasi pada soal pembinaan, pendidikan akhlak
dan pengobatan jiwa dengan cara latihan mental (takhalli,
tahalli, dan tajalli).
e) Tidak menggunakan terminologi-terminologi filsafat.
Terminologi-terminologi yang dikembangkan lebih transparan.
3) Tokoh-tokoh Tasawuf Akhlaki
Berikut adalah contoh-contoh sufi beserta ajaran-ajarannya yang
termasuk ke dalam aliran tasawuf akhlaki.
a) Hasan Al-Bashri [21-110 H]
b) Al- Muhasibi [165-243 H]
c) Al-Ghazali [450-505]

b. Tasawuf Falsafi
Tasawuf falsafi adalah sebuah konsep ajaran taswuf yang
mengenal Tuhan (makrifat) dengan pendekatan rasio (filsafat) hingga
menuju ke tenpat yang lebih tinggi bukan hanya mengenal Tuhan saja
(ma’rifatullah) melainkan yang lebih tinggi dari itu yaitu wihdayatul
wujud (kesatuan wujud). Bisa juga dikatakan tasawuf filsafi yakni
tasawuf yang kaya dengan pemikiran-pemikiran filsafat.
Di dalam tasawuf falsafi metode pendekatannya sangat berbeda
dengan tasawuf sunni atau tasawuf salafi. Tasawuf sunni dan salafi
lebih menonjol kepada segi praktis, sedangkan tasawuf falsafi
menonjol kepada segi teoretis sehingga dalam konsep-konsep tasawuf
falsafi lebih mengedepankan asas rasio dengan pendekatan-
pendekatan filosof yang sulit diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari khususnya bagi orang awam.
Menurut At-Taftazani, tasawuf falsafi mulai muncul dengan jelas
dalam khazanah Islam sejak abad ke-6 H, meskipun para tokohnya
baru dikenal seabad kemudian. Sejak itu, tasawuf ini terus hidup dan

4
berkembang, terutama dikalangan sufi yang juga filofof sampai
menjelang akhir-akhir ini.
Adapun ciri umum tasawuf falsafi adalah sebagai berikut:
- Ajaran-ajarannya cenderung samar, yang diakibatkan dari
banyaknya ungkapan atau peristilahan khusus yang hanya bisa
dipahami oleh mereka yang mendalami ajaran tasawuf jenis ini.
- Ajaran-ajarannya tidak bisa dipandang sebagai filsafat murni,
karena ajaran dan metodenya tidak didasarkan pada rasio-analitis
sebagaimana filsafat, tapi justru didasarkan pada intusi (zauq)
sebagaimana tasawuf pada umumnya.
- Namun juga sebaliknya, tasawuf jenis ini tidak bisa dikategorikan
sebagai tasawuf dalam pengertiannya yang murni, karena ajarannya
sering diungkapkan dalam bahasa filsafat, dan lebih cenderung
pada pantheisme (“penyatuaan” manusia dengan Tuhan).
Menurut Ibnu Khaldun ada empat objek utama yang menjadi
perhatian para sufi filosof, antara lain sebagai berikut:
Pertama, latihan rohaniah dengan rasa, intusi serta introspeksi diri
yang timbul darinya. Kedua, iliminasi atau hakikat yang tersikap dari
alam gaib, seperti sifat-sifat rabbani, arsy, malaikat, wahyu, kenabian
dan roh. Ketiga, peristiwaa dalam alam yang berpengaruh terhadap
berbagai bentuk keramatan atau keluarbiasaan. Keempat, menciptakan
ungkapan-ungkapan yang pengertiannya sepintas samar-samar yang
dalam hal ini telah melahirkan reaksi masyarakat berupa
mengingkarinya dan menyetujuinya.

c. Tasawuf Irfani
Tasawuf irfani adalah tasawuf yang berusaha menyikapi hakikat
kebenaran atau makrifah diperoleh dengan tidak melalui logika atau
pembelajaran atau pemikiran, tetapi melalui pemberian Tuhan
(mauhibah).
Ilmu itu diperoleh karena manusia yang melakukan tasawuf
berupaya melakukan tasfiyat al-qalb. Dengan hati yang suci seseorang
dapat berdialog secara batin dengan Tuhan sehingga pengetahuan atau
makrifah dimasukkan Allah ke dalam hatinya, hakikat kebenaran
tersingkat lewat ilham (intuisi).
Irfani secara etimologi bermakna pengetahuan, sebab itu irfani dan
tasawuf Islam menunjukkan suatu bentuk pengetahuan, dimana
perjalanan suluk (riyadha) seorang hamba kepada Allah SWT akan
meniscayakan suatu bentuk pengetahuan yang lebih hakiki daripada
pengetahuan konsepsi (tashawwur) dan afrimasi (tashdiq) pancaindra

5
dan akal. Sebab itu, bentuk dan pengetahuan irfani adalah hudhuri
(presentatif), bahkan bentuk pengetahuan hudhuri yang memiliki
derajat tinggi.
Ajaran irfani sudah ada bersama kehidupan manusia. Jika
seseorang tidak menginginkan akalnya hanya terbatas oleh materi dan
memandang dunia ini sebagai materi semata, begitu pula apabila ia
tidak ingin melihat bahwa dunia ini hanya bersifat rasional, dan pada
waktu yang sama, ia juga tidak dapat menafikan wujud materi,
sebenarnya ia telah memiliki pola pemikiran irfani. Tidak seluruh
irfani memiliki substansi ajaran agama baik dahulu maupun sekarang.
Jika kita ingin menelaah irfani Islam secara global, ada empat
periode yang dapat kita jadikan sebagai patokan utama:
- Pertama, dari sejak kemunculan irfani hingga masa Hallaj dan
Rabi’ah.
- Kedua, dari sejak masa Rabi’ah hingga masa Bayazid dan Abu
Sa’id Abul Khair.
- Ketiga, dari masa Abul Khair hingga Ibn Arabi.
- Keempat, dari masa Ibn Arabi hingga masa kini.

Berikut ini penjelasan masing-masing bagian dari metode irfani:


1) Riyadhah
Riyadhah adalah latihan kejiwaan melalui upaya membiasakan diri
agar tidak melakukan perihal yang mengotori jiwanya (Solihin,
2013:54). Suatu pembiasaan biasanya dilakukan terus-menerus
secara rutin sehingga seseorang benar-benar terlatih, khususnya
dalam menahan diri agar
Jauh dari berbuat maksiat atau dosa. Riyadhah bukan lah perkara
yang mudah, sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan
mujahadah, yaitu kesungguhan berusaha dalam meninggakan
sifat-sifat buruk (Anwar dan Solihin, 2002:79). Dengan kata lain
riyadhah dapat diartikan sebagai salah satu metode sufistik dengan
latihan amal-amal positif (salih) secara istiqpmah dan mujahadah
guna melenyapkan pengaruh negatif (maksiat) dari jiwa yang
terkontaminasi dosa. Menurut Anwar dan Solihin, setelah
riyadhah berhasil dilakukan, maka salik akan memperoleh ilmu
makrifat.
2) Tafakur (refleksi)
Secara harfiyah “tafakur” berarti memikirkan sesuatu cara
mendalam, sistematis, dan terperinci (Gulen, 2001:34). Menurut
imam Al-Ghazali, (dalam Badri, 1989), jika ilmu sudah sampai

6
pada hati, keadaan hati akan berubah, jika hati sudah berubah,
perilaku anggota badan juga akan berubah.
3) Tazkiyat An-Nafs
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yamg
mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya” (QS Asy-Syams [91]: 7-10. Secara harfiyah
(etimologi) Tazkiyat An-Nafs terdiri dari dua kata, yaitu ‘tazkiyat
dan an-nafs’. Kata ‘tazkiyat’, berasal dari bahasa Arab, yakni
Islam mashdar dari kata ‘zakka’ yang berarti penyucian (Ma’aluf
dalam Solihin, 2003:130). Kata ‘an-nafs’ berarti jiwa dalam arti
praktis. Dengan begitu dapat diketahui Tazkiyat An-Nasf
bermakna penyucian jiwa. Tazkiyat An-Nafs (membersihkan jiwa)
merupakan salah satu tugas yang diemban Rasulullah SAW.
perihal tersebut dapat dilihat dalam (QS Al-Jumu’ah [62]: 2).
Muhammad Ath-Thakhisi berpendapat, Tazkiyat An-Nafs adalah
mengeluarkan jiwa dari ikatan-ikatan hawa nafsu, riya dan nifak,
sehingga jiwa menjadi bersih, penuh cahaya dan petunjuk
menunjuk keridhaan Allah (Ath-Thakhisi dalam Solihin, 2003:
131).
4) Dzikrullah
Istilah ‘zikr’ berasal dari bahasa Arab, yang berarti
mengisyaratkan, mengagungkan, menyebut atau mengingat-ingat
(Munawir dalam Solihin, 2004: 85). Berzikir kepada Allah berarti
zikirullah, atau mengingatkan diri kepada Allah sebagai Tuhan
yang disembah dengan sebaik-baiknya, Tuhan Maha Agung dan
Maha Suci (Al-Jilani, 2003: 97). Dzikirullah adalah tuntunan
masalah ruhiyah atau yang berhubungan dengan masalah
pengalaman ruhiyah (batin). Al-Qur’an mengisyaratkan tentang
dzikirullah, karena itu, ingatlah kamu kepada Ku niscaya Aku
akan (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan
janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku (QS Al-Baqarah [2]:
152.
2. Perbedaan Tasawuf Akhlaki, Falsafi dan Irfani
Adapun perbedaan antara ketiga tasawuf tersebut diantaranya adalah:
a. Tasawuf Akhlaki
Tasawuf akhlaki merupakan ajaran akhlaq dalam kehidupan sehari-
hari guna memperoleh kebahagiaan yang optimal. Dengan kata lain

7
tasawuf akhlaki adalah tasawuf yang berkonsentrasi pada teori-teori
perilaku, akhlaq atau budi pekerti atau perbaikan akhlaq.
b. Tasawuf Falsafi
Tasawuf falsafi adalah sebuah konsep ajaran tasawuf yang
mengenal Tuhan (makrifat) dengan pendekatan rasio (filsafat) hingga
menuju ketempat yang lebih tinggi bukan hanya mengenal Tuhan saja
(ma’rifatullah) melainkan yang lebih tinggi dari itu yaitu wihdatul
wujud (kesatuan wujud).
c. Tasawuf Irfani
Tasawuf irfani adalah tasawuf yang berusaha menyingkap hakikat
kebenaran atau ma’rifah diperoleh dengan tidak melalui logika atau
pembelajaran atau pemikiran, tetapi melalui pemberian Tuhan
(mauhibah).
3. Persamaan Tasawuf Akhlaki, Falsafi dan Irfani
Adapun persamaan dari ketiga tasawuf ini yaitu sebagai berikut:
a. Merupakan cabang dari ilmu tasawuf.
b. Tasawuf diciptakan sebagai media untuk mencapai maqashid al-Syar’I
(tujuan-tujuan syara’), karena bertasawuf pada hakikatnya melakukan
serangkaian ibadah.
c. Sama-sama bertujuan ibadah (pendekatan diri) kepada Allah secara
murni.
d. Ketiga bagian tersebut secara esensial semua bermuara pada
penghayatan terhadap ibadah murni (mahdhah) untuk mewujudkan
akhlak-alkarimah baik secara individu maupun sosial.

8
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Tasawuf akhlaki merupakan gabungan antara ilmu tasawuf dan ilmu
akhlak. Akhlak erat hubungannya dengan perilaku dan kegiatan manusia
dalam interaksi sosial pada lingkungan tempat tinggalnya. Jadi, tasawuf
akhlaki dapat terealisasi secara utuh, jika pengetahuan tasawuf dan ibadah
kepada Allah AWT dibuktikan dalam kehidupan sosial.
Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajarannya memadukan antara visi
mistis dan visi rasional pengasasnya. Tasawuf falsafi menggunakan
terminologi filosofis dalam pengungkapannya. Terminologi falsafi berasal
dari bermacam-macam ajaran filsafat yang telah memengaruhi para
tokohnya.
Tasawuf irfani yaitu tidak hanya membahas soal keikhlasan dalam
hubungan antar manusia, tetapi lebih jauh menetapkan bahwa apa yang
kita lakukan tidak pernah kita lakukan. Ini tingkatan ikhlas yang paling
tinggi.

2. Saran
Demikianlah penyajian yang kami susun tentang tasawuf akhlaki,
falsafi dan irfani. Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini yang kami
buat jauh dari kata sempurna dan juga masih banyak kesalahan. Oleh
karena itu, kami harapkan kritik serta saran yang membangun agar
selanjutnya menjadi lebih baik lagi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Ahmad Bangun. dan Siregar, Rayani Hanum, Akhlak Tasawuf. Jakarta:
PT RajaGrafindo, 2013.

Rahman, Fadli. Akhlak Tasawuf. Malang: SETARA press, 2009.

10

Anda mungkin juga menyukai