Anda di halaman 1dari 7

Ari Sulistyawati, Jurnal Kesehatan Madani Medika, Vol 10, No 1, Juni 2019 (hal:13-19) ISSN(P) : 2088-2246

ISSN(E) : 2684-7345

FAKTOR RISIKO KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA


DI DUSUN TERUMAN BANTUL

Risk Factors Under Five Year Old Children’s Malnutrition In Dusun Teruman Bantul

Ari Sulistyawati
Prodi DIII Kebidanan, STIKes Madani Yogyakarta, Bantul, Yogyakarta, 55792, Indonesia
Email: arisulistyawati@stikesmadani.ac.id

Abstrak
Status gizi merupakan ukuran keberhasilan memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Beberapa tahun terakhir target
penurunan status gizi buruk balita belum signifikan. Dampak gizi buruk pada anak bersifat sulit untuk
dikoreksi di usia dewasa. Prevalensi gizi buruk di Kabupaten Bantul tahun 2017 sebesar 0.41%. Penelitian
tentang faktor riwayat sakit, status pekerjaan ibu, status pendidikan ibu, jenis kelamin, jumlah anggota
keluarga, pola asuh, berat badan lahir balita, panjang badan lahir, pola perawatan kesehatan balita, sosial
ekonomi, pengetahuan ibu tentang gizi terhadap kejadian gizi buruk sangat diperlukan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian gizi buruk. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan potong lintang. Populasi balita di Dusun Teruman
berjumlah 980 anak, sampel berjumlah 108 balita yang diambil melalui metode purpossive sampling. Data
diperoleh melalui wawancara dan dokumentasi KMS. Data univariat dianalisis secara deskriptif sederhana,
data bivariat dianalisis menggunakan uji Chi Square. Penelitian ini menemukan balita gizi buruk sebesar 5%.
Berdasarkan uji bivariat didapatkan bahwa faktor yang berhubungan dengan kejadian gizi buruk adalah
pengasuh utama anak, jumlah anggota keluarga, pola asuh, dan pola perawatan kesehatan balita (p<0.05).
Pengasuh utama anak, jumlah anggota keluarga, pola asuh dan pola perawatan kesehatan balita berpengaruh
terhadap status gizi balita. Diharapkan kepada keluarga agar lebih meningkatkan kualitas pengasuhan kepada
balita didukung oleh pendampingan dari kader kesehatan dan Puskesmas.
Kata Kunci: balita, status gizi, gizi buruk

Abstract
Nutritional status is a measure of success in meeting children's nutritional needs. In the past, few years the
target of reducing under-five nutritional status has not been significant. The impact of malnutrition on
children is difficult to correct in adulthood. The prevalence of malnutrition in Bantul Regency in 2017 is
0.41%. Research on the factors of illness history, maternal employment status, maternal education status,
gender, number of family members, parenting, underweight birth weight, birth length, pattern of health care
for children under five, socioeconomic, maternal knowledge about nutrition in the incidence of malnutrition
was very needed. The purpose of this study was to determine the factors associated with the incidence of
malnutrition. This research is a quantitative study with a cross sectional approach. The population of
toddlers in Dusun Teruman were 980 children, a sample of 108 toddlers taken through purposive sampling
method. Data obtained through interviews and KMS documentation. Univariate data were analyzed by
simple descriptive, bivariate data were analyzed using Chi Square test. This study found 5% of malnourished
children under five. Based on the bivariate test, it was found that factors related to the incidence of primary
caregiver malnutrition, number of family members, parenting patterns, and health care patterns of children
under five (p <0.05). It is expected that the family can improve the quality of care for children under five,
supported by assistance from health cadres and Public health care.

Keywords: under five year old, nutritional status, malnutrition

signifikan. Dampak gizi buruk pada anak


PENDAHULUAN
bersifat sulit untuk dikoreksi di usia dewasa.
Status gizi merupakan ukuran
Prevalensi gizi kurang dan buruk di Indonesia
keberhasilan memenuhi kebutuhan nutrisi anak
yang ditunjukkan melalui capaian berat badan tahun 2018 sebesar 17.7% (Balitbangkes,
2018), sementara di Kabupaten Bantul tahun
terhadap umur. Beberapa tahun terakhir target
penurunan status gizi buruk balita belum
13
Ari Sulistyawati, Jurnal Kesehatan Madani Medika, Vol 10, No 1, Juni 2019 (hal:13-19) ISSN(P) : 2088-2246
ISSN(E) : 2684-7345

2017 sebesar 0.41% (Dinas Kesehatan Bantul, perempuan dan laki-laki ada perbedaan. Pola
2018). asuh masa balita terutama dalam hal
Menurut WHO, ada tiga indikator status pemenuhan gizi berhubungan dengan stunting.
gizi yang dipantau, yaitu berat badan terhadap Perawatan kesehatan pada anak mulai dari
umur, tinggi badan terhadap umur, dan berat mencegah sampai merawat saat sakit
badan terhadap tinggi badan. Berat badan berhubungan dengan kejadian stunting. Status
merupakan indikator umum status gizi karena pekerjaan ibu menentukan seberapa banyak
berat badan berkorelasi secara positif terhadap informasi yang didapatkan ibu saat
umur dan tinggi badan. Status gizi berinteraksi dengan lingkungan pekerjaannya,
dikategorikan menjadi empat, yaitu : gizi yang tentunya diimbangi juga dengan tingkat
lebih, baik, pada besaran nilai z atau pendidikan ibu. Ibu yang bekerja otomatis ikut
simpangan dari baku indikator yang sudah membantu menopang ekonomi keluarga
ditentukan oleh WHO (Kemenkes RI, 2017). namun berdampak juga terhadap pola
Masa balita merupakan masa kritis dalam pengasuhan anak saat ibu sedang bekerja
pembentukan kapasitas fisik dan psikis. Status (Ahsan dkk, 2014).
gizi balita sangat signifikan sebagai titik tolak Faktor sosial ekonomi meliputi
kapasitas fisik di usia dewasa. Karakter pendapatan perkapita, pendidikan orangtua,
ketahanan tubuh dibangun oleh kematangan pengetahuan ibu tentang gizi dan jumlah
dan kualitas organ-organ tubuh. Agar anggota dalam rumah tangga secara tidak
mencapai kondisi kesehatan optimal sejak dini langsung juga berhubungan dengan kejadian
sampai dewasa, maka masyarakat sangat perlu stunting. Pendapatan akan mempengaruhi
mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh pemenuhan zat gizi keluarga dan kesempatan
terhadap capaian status gizi balita. Faktor- dalam mengikuti pendidikan formal.
faktor yang paling signifikan berpengaruh Rendahnya pendidikan disertai rendahnya
terhadap status gizi balita bisa dikaji untuk pengetahuan gizi sering dihubungkan dengan
kemudian dirumuskan suatu rekomendasi yang kejadian malnutrisi (Kuntari, Jamil dan
dapat dijadikan sebagai the best guidelines Kurniati, 2013).
untuk masyarakat. Penelitian terdahulu menemukan bahwa
Riwayat sakit balita dapat berpengaruh faktor yang berhubungan dengan gizi buruk
terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita adalah karakteristik ibu (Khotimah and
anak. Kebutuhan energi anak yang seharusnya Kuswandi, 2015), tingkat pendidikan ibu
digunakan untuk menopang kebutuhan saat (Damanik, Ekayanti dan Hariyadi, 2010),
bertumbuh justru digunakan untuk recovery tingkat kecukupan protein (Hanum, Khomsan
tubuh yang terkena penyakit. Gangguan dan Heryatno, 2014), perilaku pemanfaatan
asupan gizi pada masa kehamilan dapat posyandu oleh keluarga (Duana, dkk., 2012),
berpengaruh pada berat badan lahir bayi asupan makanan dan status kesadaran gizi
sehingga berat badan bayi kurang dari 2500 (Purwaningrum, dkk, 2012), perilaku gizi
gram atau Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). seimbang dan pengetahuan tentang gizi
Berat badan bayi yang kurang ini juga (Jayanti, Effendi dan Sukandar, 2011), tingkat
berhubungan dengan panjang bayi saat lahir, pendidikan ibu, jarak kelahiran kurang dari 60
bayi lahir dengan panjang badan <48 cm. bulan, berat lahir normal, dan riwayat
Pendapatan keluarga secara signifikan kesehatan (Kuntari, Jamil dan Kurniati, 2013),
menentukan kemampuan keluarga untuk pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan
memenuhi kebutuhan gizi. Jenis kelamin anak keluarga, jumlah anak dan pola asuh ibu
berhubungan dengan pencapaian tumbuh dengan status gizi anak balita (Putri, Sulastri
kembang anak mengingat pacu tumbuh anak dan Lestari, 2015).
14
Ari Sulistyawati, Jurnal Kesehatan Madani Medika, Vol 10, No 1, Juni 2019 (hal:13-19) ISSN(P) : 2088-2246
ISSN(E) : 2684-7345

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui HASIL DAN PEMBAHASAN


hubungan riwayat sakit, status pekerjaan dan Penelitian ini dilaksanakan di Dusun
pendidikan ibu, jenis kelamin anak, jumlah Teruman Desa Bantul Kabupaten Bantul
anggota keluarga, pengasuh utama anak, pola Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada
pemenuhan gizi, pola asuh, berat badan lahir, tahun 2016.
pola perawatan kesehatan, dan pengetahuan
ibu tentang gizi dengan kejadian gizi buruk Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik
Responden
pada balita di dusun Teruman Bantul,
Yogyakarta. Gizi
Gizi baik
Variabel kurang
METODE PENELITIAN N % N %
Populasi dalam penelitian ini adalah Riwayat sakit :
Ada 3 50 32 29.6
seluruh balita usia 1-59 bulan yang berada di Tidak ada 3 50 70 64.8
Dusun Teruman berjumlah 980 balita. Sampel Status pekerjaan
ibu :
berjumlah 108 ibu dan balita yang ditentukan Bekerja 4 67 55 50.9
berdasarkan rumus (Arikunto, 2010), yaitu Tidak bekerja 2 33 47 43.5
sebanyak 10-15% dari total populasi, diambil Status pendidikan
ibu :
melalui teknik purpossive sampling, yaitu SMA ke bawah 5 84 84 77.8
memilih berdasarkan kriteria yang ditentukan Sarjana 1 16 18 16.7
peneliti. Responden dalam penelitian ini Jenis kelamin :
Laki-laki 3 50 50 48
adalah ibu dan balita yang terpilih menjadi Perempuan 3 50 52 52
subyek penelitian. Kriteria inklusi dalam Jumlah anggota
keluarga :
penelitian ini adalah balita usia 1-59 bulan ≤3 orang 2 67 53 49.0
yang tinggal menetap di Dusun Teruman, >3 orang 4 33 49 45.3
hidup bersama kedua orangtua dan memiliki Pengasuh utama :
Ibu 5 84 71 65.7
Kartu Menuju Sehat (KMS) serta buku Bukan ibu 1 16 31 28.7
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Pola pemenuhan
gizi :
Variabel terikat adalah status gizi balita, Baik 3 50 50 48.1
sedangkan variabel bebas terdiri dari berat Cukup dan kurang 3 50 52 77.6
badan lahir balita, jenis kelamin balita, pola baik
Pola asuh :
pemberian makan balita, pola perawatan Baik 1 16 32 29.6
kesehatan balita, pola asuh, dan faktor sosial Cukup baik 5 84 70 64.8
ekonomi meliputi pendapatan perkapita, Berat badan lahir
balita :
pendidikan orangtua, jumlah anggota dalam ≤ 2500 gram 1 16 20 18.5
keluarga dan pengetahuan ibu tentang gizi. > 2500 gram 5 84 82 75.9
Pola perawatan
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. kesehatan balita :
Alat ukur berupa KMS dan kuesioner. Baik 2 33 32 29.6
Kuesioner disusun oleh peneliti terdiri dari Cukup dan kurang 4 67 70 64.8
baik
pertanyaan tertutup memuat pertanyaan untuk Pengetahuan ibu
karakteristik, variabel pendapatan perkapita, tentang gizi :
pengetahuan ibu tentang gizi (25 butir), pola Baik 5 84 40 37
Cukup baik 1 16 62 57.4
pemenuhan gizi (tujuh butir), dan perawatan
kesehatan anak oleh orang tua (delapan butir).
Uji validitas dan reliabilitas kuesioner
dilakukan menggunakan Uji korelasi Product
Moment.

15
Ari Sulistyawati, Jurnal Kesehatan Madani Medika, Vol 10, No 1, Juni 2019 (hal:13-19) ISSN(P) : 2088-2246
ISSN(E) : 2684-7345

Tabel 2. Hubungan Faktor-faktor Terhadap Status Seharusnya diikuti pula oleh kualitas pola
Gizi Balita
asuh yang baik, karena status gizi berkorelasi
Variabel Nilai p positif dengan pola asuh anak (Putri, Sulastri
Riwayat sakit 0.066 dan Lestari, 2015). Jumlah anggota keluarga
Status pekerjaan ibu 0.229
Status pendidikan ibu 0.751 menentukan proporsi perhatian orang tua
Jenis kelamin 0.270 terhadap anak. Namun hasil ini bertentangan
Jumlah anggota keluarga 0.047 dengan (Rohimah, Kustiyah dan Hernawati,
Pengasuh utama 0.000
Pola pemenuhan gizi 0.332 2015) yang menemukan bahwa besar
Pola asuh 0.035 keluarga tidak berhubungan dengan status
Berat badan lahir balita 0.695
Pola perawatan kesehatan 0.034
gizi balita. Besar keluarga berkaitan erat
balita dengan besaran distribusi asupan nutrisi
Pengetahuan ibu tentang gizi 0.423 dalam keluarga. Prediksi ini sejalan dengan
(Saputra dan Hida Nurrizka, 2012) yang
Jumlah responden sebanyak 108 yang menemukan bahwa pendapatan keluarga yang
terdiri dari enam balita dengan gizi buruk, dan rendah berpengaruh terhadap kejadian gizi
102 balita dengan gizi baik. Hasil penelitian buruk, yang dipertegas oleh temuan bahwa
menunjukkan bahwa anak status gizi buruk gizi buruk dominan disebabkan oleh
laki-laki sama besarnya dengan perempuan, kemiskinan (Nurcahyo dan Briawan, 2010).
masing-masing tiga orang. Ibu yang bekerja Episode sakit pada balita sebagai salah
lebih tinggi pada kelompok balita dengan gizi satu penyebab jeda laju tumbuh, karena
buruk sebesar 66.7%% (4) daripada balita energi terfokuskan untuk penyembuhan
dengan status gizi baik (53.7%). penyakitnya. Hal ini sesuai dengan temuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa riwayat sakit sebulan berhubungan
sebagian besar balita dengan gizi buruk dengan status gizi balita (Rohimah, Kustiyah
memiliki riwayat sakit yang sama dengan dan Hernawati, 2015).
balita dengan gizi baik. namun hal ini tidak Pola perawatan kesehatan yang kurang
diikuti dengan kualitas perawatan kesehatan optimal tentunya akan menambah durasi
anak yang lebih baik pada kelompok balita alokasi energi tubuh untuk recovery. Hal ini
dengan gizi buruk (33%). Pemenuhan sesuai dengan (Elyana dan Candra, 2013)
kebutuhan gizi antara kelompok gizi buruk dan yang menemukan bahwa pola asuh kesehatan
gizi baik memiliki proporsi yang sama, berhubungan dengan status gizi balita.
sementara itu pengetahuan ibu tentang gizi Beberapa penyakit bahkan dapat
lebih baik pada kelompok anak gizi buruk. menyebabkan malnutrisi yang membutuhkan
Bagi anak dengan gizi buruk, untuk waktu lebih lama lagi untuk pemulihan,
mendapatkan gizi yang baik nampaknya misalkan frekuensi sakit ISPA berpengaruh
sangat dipengaruhi oleh pendapatan perkapita terhadap status gizi anak (Elyana dan Candra,
(Smith dan Shively, 2019). 2013).
Tabel 2 menunjukkan bahwa pengasuh Tingkat Pendidikan ibu tidak
utama anak, jumlah anggota keluarga, pola berhubungan dengan kejadian malnutrisi atau
asuh, dan pola perawatan kesehatan balita gizi buruk. Hal ini tidak sesuai dengan
berhubungan dengan status gizi balita temuan peneliti lain yang mengatakan bahwa
(p<0.05). Pengasuh utama merupakan orang tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap
yang paling dominan bersama anak. Data kejadian malnutrisi (Kuntari, Jamil dan
yang menunjukkan dominasi pengasuh utama Kurniati, 2013). Selain tingkat pendidikan
adalah ibu menunjukkan bahwa di tangan ibu, penelitian ini justru menemukan bahwa
ibulah kualitas generasi bangsa ditentukan. berat lahir anak, jarak kelahiran dan riwayat
16
Ari Sulistyawati, Jurnal Kesehatan Madani Medika, Vol 10, No 1, Juni 2019 (hal:13-19) ISSN(P) : 2088-2246
ISSN(E) : 2684-7345

infeksi kronis berpengaruh terhadap kejadian SIMPULAN DAN SARAN


malnutrisi pada balita. Simpulan
Pengetahuan seseorang diyakini sangat Pengasuh utama anak, jumlah anggota
berpengaruh terhadap perilakunya. Ini berlaku keluarga, pola asuh, dan pola perawatan
juga dengan perilaku seseorang dalam kesehatan balita berhubungan dengan status
merawat kesehatan keluarganya. Namun, gizi balita. Ibu sebagai pengasuh utama sangat
temuan bahwa tidak semua ibu dengan dekat dengan anak. Jumlah anggota keluarga
tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang berhubungan dengan distribusi asupan nutrisi
gizi yang tinggi memiliki perilaku hidup dalam keluarga. Pola asuh berhubungan
bersih dan sehat yang baik (Jayanti, Effendi dengan perawatan anak sehari-hari di saat
dan Sukandar, 2011). Fakta ini mengiringi sehat yang mendukung terpenuhinya nutrisi
temuan bahwa durasi ibu bersama anak tidak anak. Pola perawatan kesehatan balita
berpengaruh secara signifikan terhadap status terutama saat sakit dan setelahnya berpengaruh
gizi balita. Pola asuh masih memegang posisi terhadap pemulihan tubuh anak. Hasil ini
sebagai faktor yang berpengaruh dengan semakin mempertegas bahwa status gizi anak
asumsi bahwa anak akan meningkat status sangat ditentukan oleh kualitas pengasuhan
gizinya dengan pola asuh yang baik, salah keluarga.
satunya pola pemenuhan nutrisinya. Saran

Status pekerjaan ibu tidak berpengaruh Disarankan kepada masyarakat agar


terhadap kejadian gizi buruk pada balita. Hal mendukung penyiapan pasangan suami istri
ini tidak sesuai dengan (Putri, Sulastri dan yang baru memiliki anak untuk mencapai
Lestari, 2015) yang menemukan bahwa balita kualitas pengasuhan anak yang optimal
dengan status gizi buruk berasal dari keluarga melalui dukungan pengetahuan dan motivasi.
dengan ibu yang bekerja. Jika melihat faktor Pemerintah desa setempat perlu memberikan
lain, penelitian ini lebih dominan kepada perhatian khusus kepada keluarga dengan
distribusi keterpenuhan nutrisi berdasarkan status sosial ekonomi lemah untuk mengakses
proporsi keluarga, dimana ditemukan bahwa pendapatan yang lebih baik melalui program-
besar keluarga berpengaruh terhadap kejadian program UMKM, terutama dalam permodalan.
gizi buruk. Fasilitas pelayanan kesehatan beserta tenaga
kesehatannya agar lebih meningkatkan kualitas
Penelitian ini menemukan bahwa berat edukasinya dalam hal pola asuh. Edukasi dan
badan lahir bukan sebagai faktor yang bimbingan perawatan anak sakit.
berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk. Hal Dioptimalkan melalui beberapa strategi, salah
ini bertentangan dengan (Kuntari, Jamil dan satunya Program MTBS
Kurniati, 2013) yang mengatakan berat badan
DAFTAR PUSTAKA
lahir berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk
balita. Namun penelitian ini menemukan Ahsan, dkk. (2014). Hubungan Antara Pola
bahwa pola asuh justru menjadi satu faktor Asuh Orang Tua (Ibu) Yang Bekerja
yang berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk Dengan Tingkat Kecerdasan Moral Anak
balita. Hal ini berarti bahwa pola asuh yang Usia Prasekolah (4-5) Tahun Di Tk
baik terbukti mampu mengurangi bahkan Mutiara Indonesia Kedungkandang
Malang. Jurnal LP3 UB, 2(2), pp. 30–
menghilangkan faktor risiko kejadian gizi
40. doi: 2302-9021.
buruk pada balita. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta.
Balitbangkes, K. (2018). Hasil Utama
17
Ari Sulistyawati, Jurnal Kesehatan Madani Medika, Vol 10, No 1, Juni 2019 (hal:13-19) ISSN(P) : 2088-2246
ISSN(E) : 2684-7345

Riskesdas 2018. Jakarta. Available at: Kemenkes RI. (2017). Buku Saku Pemantauan
http://www.depkes.go.id/resources/do Status Gizi Tahun 2017. doi:
wnload/infoterkini/materi_rakorpop_20 10.3870/tzzz.2010.07.001.
18/Hasil Riskesdas 2018.pdf Khotimah, H. and Kuswandi, K. (2015).
(Accessed: 29 March 2019). Hubungan Karakteristik Ibu Dengan
Bantul, D. K. (2018). Profil Kesehatan 2017, Status Gizi Balita Di desa Sumur
(4), pp. 1–22. doi: Bandung Kecamatan Cikulur Kabupaten
10.1017/CBO9781107415324.004. Lebak Tahun 2013. Jurnal Obstretika
Damanik, M. R., Ekayanti, I. and Hariyadi, D. Scienta. Red. d. Polski prezmysł
(2010). Analisis Pengaruh Pendidikan włokienniczy. Available at:
Ibu terhadap Status Gizi Balita Di https://ejurnal.latansamashiro.ac.id/inde
Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Gizi x.php/OBS/article/view/123/118
dan Pangan. Bogor Agricultural (Accessed: 29 March 2019).
University (IPB), Department of Kuntari, T., Jamil, N. A. and Kurniati, O.
Biology. Available at: (2013). Faktor Risiko Malnutrisi pada
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jgizip Balita. Kesmas: National Public Health
angan/article/view/4554/3054 Journal, 7(12), pp. 572–576. doi:
(Accessed: 29 March 2019). 10.21109/KESMAS.V7I12.333.G332.
Duana, M, dkk. (2012). Perilaku Pemanfaatan Nurcahyo, K. and Briawan, D. (2010).
Posyandu Hubungannya Dengan Status Konsumsi Pangan, Konsumsi Pangan
Gizi Dan Morbiditas Balita. Available Penyakit Infeksi Dan Status Gizi Anak
at: Balita Pasca Perawatan Gizi Buruk.
http://digilib.mercubuana.ac.id/manage Jurnal Gizi dan Pangan. Bogor
r/t!@file_artikel_abstrak/Isi_Artikel_7 Agricultural University (IPB),
67336409046.pdf (Accessed: 29 March Department of Biology. Available at:
2019). http://jagb.journal.ipb.ac.id/index.php/jg
Elyana, M. and Candra, A. (2013). Hubungan izipangan/article/view/4565/3065
Frekuensi Ispa Dengan Status Gizi (Accessed: 29 March 2019).
Balita. Jnh (Journal of Nutrition and Purwaningrum, S. dkk. (2012). Hubungan
Health), 1(1), pp. 1–12. doi: Antara Asupan makanan Dan Status
10.14710/JNH.1.1.2013.%P. Kesadaran Gizi Keluarga Dengan
Hanum, F., Khomsan, A. and Heryatno, Y. Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja
(2014). Hubungan Asupan Gizi Dan Puskesmas Sewon I Bantul. KesMas,
Tinggi Badan Ibu Dengan Status Gizi 6(3), pp. 144–211. Available at:
Anak. Jurnal Gizi dan Pangan. Bogor https://media.neliti.com/media/publicat
Agricultural University (IPB), ions/24918-ID-hubungan-antara-
Department of Biology. Available at: asupan-makanan-dan-status-kesadaran-
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jgizipa gizi-keluarga-dengan-status.pdf
ngan/article/view/8256/6458 (Accessed: (Accessed: 29 March 2019).
29 March 2019). Putri, R. F., Sulastri, D. and Lestari, Y. (2015).
Jayanti, L. D., Effendi, Y. H. and Sukandar, D. Faktor-Faktor yang Berhubungan
(2011). Perilaku Hidup Bersih Dan dengan Status Gizi Anak Balita di
Sehat (PHBS) Serta Perilaku Gizi Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo
Seimbang Ibu Kaitannya Dengan Status Padang, Jurnal Kesehatan Andalas,
Gizi Dan Kesehatan Balita Di 4(1). Available at:
Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur. http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/j
Jurnal Gizi dan Pangan. Bogor ka/article/view/231/225 (Accessed: 29
Agricultural University (IPB), March 2019).
Department of Biology. Available at:
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jgizipa Rohimah, E., Kustiyah, L. and Hernawati, N.
ngan/article/view/6130/4756 (Accessed: (2015). Pola Konsumsi, Status
29 March 2019). Kesehatan, Dan Hubungannya Dengan

18
Ari Sulistyawati, Jurnal Kesehatan Madani Medika, Vol 10, No 1, Juni 2019 (hal:13-19) ISSN(P) : 2088-2246
ISSN(E) : 2684-7345

Status Gizi Dan Perkembangan Balita.


Bogor Agricultural University (IPB),
Department of Biology. Available at:
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jgizip
angan/article/view/10886/8403
(Accessed: 29 March 2019).
Saputra, W. and Hida Nurrizka, R. (2013).
Faktor Demografi Dan Risiko Gizi
Buruk Dan Gizi Kurang. Makara
Kesehatan. Available at:
https://s3.amazonaws.com/academia.ed
u.documents/48573763/1636-3271-1-
SM.pdf?AWSAccessKeyId=AKIAIW
OWYYGZ2Y53UL3A&Expires=1553
847739&Signature=sdMkqHdywPp3E
1Zr2m5tmsF2cuo%3D&response-
content-disposition=inline%3B
filename%3DFAKTOR_DEMOGRAF
I_DAN_RISIKO_GIZI_ (Accessed: 29
March 2019).
Smith, T. and Shively, G. (2019). Multilevel
analysis of individual, household, and
community factors influencing child
growth in Nepal, BMC Pediatrics.
BioMed Central, 19(1), p. 91. doi:
10.1186/s12887-019-1469-8.

19

Anda mungkin juga menyukai