Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

MATA KULIAH BERFIKIR KRITIS


ANALISIS “ISU KESEHATAN TERKINI”

Disusun oleh:

PRODI PROFESI KEBIDANAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN 2022
Status Gizi Remaja

Status gizi remaja dipengaruhi beberapa faktor seperti jenis kelamin,

jumlah anggota keluarga dirumah dan pengetahuan gizi anak. Jenis kelamin

merupakan faktor internal yang menentukan kebutuhan gizi sehingga ada

hubungan antara jenis kelamin dan status gizi (Khairunisa, 2018). Perbedaan

jenis kelamin memiliki peran dalam perilaku penurunan berat badan. Remaja

putri cenderung lebih aktif dalam perilaku penurunan berat badan dibanding

remaja putera. Hal ini disebabkan karena rendahnya kepercayaan diri mereka

terhadap penampilan fisik. Banyak remaja putri menganggap dirinya

kegemukan sehingga cenderung melakukan penurunan berat badan dengan

cara yang tidak sehat seperti diet berlebihan, puasa menggunakan laksatif dan

memuntahkan makanan (Merdianti et al., 2019). Asupan yang rendah akan zat

besi, kalsium, tiamin, dan riboflavin, terhadap kelompok remaja yang

membatasi makanan demi menurunan berat badannya.

Remaja putera cenderung memperbanyak olahraga untuk membentuk

tubuhnya dan tetap bernafsu untuk makan. Walaupun cukup terpengaruh

dengan informasi dari media tentang bentuk tubuh yang ideal, remaja putera

menyikapinya dengan positif. Remaja putra lebih cenderung membentuk

tubuhnya agar lebih berotot, bukan memperkurus tubuhnya seperti banyak

yang dilakukan remaja putri (Felicia, 2015). Kebutuhan gizi anak laki-laki

dengan perempuan berbeda yang dimulai dari umur 10-16 tahun, hal tersebut
karena anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas fisik sehingga

membutuhkan energi yang lebih banyak (Felicia, 2015).

Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi gizi remaja itu sendiri.

Menurut (Briawan, 2013) semakin besar jumlah penduduk di suatu daerah

maka pemerintah harus menyediakan bahan makanan dalam jumlah cukup.

Begitu juga dengan jumlah anggota keluarga, semakin besar jumlah anggota

keluarga maka tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan semakin besar.

Jumlah keluarga memiliki pengaruh yang bermakna terhadap terbatasnya

bahan makanan yang tersedia. Kelaparan dapat terjadi pada keluarga yang

mempunyai jumlah anggota empat kali lebih besar dibanding dengan keluarga

yang mempunyai lebih sedikit anggota. Keluarga dengan status ekonomi

rendah dan memiliki banyak anak mengakibatkan kurangnya kasih sayang dan

perhatian pada anak termasuk kebutuhan makan.

Jumlah anggota keluarga diduga turut menentukan tingkat konsumsi

makanan. Jumlah anggota rumah tangga yang besar bila tidak diimbangi

dengan peningkatan pendapatan akan memperburuk status gizi keluarga

secara keseluruhan. Di kalangan pegawai negeri misalnya, tiap penambahan

anak dalam batas tertentu mendapatkan tunjangan yang dapat menambah

penghasilan keluarga; walaupun demikian, sampai pada umur tertentu

kenaikan penghasilan itu tidak seimbang lagi dengan kenaikan kebutuhan

anggota keluarga. Keadaan ini akan lebih buruk pada keluarga berpenghasilan

rendah yang bukan pegawai negeri (Briawan, 2013).


Faktor pengetahuan juga merupakan hal penting. Pengetahuan

merupakan hasil dari tahu yang didapat setelah melakukan penginderaan

terhadap suatu objek. Ada 6 tahap pengetahuan yaitu memahami (know),

comprehension, aplikasi (aplication), analisis (analysis), sintesis (syntesis) dan

evaluasi (evaluation) (Citerawati, 2012).

Pengetahuan adalah segala informasi yang diperoleh secara terbiasa

terhadap suatu objek yang akan diingat oleh seseorang/kelompok tentang hal

yang diketahui. Pengetahuan gizi anak tidak hanya diperoleh melalui

pendidikan formal, tetapi juga melalui pendidikan informal, seperti media

massa. Pada umumnya orang yang memilki pengetahuan gizi yang baik

cenderung memiliki pola makan yang baik pula. Akan tetapi, tidak dipungkiri

bahwa memiliki pengetahuan yang baik tentang gizi dan kesehatan belum

tentu dengan kebiasaan makan yang baik pula (Briawan, 2013).

Pengetahuan gizi yang sangat umum untuk diketahui diantaranya

berupa pengetahuan tentang sumber dan fungsi makanan, cara memiliki dan

mengolah makanan, susunan makanan, cara penyajian makanan yang efisien

serta menilai kesehatan yang dilihat dari sudut pandang gizi. Seseorang yang

memiliki pengetahuan gizi rendah cenderung memilih makanan dari segi

penampilan makanan yang dilihatnya.Pengetahuan tentang pemilihan

makanan yang sehat dapat dijadikan sebagai faktor predisposisi yang diambil

untuk hidup sehat tetapi tidak cukup sebagai motivator untuk mengkonsumsi

makanan sehat (Briawan, D,2014).


DAFTAR PUSTAKA

Briawan, D. (2013). Anemia masalah gizi pada remaja wanita. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Citerawati, Y. W. (2012). Media Penyuluhan. 1–10.

Felicia, dkk. (2015). Hubungan Status Gizi dengan Siklus Menstruasi pada Remaja
Putri di PSIK FK Unsrat Manado. 3 (1): 1 – 7. Ejournal Keperawatan (e-Kp).

Khairunisa. (2018). PENGARUH KONSELING MENGENAI GIZI PRAKONSEPSI


TERHADAP ASUPAN PROTEIN, KALSIUM, ZAT BESI, ASAM FOLAT DAN
STATUS GIZI PADA WANITA USIA SUBUR DI DESA PALUH KEMIRI. 6–7.

Merdianti, R., Hidayati, L., & Asmoro, C. P. (2019). Hubungan Status Nutrisi dan
Gaya Hidup terhadap Tekanan Darah pada Remaja di Kelurahan Lidah Kulon
Kota Surabaya. Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery),
6(2), 218–226. https://doi.org/10.26699/jnk.v6i2.art.p218-226

Anda mungkin juga menyukai