Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU HAMIL TERHADAP KEJADIAN

STUNTING PADA BALITA DI PUSKESMAS JATINUNGGAL


KABUPATEN SUMEDANG

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas metodologi penelitian


Dosen Pengampu: Anne Loisza, S.S.T., Bd., M.Tr.Keb.

Disusun oleh:
Dian ( )
Rita Noviana (F622358)
Siti Indriani Nur Rahmah (F622321)
Sopiah (F622346)
Syabila Zahra Putri Hidayat (F622414)

Kelas- A

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG
TAHUN 2023
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masalah gizi di Indonesia saat ini mempunyai beban gizi ganda atau disebut Double
Burden Of Malnutrition (DBM). Beban gizi ganda atau DBM adalah suatu keadaan
koeksitensi antara kekurangan gizi dan kelebihan gizi makronutrien maupun mikronutrien
disepanjang kehidupan pada populasi masyarakat, keluarga dan individu yang sama (WHO,
2010).
Stunting merupakan keadaan panjang badan atau tinggi badan yang kurang, jika
dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang badan atau tinggi badan yang
lebih dari minus 2 standar deviasi atau standar pertumbuhan anak dari WHO (Kemenkes RI,
2018). Stunting dapat minimbulkan masalah global yang serius karena prevalansinya yang
tinggi dan terus meningkat. Pada tahun 2019 prevalansi stunting global yaitu 21,3% (WHO,
2019). Prevanlansi stunting di Indonesia pada tahun 2021 yaitu 24,4%, di tahun 2022 turun
menjadi 21,6% (Kemenkes RI, 2018). Angka prevalansi tersebut diatas ambang batas
menurut WHO yaitu 20%.
Prevalansi stunting di Kabupaten Sumedang pada tahun 2020 yaitu 12,05% salah satu
Puskesmas di Kabupaten Sumedang yang menyumbang angka stunting yaitu Puskesmas Jati
nunggal mencapai 6,17%, pada tahun 2019 yaitu 7,94% dan pada tahun 2020 mencapai
12,51%. Prevalansi stunting di Puskesmas Jatinunggal menunjukan tren yang mengalami
peningkatan dari tahun 2018-2020 (Dinkes, 2020). Stunting merupakan bentuk kegagalan
pertumbuhan (Grow faltering) akibat akumulasi ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung
lama mulai dari kehamilan sampai usia 24 bulan (Kemenkes RI, 2016).
Dampak stunting terhadap kesehatan dapat menyebabkan gagal tumbuh atau memiliki
tubuh pendek secara permanen, motorik, dan hambatan perkembangan kognitif, serta
gangguan metabolik saat dewasa yaitu resiko penyakit tidak menular seperti penyakit
jantung, jantung koroner dan stroke (Blake RA, 2016)
Faktor penyebab terjadinya stunting yaitu gizi buruk yang dialami ibu hamil maupun
anak balita, kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa
kehamilan serta setelah ibu melahirkan, terbatasnya layanan kesehatan, kurangnya akses
terhadap makanan yang bergizi, air bersih dan sanitasi yang buruk, pendapatan yang rendah,
tingkat kemiskinan yang tinggi, Pendidikan yang rendah, pemanfaatan posyandu yang
kurang, gagalnya pemberian (ASI) ekslusif, tidak terlaksananya (IMD) dan proses
penyepihan dini dapat menyebabkan terjadinya stunting (Ulfani,2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Alfarisi, (2019) di Desa Mataram Ilir, Kecamatan
Seputih Surabaya, Kabupaten Lampung Tengah menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara status gizi ibu selama kehamilan dengan kejadian stunting pada balita usia
6-59 bulan (p=0,005). Dari penelitian ini juga diperoleh nilai OR=2,228 artinya status gizi
ibu selama kehamilanya mengalami KEK mempunyai risiko 2,2 kali lebih besar terjadinya
balita stunting dibandingkan dengan status gizi ibu selama kehamilannya yang memiliki
LILA normal (Alfarisi, 2019).
Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) merupakan berat badan bayi kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestasi atau usia kehamilan. BBLR terkait dengan
mortalitas dan morbiditas janin dan neonatal, gangguan pertumbuhan, penyakit kronis
dikehidupan mendatang dan gangguan perkembangan kognitif (Fitri, 2012)
Penelitian yang dilakukan oleh Blake (2016) di Filipina menyatakan adanya hubungan
yang bermakna antara BBLR dengan kejadian stunting bayi BBLR beresiko 3,82 kali lebih
besar mengalami stunting dibandingkan dengan balita dengan lahir normal (Blake, 2016).
ASI eksluksif merupakan pemberian ASI selama 6 bulan sejak bayi lahir tanpa adanya
tambahan makanan dan minuman (Latifah, 2020). Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Larasati (2018) dengan populasi balita di wilayah kerja Puskesmas Pujon
Kabupaten Malang menyatakan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara ASI
eksklusif dengan kejadian stunting, selain itu balita yang tidak mendapatkan ASI secara
eskluksif berisiko 3,23 lebih besar mengalami stunting dibandingkan dengan balita yang
mendapatkan ASI secara ekskluksif (Larasati, 2018).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mempelajari hubungan status gizi ibu
hamil, berat badan bayi lahir dan pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian stunting di
Puskesmas Jatinunggal Kabupaten Sumedang.

1.2. Identifikasi Masalah


1. Double Burden of Malnutrition (DBM): Masalah gizi di Indonesia saat ini mempunyai
beban gizi ganda atau DBM. Terdapat koeksistensi antara kekurangan gizi dan kelebihan
gizi makronutrien maupun mikronutrien pada populasi masyarakat, keluarga, dan
individu yang sama. Ini menunjukkan ketidakseimbangan gizi yang serius di Indonesia.
2. Prevalensi Stunting yang Tinggi: Stunting merupakan kondisi kurangnya pertumbuhan
panjang badan atau tinggi badan anak jika dibandingkan dengan umur yang diukur
dengan menggunakan standar pertumbuhan anak dari WHO. Prevalensi stunting di
Indonesia pada tahun 2021 mencapai 24,4% dan masih di atas ambang batas yang
ditetapkan oleh WHO (20%). Stunting memiliki dampak serius terhadap kesehatan anak,
termasuk gagal tumbuh secara permanen, hambatan perkembangan motorik dan kognitif,
serta meningkatkan risiko penyakit tidak menular saat dewasa.
3. Tren Peningkatan Stunting di Puskesmas Jatinunggal: Prevalensi stunting di Puskesmas
Jatinunggal, Kabupaten Sumedang, mengalami peningkatan dari tahun 2018 hingga 2020.
Hal ini menunjukkan adanya masalah yang perlu ditangani di Puskesmas ini terkait
dengan stunting.
4. Faktor Penyebab Stunting: Beberapa faktor penyebab stunting termasuk gizi buruk yang
dialami oleh ibu hamil dan anak balita, kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan
dan gizi, terbatasnya layanan kesehatan, kurangnya akses terhadap makanan bergizi, air
bersih, dan sanitasi yang buruk, pendapatan rendah, tingkat kemiskinan tinggi, pendidikan
rendah, pemanfaatan posyandu yang kurang, serta kegagalan dalam pemberian ASI
eksklusif dan proses penyapihan dini.
5. Hubungan antara Status Gizi Ibu Hamil dan Stunting: Beberapa penelitian menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan antara status gizi ibu hamil dengan kejadian stunting
pada anak balita. Ibu hamil dengan status gizi buruk memiliki risiko lebih tinggi untuk
memiliki anak balita yang mengalami stunting.
6. Hubungan antara Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan Stunting: Studi juga
menunjukkan bahwa BBLR memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting
pada anak. Bayi dengan berat lahir rendah memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami
stunting dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat normal.
7. Pentingnya ASI Eksklusif: Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan sejak bayi lahir
memiliki peran penting dalam mencegah stunting. Penelitian menunjukkan bahwa balita
yang tidak mendapatkan ASI eksklusif memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
mengalami stunting dibandingkan dengan balita yang mendapatkan ASI eksklusif.
7.1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka permasalahan dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat hubungan antara status gizi ibu hamil terhadap kejadian stunting
pada balita di Puskesmas Jatinunggal Kabupaten Sumedang?
2. Apakah terdapat hubungan Berat Badan Bayi Lahir Rendah terhadap kejadian
stunting pada balita?
3. Apakah terdapat hubungan pemberian ASI eksklusif 6 bulan terhadap kejadian
stunting?
4. Apa faktor yang mempengaruhi terhadap kejadian stunting pada balita?

7.2. Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang diajukan, tujuan dilakukannya
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui status gizi ibu hamil terhadap kejadian stunting pada balita di Puskesmas
Jatinunggal Kabupaten Sumedang
2. Mengetahui hubungan Berat Badan Bayi Lahir Rendah terhadap kejadian stunting
pada balita
3. Mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif 6 bulan terhadap kejadian stunting
4. Mengetahui faktor yang mempengaruhi terhadap kejadian stunting pada balita.

7.3. Manfaat Penelitian


7.3.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan dan informasi
khususnya di bidang gizi masyarakat mengenai status gizi ibu hamil yang berdampak pada
status gizi balita, serta diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya.
7.3.2. Manfaat Praktis
Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang sebagai bahan masukan berupa data bagi
Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang yang terkait untuk memperbaiki program yang sudah
ada agar masalah stunting bisa berkurang dengan memperbaiki status gizi ibu hamil.
1.5.3. Manfaat Sosial
Bagi Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya ibu balita di
Kabupaten Sumedang tentang pentingnya gizi ibu saat hamil dengan tujuan mengurangi dan
mencegah kejadian stunting dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia dimasa yang
akan datang.

Anda mungkin juga menyukai