Anda di halaman 1dari 35

5 jurnal terkait dengan judul proposal

Hubungan tingkat pengetahuan orang tua dengan


pencegahan ISPA pada anak
Borneo Student Research

Hubungan Sikap dan Perilaku dengan Kejadian Ispa pada Balita di


Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo
Alda Fitriani1*, Hansen2
1,2
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur, Samarinda, Indonesia.
*Kontak Email :aldafitriani019@gmail.com

Diterima:28/07/19 Revisi:31/07/19 Diterbitkan:19/12/19

Abstrak
Tujuan Studi: Agar dapat mengetahui hubungan antara sikap dan perilaku dengan kejadian penyakit ISPA pada
balita di wilayah puskesmas Sidomulyo.
Metodologi: penelitian ini menggunakan desain deskripitif kolerasi dengan pendekatan case control. Populasi
dalam penelitian ini adalah balita berusia 1-5 tahun yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas
Sidomulyo berjumlah 266 balita, sampel dalam penelitian ini sebanyak 194 balita. Teknik pengambilan sampel
dengan accidental sampling dan menggunakan instrument berupa kuesioner dengan metode wawancara kepada
orang tua yang mempunyai balita.
Hasil: Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji kontingensi c didapatkan tidak ada hubungan
antara sikap dengan kejadian ISPA di wilayah kerja pukesmas Sidomulyo, ada hubungan antara perilaku dengan
kejadian ISPA di wilayah kerja puskesmas Sidomulyo.
Manfaat:Menambah wawasan untuk penanganan Ispa, memberikan kemudahan dalam mengolah dan
mengumpulkan data tentang sikap dan perilaku khususnya orang tua terhadap kejadian Ispa.
Abstract
Purpose of study:The purpose of this study was to determine the relationship between attitude and behaviour
with the incidence of ISPA in toddlers in health center Sidomulyo.
Methodology: The method in this study uses descriptive design correlation with studying case control. The
population in this study were toodlers aged 1-5 years who resided in the Sidomulyo Community Health Center
Work area that carried out 266 children of under 5 years, the sampel in this study were 194 toddlers. Sampling
technique with accidental sampling and using questionnaire. Shaped instruments with interview methods to
parents who have toddlers.
Results: The result of this study which using the contigency test reached no correlation between attitude and
ISPA incidence in Sidomulyo community health center. there is a relationship between the relationship with
ISPA.
Applications: Adding insight for handling Ispa, makes it easy to process and collect data about attitudes and
behavior especially of parents towards the occurrence of Ispa

Kata Kunci : Sikap, Perilaku, ISPA, Balita, Pusat Kesehatan Masyarakat Sidomulyo
1. PENDAHULUAN
ISPA ialah suatu penyakit infeksi yang biasanya menyerang salah satu atau lebih bagian yang dimulai dari
hidung (saluran atas) hingga ke alveoli (saluran bawah). ISPA pada biasanya terjadi selama kurang lebih 14
hari, termasuk juga seperti batuk biasa, sakit pada telinga, terjadi radang tenggorokan, flu, broncitis dan sinusitis
itu biasa terjadi pada saluran nafas bagian atas. Sedangkan untuk infeksi saluran nafas bagian bawah salah
satunya adalah penyakit pneumonia (Syafrudin, AD and Delmaifanis, 2011). Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan oleh
tingginya angka kematian karena ISPA, terutama pada bayi dan balita. ISPA akan menyerang host apabila
ketahanan tubuhnya menurun, anak yang berusia di bawah 5 tahun merupakan salah satu kelompok yang
memiliki sistem ketahanan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit (Milo et al, 2015).Hal ini
menjadikan anak yang berusia di bawah 5 tahun menjadi kelompk usia yang banyak menderita penyakit ISPA.
Infeksi pernafasan terjadi lebih tinggi di Negara maju dibandingkan Negara berkembang. Infeksi pernafasan
menjadi salah satu perhatian utama pada anak-anak. Penting untuk ditekan kan faktor resiko yang dapat

69
Borneo Student Research

dimodifikasi seperti kebiasaan ibu menyusui dan kepadatan penduduk. Karena jika tidak diubah maka dapat
berdampak kepada anaknya(Srinivasa, 2018).
Setiap kasus menyajikan keluhan seperti demam, batuk, nafas tergesa-gesa. Temuan pemeriksaan ini merupakan
tanda-tanda gangguan pernafasan seperti takipnea, hidung melebar, retaksi dada, kebutuhan oksigen dan
penurunan nafas. Setiap tanda dan gejala ini diikuti sampai pada tahap pemulihan atau kematian. Sejarah rinci
telah diambil, dengan berfokus pada sejarah masa lalu, riwayat keluarga, riwayat diet, status imunisasi anak dan
status sosial ekonomi (Srinivasa, 2018). Berdasarkan data, ISPA menjadi salah satu penyebab kematian di
Indonesia yang menempati urutan pertama terutama pada kelompok bayi dan balita. Prevalensi penyakit ISPA
pada balita mengalami penurunan dari tahun 2013. NTT (42,8%) pada tahun 2013 menjadi (15%), Papua
(34,2%) menjadi (13,7%), Aceh (30,5%) menjadi (10%), Nusa Tenggara Barat (29,8%) menjadi (12,1%), Jawa
Timur (24,9%) menjadi (9,3%) sedangkan untuk wilayah Kalimantan Timur (22,5%) menjadi (8,5%) (Kemenkes
RI, 2018).
Prevalensi angka penyakit ISPA pada kelompok balita di provinsi Kalimantan Timur sebesar 22,7%. Di Kota
Samarinda total keseluruhan penderita ISPA akut pada tahun 2016 sebanyak 7.717 jiwa dan mengalami
penurunan pada tahun 2017 yaitu sebanyak 3.456 jiwa. Hal ini dikarenakan tidak semua puskesmas melaporkan
data terkait ISPA akut kepada Dinas Kesehatan Kota Samarinda, serta adanya penambahan puskesmas baru di
Kota Samarinda (Dinas KesehatanKota, 2016).Puskesmas Sidomulyo menjadi puskesmas yang memiliki jumlah
penderita ISPA akut tertinggi dibandingkan puskesmas yang ada di Samarinda. Berdasarkan data Puskemas
Sidomulyo bahwa pada tahun 2018 terdapat 803 kasus ISPA akut yang dimana 266 kasus terjadi pada anak usia
1-5 tahun(Data Puskesmas Sidomuldo, 2018). Faktor yang mempengaruhi kejadian suatu penyakit adalah faktor
predisposisi yang meliputi pengetahuan, pendidikan, sikap, tradisi, dan kepercayaan, tingkat pendidikan dan
tingkat sosial ekonomi.Faktor enabling meliputi fasilitas atau sarana prasarana kesehatan dan aksebilitas. Faktor
reinforcing meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan dan dukungan sosial
keluarga (Ikhfan, 2018).
2. METODOLOGI

Metode yang digunakan adalah, metode penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif kolerasi yaitu bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara variable dan menggunakan pendekatan case control yang bertujuan untuk
melihat hubungan sebab-akibat, yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Infeksi Saluran
Pernapasan Atas (ISPA) pada Balita. . Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dari
kuesioner dan data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait seperti Dinas Kesehatan Kota dan Puskesmas
Sidomulyo. Accidental Sampling adalah teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel pada penelitian ini.
Yaitu dengan populasi Balita usia 12-59 bulan dan jumlah sampel sebanyak 97 responden untuk kelompok Case
dan 97 responden untuk kelompok Control dengan total sampel sebanyak 194 balita. Analisis data mencakup
analisis univariat dan bivariate dengan menggunakan uji Kontingen

Tabel 1. Karakteristik Responden


KategoriResponden
KarakteristikResponden KasusKontrol
No.
n % n %

Usia Balita (Bulan)


1 12-24 20 20.6 19 19.6
2 25-36 28 28.9 28 28.9
3 37-48 26 26.8 25 25.8
4 49-59 23 23.7 25 25.8

Total 97 100 90 100


Jenis Kelamin
1 Laki-laki 47 48,5 52 53.6
2 Perempuan 50 51.5 45 46.4

Total 97 100 97 100

70
Borneo Student Research

Pendidikan terakhir ayah


1 SD 8 8.2 7 7.2
2 SMP 18 18.6 18 18.6
3 SMA 50 51.5 51 52.6
4 PT 21 21.6 21 21.6

Total 97 100 97 100


Pendidikan terakhir Ibu
1 SD 32 33.0 31 32.0
2 SMP 35 36.1 35 36.1
3 SMA 22 22.7 23 23.7
4 PT 8 8.2 8 8.2

Total 97 100 97 100


Status Pekerjaan
1 Bekerja 79 81.4 81 83.5
2 Tidak bekerja 18 18.6 16 16.5

Total 97 100 97 100

Tabel 2. Hubungan Sikap dengan Kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo
Kejadian ISPA
No Sikap ISPA Non ISPA P Value
N % N %
1. Positif 78 80,4 87 89,7
0,134
2. Negatif 19 19,6 10 10,3

Total 97 100 97 100

Tabel 3 :Hubungan Perilaku dengan Kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo
Kejadian ISPA 95%
No Perilaku ISPA Non ISPA P Value OR CI
N % N %
1. Baik 83 85,6 69 71,1 0,010 0,416 0,023-
2. Kurang 14 14,4 28 28,9 0,851
Total 97 100 97 100

3. HASIL DAN DISKUSI

Berdasarkan Tabel 1, didapatkan hasil pada kategori usia (bulan) terbanyak pada usia 25-36 bulanyaitu 28
(28,9%) dan terendah dengan usia 12-24 bulan yaitu 19 (19,6%). Dengan jenis kelamin dominan laki-laki
sebanyak 52 (53,6%) dan perempuan sebanyak 45 (46,4%). Pendidikan terakhir ayah paling banyak yaitu SMA
dengan jumlah 51 (52,6%) dan yang paling sedikit SD dengan jumlah 8 (8,2%). Sedangkan pendidikan terakhir
ibu paling banyak SMP dengan jumlah 35 (36,1%) dan paling sedikit Perguruan Tinggi (PT) dengan jumlah 8
(8,2%). Dan nilai status bekerja paling banyak yaitu dengan jumlah 81 (83,5%), sedangkan paling sedikit
dengan jumlah 16 (16,5%).
Berdasarkan data diatas atau menurut Tabel 2, dari 97 responden kasus (ISPA) yang memiliki sikap positif
sebanyak 78 orang dan yang memiliki sikap negatif sebanyak 19 orang. Sedangkan dari 97 responden kontrol
(Non ISPA), didapatkan yang memiliki sikap positif sebanyak 87 orang dan yang memiliki sikap negatif
sebanyak 10 orang. Berdasarkan Tabel 3 diatas, diketahui dari 97 responden kasus (ISPA) dengan perilaku baik
sebanyak 83 orang, dengan perilaku kurang sebanyak 14 orang. Sedangkan dari 97 responden kontrol (Non
ISPA), dengan perilaku baik sebanyak 69 orang dan yang perilaku kurang sebanyak 28 orang.
Berdasarkan analisis menggunakan uji Kontingensi C didapatkan hasil nilai p value =0,134 >alpha = 0,05 yang
artinya tidak ada hubungan antara sikap dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja puskesmas

71
Borneo Student Research

Sidomulyo. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yerianika (2013) yang mengatakan tidak ada
hubungan antara sikap ibu dengan praktik penanganan pertama pada ISPA. Sejalan juga dengan penelitian
Andriani (2014) yang menunjukkan hasil tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan kejadian
ISPA pada bayi. Berbeda dengan penelitian yang dilakuka oleh Venezha A.L. Mamengko (2019) dengan hasil
terdapat hubungan sikap dengan tndakan pencegahan ISPA.
Berdasarkan analisis pada hasil variabel perilaku yaitu didapatkan nilai p value = 0,010 <alpha = 0,05 (OR =
0,416) yang artinya ada hubungan antara perilaku dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja puskesmas
Sidomulyo.Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2018) dengan hasil analisis terdapat
hubungan yang signifikan antara perilaku kebiasaan merokok orang tua kebiasaan mencuci tangan setelah
batuk/bersin, kebiasaan membuka jendela kamar tidur dan kebiasaan membuka jendela ruang tamu dengan
kejadian pneumonia balita di wilayah kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang . Dan penelitian oleh Alfaqinisa
(2015) yang juga mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap, perilaku orang tua dan
pengetahuan tentang penyakit pneumonia dengan kekambuhan penyakit pneumonia pada balita tetapi tidak
sejalan pada variabel sikapyang dilakukan oleh peneliti. Dan sejalan dengan hasil penelitian Pundoko
(2018),mendapatkan hasil analisis yaitu adanya hubungan signifikan antara pengetahuan merokok, dan sikap
merokok dan tindakan merokok orang tua terhadap kejadian ISPA pada balita. Pada penelitian ini terdapat
keterbatasan yaitu kemungkinan terjadinya bias informasi, hal ini dikarenakan responden bisa saja menjawab
pertanyaan/pernyataan dengan tidak jujur, soluinya peneliti mewawacarai kembali untuk menyamakan atau
memastikan jawaban responden.

4. KESIMPULAN

Hasil penelitian ini yang telah diuji menggunakan uji kontingensi C didapatkan tidak ada hubungan antara sikap
dengan kejadian ISPA di wilayah kerja pukesmas Sidomulyo. Ada hubungan antara perilaku dengan kejadian
ISPA di wilayah kerja puskesmas Sidomulyo.

REFRENSI

Alfaqinisa, Rara. 2015. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Orang Tua Tentang
Pneumonia dengan Tingkat Kekambuhan Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep
Kota Semarang. Fakl Ilmu Keolahragaan; Skripsi.
Andriani Marliana, Defia Putri Ade. 2014. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Kejadian Ispa pada
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tigo Baleh Bukit Tinggi.
Dinas Kesehatan Kota Samarinda. 2016. Kasus ISPA akut
Ikhfan Noor Muhammad, Masmina Rusni HRF. 2018. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu
Tentang penanganan ISPA Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Usia 3-5 Tahun Di Wilayah Kerja
Puskesmas Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara. Naskah Publikasi.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Hasil Utama Riskesdas
Mamengko A.L. Venezha, Engkeng Sulaemana, Asrifuddin Afnal. 2019. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu
Terhadap Tindakan Pencegahan Ispa pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Teling Atas Kota Manado.
Fakultas Kesehatan Masyarakat; Universitas Sam Ratulangi.
Milo S. et al. 2015. Hubungan Kebiasaan Merokok Di Dalam Rumah Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Umur
1-5 Tahun di Puskesmas Sario Kota Manado. ejournal Keperawatan. 3, (2).
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/8087.
Pratiwi Septi Dinar. 2018. Hubungan antara Faktor Perilaku Orang Tua dengan Kejadian Pneumonia Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang. Fakultas Ilmu Keolahragaan; Universitas Negeri Malang.
Pundoko Claudia, Sulaemana Engkeng Sulaeman. 2018. Hubungan antara Perilaku Merokok Orang Tua
dengan Kejadian Ispa pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Teling Atas Kota Manado. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Jurnal KESMAS, Vol. 7 Nomor 4.
Puskesmas Sidomulyo. 2018. Data Penyakit ISPA Di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo
Scholastica, Kriswiharsi, Dyah. 2013. Relations Knowledge, Attitude Practice With Mom About ISPA First
Treatment.Karya Ilmiah. Fakultas Kesehatan: Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
Srinivasa S, Patel S. 2018. A study on distribution pattern of lower respiratory tract infections in children under
5 years in a tertiary care centre. International Journal of Contemporary Pediatrics. Vol 5. Issue 2.
Syafrudin, AD, D. and Delmaifanis. 2011. Himpunan Penyuluhan Kesehatan Pada Remaja, Keluarga,Lansia
Dan Masyarakat’, Trans Info Media.

72
Intan Husada : Jurnal Ilmiah Keperawatan, Vol. 8 No. 2, Juli 2020

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN ORANG TUA


TENTANG PHBS DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN ISPA

Ratih Dwilestari Puji utami1, Nur Rahmawati2, Martina Eka Cahyaningtyas3


1,2,3Program Studi Sarjana keperawatan dan Profesi Ners, Universitas Kusuma Husada
Surakarta
ratihaccey@gmail.com

Abstrak
Pendahuluan: Infeksi Saluran Pernafasan Akut merupakan salah satu penyebab utama
kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%), selain itu ISPA
juga menjadi urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. ISPA
merupakan penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 32,10% dari
seluruh kematian balita. Orang tua yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi, memiliki
kecenderungan berperilaku hidup bersih dan sehat, tidak dilakukannya Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) meningkatkan resiko sebesar 5 kali lipat terjadinya ISPA berulang
pada balita. Orang tua berperan dalam upaya pencegahan ISPA, antara lain pencegahan
tertularnya penyakit dan perbaikan perilaku kesehatan seperti kebersihan perorangan,
pemilihan makanan, sanitasi, pencahayanan, pengadaan udara yang bersih dan beberapa
upaya lainnya.
Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan
orang tua tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan perilaku pencegahan ISPA di
wilayah Posyandu Kalingga Banyuanyar Surakarta.
Metode: Desain penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan antar variabel, dengan variabel independen yaitu pengetahuan
orang tua tentang PHBS dan variabel dependen yaitu perilaku pencegahan ISPA
diidentifikasi dalam satu waktu melalui purposive sampling dengan jumlah sampel
sebanyak 39 responden.
Hasil: Dari penelitian didapatkan p value 0,023 dengan nilai p < 0,05. Sebanyak 59%
responden memiliki pengetahuan sedang tentang PHBS pada tingkat sedang dan 84,6%
responden memiliki perilaku pencegahan ISPA pada tingkat sedang.
Kesimpulan: Ada hubungan bermakna antara antara pengetahuan orang tua tentang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan perilaku pencegahan ISPA di Posyandu Balita
Kalingga Kelurahan Banyuanyar Surakarta.

Kata kunci: Pengetahuan, PHBS, Perilaku Pencegahan ISPA.

Abstract
Background: Accute Respiratory Tract Infection(ARI) is one of the main causes of patient
visits in health centers (40% -60%), also first cause of death in infants and toddlers. 32.10%
death of children under five years in Indonesia is caused by ARI. Parents who have a high
level of knowledge, have a tendency to behave clean and healthy, unclean and unhealthy life
behaviors 5-fold increase the risk of recurring ARI in children under five years. Families
play a role in efforts to prevent ARI, including prevention of disease transmission and
improvement of health behaviors such as personal hygiene, food selection, sanitation,
lighting, clean air supply and several other efforts.
Purpose: This study aims to analyze the relationship between the level of maternal
knowledge about Clean and Healthy Behavior with ARI prevention behavior.
Methods: The design of this study uses cross sectional, this design is to determine the
relationship between variables. Independent variable of this research is the parent’s
knowledge about clean and healthy life behavior (PHBS) and the dependent variable is
ARI’s prevention behavior. This variables was identified at one time through purposive
sampling.
49
Intan Husada : Jurnal Ilmiah Keperawatan, Vol. 8 No. 2, Juli 2020

Result: p value of this research is 0,023. 59% of respondents have a moderate level of
knowledge about clean and healthy life behavior (PHBS) and 84.6% of respondents have
moderate level of ARI prevention behavior.
Conclusion: There is a significant correlation between parents' knowledge about Clean and
Healthy Life Behavior (PHBS) with ARI prevention behavior.

Key words: Knowledge, Clean and Healthy Life Behavior (PHBS), ARI prevention
behavior

Pendahuluan
ISPA merupakan infeksi akut yang menyerang salah satu bagian/lebih dari
saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga
telinga tengah, pleura). Terdapat 156 juta episode baru ISPA di dunia per tahun
dimana 151 juta episode (96,7%) terjadi di negara berkembang. Kasus ISPA
terbanyak terjadi di India (43 juta), China (21 juta) dan Pakistan (10juta) dan
Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kementrian
Kesehatan RI, 2011). Di Indonesia, kejadian ISPA hampir terjadi tiap bulannya
(Maharani, Yani, dan Lestari, 2013). ISPA merupakan salah satu penyebab utama
kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%) dan
menjadi urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. Survei
mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2016 menempatkan ISPA/ISPA
sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia sebesar 32,10% dari seluruh
kematian balita (Susanti, 2017).
Hadisaputra, Suparta, dan Ananda (2015), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi angka kejadian ISPA pada balita, antara lain: perilaku hidup bersih
dan sehat dan status gizi balita. Perilaku hidup bersih dan sehat yang tidak baik sapat
meningkatkan kejadian ISPA 2 sampai 12 kali lebih banyak pada balita. Tiga
tahapan pencegahan ISPA menurut Fithria (2018), yaitu pencegahan tingkat pertama
meliputi imunisasi, pemberian makanan yang bergizi, membuang sampah pada
tempatnya, dan ventilasi udara segar setiap pagi; sedangkan pencegahan tingkat
kedua meliputi: perawatan anak demam, pemeriksaan kepelayanan kesehatan saat
anak memiliki tanda-tanda ISPA yaitu batuk, pilek dan demam; pencegahan tingkat
ketiga meliputi: membawa balita ke pelayanan kesehatan saat balita sakit.
Elvandari, Briawan, Tanziha tahun 2018 menambahkan bahwa PHBS
merupakan modal utama dalam pencegahan ISPA. Data Kementrian Kesehatan tahun
2013 menunjukkan bahwa PHBS rumah tangga di Indonesia baru mencapai 55,6%,

50
Intan Husada : Jurnal Ilmiah Keperawatan, Vol. 8 No. 2, Juli 2020

sedangkan di Jawa Tengah sebesar 75,1%, di Surakarta sendiri pada tahun 2016
target PHBS sebesar 55% dan terealisasi sebesar 56,5% dengan capaian 102,7%, dan
tahun 2021 ditargetkan capaian PHBS sebesar 80% sehingga masih tersisa 23,5%
target yang belum tercapai (Pemkot Surakarta, 2017).
Orang tua yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi juga memiliki
perilaku hidup bersih dan sehat yang tinggi pula, hal ini ditunjukkan dengan adanya
hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan orang tua dengan perilaku
hidup bersih dan sehat. Orang tua yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi
mengenai PHBS memiliki kecenderungan untuk menerapkan ilmu yang dimiliki
dalam tatanan kehidupan sehari-hari dalam rumah tangga seperti pengunaan air
bersih, sanitasi dan lain sebagainya (Siswani dan Rizky, 2017). Keluarga memiliki
peran yang sangat penting dalam PHBS (Rompas, Ismanto dan Oroh , 2018), peran
orang tua yaitu membimbing, mengajarkan, memberikan pengertian, mengingatkan
dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak dapat membiasakan dalam
menjaga kebersihan dan kesehatan, selain itu orang tua juga berperan dalam
pengawasan anak dalam perilaku hidup bersih dan sehat. PHBS yang tidak
diterapkan dalam keluarga, akan cenderung memiliki anak dengan kesehatan yang
tidak baik, seperti kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dapat mengurangi
morbiditas sebesar 2-3 kali lipat (Elvandari, Briawan, Tanziha, 2018).

Tujuan
Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua tentang
PHBS dengan perilaku pencegahan ISPA di Posyandu Kalingga Banyuanyar
Surakarta.

Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, desain cross
sectional merupakan desain penelitian analitik yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antar variabel, dimana variabel independen dan variabel dependen
diidentifikasi dalam satu waktu (Dharma, 2013). Variabel independent dalam
penelitian ini adalah Pengetahuan orang tua tentang PHBS dan Perilaku
pencegahan ISPA yang keduanya memiliki skala data ordinal. Penelitian ini
dilakukan di Posyandu Kalingga Banyuanyar pada bulan Maret 2019, dengan

51
Intan Husada : Jurnal Ilmiah Keperawatan, Vol. 8 No. 2, Juli 2020

jumlah sampel sebanyak 39 responden berdasarkan rumus Slovin (Nursalam,


2013), yaitu orang tua atau ayah dari balita yang mengikuti program posyandu
dengan pendekatan purposive sampling. Uji statistik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji Spearman Rank yaitu untuk menguji hubungan antara
variabel independen dan variable dependen berskala ordinal (Dahlan, 2014).

Hasil
a. Pekerjaan Responden

Hasil kuesioner tentang pekerjaan responden dapat diperoleh hasil sebagai


berikut:
Tabel 4.1 Deskripsi Variabel Pekerjaan Responden
Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
Bekerja 19 48,7
Tidak Bekerja 20 51,3
Jumlah 39 100
Sumber : data primer diolah, 2018

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah tidak bekerja


yaitu sebanyak 20 responden (51,3%).

b. Pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Hasil kuesioner tentang pengetahuan responden mengenai PHBS dapat diperoleh

hasil sebagai berikut:

Tabel 4.2 Deskripsi Variabel Pengetahuan orang tua tentang PHBS


Pengetahuan Jumlah Persentase (%)
Rendah 3 7,7
Sedang 23 59,0
Tinggi 13 33,3
Jumlah 39 100
Sumber : data primer diolah, 2018
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki
pengetahuan tentang PHBS pada tingkat sedang sebanyak 23 responden
(59%).

52
Intan Husada : Jurnal Ilmiah Keperawatan, Vol. 8 No. 2, Juli 2020

c. Perilaku Pencegahan ISPA

Hasil kuesioner tentang perilaku pencegahan ISPA dapat diperoleh hasil


sebagai berikut:
Tabel 4.3 Deskripsi Variabel Perilaku Pencegahan ISPA
Perilaku Jumlah Persentase (%)
Rendah 1 2,6
Sedang 33 84,6
Tinggi 5 12,8
Jumlah 39 100
Sumber : data primer diolah, 2018
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki perilaku
pencegahan ISPA pada tingkat sedang sebanyak 33 responden (84,6%).
d. Analisis Bivariat Hubungan Pengetahuan Orang Tua tentang PHBS dengan

Perilaku Pencegahan ISPA

Hasil perhitungan spearman rank hubungan Pengetahuan Orang Tua tentang


PHBS dengan Perilaku Pencegahan ISPA dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.4 Hubungan Pengetahuan Orang Tua tentang PHBS dengan Perilaku
Pencegahan ISPA
r hitung p-value (%) Keputusan
0,363 0,023 H0 ditolak
Sumber : data primer diolah, 2018
Hasil uji spearman rank diperoleh nilai r hitung 0,363 dengan p value (0,023 <
0,05), berarti ada hubungan pengetahuan orang tua tentang PHBS dengan perilaku
pencegahan ISPA di Posyandu Balita Kalingga Kelurahan Banyuanyar Surakarta.

Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah tidak
bekerja yaitu sebanyak 20 responden (51,3%), sedangkan responden yang bekerja
sebanyak 19 responden atau 48,7%. Status pekerjaan yang paling banyak adalah
wirausaha sehingga orang tua memiliki banyak waktu untuk mengantarkan balita
untuk berkunjung ke posyandu. Menurut Firdausia (2013), ada hubungan antara
pekerjaan dengan perilaku pencegahan ISPA, orang tua yang tidak bekerja
memiliki waktu hampir 24 jam dengan anak dan merawat anak. Ibu yang bekerja

53
Intan Husada : Jurnal Ilmiah Keperawatan, Vol. 8 No. 2, Juli 2020

memiliki tantangan yang lebih banyak karena memiliki konflik peran, ibu yang
bekerja harus dapat membagi peran dan waktunya antara bekerja dan merawat
anak, selain itu ibu yang tidak bekerja dapat memberikan nutrisi yang lebih baik
jika dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Hal ini berbeda dengan pendapat
Syahidi, Gayatri dan Bantas (2013), yang menambahkan bahwa pekerjaan
responden tidak memiliki pengaruh terhadap kejadian ISPA pada balita. ISPA
lebih banyak terjadi pada kelas sosial rendah dibandingkan dengan kelas sosial
tinggi. Jika dibandingkan dengan status pekerjaan, kepadatan penduduk, status
nutrisi anak, dan asap rokok lebih berpengaruh terhadap kejadian ISPA.
Berdasarkan data dilapangan, kebanyakan ibu yang tidak bekerja memiki
status sosial yang rendah, penghasilan yang rendah, kepadatan hunian yang tinggi,
serta tingkat pengetahuan dan pendidikan yang rendah. Hal ini mempengaruhi
pemenuhan kebutuhan nutrisi yang berpengaruh pada sistem imun anak;
ketersediaan sarana dan prasarana untuk memenuhi pelayanan kesehatan anak;
serta pengetahuan dan ketrampilan mencegah dan merawat anak dengan ISPA.
Sedangkan ibu yang bekerja memilih untuk memperkerjakan pengasuh untuk
memenuhi kebutuhan perawatan pada balita.
Syahidi, Gayatri dan Bantas (2013), menyatakan bahwa tingkat
pengetahuan responden berpengaruh pada kejadian ISPA pada balita. Responden
yang memiliki pengetahuan tetang PHBS yang baik menunjukkan upaya
pencegahan, dan perawatan ISPA yang baik pula. Prihanti dkk, 2018
menambahkan bahwa pengetahuan membentuk keyakinan tertentu yang membuat
seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinan tersebut. Ibu yang mempunyai
pengetahuan baik mengenai perilaku hidup bersih dan sehat, memiliki
kecenderungan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat yang baik pada tatanan
rumah tangga. Pengetahuan mengenai PHBS dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti tingkat pendidikan, kemudahan terhadap akses informasi, dan pengalaman
pribadi. Fakta dilapangan didapatkan bahwa mayoritas responden memiliki
pengetahuan tentang PHBS dalam tingkat sedang, dan hal ini berbanding lurus
dengan perilaku pencegahan ISPA yang juga berada pada tingkat sedang,
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada kecenderungan pengetahuan mengenai
PHBS berbanding lurus dengan perilaku pencegahan ISPA.
Husna, Kurniawati, dan Qur’aniati (2019), menyatakan bahwa perilaku

54
Intan Husada : Jurnal Ilmiah Keperawatan, Vol. 8 No. 2, Juli 2020

responden mengenai pencegahan ISPA dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti


tingkat pendidikan responden, informasi, sarana dan prasarana. Perilaku
pencegahan ISPA dimulai dari upaya untuk mencari informasi mengenai
pencegahan penyakit ISPA, modifikasi lingkungan, pemenuhan nutrisi, sirkulasi
udara dan ventilasi, serta pencegahan penularan ISPA. Perilaku pencegahan ISPA
yang kurang dimiliki oleh orang tua adalah kurangnya pemenuhan kebutuhan
cairan, pengaturan ventilasi serta pengaturan kamar balita, responden tidak
mengetahui bahwa kurangnya ventilasi dapat menyebabkan ISPA. Pada penelitian
ini, perilaku pencegahan ISPA yang kurang berada pada kurangnya minat orang
tua dalam mengikuti penyuluhan tentang ISPA, penggunaan masker, pengunaan
obat nyamuk bakar, melarang anak untuk bermain ditempat yang berdebu, dan
menjauhkan anak dari asap rokok.
Hasil uji statistik rank spearman menunjukkan ada hubungan antara
pengetahuan orang tua tentang PHBS dengan perilaku pencegahan ISPA. Hal ini
sesuai dengan penelitian Silviana (2014), yang menunjukkan bahwa ada hubungan
antara pengetahuan ibu tentang pencegahan ISPA dengan perilaku pencegahan
ISPA dengan p value 0,022. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan memiliki
kecenderungan untuk bersifat langgeng. Perilaku yang sudah menjadi kebiasaan
biasanya melalui beberapa proses seperti analisis dan evaluasi, pengetahuan yang
didapatkan seseorang diaplikasikan dalam bentuk perilaku yang kemudian
dianalisis dan dievaluasi untuk memberikan justifikasi dengan kriteria yang ada
dan diputuskan apakah perilaku akan diadaptasi menjadi sebuah kebiasaan atau
tidak. Fitriani, dan Andriyani (2015), beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan yaitu tingkat pendidikan, informasi, sosial budaya dan ekonomi,
lingkungan, pengalaman, dan usia. Responden pada penelitian ini mayoritas
adalah ibu rumah tangga sebanyak 51,2% dengan tingkat pendidikan dan sosial
ekonomi menengah kebawah, sehingga memiliki keterbatasan dari segi
pengetahuan, pendidikan, akses informasi, sarana dan prasarana.
Pada penelitian ini, pengetahuan mengenai PHBS berada pada angka
sedang yaitu sebanyak 59% (Sumber data primer diolah, 2018). Menurut
Elvandari, Briawan, dan Tanziha (2018), PHBS merupakan perilaku pencegahan
individu dalam tatanan rumah tangga dari berbagai penyakit. Perilaku pencegahan
ISPA sebaiknya dilakukan oleh ibu dan anggota keluarga yang lainnya seperti;

55
Intan Husada : Jurnal Ilmiah Keperawatan, Vol. 8 No. 2, Juli 2020

cuci tangan dengan sabun, pemberian ASI ekslusif untuk mencegah penyakit dan
memberikan kekebalan pasif pada anak, penggunaan air bersih, konsumsi sayur
dan buah, dan tidak merokok didalam rumah. PHBS merupakan modal untuk
pencegahan penyakit ISPA.
Penelitian ini memiliki keterbatasan dari segi desain yang hanya melihat
keterkaitan antara variabel pengetahuan tentang PHBS dengan perilaku
pencegahan ISPA, akan lebih baik lagi jika penelitian ini dikembangkan dalam
bentuk penelitian intervensi. Intervensi yang dilakukan adalah edukasi mengenai
PHBS rumah tangga yang dikaitkan dengan angka kejadian ISPA pada anak.

Kesimpulan
Simpulan dari penelitian ini adalah mayoritas (59%) responden memiliki
pengetahuan tentang PHBS pada tingkat sedang, demikian juga dengan perilaku
pencegahan ISPA juga memiliki tingkat sedang (84,6%). Ada hubungan bermakna
antara pengetahuan orang tua tentang PHBS dengan perilaku pencegahan ISPA di
Posyandu Balita Kalingga Kelurahan Banyuanyar Surakarta p value (0,023 <
0,05). Saran bagi Pelayanan kesehatan untuk meningkatkan upaya promosi
mengenai PHBS di masyarakat, agar tercipta lingkungan sehat dan terbebas dari
penyakit. Selain itu bagi orang tua, hendaknya meningkatkan upaya dalam
mencari informasi, melaksanakan upaya PHBS dalam tatanan rumah tangga
sehingga terhindar dari penyakit.

Daftar Pustaka
Dahlan. M. S. 2014. Statistic untuk kedokteran dan kesehatan. Salemba Medika:
Jakarta.

Dharma, Kelana. 2013. Metodologi Penelitian Keperawatan. CV Trans Info


Media: Jakarta.

Elvandari, Milliyantri., Dodik Briawan, dan Ikeu Tanziha. 2018. Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat (Phbs) Dengan Morbiditas Anak Usia 1-3 Tahun Di Jawa
Tengah https://journal.unsika.ac.id/index.php/HSG/article/view/1509.
(diakses tanggal 18 Desember 2018).

Firdausia, Annisa. 2013. ‘Hubungan Pendidikan dan Pekerjaan Ibu dengan


Perilaku Pencegahan ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gang
Sehat Pontianak’. Naskah Publikasi. Prodi Pendidikan Dokter FK
Universitas Tanjungpura: Pontianak.

56
Intan Husada : Jurnal Ilmiah Keperawatan, Vol. 8 No. 2, Juli 2020

Fitriani, N.L. dan S. Andriyani. 2015. Hubungan Antara Pengetahuan dengan


Sikap Anak Usia Sekolah Akhir (10-12 tahun)Tentang Makanan Jajanan di
SD Negeri II Tagog Apu Padalarang Kabupaten Bndung Barat Tahun 2015.
http.www//ejournal.upi.edu/index.php/JPKI/article/view/ 1184. (diakses
tanggal 18 Desember 2018).

Hadisaputra, Sugeng., Luzi Supart., dan Ridho Ananda. 2015. Faktor-Faktor


Yang Berhubungan Dengankejadian Ispa Berulang Pada Balita Usia 36–
59 Bulan Di Puskesmas Kecamatan Cipayung. Jurnal Bidang Ilmu
Kesehatan Vol. 5, No. 1, Juni 2015. halaman 345-355.

Husna, Kurniawati, Qur’aniati. 2019. Konseling Meningkatkan Perilaku Ibu


Dalam Pencegahan Dan Perawatan Balita Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkalan. https://e-
journal.unair.ac.id/CMSNJ/article/view/12398. (diakses tanggal 7 Oktober
2019).

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. 10 Perilaku Hidup Bersih dan


Sehat di Rumah Tangga. Jakarta: Kemenkes RI.

Maharani, Dita, Finny Fitry Yani, dan Yuniar Lestari. 2013. Profil Balita
Penderita Infeksi Saluran Nafas Akut Atas diPoliklinik Anak RSUP DR. M.
Djamil Padang Tahun 2012-2013. http://jurnal.fk.unand.ac.id. (diakses
tanggal 12 Februari 2019).

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Pemerintah Kota Surakarta. 2017. LKjIP Kota Surakarta Tahun 2017.


http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1
&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjw5MXF4cHfAhWLQY8KHXwQAvUQ
FjAAegQICRAC&url=http%3A%2F%2Fppid.surakarta.go.id%2Fwp-
content%2Fuploads%2F2017%2F09%2FLKJIP-KOTA-SURAKARTA-
TAHUN-2016.pdf&usg=AOvVaw2rWwBW0s6Pm6lOxA0PwkLh. (diakses
tanggal 18 Desember 2018).

Prihanti, Sekar., DA Lista, R Habibi, II Arsinta, SP Hanggara, RP Galih, F Sinta.


2018. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Perilaku Hidup Bersih
Dan Sehat Pada Tatanan Rumah Tangga Di Wilayah Kerja Puskesmas
Poned X. Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran
Keluarga volume 14, no. 1, halaman 7-14.

Rompas, Riani., Amatus Yudi Ismanto, dan Wenda Oroh. 2018. Hubungan Peran
Orang Tua Dengan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Anak Usia Sekolah Di
Sd Inpres Talikuran Kecamatan Kawangkoan Utara.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ jkp/issue/view/1880. (diakses
tanggal 12 februari 2019).

Siswani, Sri dan dan Anggita Cahyani Rizky. 2018. Hubungan Antara
Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Dengan Penerapan PHBS Di Wilayah RW
57
Intan Husada : Jurnal Ilmiah Keperawatan, Vol. 8 No. 2, Juli 2020

07 Kelurahan Cijantung Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur Tahun 2017.


Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 2 No. 1 April 201, halaman 16-31.

Susanti. 2017. ‘Analisis Program Penanggulangan Ispa Pada Balita Di Puskesmas


Sungai Lansek Tahun 2017’. Diploma Thesis, Universitas Andalas.
Universitas Respati Indonesia: Jakarta Timur.

Syahidi, Muhammad Habibi., Dwi Gayatria., Krisnawati Bantas. 2016. Faktor-


faktor yang Mempengaruhi Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) pada Anak Berumur 12-59 Bulan di Puskesmas Kelurahan Tebet
Barat, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, Tahun 2013. Jurnal Epidemiologi
Kesehatan Indonesia Volume 1 November - 2016 No. 1, halaman 23-27.

58
JURNAL Promotif Preventif
Volume 2 Nomor 2 Februari 2020 Halaman 27 – 34 ISSN: 2622 – 6014

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ORANG TUA TENTANG INFEKSI SALURAN


PERNAPASAN AKUT (ISPA) DENGAN KEKAMBUHAN ISPA PADA BALITA
DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS WUKIR

The Relationship Between Parents’ Behavior About Acute Respiratory Infection (ARI)
And Resurrection Of ARI On Children Under Five Year Old
In Public Health Centre Working Area Of Wukir

Kartini1, Lusyana Aripa,2 Nur Hamdani N,1,3 Jelima Decianti Fila4


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Pancasakti Makassar

Korespondensi: kartini@gmail.com

ABSTRAK
Kekambuhan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah dua episode ISPA yang terjadi
dalam periode satu tahun atau lebih dari tiga episode ISPA dalam periode yang tidak ditentukan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara perilaku orang tua tentang Infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) dengan kekambuhan ISPA pada balita di wilayah kerja UPTD puskesmas
Wukir. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan case control. Sampel
penelitian ini adalah balita yang didiagnosis ISPA yang kambuh dan tidak kambuh kembali dalam
satu tahun terakhir yaitu 30 kasus dan 30 kontrol. Pengambilan sampel dengan purposive sampling.
Hasil penelitian diperoleh ada hubungan antara tingkat pengetahuan (p=0,019;OR=0,242), sikap
(p=0,055;OR=0,286), dan perilaku merokok (p=0,000;OR=18,308), dengan kekambuhan ISPA pada
balita, sedangkan perilaku membersihkan rumah tidak terdapat hubungan karena nilai
(p=0,068;OR=0,328). Kesimpulan penelitian ini ada hubungan antara perilaku orang tua tentang
infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dengan kekambuhan ISPA pada balita di UPTD Puskesmas
Wukir. Disarankan kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan menerapkan
perilaku, membersihkan rumah serta tidak merokok.

Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Kekambuhan Infeksi saluran pernapasan Akut (ISPA)

ABSTRACT
Recurrences of acute respiratory infections (ARI) are two episodes of ARD that occur over a period of
one year or more than three episodes of ARD in an unspecified period. The purpose of this study was
to determine the relationship between parental behavior regarding acute respiratory infections (ISPA)
and recurrence of ARI in children under five in the working area of the UPTD Puskesmas Wukir. This
type of research is analytic observational with a case control approach. The sample of this study were
toddlers diagnosed with ARI that had recurred and had not recurred in the past year, namely 30 cases
and 30 controls. Sampling with purposive sampling. The results showed that there was a relationship
between the level of knowledge (p = 0.019; OR = 0.242), attitude (p = 0.055; OR = 0.286), and
smoking behavior (p = 0.000; OR = 18.308), with recurrence of ARI in toddlers, while the behavior
cleaning the house has no relationship because of the value (p = 0.068; OR = 0.328). The conclusion
of this study is that there is a relationship between the behavior of parents about acute respiratory
infections (ISPA) with recurrence of ARI in children under five at UPTD Puskesmas Wukir. It is
suggested to the public to increase knowledge, attitudes, and apply behavior, clean the house and not
smoking.

Keywords: Knowledge, Action, Behaviour, Recurrence of acute respiratory infection (ARI)

Kartini, Lusyana Aripa, Nur Hamdani N, Jelima Decianti Fila


Hubungan Antara Perilaku Orang Tua Tentang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Dengan Kekambuhan ISPA
Pada Balita Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Wukir
JURNAL Promotif Preventif
Volume 2 Nomor 2 Februari 2020, Halaman 27 – 34 ISSN: 2622 – 6014

PENDAHULUAN Puskesmas Wukir balita yang mengalami 1


ISPA merupakan salah satu masalah episode ISPA terjadi dalam satu tahun terakhir
kesehatan yang ada di negara berkembang dan sebanyak 200 kasus ISPA yang terjadi pada
negara maju. Hal ini disebabkan karena masih balita dan terdapat 50 kasus kekambuhan
tingginya angka kesakitan dan angka kematian ISPA pada balita (Profil kesehatan, Puskesmas
karena ISPA terutama pada bayi dan balita. Wukir, 2019).
Usia Balita adalah kelompok yang paling
BAHAN DAN METODE
rentan dengan infeksi saluran pernapasan.
Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi
Kerja UPTD Puskesmas Wukir Kecamatan
ISPA pada balita. (Shiqid, 2017). ISPA masih
Elar selatan Kabupaten Manggarai Timur pada
menjadi masalah kesehatan dunia dan menjadi
bulan Agustus sampai September 2019, Jenis
urutan kedua di dunia karena dapat
penelitian yang digunakan adalah penelitan
mengakibatkan kematian pada balita. Di New
analitik observasional, dengan rancangan
York jumlah penderita ISPA sebesar 48.325
penelitian yang digunakan adalah pendekatan
balita dan memperkirakan dinegara
case control, yang mengunakan data primer
berkembang berkisar 30-70 kali lebih tinggi
dan skunder yang bertujuan untuk mengetahui
dari negara maju dan diduga 20% dari bayi
Hubungan Antara Perilaku Orang Tua tentang
yang lahir di negara berkembang gagal
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
mencapai usia 5 tahun dan 26-30% dari
dengan kekambuhan ISPA pada balita di
kematian balita disebabkan oleh ISPA (WHO,
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Wukir,
2016), dalam (Claudia Pundoko, Dkk, 2019).
dengan populasi kasus adalah adalah balita
Profil Kesehatan Kabupaten/kota
yang menurut rekam medis (RM) di Wilayah
Provnsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
Kerja UPTD Puskesmas Wukir mengalami
menunjukan cakupan penemuan dan
dua episode ISPA yang terjadi dalam satu
penanganan ISPA pada balita mengalami
priode terakhir yaitu mulai dari Januari 2018
fluktuasi dari tahun 2011-2016. Pada tahun
sampai Januari 2019 yaitu sebanyak 50 balita
2011 sebesar 7.048 kasus, pada tahun 2012
dan populasi Kontrol adalah balita yang
meningkat menjadi 8.554 kasus, berarti target
menurut rekam medis (RM) di Wilayah Kerja
yang tercapai hanya (19,2%), selanjutnya pada
UPTD Puskesmas Wukir mengalami satu
tahun 2013 meningkat menjadi 45.928 kasus
episode ISPA terjadi dalam satu tahun terakhir
(26,42 %), tahun 2014 telah terjadi penurunan
yaitu pada Januari 2018 sampai dengan
yang sekitar 50% yaitu menjadi sebesar 3.714
Januari 2019 sebanyak 200 balita. Setelah
(13 %), tahun 2015 sebesar 3.757 (6,03%),
dilakukan perhitungan didapatkan hasil
sedangkan pada tahun 2016 meningkat lagi
sebanyak 50 Sampel kasus dan 50 sampel
sebesar 530.965 kasus. (Dinkes NTT, 2017).
control. Teknik pengampilan sampel adalah
Berdasarkan data rekam medis (RM)

Kartini, Lusyana Aripa, Nur Hamdani N, Jelima Decianti Fila


Hubungan Antara Perilaku Orang Tua Tentang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Dengan Kekambuhan ISPA
Pada Balita Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Wukir
JURNAL Promotif Preventif
Volume 2 Nomor 2 Februari 2020, Halaman 27 – 34 ISSN: 2622 – 6014

non probability sampling dimana tehnik bahwa distribusi frekuensi karakteristik balita
penentuan sampel dengan pertimbangan yang terbanyak pada usia 2-5 tahun yaitu
tertentu dibuat oleh peneliti sendiri. sebanyak 45 balita (75%) dan distribusi
pengumpulan data dengan menggunakan data frekuensi karakterisitik jenis kelamin yang
primer yang diperoleh dengan wawancara terbanyak adalah laki-laki sebanyak 31 balita
terbuka terhadap responden dengan (52%).
menggunakan kuesioner dan lembar
Bivariat
pengamatan observasi serta dengan
Hasil analisis bivariat menggunakan
menggunakan data sekunder yang diperoleh
uji chi square yang menilai hubungan variabel
dari data rekam medis pasien ISPA di UPTD
independen (Pengetahuan, Sikap, Perilaku
Puskesmas Wukir. Analisis data yang
Merokok, dan Membersihan Rumah) dengan
digunakan adalah Univariat untuk melihat
variabel dependen (Kekambuhan ISPA) dilihat
tampilan distribusi frekuensi dan presentase
pada Tabel 2.
dari tiap variable independen dan dependen,
serta analisa Bivariat digunakan untuk
mengetahui hubungan anatara variabel bebas
PEMBAHASAN

dan variable terikat maka dilakukan Uji Pengetahuan


statistik chi-square dengan batas kemaknaan Pengetahuan merupakan faktor awal

p<0,05, bahwa alternative hipotesisnya dari suatu perilaku yang diharapkan dan pada

terdapat hubungan variable dependen dan umumnya berkorelasi positif dengan perilaku.

independen. (Green L, 1983). Hasil penelitian


menunjukkan bahwa responden yang
merupakan kelompok kasus paling banyak
HASIL
merupakan responden yang pengetahuan orang
Univariat
tua masuk kategori kurang (60,0%), dan
Tabel 1.
Karakteristik Balita Berdasarkan Usia responden yang merupakan kelompk kontrol
dan Jenis Kelamin Di Wilayah Kerja paling banyak merupakan responden yang
UPTD Puskesmas Wukir pengetahuan orang tua masuk kategori baik
Karaktersitik Kasus Kontrol
(73,3%). Hasil uji chi square menunjukkan
Balita n % n %
Usia nilai p value = 0,019 yang berarti bahwa
0 – 12 bulan 8 26,7 7 23,3 terdapat hubungan antara pengetahuan orang
2 – 5 tahun 22 73,3 23 76,7 tua dengan kekambuhan ISPA pada Balita di
Jenis Kelamin
Laki-laki 16 53,3 15 50 wilayah kerja UPTD Puskesmas Wukir
Perempuan 14 46,7 15 50 Kecamatan Elar selatan Kabupaten Manggarai
Sumber: Data Primer, 2019
Timur.. Sejalan dengan penelitian Indah
Pada table 1 di atas dapat diketahui
Wulaningsih, dkk (2018) di Desa Dawungsari

Kartini, Lusyana Aripa, Nur Hamdani N, Jelima Decianti Fila


Hubungan Antara Perilaku Orang Tua Tentang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Dengan Kekambuhan ISPA
Pada Balita Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Wukir
JURNAL Promotif Preventif
Volume 2 Nomor 2 Februari 2020, Halaman 27 – 34 ISSN: 2622 – 6014

Kecamatan Pengandon Kabupaten Kendal, akan mempengaruhi perilaku kesehatan


yang memperoleh hasil bahwa terdapat seseorang. Sikap positif seseorang akan
hubungan antara pengetahuan orang tua menghasilkan perilaku kesehatan yang positif
dengan kejadian ISPA berulang pada Balita (p pula (Notoatmodjo S, 2014). Hasil penelitian
value = 0,003). Semakin baik pengetahuan menunjukkan bahwa responden kelompok
orang tua mengenai faktor risiko kekambuhan kasus paling banyak merupakan responden
ISPA pada Balita, maka akan semakin baik dengan sikap positif (53,3%), sedangkan
pula upaya yang dapat dilakukan orang tua responden yang merupakan kelompok kontrol
untuk mencegah kekambuhannya pada balita. paling banyak merupakan responden dengan
Pengetahuan merupakan apa yang diketahui sikap positif pula (80,0%). Berdasarkan uji chi
oleh seseorang tentang sesuatu hal yang square diperoleh nilai p value = 0,005 yang
didapat secara formal maupun informal artinya terdapat hubungan antara sikap orang
(Notoatmodjo S, 2014). Berdasarkan hasil tua dengan kekambuhan ISPA pada Balita di
wawancara, ditemukan bahwa responden wilayah kerja UPTD Puskesmas Wukir
dengan pendidikan orang tua paling banyak Kecamatan Elar selatan Kabupaten Manggarai
berada pada kategori pendidikan rendah antara Timur.. Sejalan dengan penelitian Claudia
SD dampai SMP/Sederajat. Pundoko (2019) yang menunjukkan bahwa
Sikap terdapat hubungan antara sikap dengan
Sikap merupakan predisposisi kekambuhan ISPA pada Balita di wilayah
tindakan suatu perilaku dan sikap seseorang kerja UPTD Puskesmas Pekalongan Selatan.
Tabel 2.
Hubungan Perilaku Orang tua dengan kekambuhan ISPA
Kekambuhan ISPA
Variabel Total
Kasus Kontrol P Value
Independen
n % n % n %
Pengetahuan
Baik 12 40,0 22 73,3 34 56,7 0,019
Kurang 18 60,0 8 26,7 26 43,3
Sikap
Positif 16 53,3 24 80,0 40 66,6 0,005
Negatif 14 46,7 6 20,0 20 33,4
Perilaku Merokok
Merokok 28 93,3 13 43,3 41 83,3 0,000
Tidak Merokok 2 6,7 17 56,7 19 16,7
Membersihkan Rumah
Baik 21 70,0 13 43,3 34 56,6 0,008
Kurang 9 30,0 17 56,7 26 43,4
Total 30 100,0 30 100,0 60 100,0
Sumber: Data Primer, 2019

Kartini, Lusyana Aripa, Nur Hamdani N, Jelima Decianti Fila


Hubungan Antara Perilaku Orang Tua Tentang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Dengan Kekambuhan ISPA
Pada Balita Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Wukir
JURNAL Promotif Preventif
Volume 2 Nomor 2 Februari 2020, Halaman 27 – 34 ISSN: 2622 – 6014

Perilaku Merokok rumah yang kurang baik akan lebih mudah


Keberadaan anggota keluarga yang terkena kambuhnya ISPA pada Balita karena
merokok dapat mempengaruhi terjadinya rumah yang tidak bersih merupakan tempat
kekambuhan ISPA pada Balita. Polusi udara yang baik untuk tumbuh dan menularnya bibit
yang dikeluarkan mengandung bahan kimia penyakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
berbahaya sehingga dapat mengganggu responden dengan kelompok kasus paling
kesehatan teruatama balita. Hasil penelitian banyak merupakan responden dengan
menunjukkan bahwa responden kelompok kebersihan rumah kurang baik (70,0%)
kasus paling banyak merupakan rensponden sedangkan responden kelompok kontrol paling
yang memiliki anggota kelurga perokok banyak merupakan responden kebersihan
(93,3%) sedangkan responden yangmasuk rumah dengan kategori baik (56,7%). Hasil uji
kelompok kontrol paling banyak merupakan chi square menunjukkan bahwa nilai p value =
responden yang tidak memiliki anggota 0,068 yang artinya terdapat hubungan antara
keluarga perokok (56,7%). Hasil uji chi square kebersihan rumah dengan kekambuhan ISPA
menunjukkan nilai p value = 0,000 yang pada Balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas
artinya bahwa terdapat hubungan yang Wukir Kecamatan Elar selatan Kabupaten
signifikan antara keberadaan anggota keluarga Manggarai Timur..
perokok dengan kekambuhan ISPA pada Lantai yang berdebu merupakan salah
Balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas satu bentuk polusi udara dalam rumah yang
Wukir Kecamatan Elar selatan Kabupaten apabila terhirup akan menempel pada pada
Manggarai Timur.. Sejalan dengan penelitian saluran napas bagian bawah, dan akumulasi
riska Jalil (2018) yang menunjukkan hahwa tersebut mengakibatkan elastisatas paru
keberadaan anggota keluarga yang merokok menurun sehingga menyebabkan Anak Balita
dalam rumah atau sekitar anak merupakan sulit bernapas. Sejalan dengan penelitian Rara
faktor dominan kejadian ISPA pada Balita dan Alfaqinisah (2015) yang menunjukkan bahwa
berisiko 1,9 kali lebih besar untuk mengalami seseorang yang memiliki kebiasaan
kekambuhan dibandingkan dengan balita membersihkan rumah kurang dari 2 kali sehari
dengan anggota keluarga yang tidak merokok mempunyai risiko 23,3 kali lebih besar
di dalam rumah. mengalami kekambuhan ISPA dibandingkan
dengan responden yang memiliki kebiasaan

Membersihkan Rumah mambersihkan rumah lebih dari 2 kali sehari.

Kebersihan merupakan salah satu


faktor yang dapat mempengaruhi kejadian KESIMPULAN
ISPA dan mempengaruhi timbulnya ISPA Berdasarkan hasil penelitian dapat

kembali pada Balita (Nethingle F, ). disimpulkan bahwa Pengetahuan Orang Tua,

Responden yang memiliki perilaku kebersihan Sikap Orang Tua, Kebiasaan anggota Keluarga

Kartini, Lusyana Aripa, Nur Hamdani N, Jelima Decianti Fila


Hubungan Antara Perilaku Orang Tua Tentang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Dengan Kekambuhan ISPA
Pada Balita Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Wukir
JURNAL Promotif Preventif
Volume 2 Nomor 2 Februari 2020, Halaman 27 – 34 ISSN: 2622 – 6014

Merokok di Dalam Rumah, dan Kebiasaan Jalil R, (2018), Faktor-faktor Yang


Berhubungan Dengan Kejadian ISPA
Membersihkan Rumah merupakan faktor-
Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
faktor yang berhubungan kekambuhan ISPA Kebangka Kecamatan Kebangka
Kabupaten Muna, Jimkesmas, 3(2)
pada Balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Wukir Kecamatan Elar selatan Kabupaten Kemenkes RI, (2015), Data Prevalensi ISPA
Propinsi Nusa Tenggara Timur
Manggarai Timur.
Notoatmodjo S, (2014), Kesehatan
Masyarakat; Ilmu dan Seni, Jakarta,
SARAN Rineke Cipta.
Dalam upaya pencegahan terjadinya Pratiwi M, (2016), Faktor-faktor Yang
ISPA pada Balita serta munculnya Berhubungan Dengan Upaya Pencegahan
Kekambuhan Ulang Kejadian ISPA Pada
kekambuhan ISPA pada Balita, maka balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
diharapkan bagi petugas kesehatan wilayah Jembatan Mas Kabupaten Batanghari
Propinsi Jambi, Scienta Journal: 4(4)
kerja UPTD Puskesmas Wukir untuk
Pundoko C dkk, (2019). Hubungan Antara
memvberikan edukasi kepada masyarakat Perilaku Merokok Orang Tua dengan
khususnya kepada orang tua anak balita Kejadian ISPA Pada Balita Di Wilayah
Kerja Puskesmas Teling Atas Kota
mengenai ISPA serta meningkatkan media Manado, Jurnal Kesmas, 7(4):23-32.
komunikasi dan informasi kepada masyarakat
Puskesmas Wukir, (2019). Data Kasus ISPA
dengan media yang tersedia seperti poster, dan Kecamata Elar Kabupaten Manggarai
media lainnya sehingga dapat meningkatkan Timur Tahun 2018 – 2019

pengetahuan orang tua tentang ISPA dan Riska C.W S dkk, (2016), Hubungan Peran
Orang Tua Dalam Pencegahan ISPA
faktor risiko kekambuhan ISPA pada Balita.
Dengan Kekambuhan ISPA Pada Balita
Di Puskesmas Bilalang Kota
Kotamobagu, Jurnal Keparawatan: 4(1)
DAFTAR PUSTAKA
Alfaqinisa R, (2015), Hubungan Antara Wahuningsih S. dkk, (2017), Infeksi Saluran
Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan perilaku Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita Di
Orang Tua Tentang Pneumonia Dengan Wilayah Kerja Pesisir Desa Kore
Kekambuhan ISPA Pada Balita Di Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima,
Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kota Jurnal HIGIENE; 3(2)
Semarang, Online: https://lib.unnes.ac.id,
Wulaningsih I, (2018), Hubungan
diakses: 13 Agustus 2019
Pengetahuan Orang Tua Tentang ISPA
Dary dkk, (2018), Peran Keluarga Dalam Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di
Penanganan Anak Dengan Kejadian ISPA Desa Dawungsari Kecamatan Pengandon
Di RSUD Piru, Jurnal Keperawatan Kabupaten Kendal, Jurnal Keperawatan;
Muhammadiyah, 3(1) 5(1)

Dinkes NTT, (2017), Data Kasus Kematian


BAlita Di Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Hartono R dan Dwi R, (2016), ISPA


Gangguan Pernapasan Pada Anak,
Yogyakarta, Nuha Medika.

Kartini, Lusyana Aripa, Nur Hamdani N, Jelima Decianti Fila


Hubungan Antara Perilaku Orang Tua Tentang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Dengan Kekambuhan ISPA
Pada Balita Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Wukir
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Perilaku Pencegahan ISPA
pada Anak Balita di Kampung Galuga

Winning Gustini Daeli, Jimmy Prima Nugraha, Meivi Widarni Lase,


Martina Pakpahan, Agustin Lamtiur

Fakultas Keperawatan, Universitas Pelita Harapan, Tangerang, Indonesia


Alamat Korespondensi: martina.pakpahan@uph.edu

Abstrak
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) menjadi masalah kesehatan utama pada anak dibawah usia lima tahun
(balita). Pengetahuan ibu turut memengaruhi kejadian ISPA pada balita. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu mengenai ISPA dengan perilaku ibu dalam pencegahan ISPA
pada balita. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional dengan desain cross sectional.
Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak balita di Kampung Galuga, Binong. Jumlah
sampel sebanyak 40 responden yang didapatkan dengan accidental sampling. Analisa data berupa analisa
univariat dan analisa bivariat menggunakan uji Somers’d. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 52,5%
responden memiliki pengetahuan cukup mengenai ISPA dan sebanyak 57,5% responden memiliki perilaku
baik dalam pencegahan ISPA. Diketahui tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu mengenai ISPA dengan
perilaku ibu dalam pencegahan ISPA, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan tidak menentukan
perilaku seseorang. Terdapat banyak faktor lainnya yang turut memengaruhi perilaku seseorang dalam
pencegahan ISPA, seperti sikap, motivasi, usia, lingkungan, dan sosial budaya. Diperlukan upaya yang
holistik, berkelanjutan dan lintas sektor dalam membangun perilaku yang positif dalam pencegahan ISPA.

Kata Kunci: balita, ibu, ISPA, pengetahuan, perilaku

The Correlation between Mother’s Knowledge and Behavior in Preventing ARI


Among Children Under Five Years Old in Galuga Village

Abstract
Acute respiratory infections (ARI) is a major health problem in children under five years of age worldwide.
The mother's level of knowledge also influences the incidence of ARI in children under five. This study aims
to determine the correlation between the level of mother’s knowledge about ARI and mother’s behavior in
preventing ARI among children under five years old. This research used a correlational quantitative method
with a cross sectional design. The population in this study were all mothers who had children under five in
Galuga Village, Binong. The number of samples was 40 respondent, obtained by accidental sampling. Data
analysis was univariate and bivariate using Somers'd test. The results showed that 52.5% of respondents had
sufficient knowledge about ARIs and 57.5% of respondents had good behavior in preventing ARI. It is known
that there is no correlation between mother’s knowledge about ARI with mother’s behavior in preventing ARI
(p value 0.128). Knowledge does not determine a person's behavior. There are many other factors that
influence a person's behavior in preventing ARI, such as attitude, motivation, age, environment, and socio-
culture. Holistic, sustainable and cross-sectoral efforts are needed to build positive behavior in the prevention
of ARI.

Keywords: ARI, behavior, children, knowledge, mother

How to Cite :
Daeli WG, Harefa JPN, Lase MW, Pakpahan M, Lamtiur A. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Perilaku Pencegahan ISPA pada Anak Balita di
Kampung Galuga. J. Kdokt Meditek;27(1):33-38. Available from: http://ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.php/Meditek/article/view/1939
DOI: https://doi.org/10.36452/jkdoktmeditek.v27i1.1939
Pendahuluan ISPA pada balita adalah tingkat pengetahuan
ibu mengenai ISPA.10 Seseorang yang
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) memiliki pengetahuan baik terhadap
menurut World Health Organization (WHO) kesehatan, akan mengetahui bagaimana
merupakan penyakit saluran pernapasan akut tindakan pencegahan penyakit dan
yang disebabkan oleh agen infeksius yang mendorongnya untuk melakukan yang
menyebabkan indikasi dalam waktu beberapa diketahuinya tersebut.11,12 Penelitian ini
jam sampai beberapa hari dan merupakan bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat
pemicu utama morbiditas dan mortalitas bagi pengetahuan ibu mengenai ISPA dengan
anak berusia di bawah lima tahun (balita) di perilaku ibu dalam pencegahan ISPA pada
seluruh dunia.1 Komplikasi ISPA berat yang balita perilaku ibu memengaruhi status
mengenai jaringan paru menyebabkan kesehatan anak dibawah dua tahun.13 Bila ibu
terjadinya pneumonia.2 Penyakit pneumonia memiliki pengetahuan yang baik mengenai
menyebabkan 15% angka kematian pada balita ISPA maka akan berdampak pada
yaitu sebanyak 808.694 anak pada tahun 2017, terbentuknya perilaku yang baik dalam
atau lebih dari 2.200 per hari, atau bisa di pencegahan ISPA.14 Penelitian yang dilakukan
perkirakan sekitar dua balita meninggal setiap oleh Pebriyani et al. (2016) didapatkan
menit, dimana prevalensi terbesar ada di Asia sebagian besar pengetahuan ibu mengenai
Selatan dan di Afrika.3 ISPA dan perilaku ibu dalam pencegahan ISPA
Menurut Riset Kesehatan Dasar (2018), masih kurang, selain itu didapatkan adanya
kejadian ISPA paling tinggi terdapat di 5 hubungan bermakna antara pengetahuan ibu
provinsi di Indonesia salah satunya adalah dengan perilaku ibu dalam pencegahan ISPA.15
Banten yaitu sebesar 5,3%. Kejadian ISPA
tertinggi ada pada kelompok umur satu sampai Metodologi
empat tahun yaitu sebesar 8%, anak usia <1
tahun sebesar 7,4%, usia 65-74 tahun sebesar Penelitian ini dilakukaan di Kampung Galuga,
5% dan usia >75 tahun sebesar 5,4%.4 Profil Binong pada bulan Mei-Juni 2020. Penelitian
kesehatan Kabupaten Tangerang tahun 2013- ini merupakan penelitian kuantitatif
2017 menunjukkan grafik cakupan kasus ISPA korelasional dengan desain cross-sectional.
pada balita cenderung naik, dimana pada tahun Populasi penelitian ini adalah semua ibu di
2013 sebanyak 25,90%, 2014 sebanyak Kampung Galuga, Binong. yang memiliki
48,62%, 2015 sebanyak 58,36%, 2016 anak berusia satu hingga lima tahun. Jumlah
sebanyak 42,73%, dan pada tahun 2017 sampel sebanyak 40 responden didapatkan
sebanyak 48,56%.5 Laporan poliklinik anak menggunakan accidental sampling. Kriteria
Puskesmas Binong diketahui terdapat 2.380 inklusi dalam penelitian ini adalah ibu yang
kasus kejadian ISPA pada balita dalam tahun mempunyai anak berusia 1 hingga 5 tahun
2019.6 Berdasarkan Laporan Praktek Profesi sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian
Keperawatan Keluarga dan Komunitas ini adalah ibu yang memiliki anak berusia 1
Mahasiswa Profesi Fakultas Keperawatan hingga 5 tahun yang tidak tinggal serumah.
Universitas Pelita Harapan didapatkan hasil Instrumen penelitian berupa kuesioner, yang
data angka kejadian ISPA di Kampung Galuga, terdiri dari dua bagian. Kuesioner pertama
Binong sebanyak 1.313 kasus dalam tahun bertujuan untuk mengukur tingkat
2019.7 pengetahuan ibu mengenai ISPA dan kuesioner
Penelitian yang dilakukan Taksande dan Yeole kedua bertujuan untuk mengukur perilaku ibu
(2015) menemukan faktor resiko ISPA pada dalam pencegahan ISPA. Pertanyaan kuesioner
anak Balita yaitu; kurang menyusui, status gizi, dikembangkan oleh peneliti berdasarkan
status imunisasi, penundaan menyapih, pedoman WHO, teori dan beberapa penelitian
pemberian makanan pralaktal, hidup dalam terkait. Kedua bagian kuesioner ini telah diuji
kondisi sesak, status pendidikan ibu, berat validitas dan reliabilitasnya di Desa Mazingo
badan lahir rendah (BBLR) dan prematur, Tabaloho, Nias kepada 30 responden.
ventilasi rumah tidak memadai, kondisi rumah Didapatkan 14 pertanyaan valid dan reliabel
yang tidak layak, paparan pencemaran udara untuk kuesioner pengetahuan dengan nilai
dalam ruangan berupa pembakaran bahan Cronbach Alpha 0,875 dan 9 pertanyaan valid
bakar yang digunakan untuk memasak.8,9 dan reliabel untuk kuesioner perilaku dengan
Faktor lainnya yang memengaruhi kejadian

Daeli WG, Harefa JPN, Lase MW, Pakpahan M, Lamtiur A. J. Kdokt Meditek;27(1):33-40. 33
nilai Cronbach Alpha 0,705. Kuesioner disebar Hasil
secara online dengan menggunakan google Hasil penelitian disajikan dalam bentuk
form. Penelitian ini telah lulus kaji etik dari analisis data dalam tabel 1-4. Berdasarkan
Komite Etik Fakultas Keperawatan Universitas tabel 1, diketahui bahwa sebanyak 50%
Pelita Harapan dengan No. 018/KEP- responden memiliki pendidikan SMA,
FON/III/2020 dan mendapatkan surat izin sebanyak 57,5% responden bekerja dan usia
penelitian dari Puskesmas Binong. Penelitian responden >33 tahun sama banyak dengan usia
ini menggunakan dua jenis analisis data yaitu responden ≤ 33 tahun. Berdasarkan tabel 2
univariat dan bivariat. Analisa univariat terdapat 20% responden memiliki pengetahuan
digunakan untuk mengetahui distribusi kurang, 52,50% responden memiliki
frekuensi dari masing-masing variabel. Analisa pengetahuan cukup dan 27,5% responden
bivariat digunakan untuk menganalisis memiliki pengetahuan baik mengenai ISPA.
hubungan dua variabel dengan menggunakan Berdasarkan tabel 3 terdapat 32,5% responden
uji Somers’d. Data dianalisis menggunakan memiliki perilaku kurang dan 67,5%
sistem komputerisasi. responden memiliki perilaku baik dalam
pencegahan ISPA.

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden di Kampung Galuga, Binong (n=40)

Perilaku Pencegahan ISPA (%)


Karakteristik Responden Kurang Baik Total
Pendidikan
SMP 5 5 10
SMA 20 30 50
Perguruan Tinggi 7,5 32,5 40
Pekerjaan
Tidak Bekerja 17,5 25 42,5
Bekerja 15 42,5 57,5
Usia
≤33 tahun 10 40 50
>33 tahun 22,5 27,5 50

Tabel 2. Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai ISPA (n=40)

Tingkat Pengetahuan Persentase


(%)
Kurang 20
Cukup 52,5
Baik 27,5

Tabel 3. Gambaran Perilaku Responden dalam Pencegahan ISPA (n=40)

Variabel Perilaku Persentase


(%)
Kurang 22,5
Baik 67,5

34 Daeli WG, Harefa JPN, Lase MW, Pakpahan M, Lamtiur A. J. Kdokt Meditek;27(1):33-38.
Tabel 4. Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai ISPA dengan
Perilaku Responden dalam Pencegahan ISPA (n=40)

Perilaku Pencegahan ISPA


Tingkat Pengetahuan (%)
Mengenai ISPA
Kurang Baik Total
Kurang 0,1 0,1 0,2
p value 0,128
Cukup 0,175 35 35,175
Baik 5 22,5 27,5
Total 32,5 67,5 100

Berdasarkan tabel 4 terdapat 0,1% responden dapat meningkatkan kemampuan intelektual


dengan pengetahuan kurang memiliki perilaku yang dimiliki, sehingga semakin
pencegahan ISPA dengan baik, sebanyak 35% mempermudah dalam memahami dan
responden dengan pengetahuan cukup menerima informasi yang telah diperoleh, hal
memiliki perilaku pencegahan ISPA yang baik ini kemudian memengaruhi seseorang dalam
dan sebanyak 22,5% responden dengan mengambil keputusan saat menghadapi suatu
pengetahuan baik memiliki perilaku keadaan.17 Dari hasil penelitian didapatkan
pencegahan ISPA yang baik. Hasil analisis bahwa tingkat pendidikan responden
bivariat menggunakan uji Somers’d didominasi oleh SMA (50%) dan Sarjana
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan (40%). Penelitian yang dilakukan Qiyaam,
antara tingkat pengetahuan ibu mengenai ISPA Furqani dan Febriyanti (2016) diketahui bahwa
dengan perilaku ibu dalam pencegahan ISPA sebagian besar ibu yang mempunyai
dengan nilai (p = 0,128). pengetahuan cukup mempunyai pendidikan
terakhir SMA.18 Penelitian yang dilakukan oleh
Silviana (2014) menunjukkan bahwa sebagian
Pembahasan besar ibu yang memiliki pengetahun kurang
mengenai ISPA adalah ibu dengan pendidikan
Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai terakhir SD.19 Maka dapat disimpulkan bahwa
ISPA semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
akan semakin mudah seseorang dalam
Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan menerima dan memahami informasi baik dari
dihasilkan dari penginderaan seseorang berbagai pihak atau melalui buku-buku yang
terhadap suatu objek yang dimilikinya.11 terkait, sehingga semakin banyak informasi
Penginderaan pada objek terjadi melalui panca yang diperoleh dalam meningkatkan
indera pendengaran, penciuman, penglihatan, pengetahuan seseorang.
perasa dan peraba.10 Hasil penelitian Notoatmodjo (2012) menjelaskan bahwa usia
didapatkan sebanyak 20% responden memiliki dapat memengaruhi pengetahuan seseorang,
pengetahuan kurang, dan terdapat 52,5% dikarenakan semakin bertambahnya usia maka
responden memiliki pengetahuan cukup, dan semakin berkembang daya tangkap dan pola
27,5% responden memiliki pengetahuan baik. pikir seseorang.11 Hasil penelitian
Pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan, menunjukkan rata-rata (mean) usia responden
media massa atau informasi, pekerjaan, yaitu 33 tahun. Usia ini masuk kedalam
lingkungan, sosial budaya, pengalaman dan kategori dewasa awal, usia yang mampu
usia.11 mengatasi masalah termasuk yang berkaitan
Pendidikan formal dapat memengaruhi dengan masalah ISPA karena memiliki
pengetahuan seseorang, dimana semakin tinggi kematangan dalam berpikir.20 Penelitian ini
tingkat pendidikan seseorang maka semakin sejalan dengan penelitian Qiyaam, Furqani dan
luas pengetahuan yang dimiliki, namun bukan Febriyanti (2016) dimana didapatkan ibu
berarti ibu dengan pendidikan rendah memiliki dengan pengetahuan cukup mengenai ISPA
pengetahuan rendah pula karena pengetahuan berasal dari kelompok usia 31-40 tahun.18 Ibu
juga bisa didapat dari pendidikan non formal.16 berusia dewasa memiliki kematangan dalam
Individu yang memiliki pendidikan yang baik berpikir dan mengatasi masalah yang dihadapi

Daeli WG, Harefa JPN, Lase MW, Pakpahan M, Lamtiur A. J. Kdokt Meditek;27(1):33-38. 35
termasuk dalam masalah ISPA yang diderita merupakan puncak dari kondisi prima. Hal ini
anak-anak baik gejala yang dialami hingga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
penanganan yang dilakukan.20 Maka semakin Silviana (2014) bahwa ibu yang mempunyai
bertambah usia seseorang maka semakin perilaku pencegahan ISPA yang baik adalah
matang juga seseorang dalam berpikir dan kelompok umur 25-35 tahun.19 Pada penelitian
bekerja. ini juga diketahui bahwa sebanyak 57,5%
Pekerjaan dapat memengaruhi seseorang responden adalah ibu yang bekerja dimana
dalam mengakses informasi yang lebih baik sebanyak 42,50% responden yang bekerja
lagi terutama Kesehatan.11 Responden dengan memiliki perilaku yang baik dalam
tingkat pengetahuan cukup dan baik mengenai pencegahan ISPA dan sebanyak 25%
ISPA mayoritas berasal dari ibu dengan status responden yang tidak bekerja memiliki
bekerja. Penelitian ini sejalan dengan perilaku baik dalam pencegahan ISPA. Hal ini
penelitian Junaidi dan Zulaikha (2017) berbeda dengan hasil penelitian Firdausia
didapatkan bahwa sebagian besar responden (2013) yang menjukkan bahwa pencegahan
adalah ibu bekerja dengan tingkat pengetahuan ISPA lebih banyak dilakukan oleh ibu tidak
yang cukup mengenai ISPA.21 bekerja dibandingkan ibu yang bekerja,
dikarenakan ibu dengan status tidak bekerja
Perilaku Responden dalam Pencegahan memiliki banyak waktu luang untuk merawat
ISPA anak dibandingkan ibu dengan status bekerja.23

Perilaku kesehatan merupakan semua aktivitas Hubungan Tingkat Pengetahuan


atau kegiatan seseorang yang berkaitan dengan Mengenai ISPA dengan Perilaku
peningkatan dan pemeliharaan kesehatan baik Pencegahan ISPA
yang tidak dapat diamati maupun yang dapat
diamati.11 Hasil penelitian menunjukkan Perilaku kesehatan yang dilakukan seseorang
terdapat 57,5% responden memiliki perilaku atau sekelompok orang dapat memberi dampak
yang baik dalam pencegahan ISPA, dan positif baik langsung ataupun tidak langsung
terdapat 32,5% responden memiliki perilaku terhadap derajat kesehatan mereka.16 Analisis
kurang dalam pencegahan ISPA. Sebagian bivariat menggunakan uji Somers’d yang
besar ibu yang memiliki perilaku yang baik dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan
dalam pencegahan ISPA merupakan ibu bahwa tingkat pengetahuan ibu mengenai ISPA
dengan pendidikan terakhir adalah perguruan tidak berhubungan dengan perilaku ibu dalam
tinggi dan SMA. Penelitian yang dilakukan pencegahan ISPA (p value 0,128). Hal ini
Chandra (2017) juga menemukan ibu yang sejalan dengan penelitian Taarelluan (2016)
mempunyai upaya pencegahan ISPA yang yang menemukan tidak terdapat hubungan yang
tidak baik lebih banyak terjadi pada ibu dengan signifikan antara pengetahuan dengan tindakan
pendidkan rendah sedangkan ibu yang pencegahan ISPA, sebab responden yang
memiliki upaya pencegahan ISPA yang baik memiliki pengetahuan baik mengenai ISPA
banyak terdapat pada ibu dengan pendidikan belum tentu hal tersebut menjamin dalam
tinggi.22 Pendidikan formal ibu merupakan hal memengaruhi tindakan pencegahan ISPA.24,25
yang penting dalam memengaruhi perilaku Penelitian lainnya menemukan tidak ada
kesehatan ibu terutama pada perilaku hubungan yang signifikan antara pengetahuan
pencegahan penyakit sebab pendidikan dapat ibu mengenai ISPA dengan kejadian berulang
meningkatkan pemahaman seseorang dalam ISPA.26 Hasil penelitian ini berbeda dengan
memahami informasi tentang kesehatan penelitian yang dilakukan oleh Putra,
sehingga membuat seseorang dapat lebih Widajadnja, dan Salman (2017) dan Pebriyani
waspada dalam menjaga kesehatannya, dengan (2016), bahwa ditemukan hubungan yang
pendidikan seseorang dapat menjadi lebih signifikan antara pengetahuan ibu dengan
termotivasi lagi untuk menerapkan pola hidup perilaku ibu dalam pencegahan ISPA pada
sehat.23 balita.15,27 Didalam penelitian ini responden
Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak yang memiliki tingkat pengetahuan kurang
40% responden dengan kelompok usia >33 belum tentu memiliki perilaku yang buruk
tahun memiliki perilaku yang baik dalam dalam pencegahan ISPA dan sebaliknya,
pencegahan ISPA, dimana kelompok umur responden yang memiliki tingkat pengetahuan
tersebut merupakan usia produktif dan yang baik belum tentu memiliki perilaku yang

36 Daeli WG, Harefa JPN, Lase MW, Pakpahan M, Lamtiur A. J. Kdokt Meditek;27(1):33-38.
baik dalam pencegahan ISPA. guideline for prevention and control of ARI
Menurunnya kejadian ISPA pada anak in Afghanistan. Geneva: World Health
berhubungan dengan usia anak yang bertambah, Organization; 2012.
imunisasi, menyusui lebih dari 6 bulan, usia ibu 2. Kementerian Kesehatan Republik
yang lebih tua, pendidikan ibu dan rencana Indonesia. Riset kesehatan dasar tahun
kehamilan.9 Selain itu terdapat faktor lainnya 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan
yang turut memengaruhi perilaku kesehatan Republik Indonesia; 2014.
seseorang. Penelitian yang dilakukan oleh 3. World Health Organization (WHO).
Octaviani dkk. (2015) didapatkan adanya Pneumonia. Geneva: World Health
hubungan antara sikap dan dukungan keluarga Organization; 2017
terhadap perilaku ibu, dimana dukungan 4. Kementerian Kesehatan. Riset kesehatan
keluarga adalah variabel yang paling terkait erat dasar tahun 2018. Jakarta: Kementerian
dengan perilaku ibu.28 Penelitian Firdausia Kesehatan Republik Indonesia; 2019.
(2013) menemukan bahwa ibu yang mempunyai 5. Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.
tingkat pendidikan yang lebih tinggi Profil kesehatan Kabupaten Tangerang
mempunyai perilaku pencegahan yang baik.23 2017. Tangerang: Dinas Kesehatan
Usia juga dapat memengaruhi perilaku Kabupaten Tangerang; 2018.
seseorang dalam mencegah penyakit, dimana 6. Puskesmas Binong. Laporan poli anak.
semakin bertambah umur seseorang akan Tangerang: Puskesmas Binong; 2019.
semakin matang juga seseorang berpikir dan 7. Fakultas Keperawatan Universitas Pelita
bekerja.16 Menurut Taarelluan (2016) perilaku Harapan. Laporan praktek mahasiswa
dapat dipengaruhi oleh pengalaman seseorang, profesi keperawatan keluarga dan
lingkungan fisik dan non fisik dan sosial budaya komunitas. Tangerang: Fakultas
yang kemudian pengalaman itu dipersepsikan, Keperawatan Universitas Pelita Harapan;
diyakini, niat untuk bertindak lalu kemudian 2019.
menjadi Tindakan.24 8. Taksande AM, Yeole M. Risk factors of
acute respiratory infection (ARI) in under-
Simpulan fives in a rural hospital of Central India.
Journal of Pediatric and Neonatal
Pengetahuan ibu mengenai ISPA tidak Individualized Medicine (JPNIM).
berhubungan dengan perilaku ibu dalam 2016;5(1):50105.
pencegahan ISPA. Pengetahuan tidak menjadi 9. Pinzón-Rondón ÁM, Aguilera-Otalvaro P,
faktor penentu perilaku seseorang. Terdapat Zárate-Ardila C, Hoyos-Martínez A. Acute
banyak faktor lainnya yang turut memengaruhi respiratory infection in children from
perilaku seseorang dalam pencegahan ISPA, developing nations: a multi-level study.
seperti sikap, motivasi, usia, lingkungan, dan Paediatrics and International Child Health.
sosial budaya. Diperlukan upaya yang holistik, 2016;36(2):84-90.
berkelanjutan dan lintas sektor dalam 10. Syahidi MH, Gayatri D, Bantas K. Faktor-
membangun perilaku yang positif dalam faktor yang memengaruhi kejadian infeksi
pencegahan ISPA. saluran pernapasan akut (ISPA) pada anak
berumur 12-59 bulan di Puskesmas
Ucapan Terima Kasih Kelurahan Tebet Barat, Kecamatan Tebet,
Jakarta Selatan, tahun 2013. J
Peneliti berterima kasih kepada Puskesmas Epidemiologi Kesehatan Indonesia.
Binong dan Komite Etik Fakultas Keperawatan 2016;1(1).
Universitas Pelita Harapan yang telah 11. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan
mendukung pelaksanaan penelitian serta perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;
kepada serta LPPM Universitas Pelita Harapan 2012.
dalam mendukung publikasi penelitian ini. 12. Priyoto. Teori sikap dan perilaku dalam
kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika;
Daftar Pustaka 2014.
13. Mis Cicih LH. Pengaruh perilaku ibu
1. World Health Organization (WHO). terhadap status kesehatan anak baduta di
Operational guidelines for prevention and Provinsi Jawa Tengah. Sari Pediatri.
control of ARI in Afghanistan operational 2011;13(1):41.

Daeli WG, Harefa JPN, Lase MW, Pakpahan M, Lamtiur A. J. Kdokt Meditek;27(1):33-38. 37
14. Teddy T, Ramdhani E, Hayani I. Hubungan Jurnal Mahasiswa Fakultas Kedokteran
antara tingkat pengetahuan dan sikap ibu Untan. 2013;3(1):192749.
terhadap pencegahan infeksi saluran 24. Taarelluan KT, Ottay RI, Pangemanan JM.
pernapasan akut (ISPA) pada balita Di Poli Hubungan pengetahuan dan sikap
Rawat Jalan Puskesmas Rajabasa Indah masyarakat terhadap tindakan pencegahan
Bandar Lampung. Jurnal Ilmu Kedokteran infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di
dan Kesehatan. 2016;3(3). Desa Tataaran 1 Kecamatan Tondano
15. Pebriyani U, Alfarisi R, Putri GH. Selatan Kabupaten Minahasa. Jurnal
Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang Kedokteran Komunitas Dan Tropik.
ISPA dengan perilaku pencegahan pada 2016;4(1).
balita di wilayah kerja Puskesmas Pasar 25. La Bassy L, Soamole I, Leka IS. Maternal
Ambon Bandar Lampung tahun 2016. behavior and the recurrence of upper
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan. respiratory track infection. Health Notions.
2016;3(3). 2018;2(7):792–5.
16. Wawan A, Dewi M. Teori dan pengukuran 26. Hadisaputra S, Suparta L, Ananda DR.
pengetahuan, sikap, dan perilaku manusia Faktor-faktor yang berhubungan dengan
dilengkapi contoh kuesioner. Yogyakarta: kejadian ISPA berulang pada balita usia 36-
Nuha Medika; 2010. 59 bulan Di Puskesmas Kecamatan
17. Niki I, Mahmudiono T. Hubungan Cipayung. Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan.
pengetahuan ibu dan dukungan keluarga 2015;5(1):6.
terhadap upaya pencegahan infeksi saluran 27. Putra AP, Widajadnja N, Salman M.
pernapasan akut. Jurnal Promkes: The Relations of mother’s knowledge and
Indonesian Journal of Health Promotion behavior regarding acute respiratory tract
and Health Education. 2019;7(2):182–92. infection (ARI) and precautions of ARI at
18. Qiyaam N, Furqani N, Febriyanti A. Puskesmas Lindu Sub-District Lindu
Tingkat pengetahuan ibu terhadap penyakit District Sigi in 2015. Jurnal Ilmiah
ISPA (infeksi saluran pernapasan akut) Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu
pada balita di Puskesmas Paruga Kota Kesehatan. 2017;4(1):1-5.
Bima tahun 2016. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina. 28. Octaviani D, Kholisa I, Lusmilasari L. The
2016;1(2):235-47. relationship between knowledge, attitude,
19. Silviana I. Hubungan pengetahuan ibu and family support with mother’s
tentang penyakit ISPA dengan perilaku behaviour in treating of acute respiratory
pencegahan ISPA pada balita di PHPT infection on children under five at Desa
Muara Angke Jakarta Utara tahun 2014. Bangunjiwo, Kasihan Bantul. International
Forum Ilmiah. 2014;11(3). Journal Research in Medical Sciences.
20. Lestari DF. Gambaran pengetahuan ibu 2015;3(1):S41–6.
tentang ISPA pada balita di Desa Leyangan
Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang.
Jurnal Gizi dan Kesehatan.
2015;7(15):173-81.
21. Junaidi P, Zulaikha F. Gambaran tingkat
pengetahuan ibu tentang ISPA pada balita
usia 1-5 tahun di PUSKESMAS Air Putih
Samarinda. Repository Universitas
Muhammadiyah Kalimantan Timur; 2017.
22. Chandra C. Hubungan pendidikan dan
pekerjaan ibu dengan upaya pencegahan
ISPA pada balita oleh ibu yang berkunjung
ke Puskesmas Kelayan Timur Kota
Banjarmasin. An-Nadaa: Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2017;4(1):11-5 .
23. Firdausia A. Hubungan tingkat pendidikan
dan pekerjaan ibu dengan perilaku
pencegahan ISPA pada balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Gang Sehat Pontianak.

38 Daeli WG, Harefa JPN, Lase MW, Pakpahan M, Lamtiur A. J. Kdokt Meditek;27(1):33-38.
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana


ISSN 2615-6571 (Online), ISSN 2615-6563 ((Print)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN


KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS 7 ULU KOTA
PALEMBANG

KNOWLEDGE, ATTITUDE AND EDUCATION IN MOTHER WITH TODDLER


IN GENESIS HEALTH CENTER 7 ULU PALEMBANG

Arly Febrianti
Akper Kesdam II / Sriwijaya
arlyfebrianti@gmail.com

Submisi: 3 Februari 2020 ; Penerimaan: 10 Februari 2020; Publikasi : 14 Februari 2020

ABSTRAK
ISPA adalah penyakit saluran pernapasan atas dengan perhatian khusus pada radang paru
(Pneumonia) dan bukan penyakit telinga dan tenggorokan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan pendidikan ibu dengan kejadian ISPA pada balita
di Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang. Jenis penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif dengan
menggunakan metode survei analitik melalui pendekatan cross sectional. Populasi seluruh ibu
yang berkunjung dengan membawa anak ISPA dan sampel penelitian ini sebanyak 30 responden.
Dari hasil analisis bivariat, ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan
kejadian ISPA pada balita (p value 0,013), ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu
dengan kejadian ISPA pada balita (p value 0,002), ada hubungan yang signifikan antara
pendidikan ibu dengan kejadian ISPA pada balita (p value 0,004). Diharapkan bagi ibu, dapat
aktif untuk mengikuti setiap penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan serta
menanyakan tentang materi yang belum dimengerti dengan harapan dapat mengubah perilaku
yang tidak sehat. Seperti menjauhi anak dari pemaparan langsung dari penderita ISPA, selalu
menjaga kebersihan rumah.
Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, ISPA.
ABSTRACT
ISPA is the upper respiratory tract disease with particular attention to lung inflammation
(pneumonia) and not the ear and throat diseases.
The purpose of this study is to determine the relationship of knowledge, attitudes and maternal
education with incidence of respiratory infection in infants in the region of Palembang City
Health Center 7 Ulu 2019. This type of quantitative research is conducted using survey methods
of analytic cross sectional approach. The number of samples of this study of 30 respondents.
From the results of bivariate analysis, no significant association between maternal knowledge of
the incidence of ARI in infants (p value 0.013), no significant relationship between maternal
attitude to the incidence of ARI in infants (p value 0.002), no significant association between the
incidence of maternal education ARI in infants (p value 0.004).
Expected for the mother, may be active to follow any counseling provided by health workers as
well as asking about the material that has not been understood in the hope of changing unhealthy
behaviors. As a child away from direct exposure of patients with ARI, always keeping the house
clean.
Keywords : Knowledge, Attitudes, Education and Gen ISPA

133 | Arly Febrianti : Pengetahuan, Sikap Dan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Ispa Pada Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

PENDAHULUAN penyakit ini dapat dengan mudah menular


World Health Organization (WHO) seperti misalnya kontak langsung dengan
Tahun 2016 memperkirakan insidens penderita, sehingga bila tidak segera
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di ditangani akan menimbulkan angka
negara berkembang dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada
kematian balita di atas 40 per 1000 balita (Sugiarto, 2014;21)
kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun Kematian pada penderita ISPA
pada golongan usia balita. Menurut WHO terjadi jika penyakit telah mencapai derajat
tahun 2016  13 juta anak balita di dunia ISPA berat, paling sering kematian terjadi
meninggal setiap tahun dan sebagian besar karena infeksi telah mencapai paru-paru
kematian tersebut terdapat di Negara atau pneumonia. Sebagian besar keadaan
berkembang, dimana pneumonia merupakan ini terjadi karena penyakit ISPA ringan
salah satu penyebab utama kematian dengan yang diabaikan. Jika penyakitnya telah
membunuh  4 juta anak balita setiap tahun menjalar ke paru-paru dan anak tidak
(Asrun, 2016;21). mendapat pengobatan serta perawatan
Menurut data Dinas Kesehatan Kota yang tepat, anak tersebut bisa meninggal.
Palembang, masih tingginya angka Balita (Adnan, 2011;34).
yang menderita ISPA pada tahun 2017. Terjadinya ISPA dipengaruhi atau
(Dinas Kesehatan Kota Palembang 2017). disebabkan oleh berbagai macam faktor
Di Indonesia, ISPA selalu menempati seperti virus, keadaan daya tahan tubuh,
urutan pertama penyebab kematian pada umur, jenis kelamin, status gizi, imunisasi,
kelompok bayi dan balita. Selain itu ISPA dan keadaan lingkungan (pencemaran
juga sering berada pada daftar 10 penyakit lingkungan seperti asap karena kebakaran
terbanyak di rumah sakit, survei mortalitas hutan, polusi udara, ditambah dengan
yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun perubahan iklim terutama suhu,
2005 menempatkan ISPA/Pneumonia kelembaban, curah hujan) merupakan
sebagai penyebab kematian bayi terbesar ancaman kesehatan bagi masyarakat
di Indonesia dengan persentase 22,30% terutama penyakit ISPA. Hal ini tidak
dari seluruh kematian balita (Mahmud, hanya disebabkan oleh faktor-faktor
2006;25) tersebut diatas tetapi juga dipengaruhi oleh
ISPA adalah proses infeksi akut perilaku ibu seperti pengetahuan, sikap dan
berlangsung selama 14 hari, yang dan tingkat pendidikan ibu. (Mulyono,
disebabkan oleh mikroorganisme dan 2009;19).
menyerang salah satu bagian, dan atau Dengan diketahuinya faktor-faktor
lebih dari saluran napas, mulai dari hidung yang bisa menyebabkan penyakit ISPA,
(saluran atas) hingga alveoli (saluran maka diharapkan penyakit ISPA
bawah), termasuk jaringan adneksanya, penanganannya dapat diprioritaskan.
seperti sinus, rongga telinga tengah dan Disamping itu penyuluhan kepada ibu-ibu
pleura (Adnan, 2011;7). tentang penyakit ISPA perlu ditingkatkan
Gejala awal yang timbul biasanya dan dilaksanakan secara
berupa batuk pilek, yang kemudian diikuti berkesinambungan, serta penatalaksanaan
dengan napas cepat dan napas sesak. Pada dan pemberantasan kasus ISPA yang sudah
tingkat yang lebih berat terjadi kesukaran dilaksanakan saat ini, diharapkan dapat
bernapas, tidak dapat minum, kejang, lebih ditingkatkan lagi. (Irfan, 2007;14).
kesadaran menurun dan meninggal bila Menurut hasil penelitian yang
tidak segera diobati. Usia Balita adalah dilakukan oleh Dodi (2008) di Puskesmas
kelompok yang paling rentan dengan Purwantoro I, bahwa dari 42 responden
infeksi saluran pernapasan. Kenyataannya yang termasuk pendidikan rendah (SD,
bahwa angka morbiditas dan mortalitas SMP) sebanyak 25 responden (59,5%)
akibat ISPA, masih tinggi pada balita di anaknya mengalami kejadian ISPA. Hasil
negara berkembang (Adnan, 2011;8). uji chi square menunjukkan ada hubungan
Penyakit ISPA utamanya pada balita yang signifikan antara pendidikan dengan
merupakan salah satu penyakit yang kejadian ISPA pada balita (p = 0,014).
termasuk dalam prioritas masalah karena Pada variabel pengetahuan didapat bahwa

134 | Arly Febrianti : Pengetahuan, Sikap Dan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Ispa Pada Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
dari 53 yang berpengetahuan kurang, independen dengan variabel dependen.
didapat sebanyak 30 responden (56,6%) (Nursalam, 2008;68)
anaknya mengalami kejadian ISPA. Hasil Variabel independen terdiri atas
uji chi square menunjukkan ada hubungan pengetahuan, sikap dan pendidikan ibu.
yang signifikan antara pengetahuan dengan Sedangkan variabel dependen adalah
kejadian ISPA pada balita (p = 0,013). kejadian ISPA pada balita.
Sedangkan pada variabel sikap didapat Menurut Nursalam (2008;101),
bahwa dari 79 responden yang bersikap populasi adalah setiap subjek yang
negatif didapat sebanyak 53 responden memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
(67,1%) anaknya mengalami kejadian Yaitu semua ibu yang membawa anaknya
ISPA. Hasil uji chi square menunjukkan yang berusia 1 – 5 tahun di wilayah kerja
ada hubungan yang signifikan antara sikap Puskesmas 7 Ulu Kota pada bulan
dengan kejadian ISPA pada balita (p = Desember Tahun 2019- Januari 2020.
0,001). Sampel adalah anggota dari populasi
Notoatmodjo (2010;106) ada 3 (tiga) yang dianggap mewakili seluruh populasi.
faktor yang membentuk perilaku, yaitu : 1) Pengambilan sampel dilakukan dengan
Faktor-faktor predisposisi (predisposing metode sampel non probality sampling
factors), yang terwujud dalam dengan metode accidental sampling
pengetahuan, sikap, kepercayaan, dimana seluruh populasi diambil sebagai
keyakinan, nilai-nilai, pendidikan dan lain sampel penelitian. Sampel dalam
sebagainya. 2) Faktor-faktor penelitian ini adalah semua responden
pendukung (enabling factors), yang yang datang ke Puskesmas 7 Ulu Kota
terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia Palembang dari bulan Desember 2019-
atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas Januari 2020 selama 2 minggu sebanyak
atau sarana-sarana kesehatan, misalnya 30 responden. Adapun kriteria inklusi
puskesmas, obat-obatan, alat-alat sampel dalam penelitian ini adalah :
kontrasepsi, jamban dan sebagainya. 3) 1. Ibu yang membawa anaknya berobat
Faktor-faktor pendorong (reinforcing dengan usia 1 – 5 tahun ke Puskesmas 7
factors) yang terwujud dalam sikap dan Ulu Kota Palembang
prilaku petugas kesehatan. 2. Ibu yang mampu berkomunikasi,
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka membaca dan menulis
penulis tertarik untuk melakukan 3. Ibu yang bersedia menjadi responden
penelitian tentang hubungan pengetahuan, Sumber data Penelitian ini adalah
sikap dan pendidikan ibu dengan kejadian Rekam Medik Puskesmas dan Observasi
ISPA pada balita di wilayah kerja Langsung Pada Ibu yang berkunjung
Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun dengan membawa Balita yang menderita
2019. ISPA. Pengumpulan data dilakukan
sendiri oleh peneliti dengan wawancara
Tujuan Penelitian dan menggunakan kuesioner kepada ibu.
Tujuan dari penelitian ini adalah Bentuk kuesioner yang diajukan adalah
diketahuinya hubungan pengetahuan, sikap berupa pertanyaan terstruktur secara
dan pendidikan ibu dengan kejadian ISPA multiple choice.
pada balita di wilayah kerja Puskesmas 7 Analisa data Bivariat pada penelitian
Ulu Kota Palembang Tahun 2019. ini untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel yaitu variabel dependen (kejadian
Metode Penelitian ISPA) dengan variabel independen
Jenis penelitian yang dilakukan oleh (pengetahuan, sikap dan pendidikan)
peneliti adalah kuantitatif dengan dengan menggunakan rumus Chi-square
menggunakan metode survei analitik dengan tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05)
melalui pendekatan cross sectional yaitu : (Hastono, 2007)
penelitian yang mempelajari dinamika
hubungan. Dimana seluruh datanya
dikumpulkan sekaligus dalam waktu yang
bersamaan dengan menggunakan variabel

135 | Arly Febrianti : Pengetahuan, Sikap Dan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

HASIL PENELITIAN Tabel 3


Univariat Distribusi Frekuensi Pendidikan di Puskesmas 7
Analisa ini dilakukan untuk Ulu Kota Palembang Tahun 2019
Pendidikan Jumlah Persen (%)
mengetahui distribusi frekuensi dan Tinggi 14 46,7
persentase dari variabel independen. Rendah 16 53.3
a. Pendidikan Jumlah 30 100,0
Berdasarkan hasil penelitian dan
pengolahan data yang telah dilakukan, Berdasarkan table 3 di atas,
maka pada variabel pengetahuan mayoritas ibu berpendidikan rendah yaitu
dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu baik sebanyak 16 responden (53,3%) dari 30
dan kurang baik seperti pada tabel di responden.
bawah ini
Tabel 1 d. Kejadian ISPA Pada Balita
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Berdasarkan hasil penelitian dan
di Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang
Tahun 2019
pengolahan data yang telah dilakukan.
Pengetahuan Jumlah Persen Maka pada variabel kejadian ISPA pada
(%) balita dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu
Baik 13 43.3 Tidak ISPA dan ISPA seperti pada tabel di
Kurang Baik 17 56.7 bawah ini
Jumlah 50 100,0
Tabel 4
Berdasarkan table 1 di atas, Distribusi Frekuensi Kejadian ISPA Pada Balita
mayoritas ibu berpengetahuan kurang baik di Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun 2019
yaitu sebanyak 17 responden (56,7%) dari Kejadian ISPA Pada
Jumlah Persen (%)
Balita
30 responden. Tidaka ISPA 12 40,0
b. Tingkat Sikap ISPA 18 60.0
Berdasarkan hasil penelitian dan Jumlah 30 100,0
pengolahan data yang telah dilakukan,
didapatkan nilai mean sebesar 22,30. Maka Berdasarkan tabel 4 di atas, mayoritas
pada variabel sikap dikategorikan menjadi balita mengalami kejadian ISPA yaitu
2 (dua) yaitu positif dan negatif seperti sebanyak 18 responden (60%) dari 30
pada tabel di bawah ini. responden.
Bivariat
Tabel 2 Analisis ini dilakukan untuk
Distribusi Frekuensi Menurut Sikap Ibu di
Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun 2019 mengetahui hubungan antara variabel
Sikap Jumlah Persen (%) independen (pengetahuan, sikap dan
Positif 16 53.3 pendidikan) dengan variabel dependen
Negatif 14 46.7 (kejadian ISPA pada Balita). Hasil analisis
Jumlah 30 100,0
dilakukan dengan tabulasi silang dilakukan
Berdasarkan table 2 di atas, pengujian dengan uji Chi Square dengan
mayoritas ibu memiliki sikap positif yaitu tingkat kemaknaan α = 0,05
sebanyak 16 responden (53,3%) dari 30
responden. a. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan
Kejadian ISPA Pada Balita
c. Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian dan Tabel 4 : Hubungan Pegetahuan Ibu dengan
Kejadian ISPA Anak Balita (1-5 Tahun) di
pengolahan data yang telah dilakukan. Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun 2019
Maka pada variabel pendidikan Kejadian ISPA Pada Balita
dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu tinggi Pengeta
Total
Vaule
dan rendah seperti pada tabel di bawah ini huan Ibu Tidak (P)
ISPA
ISPA
Baik 9 68,2% 4 30,8% 13 100%
Kurang 3 17,6% 14 82,4% 17 100% 0,013
Baik
Jumlah 12 % 18 % 30 100%
Berdasarkan tabel 5 di atas, dari 13 ibu
yang berpengetahuan baik, didapat 4 balita
(30,8%) yang mengalami ISPA lebih kecil
136 | Arly Febrianti : Pengetahuan, Sikap Dan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
jika dibandingkan dengan ibu yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang
berpengetahuan kurang baik yaitu signifikan antara pendidikan ibu dengan
sebanyak 14 balita (82,4%) yang kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja
mengalami ISPA. Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun
Berdasarkan hasil uji Chi Square 2019.
didapatkan p value 0,013 <  (0,05)
menunjukkan bahwa ada hubungan yang Pembahasan
signifikan antara pengetahuan ibu dengan Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan
kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja kejadian ISPA Anak Balita (1-5 tahun)
Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun Dari hasil analisis univariat,
2019 mayoritas ibu berpengetahuan kurang baik
b. Hubungan Sikap dengan Kejadian ISPA yaitu sebanyak 17 responden (56,7%) dari
Pada Anak Balita (1-5 tahun) 30 responden. Sedangkan hasil bivariat,
Tabel 6 dari 17 ibu yang berpengetahuan kurang
Hubungan Sikap Ibu dengan kejaidan Anak Balita baik didapat sebanyak 14 balita (82,4%)
(1-5 Tahun) di Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang yang mengalami ISPA lebih besar jika
Tahun 2019
Kejadian ISPA Pada
dibandingkan dengan ibu yang
Sikap balita Total Value berpengetahuan baik sebanyak 4 balita
Tidak ISPA ISPA (30,8%) yang mengalami ISPA.
Positif 11 68,8% 5 31,2% 16 100%
Negatif 1 7,1% 13 92,9% 14 100% 0,002 Hasil uji Chi Square didapatkan p
Jumlah 12 % 18 % 30 100% value 0,013 <  (0,05) menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan
Berdasarkan table 6 di atas, dari 16 ibu
antara pengetahuan ibu dengan kejadian
yang memiliki sikap positif, didapat 5
ISPA pada balita di wilayah kerja
balita (31,2%) yang mengalami ISPA lebih
Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun
kecil jika dibandingkan dengan ibu yang
2019.
bersikap negatif yaitu sebanyak 13 balita
Menurut Notoatmodjo (2010),
(92,9%) yang mengalami ISPA.
bahwa pengetahuan adalah hasil ‘tahu’,
Berdasarkan hasil uji Chi Square
dan ini terjadi setelah orang melakukan
didapatkan p value 0,002 <  (0,05) peindraan terhadap suatu obek tertentu.
menunjukkan bahwa ada hubungan yang Pengindraan terjadi melalui panca indra
signifikan antara sikap ibu dengan kejadian manusia, yakni : Indra penglihatan,
ISPA pada balita di wilayah kerja pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun Sebagian besar pengetahuan manusia
2019. diperoleh melalui mata dan telingga.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
c. Hubungan Pendidikan dengan Kejadian
ISPA Pada Anak Balita (1-5 tahun)
penelitian yang dilakukan oleh Dodi
(2008) di Puskesmas Purwantoro I, didapat
Tabel 7 bahwa dari 53 yang berpengetahuan
Hubungan Pendidikan Ibu dengan kejaidan Anak kurang, didapat sebanyak 30 responden
Balita (1-5 Tahun) di Puskesmas 7 Ulu Kota
Palembang Tahun 2019
(56,6%) anaknya mengalami kejadian
Kejadian ISPA Pada ISPA. Hasil uji chi square menunjukkan
Pendidikan balita Total Value ada hubungan yang signifikan antara
Tidak ISPA ISPA
Tinggi 10 71,4% 4 28,6% 14 100%
pengetahuan dengan kejadian ISPA pada
Rendah 2 12,5% 14 87,5% 16 100% 0,004 balita (p = 0,013).
Jumlah 12 % 18 % 30 100% Setelah membandingkan hasil
Berdasarkan table 7 di atas, dari 14 ibu penelitian dan teori yang ada, maka
yang berpendidikan tinggi, didapat 4 balita peneliti berpendapat bahwa ada hubungan
(28,6%) yang mengalami ISPA lebih kecil yang signifikan antara pengetahuan ibu
jika dibandingkan dengan ibu yang dengan kejadian ISPA pada balita di
berpendidikan rendah yaitu sebanyak 14 wilayah kerja Puskesmas 7 Ulu Kota
balita (87,5%) yang mengalami ISPA. Palembang Tahun 2019. Ini dikarenakan
Berdasarkan hasil uji Chi Square ibu masih memiliki pengetahuan yang
kurang mengenai penyakit. Pengetahuan
didapatkan p value 0,004 <  (0,05)
ibu yang kurang dapat mempengaruhi
137 | Arly Febrianti : Pengetahuan, Sikap Dan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020

kejadian ISPA pada balita. Karena ibu kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja
tidak mengetahui pencegahan atau Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun
pengobatan pada balita yang terserang 2019. Ibu yang memiliki sikap negatif
ISPA, seperti ibu tidak mengenai tanda dan tentang penyakit ISPA berarti tidak
gejala ISPA, serta penyebab dari penyakit mendukung praktek ibu dalam
ISPA tersebut, sehingga menyebabkan penanggulangan perawatan penyakit ISPA
kejadian ISPA pada balita terus berulang pada balita, sehingga dapat menyebabkan
kejadian ISPA secara terus menerus
Hubungan antara Sikap dengan Kejadian ISPA dialami oleh balita. Tetapi jika ibu
Anak Balita (1-5 tahun) memiliki sikap yang positif dalam
Dari hasil analisis univariat, mayoritas ibu penatalaksanaan ISPA maupun
memiliki sikap positif yaitu sebanyak 16 pencegahan ISPA, maka angka kesakitan
responden (53,3%) dari 30 responden. pada balita dapat diminimalkan, karena ibu
Sedangkan hasil bivariat, dari 16 ibu yang selalu berusaha untuk menjaga lingkungan
memiliki sikap positif, didapat 5 balita tetap bersih..
(31,2%) yang mengalami ISPA lebih kecil
jika dibandingkan dengan ibu yang Hubungan Pendidikan Ibu dengan
bersikap negatif yaitu sebanyak 13 balita Kejadian ISPA Pada Anak Balita
(92,9%) yang mengalami ISPA. Dari hasil analisis univariat, mayoritas ibu
Hasil uji Chi Square didapatkan p berpendidikan rendah yaitu sebanyak 16
value 0,002 <  (0,05) menunjukkan responden (53,3%) dari 30 responden.
bahwa ada hubungan yang signifikan Sedangkan dari hasil bivariat, dari 14 ibu
antara sikap ibu dengan kejadian ISPA yang berpendidikan tinggi, didapat 4 balita
pada balita di wilayah kerja Puskesmas 7 (28,6%) yang mengalami ISPA lebih kecil
Ulu Kota Palembang Tahun 2019. jika dibandingkan dengan ibu yang
Menurut Ajzen (2005), berpendidikan rendah yaitu sebanyak 14
mengemukakan bahwa sikap terhadap balita (87,5%) yang mengalami ISPA.
perilaku ini ditentukan oleh keyakinan Hasil uji Chi Square didapatkan p value
yang diperoleh mengenai konsekuensi dari 0,004 <  (0,05) menunjukkan bahwa ada
suatu perilaku atau disebut juga behavioral hubungan yang signifikan antara
believe. Believe berkaitan dengan pendidikan ibu dengan kejadian ISPA pada
penilaian-penilaian subjektif seseorang balita di wilayah kerja Puskesmas 7 Ulu
terhadap dunia sekitarnya, pemahaman Kota Palembang Tahun 2019.
mengenai diri dan juga lingkungannya. Pendidikan adalah suatu proses
Sedangkan menurut Notoatmodjo perubahan pada diri manusia yang ada
(2007), sikap adalah juga respon tertutup hubungannya dengan tercapainya tujuan
seseorang terhadap stimulus atau objek kesehatan perseorangan dan masyarakat
tertentu, yang sudah melibatkan faktor (Esi, 2010).
pendapat dan emosi yang bersangkutan Sedangkan menurut Ahmadi (2003),
(senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, pendidikan sangat berpengaruh dalam diri
baik-tidak baik, dan sebagainya). seseorang mengambil sikap, semakin
Hasil penelitian ini sejalan dengan tinggi pendidikan semakin matang dalam
penelitian yang dilakukan oleh Dodi bertindak.
(2008) di Puskesmas Purwantoro I, didapat Hasil penelitian ini sejalan dengan
bahwa dari 79 responden yang bersikap penelitian yang dilakukan oleh Dodi
negatif didapat sebanyak 53 responden (2008) di Puskesmas Purwantoro I, bahwa
(67,1%) anaknya mengalami kejadian dari 42 responden yang termasuk
ISPA. Hasil uji chi square menunjukkan pendidikan rendah (SD, SMP) sebanyak 25
ada hubungan yang signifikan antara sikap responden (59,5%) anaknya mengalami
dengan kejadian ISPA pada balita (p = kejadian ISPA. Hasil uji chi square
0,001). menunjukkan ada hubungan yang
Setelah membandingkan antara hasil signifikan antara pendidikan dengan
penelitian dan teori yang ada, maka kejadian ISPA pada balita (p = 0,014).
peneliti berpendapat bahwa ada hubungan Setelah membandingkan antara hasil
yang signifikan antara sikap ibu dengan penelitian dan teori yang ada, peneliti

138 | Arly Febrianti : Pengetahuan, Sikap Dan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
berpendapat bahwa ada hubungan yang Esi, Susanti, 2010. Faktor-faktor yang
signifikan antara pendidikan ibu dengan Berhubungan dengan Resiko
kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Terjadinya ISPA Pada Balita di
Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun Puskesmas 4 Ulu Palembang Tahun
2019. Pendidikan ibu yang rendah 2010..Jurnal
mempunyai peranan penting dalam Hastono, Sutanto Priyo, 2007. Analisis
kaitannya dengan kejadian ISPA pada Data Kesehatan. Jakarta. FKM.
balita, karena ibu mengalami kesulitan Universitas Indonesia.
dalam menerima informasi yang diberikan Hidayat, A.A. Alimul, 2009 Metode
mengenai penyakit ISPA yang diderita Penelitian Keperawatan dan Tehnik
oleh balita. Pendidikan yang tinggi dapat Analisa Data. Salemba. Jakarta.
mempermudah seseorang dalam menerima Irfan, 2017. Hubungan Faktor Lingkungan
sesuatu yang baru, semakin tinggi dan Prilaku Dengan Kejadian
pendidikan seseorang semakin matang ISPA.Unhalu Kendari.
dalam bertindak. Kompas, 2017. ISPA salah satu
penyebab kematian bayi. Http : //
Kesimpulan kompas.co.id. Diakses 10 Januari
Berdasarkan hasil penelitian maka 2019.
dapat disimpulkan sebagai berikut :
Ada hubungan yang signifikan Muchlis, 2008 Hubungan Pengetahuan,
antara pengetahuan ibu dengan kejadian Sikap dan Tindakan Ibu dengan
ISPA pada balita di wilayah kerja Kejadian ISPA Pada Balita Di IRNA
Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun ANAK RSMH Palembang Tahun
2019 (p value 0,013). 2008. Jurnal
Ada hubungan yang signifikan
antara sikap ibu dengan kejadian ISPA Mulyono, 2009. Kajian Infeksi Saluran
pada balita di wilayah kerja Puskesmas 7 Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita.
Ulu Kota Palembang Tahun 2019 (p value Universitas Sumatera Utara.
0,002).
Ada hubungan yang signifikan Nursalam, 2008 Konsep dan Penerapan
antara pendidikan ibu dengan kejadian Metodologi Penelitian Ilmu
ISPA pada balita di wilayah kerja Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis,
Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun dan Instrumen Penelitian. Jakarta.
2019 (p value 0,004).. Salemba Medika

Referensi Sugiarto, 2014. Hubungan Antara Faktor


Adnan, 2011. Faktor resiko kejadian ISPA Pengetahuan Sikap Dan Praktik Ibu
pada Balita di Wilayah Kerja Dengan Kejadian Infeksi Saluran
Puskesmas Sampara Kabupaten Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita
Konawe. Jurnal. Di Desa Tratebang Kecamtan
Ahmadi, 2003Psikologi Umum. Jakarta : Wonokerto Kabupaten Pekalongan.
PT. Rineka Cipta. Jurnal

Asrun, 2006 Faktor Risiko Kejadian Widoyono, 2011 Penyakit Tropis.


Pneumonia Pada Balita di Kabupaten Epidemiologi, Penularan,
Magelang. Tesis , UGM. Yogyakarta Pencegahan dan Pemberantasannya.
Edisi Kedua. Penerbit : Erlangga.
Dodi, 2008 Hubungan Antara Pendidikan, Jakarta.
Pengetahuan Dan Sikap Orang Tua
Dengan Upaya Pencegahan
Kekambuhan Ispa Pada Anak Di
Wilayah Kerja Puskesmas
Purwantoro I. Jurnal

139 | Arly Febrianti : Pengetahuan, Sikap Dan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang

Anda mungkin juga menyukai