Abstrak
Tujuan Studi: Agar dapat mengetahui hubungan antara sikap dan perilaku dengan kejadian penyakit ISPA pada
balita di wilayah puskesmas Sidomulyo.
Metodologi: penelitian ini menggunakan desain deskripitif kolerasi dengan pendekatan case control. Populasi
dalam penelitian ini adalah balita berusia 1-5 tahun yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas
Sidomulyo berjumlah 266 balita, sampel dalam penelitian ini sebanyak 194 balita. Teknik pengambilan sampel
dengan accidental sampling dan menggunakan instrument berupa kuesioner dengan metode wawancara kepada
orang tua yang mempunyai balita.
Hasil: Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji kontingensi c didapatkan tidak ada hubungan
antara sikap dengan kejadian ISPA di wilayah kerja pukesmas Sidomulyo, ada hubungan antara perilaku dengan
kejadian ISPA di wilayah kerja puskesmas Sidomulyo.
Manfaat:Menambah wawasan untuk penanganan Ispa, memberikan kemudahan dalam mengolah dan
mengumpulkan data tentang sikap dan perilaku khususnya orang tua terhadap kejadian Ispa.
Abstract
Purpose of study:The purpose of this study was to determine the relationship between attitude and behaviour
with the incidence of ISPA in toddlers in health center Sidomulyo.
Methodology: The method in this study uses descriptive design correlation with studying case control. The
population in this study were toodlers aged 1-5 years who resided in the Sidomulyo Community Health Center
Work area that carried out 266 children of under 5 years, the sampel in this study were 194 toddlers. Sampling
technique with accidental sampling and using questionnaire. Shaped instruments with interview methods to
parents who have toddlers.
Results: The result of this study which using the contigency test reached no correlation between attitude and
ISPA incidence in Sidomulyo community health center. there is a relationship between the relationship with
ISPA.
Applications: Adding insight for handling Ispa, makes it easy to process and collect data about attitudes and
behavior especially of parents towards the occurrence of Ispa
Kata Kunci : Sikap, Perilaku, ISPA, Balita, Pusat Kesehatan Masyarakat Sidomulyo
1. PENDAHULUAN
ISPA ialah suatu penyakit infeksi yang biasanya menyerang salah satu atau lebih bagian yang dimulai dari
hidung (saluran atas) hingga ke alveoli (saluran bawah). ISPA pada biasanya terjadi selama kurang lebih 14
hari, termasuk juga seperti batuk biasa, sakit pada telinga, terjadi radang tenggorokan, flu, broncitis dan sinusitis
itu biasa terjadi pada saluran nafas bagian atas. Sedangkan untuk infeksi saluran nafas bagian bawah salah
satunya adalah penyakit pneumonia (Syafrudin, AD and Delmaifanis, 2011). Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan oleh
tingginya angka kematian karena ISPA, terutama pada bayi dan balita. ISPA akan menyerang host apabila
ketahanan tubuhnya menurun, anak yang berusia di bawah 5 tahun merupakan salah satu kelompok yang
memiliki sistem ketahanan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit (Milo et al, 2015).Hal ini
menjadikan anak yang berusia di bawah 5 tahun menjadi kelompk usia yang banyak menderita penyakit ISPA.
Infeksi pernafasan terjadi lebih tinggi di Negara maju dibandingkan Negara berkembang. Infeksi pernafasan
menjadi salah satu perhatian utama pada anak-anak. Penting untuk ditekan kan faktor resiko yang dapat
69
Borneo Student Research
dimodifikasi seperti kebiasaan ibu menyusui dan kepadatan penduduk. Karena jika tidak diubah maka dapat
berdampak kepada anaknya(Srinivasa, 2018).
Setiap kasus menyajikan keluhan seperti demam, batuk, nafas tergesa-gesa. Temuan pemeriksaan ini merupakan
tanda-tanda gangguan pernafasan seperti takipnea, hidung melebar, retaksi dada, kebutuhan oksigen dan
penurunan nafas. Setiap tanda dan gejala ini diikuti sampai pada tahap pemulihan atau kematian. Sejarah rinci
telah diambil, dengan berfokus pada sejarah masa lalu, riwayat keluarga, riwayat diet, status imunisasi anak dan
status sosial ekonomi (Srinivasa, 2018). Berdasarkan data, ISPA menjadi salah satu penyebab kematian di
Indonesia yang menempati urutan pertama terutama pada kelompok bayi dan balita. Prevalensi penyakit ISPA
pada balita mengalami penurunan dari tahun 2013. NTT (42,8%) pada tahun 2013 menjadi (15%), Papua
(34,2%) menjadi (13,7%), Aceh (30,5%) menjadi (10%), Nusa Tenggara Barat (29,8%) menjadi (12,1%), Jawa
Timur (24,9%) menjadi (9,3%) sedangkan untuk wilayah Kalimantan Timur (22,5%) menjadi (8,5%) (Kemenkes
RI, 2018).
Prevalensi angka penyakit ISPA pada kelompok balita di provinsi Kalimantan Timur sebesar 22,7%. Di Kota
Samarinda total keseluruhan penderita ISPA akut pada tahun 2016 sebanyak 7.717 jiwa dan mengalami
penurunan pada tahun 2017 yaitu sebanyak 3.456 jiwa. Hal ini dikarenakan tidak semua puskesmas melaporkan
data terkait ISPA akut kepada Dinas Kesehatan Kota Samarinda, serta adanya penambahan puskesmas baru di
Kota Samarinda (Dinas KesehatanKota, 2016).Puskesmas Sidomulyo menjadi puskesmas yang memiliki jumlah
penderita ISPA akut tertinggi dibandingkan puskesmas yang ada di Samarinda. Berdasarkan data Puskemas
Sidomulyo bahwa pada tahun 2018 terdapat 803 kasus ISPA akut yang dimana 266 kasus terjadi pada anak usia
1-5 tahun(Data Puskesmas Sidomuldo, 2018). Faktor yang mempengaruhi kejadian suatu penyakit adalah faktor
predisposisi yang meliputi pengetahuan, pendidikan, sikap, tradisi, dan kepercayaan, tingkat pendidikan dan
tingkat sosial ekonomi.Faktor enabling meliputi fasilitas atau sarana prasarana kesehatan dan aksebilitas. Faktor
reinforcing meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan dan dukungan sosial
keluarga (Ikhfan, 2018).
2. METODOLOGI
Metode yang digunakan adalah, metode penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif kolerasi yaitu bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara variable dan menggunakan pendekatan case control yang bertujuan untuk
melihat hubungan sebab-akibat, yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Infeksi Saluran
Pernapasan Atas (ISPA) pada Balita. . Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dari
kuesioner dan data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait seperti Dinas Kesehatan Kota dan Puskesmas
Sidomulyo. Accidental Sampling adalah teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel pada penelitian ini.
Yaitu dengan populasi Balita usia 12-59 bulan dan jumlah sampel sebanyak 97 responden untuk kelompok Case
dan 97 responden untuk kelompok Control dengan total sampel sebanyak 194 balita. Analisis data mencakup
analisis univariat dan bivariate dengan menggunakan uji Kontingen
70
Borneo Student Research
Tabel 2. Hubungan Sikap dengan Kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo
Kejadian ISPA
No Sikap ISPA Non ISPA P Value
N % N %
1. Positif 78 80,4 87 89,7
0,134
2. Negatif 19 19,6 10 10,3
Tabel 3 :Hubungan Perilaku dengan Kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo
Kejadian ISPA 95%
No Perilaku ISPA Non ISPA P Value OR CI
N % N %
1. Baik 83 85,6 69 71,1 0,010 0,416 0,023-
2. Kurang 14 14,4 28 28,9 0,851
Total 97 100 97 100
Berdasarkan Tabel 1, didapatkan hasil pada kategori usia (bulan) terbanyak pada usia 25-36 bulanyaitu 28
(28,9%) dan terendah dengan usia 12-24 bulan yaitu 19 (19,6%). Dengan jenis kelamin dominan laki-laki
sebanyak 52 (53,6%) dan perempuan sebanyak 45 (46,4%). Pendidikan terakhir ayah paling banyak yaitu SMA
dengan jumlah 51 (52,6%) dan yang paling sedikit SD dengan jumlah 8 (8,2%). Sedangkan pendidikan terakhir
ibu paling banyak SMP dengan jumlah 35 (36,1%) dan paling sedikit Perguruan Tinggi (PT) dengan jumlah 8
(8,2%). Dan nilai status bekerja paling banyak yaitu dengan jumlah 81 (83,5%), sedangkan paling sedikit
dengan jumlah 16 (16,5%).
Berdasarkan data diatas atau menurut Tabel 2, dari 97 responden kasus (ISPA) yang memiliki sikap positif
sebanyak 78 orang dan yang memiliki sikap negatif sebanyak 19 orang. Sedangkan dari 97 responden kontrol
(Non ISPA), didapatkan yang memiliki sikap positif sebanyak 87 orang dan yang memiliki sikap negatif
sebanyak 10 orang. Berdasarkan Tabel 3 diatas, diketahui dari 97 responden kasus (ISPA) dengan perilaku baik
sebanyak 83 orang, dengan perilaku kurang sebanyak 14 orang. Sedangkan dari 97 responden kontrol (Non
ISPA), dengan perilaku baik sebanyak 69 orang dan yang perilaku kurang sebanyak 28 orang.
Berdasarkan analisis menggunakan uji Kontingensi C didapatkan hasil nilai p value =0,134 >alpha = 0,05 yang
artinya tidak ada hubungan antara sikap dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja puskesmas
71
Borneo Student Research
Sidomulyo. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yerianika (2013) yang mengatakan tidak ada
hubungan antara sikap ibu dengan praktik penanganan pertama pada ISPA. Sejalan juga dengan penelitian
Andriani (2014) yang menunjukkan hasil tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan kejadian
ISPA pada bayi. Berbeda dengan penelitian yang dilakuka oleh Venezha A.L. Mamengko (2019) dengan hasil
terdapat hubungan sikap dengan tndakan pencegahan ISPA.
Berdasarkan analisis pada hasil variabel perilaku yaitu didapatkan nilai p value = 0,010 <alpha = 0,05 (OR =
0,416) yang artinya ada hubungan antara perilaku dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja puskesmas
Sidomulyo.Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2018) dengan hasil analisis terdapat
hubungan yang signifikan antara perilaku kebiasaan merokok orang tua kebiasaan mencuci tangan setelah
batuk/bersin, kebiasaan membuka jendela kamar tidur dan kebiasaan membuka jendela ruang tamu dengan
kejadian pneumonia balita di wilayah kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang . Dan penelitian oleh Alfaqinisa
(2015) yang juga mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap, perilaku orang tua dan
pengetahuan tentang penyakit pneumonia dengan kekambuhan penyakit pneumonia pada balita tetapi tidak
sejalan pada variabel sikapyang dilakukan oleh peneliti. Dan sejalan dengan hasil penelitian Pundoko
(2018),mendapatkan hasil analisis yaitu adanya hubungan signifikan antara pengetahuan merokok, dan sikap
merokok dan tindakan merokok orang tua terhadap kejadian ISPA pada balita. Pada penelitian ini terdapat
keterbatasan yaitu kemungkinan terjadinya bias informasi, hal ini dikarenakan responden bisa saja menjawab
pertanyaan/pernyataan dengan tidak jujur, soluinya peneliti mewawacarai kembali untuk menyamakan atau
memastikan jawaban responden.
4. KESIMPULAN
Hasil penelitian ini yang telah diuji menggunakan uji kontingensi C didapatkan tidak ada hubungan antara sikap
dengan kejadian ISPA di wilayah kerja pukesmas Sidomulyo. Ada hubungan antara perilaku dengan kejadian
ISPA di wilayah kerja puskesmas Sidomulyo.
REFRENSI
Alfaqinisa, Rara. 2015. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Orang Tua Tentang
Pneumonia dengan Tingkat Kekambuhan Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep
Kota Semarang. Fakl Ilmu Keolahragaan; Skripsi.
Andriani Marliana, Defia Putri Ade. 2014. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Kejadian Ispa pada
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tigo Baleh Bukit Tinggi.
Dinas Kesehatan Kota Samarinda. 2016. Kasus ISPA akut
Ikhfan Noor Muhammad, Masmina Rusni HRF. 2018. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu
Tentang penanganan ISPA Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Usia 3-5 Tahun Di Wilayah Kerja
Puskesmas Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara. Naskah Publikasi.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Hasil Utama Riskesdas
Mamengko A.L. Venezha, Engkeng Sulaemana, Asrifuddin Afnal. 2019. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu
Terhadap Tindakan Pencegahan Ispa pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Teling Atas Kota Manado.
Fakultas Kesehatan Masyarakat; Universitas Sam Ratulangi.
Milo S. et al. 2015. Hubungan Kebiasaan Merokok Di Dalam Rumah Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Umur
1-5 Tahun di Puskesmas Sario Kota Manado. ejournal Keperawatan. 3, (2).
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/8087.
Pratiwi Septi Dinar. 2018. Hubungan antara Faktor Perilaku Orang Tua dengan Kejadian Pneumonia Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang. Fakultas Ilmu Keolahragaan; Universitas Negeri Malang.
Pundoko Claudia, Sulaemana Engkeng Sulaeman. 2018. Hubungan antara Perilaku Merokok Orang Tua
dengan Kejadian Ispa pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Teling Atas Kota Manado. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Jurnal KESMAS, Vol. 7 Nomor 4.
Puskesmas Sidomulyo. 2018. Data Penyakit ISPA Di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo
Scholastica, Kriswiharsi, Dyah. 2013. Relations Knowledge, Attitude Practice With Mom About ISPA First
Treatment.Karya Ilmiah. Fakultas Kesehatan: Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
Srinivasa S, Patel S. 2018. A study on distribution pattern of lower respiratory tract infections in children under
5 years in a tertiary care centre. International Journal of Contemporary Pediatrics. Vol 5. Issue 2.
Syafrudin, AD, D. and Delmaifanis. 2011. Himpunan Penyuluhan Kesehatan Pada Remaja, Keluarga,Lansia
Dan Masyarakat’, Trans Info Media.
72
Intan Husada : Jurnal Ilmiah Keperawatan, Vol. 8 No. 2, Juli 2020
Abstrak
Pendahuluan: Infeksi Saluran Pernafasan Akut merupakan salah satu penyebab utama
kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%), selain itu ISPA
juga menjadi urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. ISPA
merupakan penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 32,10% dari
seluruh kematian balita. Orang tua yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi, memiliki
kecenderungan berperilaku hidup bersih dan sehat, tidak dilakukannya Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) meningkatkan resiko sebesar 5 kali lipat terjadinya ISPA berulang
pada balita. Orang tua berperan dalam upaya pencegahan ISPA, antara lain pencegahan
tertularnya penyakit dan perbaikan perilaku kesehatan seperti kebersihan perorangan,
pemilihan makanan, sanitasi, pencahayanan, pengadaan udara yang bersih dan beberapa
upaya lainnya.
Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan
orang tua tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan perilaku pencegahan ISPA di
wilayah Posyandu Kalingga Banyuanyar Surakarta.
Metode: Desain penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan antar variabel, dengan variabel independen yaitu pengetahuan
orang tua tentang PHBS dan variabel dependen yaitu perilaku pencegahan ISPA
diidentifikasi dalam satu waktu melalui purposive sampling dengan jumlah sampel
sebanyak 39 responden.
Hasil: Dari penelitian didapatkan p value 0,023 dengan nilai p < 0,05. Sebanyak 59%
responden memiliki pengetahuan sedang tentang PHBS pada tingkat sedang dan 84,6%
responden memiliki perilaku pencegahan ISPA pada tingkat sedang.
Kesimpulan: Ada hubungan bermakna antara antara pengetahuan orang tua tentang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan perilaku pencegahan ISPA di Posyandu Balita
Kalingga Kelurahan Banyuanyar Surakarta.
Abstract
Background: Accute Respiratory Tract Infection(ARI) is one of the main causes of patient
visits in health centers (40% -60%), also first cause of death in infants and toddlers. 32.10%
death of children under five years in Indonesia is caused by ARI. Parents who have a high
level of knowledge, have a tendency to behave clean and healthy, unclean and unhealthy life
behaviors 5-fold increase the risk of recurring ARI in children under five years. Families
play a role in efforts to prevent ARI, including prevention of disease transmission and
improvement of health behaviors such as personal hygiene, food selection, sanitation,
lighting, clean air supply and several other efforts.
Purpose: This study aims to analyze the relationship between the level of maternal
knowledge about Clean and Healthy Behavior with ARI prevention behavior.
Methods: The design of this study uses cross sectional, this design is to determine the
relationship between variables. Independent variable of this research is the parent’s
knowledge about clean and healthy life behavior (PHBS) and the dependent variable is
ARI’s prevention behavior. This variables was identified at one time through purposive
sampling.
49
Intan Husada : Jurnal Ilmiah Keperawatan, Vol. 8 No. 2, Juli 2020
Result: p value of this research is 0,023. 59% of respondents have a moderate level of
knowledge about clean and healthy life behavior (PHBS) and 84.6% of respondents have
moderate level of ARI prevention behavior.
Conclusion: There is a significant correlation between parents' knowledge about Clean and
Healthy Life Behavior (PHBS) with ARI prevention behavior.
Key words: Knowledge, Clean and Healthy Life Behavior (PHBS), ARI prevention
behavior
Pendahuluan
ISPA merupakan infeksi akut yang menyerang salah satu bagian/lebih dari
saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga
telinga tengah, pleura). Terdapat 156 juta episode baru ISPA di dunia per tahun
dimana 151 juta episode (96,7%) terjadi di negara berkembang. Kasus ISPA
terbanyak terjadi di India (43 juta), China (21 juta) dan Pakistan (10juta) dan
Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kementrian
Kesehatan RI, 2011). Di Indonesia, kejadian ISPA hampir terjadi tiap bulannya
(Maharani, Yani, dan Lestari, 2013). ISPA merupakan salah satu penyebab utama
kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%) dan
menjadi urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. Survei
mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2016 menempatkan ISPA/ISPA
sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia sebesar 32,10% dari seluruh
kematian balita (Susanti, 2017).
Hadisaputra, Suparta, dan Ananda (2015), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi angka kejadian ISPA pada balita, antara lain: perilaku hidup bersih
dan sehat dan status gizi balita. Perilaku hidup bersih dan sehat yang tidak baik sapat
meningkatkan kejadian ISPA 2 sampai 12 kali lebih banyak pada balita. Tiga
tahapan pencegahan ISPA menurut Fithria (2018), yaitu pencegahan tingkat pertama
meliputi imunisasi, pemberian makanan yang bergizi, membuang sampah pada
tempatnya, dan ventilasi udara segar setiap pagi; sedangkan pencegahan tingkat
kedua meliputi: perawatan anak demam, pemeriksaan kepelayanan kesehatan saat
anak memiliki tanda-tanda ISPA yaitu batuk, pilek dan demam; pencegahan tingkat
ketiga meliputi: membawa balita ke pelayanan kesehatan saat balita sakit.
Elvandari, Briawan, Tanziha tahun 2018 menambahkan bahwa PHBS
merupakan modal utama dalam pencegahan ISPA. Data Kementrian Kesehatan tahun
2013 menunjukkan bahwa PHBS rumah tangga di Indonesia baru mencapai 55,6%,
50
Intan Husada : Jurnal Ilmiah Keperawatan, Vol. 8 No. 2, Juli 2020
sedangkan di Jawa Tengah sebesar 75,1%, di Surakarta sendiri pada tahun 2016
target PHBS sebesar 55% dan terealisasi sebesar 56,5% dengan capaian 102,7%, dan
tahun 2021 ditargetkan capaian PHBS sebesar 80% sehingga masih tersisa 23,5%
target yang belum tercapai (Pemkot Surakarta, 2017).
Orang tua yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi juga memiliki
perilaku hidup bersih dan sehat yang tinggi pula, hal ini ditunjukkan dengan adanya
hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan orang tua dengan perilaku
hidup bersih dan sehat. Orang tua yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi
mengenai PHBS memiliki kecenderungan untuk menerapkan ilmu yang dimiliki
dalam tatanan kehidupan sehari-hari dalam rumah tangga seperti pengunaan air
bersih, sanitasi dan lain sebagainya (Siswani dan Rizky, 2017). Keluarga memiliki
peran yang sangat penting dalam PHBS (Rompas, Ismanto dan Oroh , 2018), peran
orang tua yaitu membimbing, mengajarkan, memberikan pengertian, mengingatkan
dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak dapat membiasakan dalam
menjaga kebersihan dan kesehatan, selain itu orang tua juga berperan dalam
pengawasan anak dalam perilaku hidup bersih dan sehat. PHBS yang tidak
diterapkan dalam keluarga, akan cenderung memiliki anak dengan kesehatan yang
tidak baik, seperti kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dapat mengurangi
morbiditas sebesar 2-3 kali lipat (Elvandari, Briawan, Tanziha, 2018).
Tujuan
Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua tentang
PHBS dengan perilaku pencegahan ISPA di Posyandu Kalingga Banyuanyar
Surakarta.
Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, desain cross
sectional merupakan desain penelitian analitik yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antar variabel, dimana variabel independen dan variabel dependen
diidentifikasi dalam satu waktu (Dharma, 2013). Variabel independent dalam
penelitian ini adalah Pengetahuan orang tua tentang PHBS dan Perilaku
pencegahan ISPA yang keduanya memiliki skala data ordinal. Penelitian ini
dilakukan di Posyandu Kalingga Banyuanyar pada bulan Maret 2019, dengan
51
Intan Husada : Jurnal Ilmiah Keperawatan, Vol. 8 No. 2, Juli 2020
Hasil
a. Pekerjaan Responden
52
Intan Husada : Jurnal Ilmiah Keperawatan, Vol. 8 No. 2, Juli 2020
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah tidak
bekerja yaitu sebanyak 20 responden (51,3%), sedangkan responden yang bekerja
sebanyak 19 responden atau 48,7%. Status pekerjaan yang paling banyak adalah
wirausaha sehingga orang tua memiliki banyak waktu untuk mengantarkan balita
untuk berkunjung ke posyandu. Menurut Firdausia (2013), ada hubungan antara
pekerjaan dengan perilaku pencegahan ISPA, orang tua yang tidak bekerja
memiliki waktu hampir 24 jam dengan anak dan merawat anak. Ibu yang bekerja
53
Intan Husada : Jurnal Ilmiah Keperawatan, Vol. 8 No. 2, Juli 2020
memiliki tantangan yang lebih banyak karena memiliki konflik peran, ibu yang
bekerja harus dapat membagi peran dan waktunya antara bekerja dan merawat
anak, selain itu ibu yang tidak bekerja dapat memberikan nutrisi yang lebih baik
jika dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Hal ini berbeda dengan pendapat
Syahidi, Gayatri dan Bantas (2013), yang menambahkan bahwa pekerjaan
responden tidak memiliki pengaruh terhadap kejadian ISPA pada balita. ISPA
lebih banyak terjadi pada kelas sosial rendah dibandingkan dengan kelas sosial
tinggi. Jika dibandingkan dengan status pekerjaan, kepadatan penduduk, status
nutrisi anak, dan asap rokok lebih berpengaruh terhadap kejadian ISPA.
Berdasarkan data dilapangan, kebanyakan ibu yang tidak bekerja memiki
status sosial yang rendah, penghasilan yang rendah, kepadatan hunian yang tinggi,
serta tingkat pengetahuan dan pendidikan yang rendah. Hal ini mempengaruhi
pemenuhan kebutuhan nutrisi yang berpengaruh pada sistem imun anak;
ketersediaan sarana dan prasarana untuk memenuhi pelayanan kesehatan anak;
serta pengetahuan dan ketrampilan mencegah dan merawat anak dengan ISPA.
Sedangkan ibu yang bekerja memilih untuk memperkerjakan pengasuh untuk
memenuhi kebutuhan perawatan pada balita.
Syahidi, Gayatri dan Bantas (2013), menyatakan bahwa tingkat
pengetahuan responden berpengaruh pada kejadian ISPA pada balita. Responden
yang memiliki pengetahuan tetang PHBS yang baik menunjukkan upaya
pencegahan, dan perawatan ISPA yang baik pula. Prihanti dkk, 2018
menambahkan bahwa pengetahuan membentuk keyakinan tertentu yang membuat
seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinan tersebut. Ibu yang mempunyai
pengetahuan baik mengenai perilaku hidup bersih dan sehat, memiliki
kecenderungan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat yang baik pada tatanan
rumah tangga. Pengetahuan mengenai PHBS dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti tingkat pendidikan, kemudahan terhadap akses informasi, dan pengalaman
pribadi. Fakta dilapangan didapatkan bahwa mayoritas responden memiliki
pengetahuan tentang PHBS dalam tingkat sedang, dan hal ini berbanding lurus
dengan perilaku pencegahan ISPA yang juga berada pada tingkat sedang,
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada kecenderungan pengetahuan mengenai
PHBS berbanding lurus dengan perilaku pencegahan ISPA.
Husna, Kurniawati, dan Qur’aniati (2019), menyatakan bahwa perilaku
54
Intan Husada : Jurnal Ilmiah Keperawatan, Vol. 8 No. 2, Juli 2020
55
Intan Husada : Jurnal Ilmiah Keperawatan, Vol. 8 No. 2, Juli 2020
cuci tangan dengan sabun, pemberian ASI ekslusif untuk mencegah penyakit dan
memberikan kekebalan pasif pada anak, penggunaan air bersih, konsumsi sayur
dan buah, dan tidak merokok didalam rumah. PHBS merupakan modal untuk
pencegahan penyakit ISPA.
Penelitian ini memiliki keterbatasan dari segi desain yang hanya melihat
keterkaitan antara variabel pengetahuan tentang PHBS dengan perilaku
pencegahan ISPA, akan lebih baik lagi jika penelitian ini dikembangkan dalam
bentuk penelitian intervensi. Intervensi yang dilakukan adalah edukasi mengenai
PHBS rumah tangga yang dikaitkan dengan angka kejadian ISPA pada anak.
Kesimpulan
Simpulan dari penelitian ini adalah mayoritas (59%) responden memiliki
pengetahuan tentang PHBS pada tingkat sedang, demikian juga dengan perilaku
pencegahan ISPA juga memiliki tingkat sedang (84,6%). Ada hubungan bermakna
antara pengetahuan orang tua tentang PHBS dengan perilaku pencegahan ISPA di
Posyandu Balita Kalingga Kelurahan Banyuanyar Surakarta p value (0,023 <
0,05). Saran bagi Pelayanan kesehatan untuk meningkatkan upaya promosi
mengenai PHBS di masyarakat, agar tercipta lingkungan sehat dan terbebas dari
penyakit. Selain itu bagi orang tua, hendaknya meningkatkan upaya dalam
mencari informasi, melaksanakan upaya PHBS dalam tatanan rumah tangga
sehingga terhindar dari penyakit.
Daftar Pustaka
Dahlan. M. S. 2014. Statistic untuk kedokteran dan kesehatan. Salemba Medika:
Jakarta.
Elvandari, Milliyantri., Dodik Briawan, dan Ikeu Tanziha. 2018. Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat (Phbs) Dengan Morbiditas Anak Usia 1-3 Tahun Di Jawa
Tengah https://journal.unsika.ac.id/index.php/HSG/article/view/1509.
(diakses tanggal 18 Desember 2018).
56
Intan Husada : Jurnal Ilmiah Keperawatan, Vol. 8 No. 2, Juli 2020
Maharani, Dita, Finny Fitry Yani, dan Yuniar Lestari. 2013. Profil Balita
Penderita Infeksi Saluran Nafas Akut Atas diPoliklinik Anak RSUP DR. M.
Djamil Padang Tahun 2012-2013. http://jurnal.fk.unand.ac.id. (diakses
tanggal 12 Februari 2019).
Rompas, Riani., Amatus Yudi Ismanto, dan Wenda Oroh. 2018. Hubungan Peran
Orang Tua Dengan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Anak Usia Sekolah Di
Sd Inpres Talikuran Kecamatan Kawangkoan Utara.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ jkp/issue/view/1880. (diakses
tanggal 12 februari 2019).
Siswani, Sri dan dan Anggita Cahyani Rizky. 2018. Hubungan Antara
Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Dengan Penerapan PHBS Di Wilayah RW
57
Intan Husada : Jurnal Ilmiah Keperawatan, Vol. 8 No. 2, Juli 2020
58
JURNAL Promotif Preventif
Volume 2 Nomor 2 Februari 2020 Halaman 27 – 34 ISSN: 2622 – 6014
The Relationship Between Parents’ Behavior About Acute Respiratory Infection (ARI)
And Resurrection Of ARI On Children Under Five Year Old
In Public Health Centre Working Area Of Wukir
Korespondensi: kartini@gmail.com
ABSTRAK
Kekambuhan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah dua episode ISPA yang terjadi
dalam periode satu tahun atau lebih dari tiga episode ISPA dalam periode yang tidak ditentukan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara perilaku orang tua tentang Infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) dengan kekambuhan ISPA pada balita di wilayah kerja UPTD puskesmas
Wukir. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan case control. Sampel
penelitian ini adalah balita yang didiagnosis ISPA yang kambuh dan tidak kambuh kembali dalam
satu tahun terakhir yaitu 30 kasus dan 30 kontrol. Pengambilan sampel dengan purposive sampling.
Hasil penelitian diperoleh ada hubungan antara tingkat pengetahuan (p=0,019;OR=0,242), sikap
(p=0,055;OR=0,286), dan perilaku merokok (p=0,000;OR=18,308), dengan kekambuhan ISPA pada
balita, sedangkan perilaku membersihkan rumah tidak terdapat hubungan karena nilai
(p=0,068;OR=0,328). Kesimpulan penelitian ini ada hubungan antara perilaku orang tua tentang
infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dengan kekambuhan ISPA pada balita di UPTD Puskesmas
Wukir. Disarankan kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan menerapkan
perilaku, membersihkan rumah serta tidak merokok.
Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Kekambuhan Infeksi saluran pernapasan Akut (ISPA)
ABSTRACT
Recurrences of acute respiratory infections (ARI) are two episodes of ARD that occur over a period of
one year or more than three episodes of ARD in an unspecified period. The purpose of this study was
to determine the relationship between parental behavior regarding acute respiratory infections (ISPA)
and recurrence of ARI in children under five in the working area of the UPTD Puskesmas Wukir. This
type of research is analytic observational with a case control approach. The sample of this study were
toddlers diagnosed with ARI that had recurred and had not recurred in the past year, namely 30 cases
and 30 controls. Sampling with purposive sampling. The results showed that there was a relationship
between the level of knowledge (p = 0.019; OR = 0.242), attitude (p = 0.055; OR = 0.286), and
smoking behavior (p = 0.000; OR = 18.308), with recurrence of ARI in toddlers, while the behavior
cleaning the house has no relationship because of the value (p = 0.068; OR = 0.328). The conclusion
of this study is that there is a relationship between the behavior of parents about acute respiratory
infections (ISPA) with recurrence of ARI in children under five at UPTD Puskesmas Wukir. It is
suggested to the public to increase knowledge, attitudes, and apply behavior, clean the house and not
smoking.
non probability sampling dimana tehnik bahwa distribusi frekuensi karakteristik balita
penentuan sampel dengan pertimbangan yang terbanyak pada usia 2-5 tahun yaitu
tertentu dibuat oleh peneliti sendiri. sebanyak 45 balita (75%) dan distribusi
pengumpulan data dengan menggunakan data frekuensi karakterisitik jenis kelamin yang
primer yang diperoleh dengan wawancara terbanyak adalah laki-laki sebanyak 31 balita
terbuka terhadap responden dengan (52%).
menggunakan kuesioner dan lembar
Bivariat
pengamatan observasi serta dengan
Hasil analisis bivariat menggunakan
menggunakan data sekunder yang diperoleh
uji chi square yang menilai hubungan variabel
dari data rekam medis pasien ISPA di UPTD
independen (Pengetahuan, Sikap, Perilaku
Puskesmas Wukir. Analisis data yang
Merokok, dan Membersihan Rumah) dengan
digunakan adalah Univariat untuk melihat
variabel dependen (Kekambuhan ISPA) dilihat
tampilan distribusi frekuensi dan presentase
pada Tabel 2.
dari tiap variable independen dan dependen,
serta analisa Bivariat digunakan untuk
mengetahui hubungan anatara variabel bebas
PEMBAHASAN
p<0,05, bahwa alternative hipotesisnya dari suatu perilaku yang diharapkan dan pada
terdapat hubungan variable dependen dan umumnya berkorelasi positif dengan perilaku.
Responden yang memiliki perilaku kebersihan Sikap Orang Tua, Kebiasaan anggota Keluarga
pengetahuan orang tua tentang ISPA dan Riska C.W S dkk, (2016), Hubungan Peran
Orang Tua Dalam Pencegahan ISPA
faktor risiko kekambuhan ISPA pada Balita.
Dengan Kekambuhan ISPA Pada Balita
Di Puskesmas Bilalang Kota
Kotamobagu, Jurnal Keparawatan: 4(1)
DAFTAR PUSTAKA
Alfaqinisa R, (2015), Hubungan Antara Wahuningsih S. dkk, (2017), Infeksi Saluran
Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan perilaku Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita Di
Orang Tua Tentang Pneumonia Dengan Wilayah Kerja Pesisir Desa Kore
Kekambuhan ISPA Pada Balita Di Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima,
Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kota Jurnal HIGIENE; 3(2)
Semarang, Online: https://lib.unnes.ac.id,
Wulaningsih I, (2018), Hubungan
diakses: 13 Agustus 2019
Pengetahuan Orang Tua Tentang ISPA
Dary dkk, (2018), Peran Keluarga Dalam Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di
Penanganan Anak Dengan Kejadian ISPA Desa Dawungsari Kecamatan Pengandon
Di RSUD Piru, Jurnal Keperawatan Kabupaten Kendal, Jurnal Keperawatan;
Muhammadiyah, 3(1) 5(1)
Abstrak
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) menjadi masalah kesehatan utama pada anak dibawah usia lima tahun
(balita). Pengetahuan ibu turut memengaruhi kejadian ISPA pada balita. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu mengenai ISPA dengan perilaku ibu dalam pencegahan ISPA
pada balita. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional dengan desain cross sectional.
Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak balita di Kampung Galuga, Binong. Jumlah
sampel sebanyak 40 responden yang didapatkan dengan accidental sampling. Analisa data berupa analisa
univariat dan analisa bivariat menggunakan uji Somers’d. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 52,5%
responden memiliki pengetahuan cukup mengenai ISPA dan sebanyak 57,5% responden memiliki perilaku
baik dalam pencegahan ISPA. Diketahui tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu mengenai ISPA dengan
perilaku ibu dalam pencegahan ISPA, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan tidak menentukan
perilaku seseorang. Terdapat banyak faktor lainnya yang turut memengaruhi perilaku seseorang dalam
pencegahan ISPA, seperti sikap, motivasi, usia, lingkungan, dan sosial budaya. Diperlukan upaya yang
holistik, berkelanjutan dan lintas sektor dalam membangun perilaku yang positif dalam pencegahan ISPA.
Abstract
Acute respiratory infections (ARI) is a major health problem in children under five years of age worldwide.
The mother's level of knowledge also influences the incidence of ARI in children under five. This study aims
to determine the correlation between the level of mother’s knowledge about ARI and mother’s behavior in
preventing ARI among children under five years old. This research used a correlational quantitative method
with a cross sectional design. The population in this study were all mothers who had children under five in
Galuga Village, Binong. The number of samples was 40 respondent, obtained by accidental sampling. Data
analysis was univariate and bivariate using Somers'd test. The results showed that 52.5% of respondents had
sufficient knowledge about ARIs and 57.5% of respondents had good behavior in preventing ARI. It is known
that there is no correlation between mother’s knowledge about ARI with mother’s behavior in preventing ARI
(p value 0.128). Knowledge does not determine a person's behavior. There are many other factors that
influence a person's behavior in preventing ARI, such as attitude, motivation, age, environment, and socio-
culture. Holistic, sustainable and cross-sectoral efforts are needed to build positive behavior in the prevention
of ARI.
How to Cite :
Daeli WG, Harefa JPN, Lase MW, Pakpahan M, Lamtiur A. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Perilaku Pencegahan ISPA pada Anak Balita di
Kampung Galuga. J. Kdokt Meditek;27(1):33-38. Available from: http://ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.php/Meditek/article/view/1939
DOI: https://doi.org/10.36452/jkdoktmeditek.v27i1.1939
Pendahuluan ISPA pada balita adalah tingkat pengetahuan
ibu mengenai ISPA.10 Seseorang yang
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) memiliki pengetahuan baik terhadap
menurut World Health Organization (WHO) kesehatan, akan mengetahui bagaimana
merupakan penyakit saluran pernapasan akut tindakan pencegahan penyakit dan
yang disebabkan oleh agen infeksius yang mendorongnya untuk melakukan yang
menyebabkan indikasi dalam waktu beberapa diketahuinya tersebut.11,12 Penelitian ini
jam sampai beberapa hari dan merupakan bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat
pemicu utama morbiditas dan mortalitas bagi pengetahuan ibu mengenai ISPA dengan
anak berusia di bawah lima tahun (balita) di perilaku ibu dalam pencegahan ISPA pada
seluruh dunia.1 Komplikasi ISPA berat yang balita perilaku ibu memengaruhi status
mengenai jaringan paru menyebabkan kesehatan anak dibawah dua tahun.13 Bila ibu
terjadinya pneumonia.2 Penyakit pneumonia memiliki pengetahuan yang baik mengenai
menyebabkan 15% angka kematian pada balita ISPA maka akan berdampak pada
yaitu sebanyak 808.694 anak pada tahun 2017, terbentuknya perilaku yang baik dalam
atau lebih dari 2.200 per hari, atau bisa di pencegahan ISPA.14 Penelitian yang dilakukan
perkirakan sekitar dua balita meninggal setiap oleh Pebriyani et al. (2016) didapatkan
menit, dimana prevalensi terbesar ada di Asia sebagian besar pengetahuan ibu mengenai
Selatan dan di Afrika.3 ISPA dan perilaku ibu dalam pencegahan ISPA
Menurut Riset Kesehatan Dasar (2018), masih kurang, selain itu didapatkan adanya
kejadian ISPA paling tinggi terdapat di 5 hubungan bermakna antara pengetahuan ibu
provinsi di Indonesia salah satunya adalah dengan perilaku ibu dalam pencegahan ISPA.15
Banten yaitu sebesar 5,3%. Kejadian ISPA
tertinggi ada pada kelompok umur satu sampai Metodologi
empat tahun yaitu sebesar 8%, anak usia <1
tahun sebesar 7,4%, usia 65-74 tahun sebesar Penelitian ini dilakukaan di Kampung Galuga,
5% dan usia >75 tahun sebesar 5,4%.4 Profil Binong pada bulan Mei-Juni 2020. Penelitian
kesehatan Kabupaten Tangerang tahun 2013- ini merupakan penelitian kuantitatif
2017 menunjukkan grafik cakupan kasus ISPA korelasional dengan desain cross-sectional.
pada balita cenderung naik, dimana pada tahun Populasi penelitian ini adalah semua ibu di
2013 sebanyak 25,90%, 2014 sebanyak Kampung Galuga, Binong. yang memiliki
48,62%, 2015 sebanyak 58,36%, 2016 anak berusia satu hingga lima tahun. Jumlah
sebanyak 42,73%, dan pada tahun 2017 sampel sebanyak 40 responden didapatkan
sebanyak 48,56%.5 Laporan poliklinik anak menggunakan accidental sampling. Kriteria
Puskesmas Binong diketahui terdapat 2.380 inklusi dalam penelitian ini adalah ibu yang
kasus kejadian ISPA pada balita dalam tahun mempunyai anak berusia 1 hingga 5 tahun
2019.6 Berdasarkan Laporan Praktek Profesi sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian
Keperawatan Keluarga dan Komunitas ini adalah ibu yang memiliki anak berusia 1
Mahasiswa Profesi Fakultas Keperawatan hingga 5 tahun yang tidak tinggal serumah.
Universitas Pelita Harapan didapatkan hasil Instrumen penelitian berupa kuesioner, yang
data angka kejadian ISPA di Kampung Galuga, terdiri dari dua bagian. Kuesioner pertama
Binong sebanyak 1.313 kasus dalam tahun bertujuan untuk mengukur tingkat
2019.7 pengetahuan ibu mengenai ISPA dan kuesioner
Penelitian yang dilakukan Taksande dan Yeole kedua bertujuan untuk mengukur perilaku ibu
(2015) menemukan faktor resiko ISPA pada dalam pencegahan ISPA. Pertanyaan kuesioner
anak Balita yaitu; kurang menyusui, status gizi, dikembangkan oleh peneliti berdasarkan
status imunisasi, penundaan menyapih, pedoman WHO, teori dan beberapa penelitian
pemberian makanan pralaktal, hidup dalam terkait. Kedua bagian kuesioner ini telah diuji
kondisi sesak, status pendidikan ibu, berat validitas dan reliabilitasnya di Desa Mazingo
badan lahir rendah (BBLR) dan prematur, Tabaloho, Nias kepada 30 responden.
ventilasi rumah tidak memadai, kondisi rumah Didapatkan 14 pertanyaan valid dan reliabel
yang tidak layak, paparan pencemaran udara untuk kuesioner pengetahuan dengan nilai
dalam ruangan berupa pembakaran bahan Cronbach Alpha 0,875 dan 9 pertanyaan valid
bakar yang digunakan untuk memasak.8,9 dan reliabel untuk kuesioner perilaku dengan
Faktor lainnya yang memengaruhi kejadian
Daeli WG, Harefa JPN, Lase MW, Pakpahan M, Lamtiur A. J. Kdokt Meditek;27(1):33-40. 33
nilai Cronbach Alpha 0,705. Kuesioner disebar Hasil
secara online dengan menggunakan google Hasil penelitian disajikan dalam bentuk
form. Penelitian ini telah lulus kaji etik dari analisis data dalam tabel 1-4. Berdasarkan
Komite Etik Fakultas Keperawatan Universitas tabel 1, diketahui bahwa sebanyak 50%
Pelita Harapan dengan No. 018/KEP- responden memiliki pendidikan SMA,
FON/III/2020 dan mendapatkan surat izin sebanyak 57,5% responden bekerja dan usia
penelitian dari Puskesmas Binong. Penelitian responden >33 tahun sama banyak dengan usia
ini menggunakan dua jenis analisis data yaitu responden ≤ 33 tahun. Berdasarkan tabel 2
univariat dan bivariat. Analisa univariat terdapat 20% responden memiliki pengetahuan
digunakan untuk mengetahui distribusi kurang, 52,50% responden memiliki
frekuensi dari masing-masing variabel. Analisa pengetahuan cukup dan 27,5% responden
bivariat digunakan untuk menganalisis memiliki pengetahuan baik mengenai ISPA.
hubungan dua variabel dengan menggunakan Berdasarkan tabel 3 terdapat 32,5% responden
uji Somers’d. Data dianalisis menggunakan memiliki perilaku kurang dan 67,5%
sistem komputerisasi. responden memiliki perilaku baik dalam
pencegahan ISPA.
34 Daeli WG, Harefa JPN, Lase MW, Pakpahan M, Lamtiur A. J. Kdokt Meditek;27(1):33-38.
Tabel 4. Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai ISPA dengan
Perilaku Responden dalam Pencegahan ISPA (n=40)
Daeli WG, Harefa JPN, Lase MW, Pakpahan M, Lamtiur A. J. Kdokt Meditek;27(1):33-38. 35
termasuk dalam masalah ISPA yang diderita merupakan puncak dari kondisi prima. Hal ini
anak-anak baik gejala yang dialami hingga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
penanganan yang dilakukan.20 Maka semakin Silviana (2014) bahwa ibu yang mempunyai
bertambah usia seseorang maka semakin perilaku pencegahan ISPA yang baik adalah
matang juga seseorang dalam berpikir dan kelompok umur 25-35 tahun.19 Pada penelitian
bekerja. ini juga diketahui bahwa sebanyak 57,5%
Pekerjaan dapat memengaruhi seseorang responden adalah ibu yang bekerja dimana
dalam mengakses informasi yang lebih baik sebanyak 42,50% responden yang bekerja
lagi terutama Kesehatan.11 Responden dengan memiliki perilaku yang baik dalam
tingkat pengetahuan cukup dan baik mengenai pencegahan ISPA dan sebanyak 25%
ISPA mayoritas berasal dari ibu dengan status responden yang tidak bekerja memiliki
bekerja. Penelitian ini sejalan dengan perilaku baik dalam pencegahan ISPA. Hal ini
penelitian Junaidi dan Zulaikha (2017) berbeda dengan hasil penelitian Firdausia
didapatkan bahwa sebagian besar responden (2013) yang menjukkan bahwa pencegahan
adalah ibu bekerja dengan tingkat pengetahuan ISPA lebih banyak dilakukan oleh ibu tidak
yang cukup mengenai ISPA.21 bekerja dibandingkan ibu yang bekerja,
dikarenakan ibu dengan status tidak bekerja
Perilaku Responden dalam Pencegahan memiliki banyak waktu luang untuk merawat
ISPA anak dibandingkan ibu dengan status bekerja.23
36 Daeli WG, Harefa JPN, Lase MW, Pakpahan M, Lamtiur A. J. Kdokt Meditek;27(1):33-38.
baik dalam pencegahan ISPA. guideline for prevention and control of ARI
Menurunnya kejadian ISPA pada anak in Afghanistan. Geneva: World Health
berhubungan dengan usia anak yang bertambah, Organization; 2012.
imunisasi, menyusui lebih dari 6 bulan, usia ibu 2. Kementerian Kesehatan Republik
yang lebih tua, pendidikan ibu dan rencana Indonesia. Riset kesehatan dasar tahun
kehamilan.9 Selain itu terdapat faktor lainnya 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan
yang turut memengaruhi perilaku kesehatan Republik Indonesia; 2014.
seseorang. Penelitian yang dilakukan oleh 3. World Health Organization (WHO).
Octaviani dkk. (2015) didapatkan adanya Pneumonia. Geneva: World Health
hubungan antara sikap dan dukungan keluarga Organization; 2017
terhadap perilaku ibu, dimana dukungan 4. Kementerian Kesehatan. Riset kesehatan
keluarga adalah variabel yang paling terkait erat dasar tahun 2018. Jakarta: Kementerian
dengan perilaku ibu.28 Penelitian Firdausia Kesehatan Republik Indonesia; 2019.
(2013) menemukan bahwa ibu yang mempunyai 5. Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.
tingkat pendidikan yang lebih tinggi Profil kesehatan Kabupaten Tangerang
mempunyai perilaku pencegahan yang baik.23 2017. Tangerang: Dinas Kesehatan
Usia juga dapat memengaruhi perilaku Kabupaten Tangerang; 2018.
seseorang dalam mencegah penyakit, dimana 6. Puskesmas Binong. Laporan poli anak.
semakin bertambah umur seseorang akan Tangerang: Puskesmas Binong; 2019.
semakin matang juga seseorang berpikir dan 7. Fakultas Keperawatan Universitas Pelita
bekerja.16 Menurut Taarelluan (2016) perilaku Harapan. Laporan praktek mahasiswa
dapat dipengaruhi oleh pengalaman seseorang, profesi keperawatan keluarga dan
lingkungan fisik dan non fisik dan sosial budaya komunitas. Tangerang: Fakultas
yang kemudian pengalaman itu dipersepsikan, Keperawatan Universitas Pelita Harapan;
diyakini, niat untuk bertindak lalu kemudian 2019.
menjadi Tindakan.24 8. Taksande AM, Yeole M. Risk factors of
acute respiratory infection (ARI) in under-
Simpulan fives in a rural hospital of Central India.
Journal of Pediatric and Neonatal
Pengetahuan ibu mengenai ISPA tidak Individualized Medicine (JPNIM).
berhubungan dengan perilaku ibu dalam 2016;5(1):50105.
pencegahan ISPA. Pengetahuan tidak menjadi 9. Pinzón-Rondón ÁM, Aguilera-Otalvaro P,
faktor penentu perilaku seseorang. Terdapat Zárate-Ardila C, Hoyos-Martínez A. Acute
banyak faktor lainnya yang turut memengaruhi respiratory infection in children from
perilaku seseorang dalam pencegahan ISPA, developing nations: a multi-level study.
seperti sikap, motivasi, usia, lingkungan, dan Paediatrics and International Child Health.
sosial budaya. Diperlukan upaya yang holistik, 2016;36(2):84-90.
berkelanjutan dan lintas sektor dalam 10. Syahidi MH, Gayatri D, Bantas K. Faktor-
membangun perilaku yang positif dalam faktor yang memengaruhi kejadian infeksi
pencegahan ISPA. saluran pernapasan akut (ISPA) pada anak
berumur 12-59 bulan di Puskesmas
Ucapan Terima Kasih Kelurahan Tebet Barat, Kecamatan Tebet,
Jakarta Selatan, tahun 2013. J
Peneliti berterima kasih kepada Puskesmas Epidemiologi Kesehatan Indonesia.
Binong dan Komite Etik Fakultas Keperawatan 2016;1(1).
Universitas Pelita Harapan yang telah 11. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan
mendukung pelaksanaan penelitian serta perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;
kepada serta LPPM Universitas Pelita Harapan 2012.
dalam mendukung publikasi penelitian ini. 12. Priyoto. Teori sikap dan perilaku dalam
kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika;
Daftar Pustaka 2014.
13. Mis Cicih LH. Pengaruh perilaku ibu
1. World Health Organization (WHO). terhadap status kesehatan anak baduta di
Operational guidelines for prevention and Provinsi Jawa Tengah. Sari Pediatri.
control of ARI in Afghanistan operational 2011;13(1):41.
Daeli WG, Harefa JPN, Lase MW, Pakpahan M, Lamtiur A. J. Kdokt Meditek;27(1):33-38. 37
14. Teddy T, Ramdhani E, Hayani I. Hubungan Jurnal Mahasiswa Fakultas Kedokteran
antara tingkat pengetahuan dan sikap ibu Untan. 2013;3(1):192749.
terhadap pencegahan infeksi saluran 24. Taarelluan KT, Ottay RI, Pangemanan JM.
pernapasan akut (ISPA) pada balita Di Poli Hubungan pengetahuan dan sikap
Rawat Jalan Puskesmas Rajabasa Indah masyarakat terhadap tindakan pencegahan
Bandar Lampung. Jurnal Ilmu Kedokteran infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di
dan Kesehatan. 2016;3(3). Desa Tataaran 1 Kecamatan Tondano
15. Pebriyani U, Alfarisi R, Putri GH. Selatan Kabupaten Minahasa. Jurnal
Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang Kedokteran Komunitas Dan Tropik.
ISPA dengan perilaku pencegahan pada 2016;4(1).
balita di wilayah kerja Puskesmas Pasar 25. La Bassy L, Soamole I, Leka IS. Maternal
Ambon Bandar Lampung tahun 2016. behavior and the recurrence of upper
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan. respiratory track infection. Health Notions.
2016;3(3). 2018;2(7):792–5.
16. Wawan A, Dewi M. Teori dan pengukuran 26. Hadisaputra S, Suparta L, Ananda DR.
pengetahuan, sikap, dan perilaku manusia Faktor-faktor yang berhubungan dengan
dilengkapi contoh kuesioner. Yogyakarta: kejadian ISPA berulang pada balita usia 36-
Nuha Medika; 2010. 59 bulan Di Puskesmas Kecamatan
17. Niki I, Mahmudiono T. Hubungan Cipayung. Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan.
pengetahuan ibu dan dukungan keluarga 2015;5(1):6.
terhadap upaya pencegahan infeksi saluran 27. Putra AP, Widajadnja N, Salman M.
pernapasan akut. Jurnal Promkes: The Relations of mother’s knowledge and
Indonesian Journal of Health Promotion behavior regarding acute respiratory tract
and Health Education. 2019;7(2):182–92. infection (ARI) and precautions of ARI at
18. Qiyaam N, Furqani N, Febriyanti A. Puskesmas Lindu Sub-District Lindu
Tingkat pengetahuan ibu terhadap penyakit District Sigi in 2015. Jurnal Ilmiah
ISPA (infeksi saluran pernapasan akut) Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu
pada balita di Puskesmas Paruga Kota Kesehatan. 2017;4(1):1-5.
Bima tahun 2016. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina. 28. Octaviani D, Kholisa I, Lusmilasari L. The
2016;1(2):235-47. relationship between knowledge, attitude,
19. Silviana I. Hubungan pengetahuan ibu and family support with mother’s
tentang penyakit ISPA dengan perilaku behaviour in treating of acute respiratory
pencegahan ISPA pada balita di PHPT infection on children under five at Desa
Muara Angke Jakarta Utara tahun 2014. Bangunjiwo, Kasihan Bantul. International
Forum Ilmiah. 2014;11(3). Journal Research in Medical Sciences.
20. Lestari DF. Gambaran pengetahuan ibu 2015;3(1):S41–6.
tentang ISPA pada balita di Desa Leyangan
Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang.
Jurnal Gizi dan Kesehatan.
2015;7(15):173-81.
21. Junaidi P, Zulaikha F. Gambaran tingkat
pengetahuan ibu tentang ISPA pada balita
usia 1-5 tahun di PUSKESMAS Air Putih
Samarinda. Repository Universitas
Muhammadiyah Kalimantan Timur; 2017.
22. Chandra C. Hubungan pendidikan dan
pekerjaan ibu dengan upaya pencegahan
ISPA pada balita oleh ibu yang berkunjung
ke Puskesmas Kelayan Timur Kota
Banjarmasin. An-Nadaa: Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2017;4(1):11-5 .
23. Firdausia A. Hubungan tingkat pendidikan
dan pekerjaan ibu dengan perilaku
pencegahan ISPA pada balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Gang Sehat Pontianak.
38 Daeli WG, Harefa JPN, Lase MW, Pakpahan M, Lamtiur A. J. Kdokt Meditek;27(1):33-38.
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
Arly Febrianti
Akper Kesdam II / Sriwijaya
arlyfebrianti@gmail.com
ABSTRAK
ISPA adalah penyakit saluran pernapasan atas dengan perhatian khusus pada radang paru
(Pneumonia) dan bukan penyakit telinga dan tenggorokan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan pendidikan ibu dengan kejadian ISPA pada balita
di Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang. Jenis penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif dengan
menggunakan metode survei analitik melalui pendekatan cross sectional. Populasi seluruh ibu
yang berkunjung dengan membawa anak ISPA dan sampel penelitian ini sebanyak 30 responden.
Dari hasil analisis bivariat, ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan
kejadian ISPA pada balita (p value 0,013), ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu
dengan kejadian ISPA pada balita (p value 0,002), ada hubungan yang signifikan antara
pendidikan ibu dengan kejadian ISPA pada balita (p value 0,004). Diharapkan bagi ibu, dapat
aktif untuk mengikuti setiap penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan serta
menanyakan tentang materi yang belum dimengerti dengan harapan dapat mengubah perilaku
yang tidak sehat. Seperti menjauhi anak dari pemaparan langsung dari penderita ISPA, selalu
menjaga kebersihan rumah.
Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, ISPA.
ABSTRACT
ISPA is the upper respiratory tract disease with particular attention to lung inflammation
(pneumonia) and not the ear and throat diseases.
The purpose of this study is to determine the relationship of knowledge, attitudes and maternal
education with incidence of respiratory infection in infants in the region of Palembang City
Health Center 7 Ulu 2019. This type of quantitative research is conducted using survey methods
of analytic cross sectional approach. The number of samples of this study of 30 respondents.
From the results of bivariate analysis, no significant association between maternal knowledge of
the incidence of ARI in infants (p value 0.013), no significant relationship between maternal
attitude to the incidence of ARI in infants (p value 0.002), no significant association between the
incidence of maternal education ARI in infants (p value 0.004).
Expected for the mother, may be active to follow any counseling provided by health workers as
well as asking about the material that has not been understood in the hope of changing unhealthy
behaviors. As a child away from direct exposure of patients with ARI, always keeping the house
clean.
Keywords : Knowledge, Attitudes, Education and Gen ISPA
133 | Arly Febrianti : Pengetahuan, Sikap Dan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Ispa Pada Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
134 | Arly Febrianti : Pengetahuan, Sikap Dan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Ispa Pada Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
dari 53 yang berpengetahuan kurang, independen dengan variabel dependen.
didapat sebanyak 30 responden (56,6%) (Nursalam, 2008;68)
anaknya mengalami kejadian ISPA. Hasil Variabel independen terdiri atas
uji chi square menunjukkan ada hubungan pengetahuan, sikap dan pendidikan ibu.
yang signifikan antara pengetahuan dengan Sedangkan variabel dependen adalah
kejadian ISPA pada balita (p = 0,013). kejadian ISPA pada balita.
Sedangkan pada variabel sikap didapat Menurut Nursalam (2008;101),
bahwa dari 79 responden yang bersikap populasi adalah setiap subjek yang
negatif didapat sebanyak 53 responden memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
(67,1%) anaknya mengalami kejadian Yaitu semua ibu yang membawa anaknya
ISPA. Hasil uji chi square menunjukkan yang berusia 1 – 5 tahun di wilayah kerja
ada hubungan yang signifikan antara sikap Puskesmas 7 Ulu Kota pada bulan
dengan kejadian ISPA pada balita (p = Desember Tahun 2019- Januari 2020.
0,001). Sampel adalah anggota dari populasi
Notoatmodjo (2010;106) ada 3 (tiga) yang dianggap mewakili seluruh populasi.
faktor yang membentuk perilaku, yaitu : 1) Pengambilan sampel dilakukan dengan
Faktor-faktor predisposisi (predisposing metode sampel non probality sampling
factors), yang terwujud dalam dengan metode accidental sampling
pengetahuan, sikap, kepercayaan, dimana seluruh populasi diambil sebagai
keyakinan, nilai-nilai, pendidikan dan lain sampel penelitian. Sampel dalam
sebagainya. 2) Faktor-faktor penelitian ini adalah semua responden
pendukung (enabling factors), yang yang datang ke Puskesmas 7 Ulu Kota
terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia Palembang dari bulan Desember 2019-
atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas Januari 2020 selama 2 minggu sebanyak
atau sarana-sarana kesehatan, misalnya 30 responden. Adapun kriteria inklusi
puskesmas, obat-obatan, alat-alat sampel dalam penelitian ini adalah :
kontrasepsi, jamban dan sebagainya. 3) 1. Ibu yang membawa anaknya berobat
Faktor-faktor pendorong (reinforcing dengan usia 1 – 5 tahun ke Puskesmas 7
factors) yang terwujud dalam sikap dan Ulu Kota Palembang
prilaku petugas kesehatan. 2. Ibu yang mampu berkomunikasi,
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka membaca dan menulis
penulis tertarik untuk melakukan 3. Ibu yang bersedia menjadi responden
penelitian tentang hubungan pengetahuan, Sumber data Penelitian ini adalah
sikap dan pendidikan ibu dengan kejadian Rekam Medik Puskesmas dan Observasi
ISPA pada balita di wilayah kerja Langsung Pada Ibu yang berkunjung
Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun dengan membawa Balita yang menderita
2019. ISPA. Pengumpulan data dilakukan
sendiri oleh peneliti dengan wawancara
Tujuan Penelitian dan menggunakan kuesioner kepada ibu.
Tujuan dari penelitian ini adalah Bentuk kuesioner yang diajukan adalah
diketahuinya hubungan pengetahuan, sikap berupa pertanyaan terstruktur secara
dan pendidikan ibu dengan kejadian ISPA multiple choice.
pada balita di wilayah kerja Puskesmas 7 Analisa data Bivariat pada penelitian
Ulu Kota Palembang Tahun 2019. ini untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel yaitu variabel dependen (kejadian
Metode Penelitian ISPA) dengan variabel independen
Jenis penelitian yang dilakukan oleh (pengetahuan, sikap dan pendidikan)
peneliti adalah kuantitatif dengan dengan menggunakan rumus Chi-square
menggunakan metode survei analitik dengan tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05)
melalui pendekatan cross sectional yaitu : (Hastono, 2007)
penelitian yang mempelajari dinamika
hubungan. Dimana seluruh datanya
dikumpulkan sekaligus dalam waktu yang
bersamaan dengan menggunakan variabel
135 | Arly Febrianti : Pengetahuan, Sikap Dan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
kejadian ISPA pada balita. Karena ibu kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja
tidak mengetahui pencegahan atau Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun
pengobatan pada balita yang terserang 2019. Ibu yang memiliki sikap negatif
ISPA, seperti ibu tidak mengenai tanda dan tentang penyakit ISPA berarti tidak
gejala ISPA, serta penyebab dari penyakit mendukung praktek ibu dalam
ISPA tersebut, sehingga menyebabkan penanggulangan perawatan penyakit ISPA
kejadian ISPA pada balita terus berulang pada balita, sehingga dapat menyebabkan
kejadian ISPA secara terus menerus
Hubungan antara Sikap dengan Kejadian ISPA dialami oleh balita. Tetapi jika ibu
Anak Balita (1-5 tahun) memiliki sikap yang positif dalam
Dari hasil analisis univariat, mayoritas ibu penatalaksanaan ISPA maupun
memiliki sikap positif yaitu sebanyak 16 pencegahan ISPA, maka angka kesakitan
responden (53,3%) dari 30 responden. pada balita dapat diminimalkan, karena ibu
Sedangkan hasil bivariat, dari 16 ibu yang selalu berusaha untuk menjaga lingkungan
memiliki sikap positif, didapat 5 balita tetap bersih..
(31,2%) yang mengalami ISPA lebih kecil
jika dibandingkan dengan ibu yang Hubungan Pendidikan Ibu dengan
bersikap negatif yaitu sebanyak 13 balita Kejadian ISPA Pada Anak Balita
(92,9%) yang mengalami ISPA. Dari hasil analisis univariat, mayoritas ibu
Hasil uji Chi Square didapatkan p berpendidikan rendah yaitu sebanyak 16
value 0,002 < (0,05) menunjukkan responden (53,3%) dari 30 responden.
bahwa ada hubungan yang signifikan Sedangkan dari hasil bivariat, dari 14 ibu
antara sikap ibu dengan kejadian ISPA yang berpendidikan tinggi, didapat 4 balita
pada balita di wilayah kerja Puskesmas 7 (28,6%) yang mengalami ISPA lebih kecil
Ulu Kota Palembang Tahun 2019. jika dibandingkan dengan ibu yang
Menurut Ajzen (2005), berpendidikan rendah yaitu sebanyak 14
mengemukakan bahwa sikap terhadap balita (87,5%) yang mengalami ISPA.
perilaku ini ditentukan oleh keyakinan Hasil uji Chi Square didapatkan p value
yang diperoleh mengenai konsekuensi dari 0,004 < (0,05) menunjukkan bahwa ada
suatu perilaku atau disebut juga behavioral hubungan yang signifikan antara
believe. Believe berkaitan dengan pendidikan ibu dengan kejadian ISPA pada
penilaian-penilaian subjektif seseorang balita di wilayah kerja Puskesmas 7 Ulu
terhadap dunia sekitarnya, pemahaman Kota Palembang Tahun 2019.
mengenai diri dan juga lingkungannya. Pendidikan adalah suatu proses
Sedangkan menurut Notoatmodjo perubahan pada diri manusia yang ada
(2007), sikap adalah juga respon tertutup hubungannya dengan tercapainya tujuan
seseorang terhadap stimulus atau objek kesehatan perseorangan dan masyarakat
tertentu, yang sudah melibatkan faktor (Esi, 2010).
pendapat dan emosi yang bersangkutan Sedangkan menurut Ahmadi (2003),
(senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, pendidikan sangat berpengaruh dalam diri
baik-tidak baik, dan sebagainya). seseorang mengambil sikap, semakin
Hasil penelitian ini sejalan dengan tinggi pendidikan semakin matang dalam
penelitian yang dilakukan oleh Dodi bertindak.
(2008) di Puskesmas Purwantoro I, didapat Hasil penelitian ini sejalan dengan
bahwa dari 79 responden yang bersikap penelitian yang dilakukan oleh Dodi
negatif didapat sebanyak 53 responden (2008) di Puskesmas Purwantoro I, bahwa
(67,1%) anaknya mengalami kejadian dari 42 responden yang termasuk
ISPA. Hasil uji chi square menunjukkan pendidikan rendah (SD, SMP) sebanyak 25
ada hubungan yang signifikan antara sikap responden (59,5%) anaknya mengalami
dengan kejadian ISPA pada balita (p = kejadian ISPA. Hasil uji chi square
0,001). menunjukkan ada hubungan yang
Setelah membandingkan antara hasil signifikan antara pendidikan dengan
penelitian dan teori yang ada, maka kejadian ISPA pada balita (p = 0,014).
peneliti berpendapat bahwa ada hubungan Setelah membandingkan antara hasil
yang signifikan antara sikap ibu dengan penelitian dan teori yang ada, peneliti
138 | Arly Febrianti : Pengetahuan, Sikap Dan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang
JKSP Volume 3 Nomor 1, 14 Februari 2020
berpendapat bahwa ada hubungan yang Esi, Susanti, 2010. Faktor-faktor yang
signifikan antara pendidikan ibu dengan Berhubungan dengan Resiko
kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Terjadinya ISPA Pada Balita di
Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun Puskesmas 4 Ulu Palembang Tahun
2019. Pendidikan ibu yang rendah 2010..Jurnal
mempunyai peranan penting dalam Hastono, Sutanto Priyo, 2007. Analisis
kaitannya dengan kejadian ISPA pada Data Kesehatan. Jakarta. FKM.
balita, karena ibu mengalami kesulitan Universitas Indonesia.
dalam menerima informasi yang diberikan Hidayat, A.A. Alimul, 2009 Metode
mengenai penyakit ISPA yang diderita Penelitian Keperawatan dan Tehnik
oleh balita. Pendidikan yang tinggi dapat Analisa Data. Salemba. Jakarta.
mempermudah seseorang dalam menerima Irfan, 2017. Hubungan Faktor Lingkungan
sesuatu yang baru, semakin tinggi dan Prilaku Dengan Kejadian
pendidikan seseorang semakin matang ISPA.Unhalu Kendari.
dalam bertindak. Kompas, 2017. ISPA salah satu
penyebab kematian bayi. Http : //
Kesimpulan kompas.co.id. Diakses 10 Januari
Berdasarkan hasil penelitian maka 2019.
dapat disimpulkan sebagai berikut :
Ada hubungan yang signifikan Muchlis, 2008 Hubungan Pengetahuan,
antara pengetahuan ibu dengan kejadian Sikap dan Tindakan Ibu dengan
ISPA pada balita di wilayah kerja Kejadian ISPA Pada Balita Di IRNA
Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun ANAK RSMH Palembang Tahun
2019 (p value 0,013). 2008. Jurnal
Ada hubungan yang signifikan
antara sikap ibu dengan kejadian ISPA Mulyono, 2009. Kajian Infeksi Saluran
pada balita di wilayah kerja Puskesmas 7 Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita.
Ulu Kota Palembang Tahun 2019 (p value Universitas Sumatera Utara.
0,002).
Ada hubungan yang signifikan Nursalam, 2008 Konsep dan Penerapan
antara pendidikan ibu dengan kejadian Metodologi Penelitian Ilmu
ISPA pada balita di wilayah kerja Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis,
Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun dan Instrumen Penelitian. Jakarta.
2019 (p value 0,004).. Salemba Medika
139 | Arly Febrianti : Pengetahuan, Sikap Dan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang