ABSTRAK
Angka kejadian kelebihan berat badan pada usia sekolah dan remaja meningkat setiap tahun.
Peningkatan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya kurang aktivitas fisik. Perlu
dilakukan intervensi yang dapat membantu meningkatkan pemahaman tentang pentingnya aktivitas
fisik dalam pencegahan terjadinya obesitas. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh
permainan Puzzle Kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan dan motivasi anak dengan obesitas
tentang aktivitas fisik. Penelitian ini menggunakan pendekatan quasi experiment dengan kelompok
intervensi diberikan edukasi melalui permainan puzzle dan kelompok kontrol melalui diskusi
kelompok. Jumlah responden sebanyak 40 siswa obesitas lalu dibagi menjadi dua kelompok dengan
pemilihan sampel menggunakan purposive sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang
telah diuji validitas dan reliabilitasnya pada pretest dan posttest. Hasil statistik dengan uji Mann
Withney menunjukkan adanya perbedaan nilai pengetahuan dan motivasi antara kelompok intervensi
dan kelompok kontrol sebesar 0.036 dan 0.024. Permainan puzzle adalah media edukasi dan efektif
untuk meningkatkan pengetahuan dan motivasi anak dengan obesitas tetang pentingnya melakukan
aktivitas fisik.
ABSTRACT
The number of obesity on school aged children and teenager were increased every year. This
increasing can caused by multi factorial one of them is physical activity. The aim of study was to know
the effect of puzzle health game to the increasing of knowledge and motivation children with obesity
about physical activity. This study was used quasy experiment approach with education by puzzle
game was given to intervention group and focus group discussion for control group. The number of
respondent was 40 obesity student then divided become two groups with purposive sampling as
selection sample. The data was collected by questioner which have been validated and reliabilited on
pretest and posttest. The statistic result in Mann Whitney test showed that there were a diversification
knowledge and motivation value between intervention group and control group that is 0.036 and
0.024. The puzzle game was educated media and effective for increasing children’s knowledge and
motivation about the importance to do physical activity.
PENDAHULUAN
Berdasarkan perkiraan dari The International Association for the Study of Obesity (IASO) dan
International Obesity Task Force (IOTF) bahwa hampir 200 juta anak yang berada pada usia
sekolah mengalami kelebihan berat badan bahkan yang mengalami obesitas mencapai 40
hingga 50 juta. Kejadian obesitas menjadi epidemi global, angka kejadiannya terus meningkat
783
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 4, Hal 783 - 792, Desember 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
setiap tahunnya dalam satu dekade ini (IOTF, 2020). Oleh karena itu, obesitas pada anak
merupakan krisis di seluruh dunia yang harus segera diatasi karena dampak negative yang
akan dihadapi anak pada kualitas hidupnya di usia dewasa kelak serta efek jangka pendek
yang juga akan merugikan anak. (World Health Organization, 2000)
Data menunjukkan bahwa dalam sepuluh tahun terakhir prevalensi obesitas meningkat mulai
dari 18.8% meningkat hingga 31%. Selain itu obesitas menjadi tren penyakit tidak menular
yang juga menunjukkan peningkatan selain hipertensi dan diabetes mellitus. Angka ini
mengkhawatirkan mengingat dampak negative yang akan diderita oleh anak baik jangka
panjang saat anak tumbuh dewasa seperti faktor risiko terjadinya berbagai penyakit metabolik
serta efek jangka pendek yang merugikan anak. (Riskesdas, 2018).
Cukup banyak faktor yang menyebabkan obesitas pada anak antara lain faktor genetic, gaya
hidup, aktifitas fisik, dan lain-lain. Aktivitas fisik serta gaya hidup bermalas-malasan menjadi
salah satu penyebab obesitas yang cukup meresahkan bagi anak sekolah, karena pemahaman
siswa terkait aktivitas fisik sebagai penyebab obesitas masih rendah. (Firnaliza, dkk, 2020).
Berdasarkan data kesehatan Kota Palembang bahwa angka obesitas masih menunjukkan
peningkatan dari tahun sebelumnya (Dinas kesehatan kota Palembang, 2018). Berdasarkan
hasil studi pendahuluan didapatkan bahwa banyak siswa yang terutama sejak pandemic covid
19 ini mengalami penurunan aktivitas fisik, siswa hanya berada dirumah dan melakukan
sekolah secara daring dalam posisi duduk dan tidak banyak aktivitas fisik lain yang bisa
mereka lakukan. Siswa juga tidak memahami jika kurang aktivitas fisik dapat menyebabkan
peningkatan berat badan.
Terdapat beberapa metode edukasi yang dapat digunakan baik dalam kelompok besar maupun
kelompok kecil serta media yang dapat digunakan untuk memfasilitasi pemberian informasi
pada anak. Pada usia anak, media permainan merupakan media yang sangat menarik untuk
meningkatkan pengetahuannya namun tetap diiringi dengan perasaan menyenangkan. Adapun
media puzzle yang akan digunakan untuk menjadi media pemberian edukasi, yaitu puzzle
yang berisi informasi tentang aktivitas fisik pada anak. Media puzzle akan berupa potongan
bagian yang memiliki latar belakang yang berisikan informasi kesehatan. Selanjutnya
potongan bagian tersebut harus disusun menjadi suatu pola tertentu seperti halnya permainan
puzzle (Pradita, dkk. 2018). Pada kelompok kontrol dilakukan pemberian edukasi melaui
diskusi grup terfokus atau FGD. Pada proses FGD ini diharapkan pemahaman yang
didapatkan dapat melekat pada ingatan anak dan dapat mengembangkan pengetahuan yang
merekatidak ketahui sebelumnya (Firnaliza, dkk. 2019). Berdasarkan latar belakang tersebut
perlu dilakukan sebuah intervensi untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang pentingnya
melakukan aktivitas fisik untuk pencegahan terjadinya obesitas. Penelitian ini melakukan
intervensi berupa pemberian edukasi dengan media puzzle yang dibandingkan dengan
kelompok kontrol yaitu dengan pelaksanaan diskusi kelompok terfokus (FGD). Adapun
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh permainan Puzzle Kesehatan terhadap
peningkatan pengetahuan dan motivasi anak dengan obesitas tentang aktivitas fisik.
METODE
Desain penelitian ini menggunakan quasy experiment dengan pre post test design with control
group. Kelompok intervensi dilakukan pemberian informasi melalui permainan puzzle yang
berisi informasi kesehatan sedangkan kelompok kontrol dilakukan pemberian edukasi dengan
diskusi kelompok terfokus (FGD). Sebelum dilakukan intervensi dilakukan pretest dan
posttest dengan menggunakan kuesioner untuk menilai pengetahuan dan motivasi anak terkait
784
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 4, Hal 783 - 792, Desember 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
aktivitas fisik yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya di sekolah lain yang berada
di Kecamatan Sukarami.
Penelitian dilakukan di sekolah dasar di wilayah Kecamatan Jakabaring dan Kecamatan Ilir
Barat I Palembang. Populasi penelitian adalah siswa Sekolah Dasar dengan status gizi
obesitas yang sebelumnya telah dilakukan penilaian status gizi dengan mendata tinggi badan
dan berat badan siswa serta dihitung dengan penghitungan nilai Z-Score. Pemilihan sampel
menggunakan purposive sampling. Adapun jumlah sampel 40 responden yang dibagi menjadi
20 responden untuk kelompok kontrol dan 20 responden kelompok intervensi. Pada kelompok
kontrol masing-masing kelompok FGD dibagi menjadi 10 responden yang terdiri dari 2
kelompok FGD. Teknikan analisis data dilakukan adalah dengan menggunakan analisa
univariat dan analisis bivariat. Gambaran pengetahuan dan motivasi sebelum dan setelah
dilakukan intervensi merupakan analisis univariat. Uji Mann Whitney digunakan untuk
analisis bivariate terhadap perbedaan nilai pengetahuan dan motivasi pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol. Penelitian ini telah lolos hasil uji etik dari Mohammad
Hoesin Central General Hospital and Faculty of Medicine Sriwijaya University, Health
Research Review Commitee No. 172/kepkrsmhfkunsri/2020.
HASIL
Tabel 1.
Deskripsi Karakteristik Responden
Karateristik f %
Jenis Kelamin
Laki-laki 26 65
Perempuan 14 35
Usia
1 2,5
8 tahun
9 tahun 12 30
10 tahun 13 32.5
11 tahun 8 20
12 Tahun 5 12.5
13 Tahun 1 2.5
Tabel 2.
Gambaran Pengetahuan Responden Sebelum dan Setelah dilakukan Intervensi Pada
Kelompok Intervensi
Pengetahuan Nilai Rata-rata Nilai Minimum Nilai maksimal
Sebelum (Pre Test) 5.65 2 9
Setelah (Post Test) 8.87 7 10
Tabel 2. menunjukkan bahwa nilai rata-rata pengetahuan sebelum intervensi adalah 5.65 dan
setelah dilakukan intervensi meningkat menjadi 8.87
785
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 4, Hal 783 - 792, Desember 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Tabel 3.
Gambaran Pengetahuan Responden Sebelum dan Setelah dilakukan Intervensi Pada
Kelompok Kontrol
Pengetahuan Nilai Rata-rata Nilai Minimum Nilai maksimal
Sebelum (Pre Test) 5.80 3 8
Setelah (Post Test) 8.32 6 10
Tabel 3. menunjukkan bahwa nilai rata-rata pengetahuan sebelum intervensi adalah 5.80 dan
setelah dilakuan intervensi meningkat menjadi 8.32
Tabel 4.
Gambaran Motivasi Responden Sebelum dan Setelah dilakukan Intervensi Pada Kelompok
Intervensi
Motivasi Nilai Rata-rata Nilai Minimum Nilai maksimal
Sebelum (Pre Test) 6.23 4 9
Setelah (Post Test) 10.60 9 12
Tabel 4. menunjukkan bahwa nilai rata-rata motivasi sebelum intervensi adalah 6.23 dan
setelah dilakuan intervensi meningkat menjadi 10.60.
Tabel 5.
Gambaran Motivasi Responden Sebelum dan Setelah dilakukan Intervensi Pada Kelompok
Kontrol
Motivasi Nilai Rata-rata Nilai Minimum Nilai maksimal
Sebelum (Pre Test) 5.98 5 10
Setelah (Post Test) 9.32 7 12
Tabel 5. menunjukkan bahwa nilai rata-rata motivasi sebelum intervensi adalah 5.98 dan
setelah dilakuan intervensi meningkat menjadi 9.32
Tabel 6.
Perbedaan nilai pengetahuan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
Pengetahuan Asymp. Sig. (2-tailed)
0,036
Tabel 6. Menunjukkan bahwa hasil analisis dengan menggunakan Uji Mann Whitney
didapatkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,036 yang menunjukkan adanya perbedaan
efektivitas yang signifikan terhadap nilai pengetahuan responden.
Tabel 7.
Perbedaan nilai motivasi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
Motivasi Asymp. Sig. (2-tailed)
0,024
Tabel 7. Menunjukkan bahwa hasil analisis dengan menggunakan Uji Mann Whitney
didapatkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,024 yang menunjukkan adanya perbedaan
efektivitas yang signifikan terhadap nilai motivasi responden.
786
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 4, Hal 783 - 792, Desember 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil berupa data yaitu distribusi frekuensi
responden berjenis kelamin laki-laki lebih dominan dibandingkan anak perempuan yaitu
sebesar 65%. Hal ini didukung sebuah penelitian yang juga menunjukkan bahwa nilai
pravelensi penderita obesitas anak usia sekolah laki-laki lebih tinggi dibanding pada anak
perempuan (Rachmi, et al, 2017). Penelitian lain juga menunjukkan bahwa anak laki-laki
lebih sering jajan dibandingkan anak perempuan. Adapun makanan yang dikonsumsi seperti
gorengan dan makanan yang banyak mengandung lemak. (Utami dan Waldani, 2017).
Selain itu mayoritas responden yang memiliki status nutrisi obesitas adalah pada usia 10
tahun (32.5%). Usia anak sekolah sudah mulai diberi kebebasan oleh orang tua untuk
memiliki handphone sendiri dan memainkannya. Berdasarkan hasil diskusi saat pelaksanaan
FGD, pada usia ini mayoritas anak lebih memilih menghabiskan waktunya sat santai dengan
bermain game di smart phone mereka atau komputer dengan durasi waktu sekitar lebih dari 4
jam dalam 1 hari. Hal ini senada dengan penelitian yang menunjukkan bahwa anak yang
memiliki durasi aktivitas sedentary seperti bermain ponsel memiliki resiko untuk terjadi
obesitas (Rachmi, et al, 2017).
Selain itu, kegiatan yang dipilih anak pada penelitian ini pada hasil pretest juga merupakan
aktivitas yang tidak banyak menggerakkan tubuh dan mengeluarkan keringat. Padahal
aktivitas fisik akan sangat berperan penting dalam pengeluaran energi. Pada saat melakukan
aktivitas banyak gerak salah satunya olahraga, maka kalori akan terbakar. Semakin banyak
melakukan olahraga maka akan banyak kalori yang dikeluarkan untuk proses metabolisme
pada tubuh manusia. Namun sebaliknya, individu yang terbiasa melakukan aktivitas kurang
gerak seperti duduk seharian maka akan terjadi penurunan metabolisme pada tubuhnya. Pada
kondisi ini dukungan orang tua untuk memberi motivasi anak untuk banyak gerak juga
diperlukan, apalagi di masa pandemic ini aktivitas anak dibatasi termasuk aktivitas ke sekolah
yang dialihkan dengan proses belajar di rumah. Anak dituntut belajar secara daring dengan
menggunakan smartphone dan computer mereka. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya
yang menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan anak setelah diberi intervensi berupa
edukasi tentang pemilihan jajanan sehat pada anak usia 7-9 tahun. (Febriani, K.dkk. 2018)
787
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 4, Hal 783 - 792, Desember 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kuesioner didapatkan bahwa saat pretest pada
kelompok kontrol, mayoritas responden menjawab bahwa kurang aktivitas tidak dapat
menyebabkan obesitas. Masih banyak anak yang tidak mengetahui bahwa salah satu penyebab
dari terjadinya kelebihan berat badan adalah kurangnya aktivitas fisik. Penelitian yang
dilakukan pada remaja di Gorontalo menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas
fisik dengan terjadinya obesitas dengan nilai sebesar p value 0.027. ( Hafid, W., & Hanafi, S.
2019). Pada proses pelaksanaan intervensi pada kelompok kontrol, penyamaan persepsi
diakhir sesi FGD yang dilakukan memberikan penyeragaman pemahaman pada anggota
kelompok yaitu tentang dampak kurangnya aktivitas fisik terhadap peningkatan berat badan.
Responden juga mampu membagikan pendapat yang juga dapat diterima dan saling berbagi
dengan teman anggota kelompoknya tentang bagaimana aktivitas mereka sehari-hari dan
mana saja kegiatan yang berdampak bagi kesehatan serta alasannya. Hal ini sesuai dengan
makna awal adanya FGD yaitu FGD menurut Barbour (2018) adalah mengeksplorasi
fenomena tertentu melalui diskusi suatu kelompok individu yang berfokus pada aktivitas
bersama diantara para individu yang terlibat didalamnya untuk menghasilkan kesepakatan
bersama. Pada proses FGD ini diharapkan pemahaman yang didapatkan dapat melekat pada
ingatan anak dan dapat mengembangkan pengetahuan yang mereka tidak ketahui sebelumnya.
Namun setelah dilakukan intervensi pada kelompok dengan permainn puzzle, terdapat
perubahan jawaban dari tiap responden terkait motivasinya dalam melakukan aktivitas fisik.
Responden yang sebelumnya lebih banyak memilih untuk melakukan aktivitas yang tidak
mengeluarkan keringat, menjadi termotivasi untuk melakukan aktivitas yang lebih banyak
bergerak seperti berolahraga.Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan
adanya perbedaan antara nilai pretest dan posttest motivasi anak obesitas setelah diberikan
intervensi. Adanya pengaruh edukasi melalui peer group tentang jajanan sehat terhadap
peningkatan motivasi anak obesitas menunjukkan bahwa pemberian pendidikan kesehatan
mampu meningkatkan pengetahuan anak khususnya tentang masalah kesehatan (Rizona dan
Yuliana, 2018).
788
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 4, Hal 783 - 792, Desember 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Selama pelaksanaan intervensi berupa diskusi kelompok terfokus melalui daring, responden
terlihat antusias menyampaikan pandangannya tentang aktivitas fisik dan kaitannya dengan
obesitas. Sebelum diskusi dilaksanakan masing-masing responden banyak yang menyatakan
memiliki hobi bermain game online di smartphone mereka. Responden juga menyatakan bisa
bermain bersama smartphone hingga berjam-jam. Namun setelah dilakukan sesi diskusi,
secara lisan responden menyatakan akan mulai merubah kegiatannya untuk menyempatkan
melakukan olahraga ataupun kegiatan fisik yang bisa membuat berkeringat. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang menunjukkan bahwa FGD dapat meningkatkan pengetahuan ibu
setelah melaksanakan diskusi melalui FGD terkait informasi tentang preeklamsi. (Astridina,
L., dkk. 2020.)
Selama proses penelitian yaitu permainan dreall healthy, tampak diminati anak karena metode
untuk menambah informasi ini bernuansa permainan. Selain bermain, anak mendapatkan
informasi saat melengkapi puzzle karena informasi berada pada potongan pemainan puzzle
sehingga disaat bersamaan anak dapat membaca informasi tersebut. Begitu pula dengan
diskusi melalui FGD, responden dapat berbgi pengalaman dan informasi dengan sesama
responden serta merasakan suasana seperti berbincang-bincang bersama teman-teman mereka.
Akan tetapi, diskusi FGD akan kurang efektif pada responden yang pasif dan cenderung diam
serta ketika hasil diskusi responden mengandung informasi yang tidak tepat. Kedua intervensi
ini memiliki pengaruh untuk meningkatkan pengetahuan dan motivasi responden mengenai
aktivitas fisik, namun berdasarkan hasil didapatkan terdapat perbedaan efektivitas antara
intervensi menggunakan dreall healthy dan diskusi melalui FGD dimana permainan dreall
healthy lebih efektif dibanding FGD. Pengetahuan adalah salah satu aspek penting dalam
merubah perilaku dari hal yang buruk menjadi lebih baik. Peningkatan perngetahuan
merupakan suatu upaya awal yang mampu membantu merubah perilaku anak, khususnya
dalam memilih perilaku kesehatan yang bermanfaat untuk mereka. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang menunjukkan hubungan antara pengetahuan dan perilaku anak dalam
pemilihan jajanan sehat yaitu sebesar 0.001. ( Wowor, P., dkk. 2019). Upaya pencegahan
terjadinya kegemukan sangat perlu dilakukan terutama dari usia dini. Keterkaitan yang erat
789
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 4, Hal 783 - 792, Desember 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
antara kegemukan pada usia muda terhadap usia tua menuntut untuk penanganan dan
pencegahan dilakukan sedini mungkin pada saat anak masih dalam usia sekolah (Sihadi, dkk.
2017). Hal ini juga dilakukan untuk menurunkan resiko kematian dan penyakit metabolic di
usia tua kelak. Oleh karena itu, segala upaya baik pencegahan, promosi kesehatan hingga
tatalaksana terhadap obesitas sangat diperlukan.
SIMPULAN
Edukasi melalui permainan puzzle kesehatan dan diskusi kelompok terfokus (FGD) memiliki
pengaruh terhadap peningkatan nilai pengetahuan dan motivasi siswa obesitas tentang
pemahaman mereka terhadap aktivitas fisik. Namun, permainan puzzle memiliki efektivitas
lebih dibanding FGD baik untuk peningkatan nilai pengetahuan maupun motivasi yaitu nilai p
value sebesar 0.036 untuk pengetahuan dan 0.024 untuk motivasi. Permainan yang
menyenangkan seperti permainan puzzle yang berisi informasi kesehatan dapat menambah
semangat anak dalam memahami informasi yang diberikan serta selanjutnya dapat
dikembangkan puzzle yang berisi informasi kesehatan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Astridina, L., Ningsih, N., & Rizona, F. (2020). Pengaruh edukasi menggunakan metode
focus group discussion terhadap pengetahuan ibu hamil tentang pre eklampsia
(Doctoral dissertation, Sriwijaya University).
Aswad, H. (2019). Efektivitas pelaksanaan metode diskusi kelompok terpusat (focus group
discussion) terhadap motivasi belajar IPS murid kelas V SD Negeri II Bone-Bone Kota
Baubau. PERNIK: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2(2), 135-160.
Barbour, R. S., & Barbour, R. (2018). Doing focus groups (Vol. 4). Sage.
Dinas Kesehatan Kota Palembang. 2018. Profil Kesehatan Kota Palembang.
Erfan, M., Widodo, A., Umar, U., Radiusman, R., & Ratu, T. (2020). Pengembangan Game
Edukasi “Kata Fisika” Berbasis Android untuk Anak Sekolah Dasar pada Materi
Konsep Gaya. Lectura: Jurnal Pendidikan, 11(1), 31-46.
790
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 4, Hal 783 - 792, Desember 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Febriani, K., Candrawati, E., & Putri, R. M. (2018). Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
peningkatan pengetahuan dalam pemilihan jajan pada anak usia sekolah 7-9 tahun Desa
Ngantru Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang. Nursing News: Jurnal Ilmiah
Keperawatan, 3(1).
Hafid, W., & Hanafi, S. (2019). Hubungan Aktivitas Fisik dan Konsumsi Fast Food dengan
Kejadian Obesitas Pada Remaja. Kampurui Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1(1), 6-10.
IOTF. Available at: http://www.iotf.org/childhoodobesity.asp. Accessed January 2020.
Pradita, A., Kusumaningrum, A., & Natosba, J. (2018). Improving Self-Protection Knowledge
against Sexual Abuse by using Dreall healthy and Animation Video. Jurnal Ners, 13(2).
Rachmi CN, Li M, Baur LA. (2017). Overweight and obesity in Indonesia: prevalence and
risk factors—a literature review. Public Health. 147: 20-9)
Riskesdas. (2018). Data Prevalensi Obesitas Tahun 2018. Hasil Riset Kesehatan Dasar
Rizona F, Yuliana Y. (2018). Pengaruh Edukasi Terhadap Peningkatan Sikap Jajanan Sehat
Pada anak Sekolah. Jurnal Keperawatan Sriwijaya. 2018;5(2):16-23.
Rizona, F., Adhisty, K., & Rahmawati, F. (2019). Efektifitas Edukasi Tentang Jajanan Sehat
Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Siswa Overweight. NERS Jurnal
Keperawatan, 15(1), 1-13.
Rizona, F., Adhisty, K., & Rahmawati, F. (2020). Pengaruh Model Dreall Healthy terhadap
Peningkatan Sikap Anak Obesitas tentang Sedentary Life Style. Jurnal Keperawatan,
12(1), 71-78.
Sihadi, S., Sari, K., & Kusumawardani, N. (2017). Metaanalisis: Pencegahan Obesitas pada
Anak Sekolah. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 27(1), 39-48.
Utami, W., & Waladani, B. (2017). Gambaran Perilaku Makanan Jajanan Siswa Sekolah
Dasar. URECOL, 315-322.
Wicaksono, R. A., Tuasikal, A. R. S., & Indahwati, N. (2021). Hubungan Status Gizi Dan
Status Sosial Ekonomi Terhadap Aktivitas Fisik Siswa Selama Pandemi Covid-19.
Jurnal Education And Development, 9(2), 244-248.
World Health Organization. Obesity: Preventing and managing the global epidemic. WHO
technical report series 894. Geneva: World Health organization; 2000.
Wowor, P., Engkeng, S., & Kalesaran, A. F. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Perilaku Konsumsi Jajanan pada Pelajar di Sekolah Dasar Negeri 16 dan Sekolah Dasar
Negeri 120 Kota Manado. KESMAS, 7(5).
791
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 4, Hal 783 - 792, Desember 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
792