Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

LOW BACK PAIN

Oleh:
Profesi Ners STIKES Bina Usada Bali

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Pokok Bahasan : pengetahuan tentang penyakit low back pain.


Sub Pokok Bahasan : pengertian low back pain, penyebab low back pain,
klasifikasi low back pain, tanda dan gejala low
back pain, faktor resiko low back pain,
pencegahan low back pain, penatalaksanaa low
back pain.

Sasaran : Seluruh Masyarakat Di Banjar…………………….


Waktu Pelaksanaan : 07 November 2021
Tempat : Bale Banjar Dama
Penyuluh : Profesi Ners STIKES Bina Usada Bali

A. Analisis Intruksional
Para Masyarakat Banjar Dama yang menjadi peserta penyuluhan akan
mengetahui tentang mengerti dan memahami tentang penyakit low back
pain.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan ini, diharapkan peserta dapat
mengerti dan memahami tentang penyakit low back pain.
b. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan para masyarakat Banjar
Dama dapat:
1. Mengetahui pengertian low back pain
2. Mengetahui penyebab low back pain
3. Mengetahui klasifikasi low back pain
4. Mengetahui tanda dan gejala low back pain
5. Mengetahui faktor resiko low back pain
6. Mengetahui pencegahan low back pain
7. Mengetahui penatalaksanaa low back pain
C. Pokok Bahasan
a. Materi Penyuluhan:
1. pengertian low back pain
2. penyebab low back pain
3. klasifikasi low back pain
4. tanda dan gejala low back pain
5. faktor resiko low back pain
6. pencegahan low back pain
7. penatalaksanaa low back pain

b. Kegiatan Penyuluh:
1. Menjelaskan pengertian low back pain
2. Menjelaskan penyebab low back pain
3. Menjelaskan klasifikasi low back pain
4. Menjelaskan tanda dan gejala low back pain
5. Menjelaskan faktor resiko low back pain
6. Menjelaskan pencegahan low back pain
7. Menjelaskan penatalaksanaa low back pain

D. Sasaran dan Target


Sasaran : Seluruh Masyarakat yang ada di Banjar Dama
Target : Para Masyarakat Banjar Dama

E. Metode
Ceramah, diskusi dan demonstrasi (Latihan aktivitas fisik sesuai dengan
protokol kesehatan)

F. Media
Media yang digunakan adalah leaflet dan instruktur (mahasiswa yang
terlatih)
Kegiatan :
NO WAKTU KEGIATAN KEGIATAN
PENYULUHAN PESERTA
1. Pre Mempersiapkan materi,
Interaksi (5 alat, tempat, kontrak
menit) waktu dengan peserta
2. Tahap Pembukaan:
Orientasi (5 a. Moderator a. Menjawab salam
menit) mengucapkan b. Doa bersama
salam c. Mendengarkan
b. Doa bersama d. Memperhatikan
c. Memperkenalkan
diri
d. Menyampaikan
maksud dan
tujuan
3. Tahap Pelaksanaan : Peserta mendengarkan
Kerja a. Menjelaskan penjelasan penyaji
Penyuluhan pengertian low dengan seksama
(15 menit) back pain
b. Menjelaskan
penyebab low back
pain
c. Menjelaskan
klasifikasi low
back pain
d. Menjelaskan tanda
dan gejala low back
pain
e. Menjelaskan faktor
resiko low back
pain
f. Menjelaskan
pencegahan low
back pain
g. Menjelaskan
penatalaksanaa low
back pain

4. Tahap Melakukan kegiatan a. Peserta


Kerja pencegahan low back memperhatikan
demonstrasi pain instruktur dengan
(10 menit) seksama
b. Peserta mengikuti
kegiatan yang
instruktur arahkan
5. Terminasi Kegiatan menutup a. Peserta menjawab
(5 menit) penyuluhan: pertanyaan yang
a. Mengajukan diberikan
pertanyaan sebagai b. Peserta yang aktif
evaluasi mendapatkan
b. Member reward reward
pada peserta yang c. Penserta
aktif bertanya dan mendengarkan
menjawab penjelasan
c. Menyimpulkan d. Peserta menjawab
materi yang telah salam
disampaikan
d. Mengucapkan salam
penutup
G. Setting Tempat Penyuluhan

Keterangan:
: Penyaji
: Fasilitator
: Peserta
: Observer
: Moderator

H. Evaluasi
1. Evaluasi Standar
a. Kesiapan materi.
b. Kesiapan SAP.
c. Kesiapan media : Leaflet
d. Peserta hadir di tempat penyuluhan.
e. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan diadakan H-7.
f. Jumlah hadir dalam penyuluhan maksimal 15 orang.
2. Evaluasi Proses
a. Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan.
b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar.
d. Suasana penyuluhan tertib.
e. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
Peserta penyuluhan mampu :
a. Menjelaskan dan Memahami Pengertian Covid-19
b. Menjelaskan dan Memahami Penyebab Covid-19
c. Menjelaskan dan Memahami Tanda dan gejala Covid-19
d. Menjelaskan dan Memahami Angka kejadian Covid-19
e. Menjelaskan dan Memahami Cara penularan Covid-19
f. Menjelaskan dan Memahami Cara mencegah menularan Covid-19
g. Menjelaskan dan Memahami Cara hidup sehat di masa pandemi
Covid-19 dengan cara 5M Plus TATIAPI

I. Job Description
1. Moderator
Uraian tugas :
a. Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada
peserta.
b. Mengatur proses dan lama penyuluhan.
c. Memotivasi peserta untuk bertanya.
d. Memimpin jalannya diskusi dan evaluasi.
e. Menutup acara penyuluhan.
2. Penyaji
Uraian tugas :
a. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa
yang mudah dipahami oleh peserta.
b. Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses
penyuluhan.
c. Menjawab pertanyaan peserta.
3. Fasilitator
Uraian tugas :
a. Ikut bergabung dan duduk bersama di antara peserta.
b. Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan.
c. Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas.
d. Menginterupsi penyuluh tentang istilah/hal-hal yang dirasa kurang
jelas bagi peserta.
e. Membagikan leaflet dan lembar evaluasi kepada peserta.
4. Observer
Uraian tugas :
1) Mencatat nama, alamat dan jumlah peserta, serta menempatkan diri
sehingga memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses
penyuluhan.
2) Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta.
3) Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses
penyuluhan.
4) Mengevaluasi hasil penyuluhan dengan rencana penyuluhan.
5) Menyampaikan evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa
tidak sesuai dengan rencana penyuluhan.
Lampiran

MATERI
A. PENGERTIAN LOW BACK PAIN

Nyeri punggung bawah adalah kondisi yang tidak mengenakkan atau


nyeri kronik minimal keluhan tiga bulan disertai adanya keterbatasan
aktivitas yang diakibatkan nyeri apabila melakukan pergerakan atau
mobilisasi (Helmi, 2014).
Menurut Astuti & Koesyanto (2016) nyeri punggung bawah
merupakan keluhan otot yang menjadi penyebab utama disabilitas,
penurunan kualitas hidup dan keluhan utama bagi pekerja yang datang ke
pelayanan kesehatan. Nyeri punggung terjadi karena sikap dan beban kerja
yang terlalu tinggi ditambah dengan peregangan otot yang tidak cukup
bagi pekerja
B. PENYEBAB LOW BACK PAIN

Low back pain disebabkan oleh beberapa kelainan pada tulang


belakang, otot, diskus intervertebralis, sendi, maupun struktur penyokong
lainnya yang ada pada tulang belakang, regangan pada lumbosakral
bersifat akut, kelemahan pada otot dan ketidakstabilan ligamen
lumbosakral, osteoathritis tulang belakang, stenosis tulang belakang,
ketidaksamaan diskus intervertebra, penyebab lain seperti lansia
(perubahan struktur tulang belakang), gangguan ginjal, masalah pada
pelvis, tumor retroperineal, aneurisma abdominal serta masalah
psikosomatik (Muttaqin, 2011). Gejala low back pain pada setiap individu
yang merasakannya berbeda – beda. Pada dasarnya individu merasakan
nyeri saat berbaring, namun ada yang mengatakan tidur tidak
menimbulkan nyeri. Namun pada umumnya low back pain dirasakan
ketika individu membungkuk atau mengangkat beban yang terlalu berat
dan mengadahkan tubuh kebagian belakang (Helmi, 2014). Pada minggu
ke 2-4 minggu episode akut akan berangsur sembuh. Rentang nyeri pada
masing – masing individu berbeda.
C. KLASIFIKASI LOW BACK PAIN

Klasifikasi sederhana dan praktis ini telah mendapat pengakuan


internasional, yaitu membagi nyeri pinggang ke dalam tiga kategori - yang
disebut "triage diagnostik" menurut Fitrina (2018):
1. Kelainan tulang belakang spesifik
2. Nyeri akar saraf / nyeri radikuler
3. Low back pain nonspesifik

Rekomendasi yang diberikan sehubungan dengan low back pain kronis


"nonspesifik", yaitu: low back pain yang tidak diketahui penyebabnya dan
disebut patologi spesifik (misalnya infeksi, tumor, osteoporosis, patah
tulang, deformitas struktural, inflamasi, sindrom radikuler atau sindrom
cauda equina). Salah satu model mekanistik untuk low back pain kronik
cenderung fokus pada jaringan muskuloskeletal, pada sistem saraf, atau
perilaku. Menurut sebuah hipotesis, bahwa plastisitas dijaringan ikat dan
sistim saraf, dihubungkan satu sama lain melalui perubahan perilaku
motorik. Hal ini merupakan peran kunci dalam sejarah low back pain
kronik, serta responnya untuk perawatan.

D. TANDA DAN GEJALA


Adapun tanda dan gejala dari low back pain menurut (Wijayanti, 2017) antara
lain yakni:
1. Nyeri sepanjang tulang belakang, dari pangkal leher sampai tulang
ekor.
2. Nyeri tajam terlokalisasi di leher, punggung atas atau punggung
bawah terutama setelah mengangkat benda berat atau terlibat dalam
aktivitas berat lainnya.
3. Sakit kronis di bagian punggung tengah atau punggung bawah,
terutama setelah duduk atau berdiri dalam waktu yang lama.
4. Nyeri punggung menjalar sampai ke pantat, dibagian belakang paha,
ke betis dan kaki.
5. Ketidakmampuan untuk berdiri tegak tanpa rasa sakit atau kejang otot
di punggung bawah.

E. FAKTOR RESIKO
Adapun faktor risiko terjadinya low back pain dapat dibedakan menjadi 3
faktor, antara lain :
1. Faktor Individu
a. Usia
Menurut Lisanti 2017 Umur masih menjadi pertentangan antara
penelitian yang satu dengan yang lain karena banyak faktor yang
mempengaruhi salah satunya terkait masa pubertas pada anak. anak usia
6-12 tahun biasanya sudah menunjukan tanda pubertas yang ditandai
dengan mulai berkembangnya karakteristik sek sekunder. Umur 6-12
tahun merupakan usia sekolah. Jika ditinjau dari konsep nyeri, memiliki
beberapa karakteristik. Anak usia sekolah sudah memiliki kemampuan
untuk menggambarkan penyebab, jenis, kualitas nyeri, dan sudah
mampu menilai tingkat keparahan nyeri.
b. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Amila (2015) mengatakan bahwa seseorang yang overweight lebih
berisiko 5 kali menderita LBP dibandingkan dengan orang yang
memiliki berat badan ideal. Semakin berat badan bertambah, tulang
belakang akan tertekan dalam menerima
beban sehingga menyebabkan mudahnya terjadi kerusakan pada struktur
tulang belakang. Salah satu daerah pada tulang belakang yang paling
berisiko akibat efek dari obesitas adalah verterbrae lumbal.
c. Jenis kelamin
Secara fisiologis kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria.
Pada wanita keluhan ini sering terjadi misalnya pada saat mengalami
siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan
kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga
memungkinkan terjadinya nyeri pinggang (Wijayanti, 2017).
d. Merokok
Hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang
adalah karena nikotin pada rokok dapat menyebabkan berkurangnya
aliran darah ke jaringan. Selain itu, merokok juga dapat menyebabkan
berkurangnya kandungan mineral pada tulang sehingga menyebabkan
nyeri akibat terjadinya keretakan atau kerusakan pada tulang (Wijayanti,
2017).
e. Masa kerja
Nyeri punggung bawah tidak pernah terjadi secara langgung, akan tetapi
merupakan suatu akumulasi. Masa kerja mempunyai hubungan yang
kuat dengan keluhan otot karena semakin lama masa kerja seseorang
telah terjadi akumuls cedera-cedera ringan yang dialami, dimana paparan
mengakibatkan rongga diskus menyempit secara permanen dan juga
mengakibatkan degenerasi atau kemunduran tulang belakang yang akan
menyebabkan nyeri punggung bawah kronis. Hal tersebut dikarenakan
pembebanan pada tulang belakang dalam waktu yang lama. Semakin
lama masa bekerja atau semakin lama seseorang terpajan faktor risiko
maka semakin besar pula risiko untuk mengalami LBP dikarenakan
nyeri punggung merupakan penyakit kronis yang membutuhkan waktu
lama untuk berkembang dan menimbulkan manifestasi klinis
(Ramadhan, 2012).
f. Riwayat pendidikan
Pendidikan terakhir pekerja menunjukkan pengetahuannya dalam
melakukan pekerjaan dengan postur yang tepat. Pendidikan seseorang
menunjukkan tingkat pengetahuan yang diterima oleh orang tersebut.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin banyak
pengetahuan yang didapatkan (Andini, 2015).
g. Aktivitas fisik
Sikap tubuh yang salah merupakan peyebab nyeri punggung bawah yang
sering tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang
menjadi kebiasaan sehari-hari. Kebiasaan seseorang, seperi duduk,
berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah dapat
menimbulkan nyeri punggung bawah. Misalnya seorang pelajar
seringkali membungkukkan punggungnya ketika menulis (Andini,2015).
h. Riwayat penyakit
terkait rangka dan riwayat trauma Postur yang bervariasi dan
abnormalitas kelengkungan tulang belakang merupakan salah satu faktor
risiko adanya keluhan LBP. Orang dengan kasus spondylolisthesis akan
lebih berisiko LBP pada jenis pekerjaan yang berat, tetapi kondisi seperti
ini sangat langka. Kelainan secara struktural seperti spina bifida acculta
dan jumlah ruas tulang belakang yang abnormal tidak memiliki
konsekuensi. Perubahan spondylitic biasanya memiliki nilai risiko yang
lebih rendah. Riwayat terjadinya trauma pada tulang belakang juga
merupakan faktor risiko terjadinya LBP karena trauma akan merusak
struktur tulang belakang yang dapat mengakibatkan nyeri yang terus
menerus (Andini,2015).
2. Faktor Pekerjaan
a. Beban kerja
Beban kerja merupakan beban aktivitas fisik, mental, sosial yang
diterima oleh seseorang yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu,
sesuai dengan kemampuan fisik, maupun keterbatasan pekerja yang
menerima beban tersebut. Beban kerja adalah sejumlah kegiatan yang
harus diselesaikan oleh seseorang ataupun sekelompok orang, selama
periode waktu tertentu dalam keadaan normal. Berkembangnya dunia
pendidikan menuntut siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar
mengajar. Hal tersebut mempunyai dampak yang signifikan pada
barang bawaan yang dibawa oleh siswa. Jika beban tas terlalu berat
maka akan berdampak buruk terhadap terjadinya kesalahan pada tubuh
yang dapat menyebabkan nyeri punggung bawah (Andini,2015).
b. Posisi kerja
Posisi janggal adalah posisi tubuh yang menyimpang secara signifikan
dari posisi tubuh normal saat melakukan pekerjaan. Bekerja dengan
posisi janggal dapat meningkatkan jumlah energi yang dibutuhkan
dalam bekerja. Posisi janggal dapat menyebabkan kondisi dimana
transfer tenaga dari otot ke jaringan rangka tidak efisien sehingga
mudah menimbulkan kelelahan. Termasuk ke dalam posisi janggal
adalah pengulangan atau waktu lama dalam posisi menggapai,
berputar, memiringkan badan, berlutut, jongkok, memegang dalam
posisi statis dan menjepit dengan tangan. Posisi ini melibatkan
beberapa area tubuh seperti bahu, punggung dan lutut karena daerah
inilah yang paling sering mengalami cedera.
c. Repetisi
Repetisi adalah pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama.
Frekuensi gerakan yang terlampau sering akan mendorong fatigue dan
ketegangan otot tendon. Ketegangan otot tendon dapat dipulihkan
apabila ada jeda waktu istirahat yang digunakan untuk peregangan
otot.

3. Faktor Lingkungan
a. Getaran
Getaran berpotensi menimbulkan keluhan Low back pain ketika
seseoang menghabiskan waktu lebih banyak di kendaraan atau
lingkungan kerja yang memiliki hazard getaran. Getaran merupakan
faktor risiko yang signifikan untuk terjadinya low back pain, getaran
dapat menyebabkan kontraksi otot meningkat yang menyebabkan
peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan
akhirnya timbul rasa nyeri (Andini, 2015).
b. Kebisingan
Kebisingan yang ada di lingkungan kerja juga bias mempengaruhi
performa kerja. Kebisingan secara tidak langsung dapat memicu dan
meningkatkan rasa nyeri LBP yang dirasakan pekerja karena bisa
membuat stres pekerja saat berada di lingkungan kerja yang tidak baik.

F. PENCEGAHAN LOW BACK PAIN


Menurut Steffens (2016) ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk
mencegah timbulnya nyeri punggung bawah :
1. Gunakan teknik mengangkat atau menekuk dan memindahkan dengan
benar.
2. Berolahraga secara teratur untuk menjaga otot-otot yang menopang
punggung dan menguatkan peregangan otot untuk menjaga punggung kita.
3. Mengangkat barang yang lebih berat harus selalu dilakukan dengan kaki
kita untuk menghindari penekukan punggung yang berlebihan.
4. Membungkuk dengan satu lutut atau jongkok untuk menaikan objek,
dorong diri anda dengan kaki anda.
5. Jangan membungkuk, postur yang buruk membuat anda terasa kram.
6. Pertahakan berat badan yang tepat untuk mengindari ketegangan pada otot
punggung.
7. Tidur terlentang atau miring dengan lutut ditekuk.
8. Tempatkan bantal tipis diantara kedua lutut anda saat tidur miring.
9. Kelola stress, jaga sikap positif.

G. PENATALAKSANAAN LOW BACK PAIN


1. Farmakologis
Menurut Sengkey (2018) penatalaksanaan low back pain secara
farmakologis berupa pemberian obat-obatan kimia seperti:
a. Analgesik dan OAINS ( Obat Anti Inflamasi NonSteroid) Obat-
obatan ini diberikan dengan tujuan mengurangi nyeri inflamasi.
Contoh analgesik sederhana yang dapat dipakai adalah
paracetamol. OAINS yang banyak dipakai adalah: sodium
diklofenak/ potassium, ibuprofen, etodolak, deksketoprofen dan
selekoksib.
b. Obat pelemas otot (muscle relaxant) Obat pelemas otot bermanfaat
untuk NPB akut terutama bila penyebab NPB adalah spasme otot.
Contoh: eperison, tisanidin, karisoprodol, diasepam dan
siklobensaprin.
c. Opioid Obat ini cukup efektif untuk mengurangi nyeri, tetapi
seringkali menimbulkan efek samping mual dan mengantuk
disamping pemakaian jangka panjang bisa menimbulkan toleransi
dan ketergantungan obat. Disarankan pemakaiannya hanya pada
kasus NPB
2. Nonfarmakologi
a. Terapi akupresur Akupresur merupakan terapi komplementer yang
tidak memiliki efek samping dan dapat digunakan untuk
menurunkan tingkat nyeri baik nyeri akut maupun nyeri kronis.
Akupresur dilakukan dengan memberikan tekanan fisik pada
beberapa titik pada permukaaan tubuh yang merupakan tempat
sirkulasi energi dan keseimbangan pada kasus gejala nyeri.
Akupresur terbukti dapat mengurangi nyeri punggung
(Kurniyawan, 2016). Pemberian terapi akupresur dapat
melancarkan sirkulasi darah dan menurunkan intensitas nyeri
dengan penekanan pada titik meridian BL 20, BL 23, BL25, dan
BL 40 pada pasien dengan keluhan low back pain (Kementerian
Kesehatan, 2012).
b. Peregangan Pemberian pelatihan peregangan juga dapat
menurunkan tingkat nyeri punggung bawah. Peregangan otot jika
dilakukan dengan benar dan teratur dapat mencegah dan membantu
pemulihan nyeri punggung akibat posisi kerja yang salah, otot
menegang akibat tidak bergerak dalam waktu yang lama, peredaran
darah yang terhambat dan cedera ketegangan yang berulang
(Satriadi dkk, 2018).
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, Giema. (2016). Penatalaksanaan fisioterapi pada low back pain myogenic
di RST Dr. Soejono Magelang. Karya Tulis Ilmiah diploma tiga, Jurusan
Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Solo.
Andini, F. 2015. Risk Factory of Low Back Pain in Workers. J Majority. Vol.4
No.1. Januari 2015
AlBahel, Fahad., Ashraf, Ramadan H., Abdul, Rahim Z., Abdulaziz, Al-Ahaideb.,
Syamala, Buragadda., Ganeswara, Rao M. (2012). Kinesio Taping for the
Treatment of Mechanical Low Back Pain. World Applied Sciences Journal.
Vol 22 (1): 78-84.
Fitriana, Yuni & Nurwiandani, Widy. 2018. Asuhan Persalinan. Yogyakarta;
Pustaka Baru Press
Koesyanto, Astuti. (2016). Tujuan pemberian latiahn peregangan terhadap nyeri
muskuloskeletal pada pekerja. Jakarta.
Kurniawan, R, C. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Low Back
Pain Pada Sopir Truk (Studi Kasus Sopi Truk di PT. Samator Gas Bambe,
Gersik ). Universitas Airlangga.
Lisanti, Martini & Baju Widjasena 2017. “Hubungan penggunaan tas punggung
dengan keluhan muskuloskeletal pada siswa Mi Nashrul Fajar Meteseh
Kecamatan Tembalang Kota Semarang” KESEHATAN MASYARAKAT,
vol.5, no.4, Oktober 2017, hlm. 409-418.
Muttaqin, A. (2011). Pengkajian Keperawatan : Aplikasi pada Praktik Klinik.
Jakarta: EGC.
Noor Helmi, Z. (2014). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba
Medika.
Sengkey, L. S. (2018). Rehabilisasi Medis Pada Low Back pain. Retrieved from
http://www.yankes.kemkes.go.id/read-rehabilitasi-mediak-pada-low-back-
pain3952.html
Satriadi, A. A., dkk (2018). Pengaruh Peregangan terhadap Keluhan Nyeri
Punggung Bawah pada Pekerja Bagian Produksi di PT. SDJ Pontianak. 4(2),
1059–1066.
Wijayanti, F. (2017). Hubungan Posisi Duduk Dan Lama Duduk Terhadap
Kejadian Low Back Pain (Lbp) Pada Penjahit Konveksi Di Kelurahan Way
Halim Bandar Lampung.

Anda mungkin juga menyukai