Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN PRAKTIK

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK IBU BERSALIN


PADA NY.U DENGAN KETUBAN PECAH DINI
DI WILAYAH KERJA PMB MUTMAINNA
WAIHERU AMBON

Oleh :
RAUDZIAH TUALEKA
NIM. 202308099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2024
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Praktik judul ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK IBU BERSALIN

PADA NY.U ”di WILAYAH KERJA PMB MUTMAINNA WAIHERU

AMBON.

Hari/Tanggal : 04 Maret 2024

Ambon, 04 Maret 2024

Mahasiswa

RAUDZIAH TUALEKA

Mengetahui

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Brivian Florentis Yustansa. SST, M.Kes


Mutmaina S.Keb

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkah dan

karunianya sehingga Laporan Praktik “ Asuhan Kebidanan Holistik Ibu Bersalin

pada Ny.U dengan ketuban pecah dini diwilayah kerja PMB Mutmainna

Waiheru Ambon ”Terselesaikan dengan baik.

Laporan Praktek ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat

menyelesaikan Pendidikan Profesi Bidan STIKES Karya Husada Kediri.Penulis

mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan semua pihak yang telah

membantu tersusunnya Laporan ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa laporan praktik ini masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan

laporan ini. Harapan penulis mudah-mudahan laporan praktik ini berguna bagi

semua pihak.

Ambon, 04 Maret 2025

Raudziah Tualeka

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................................................iii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iv

DAFTAR TABEL..................................................................................................vI

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................vi

DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................vii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.....................................................................................1

1.2 Tujuan...................................................................................................3

1.3 Manfaat.................................................................................................3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dasar persalinan......................................................................5

2.2 Kajian Dari Jurnal Penelitihan............................................................14

2.3 Konsep dasar asuhan kebidanan.......................................................17

BAB 3 TINJAUAN KASUS

3.1 Anamnesa............................................................................................22

3.2 Status Sekarang...................................................................................22

3.3 Inspeksi................................................................................................23

3.4 Palpasi.................................................................................................24

3.5 Kala 1 (Kala pembukaan)....................................................................25

3.6 Kala II s/d Kala IV..............................................................................29

iv
3.7 Keadaan Ibu/Bayi Setelah 2 Jam PP...................................................43

3.8 Obat-Obatan........................................................................................43

3.9 Keadaan Waktu Pulang.......................................................................43

3.10 Lama Persalinan................................................................................44

BAB 4 PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan.........................................................................................45

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .........................................................................................59

5.2 Saran....................................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................52

LAMPIRAN..........................................................................................................54

v
DAFTAR SINGKATAN

KPD : Ketuban pecah dini


AKI : Angkah Kematian Ibu
AKB : Angkah Kematian bayi
PAP : Pintu Atas Panggul
DJJ : Denyut Jantung Janin
TFU : Tinggi Fundus Uteri
HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir
TBJ : Tafsiran Berat Janin
PROM : Premature rupture of the membrane
WHO : World Health Organization

vi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks dan

janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah

proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37- 42

minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi

baik ibu maupun janin.Dalam proses persalinan terdapat komplikasi yang

dapat mengakibatkan kematian ibu yaitu perdarahan 60%, infeksi 25%,

gestosis 10%, penyebab lain 5%. Infeksi yang banyak dialami oleh ibu

sebagian besar merupakan akibat dari adanya komplikasi/penyulit kehamilan,

seperti koriamnionitis, infeksi saluran kemih, dan sebanyak 65% adalah

karena ketuban pecah dini yang banyak menimbulkan infeksi pada ibu dan

bayi.Ketuban pecah dini (KPD) atau sering disebut premature rupture of the

membrane (PROM) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum waktu

persalinan. Bila KPD terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut

ketuban pecah dini dalam kehamilan preterm, dan bila terjadi di usia

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) disebut ketuban pecah dini dalam

kehamilan aterm. Insidensi KPD berkisar antara 8-10% dari semua kehamilan.

Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi antara 6-19 % sedangkan pada

kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan.

Menurut World Health Organization (WHO) memperkirakan, diseluruh

dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 ibu meninggal saat hamil atau

bersalin salah satu penyebab kematian ibu adalah infeksi yang dapat
disebabkan oleh KPD. Ketuban pecah dini merupakan komplikasi kehamilan

10% kehamilan aterm dan 4% kehamilan preterm. Angka kejadian KPD di

dunia mencapai 12,3% dari total persalinan. Sebagian besar KPD terjadi di

negara berkembang seperti di Asia.Menurut WHO (2013) angka kejadian

KPD di Indonesia sebanyak 60%. Pada tahun 2013 sebanyak 35%. Insiden

KPD di Indonesia berkisar 4,5%-7,6% dari seluruh kehamilan tahun 2011,

sedangkan diluar negeri (di negara-negara Asia lainnya seperti Malaysia,

Thailand, Filipina, India, insiden KPD antara 6%-12%.Di Indonesia

berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2012,

angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 359 per 100.000

kelahiran hidup. Faktor yang dapat menyebabkan kematian ibu ini diantaranya

adalah pendarahan 6070%, pre-eklamsia dan eklamsia 10-20%, dan infeksi

10-20%. Infeksi pada kehamilan 23% dapat disebabkan oleh kejadian ketuban

pecah dini.

Berdasarkan data diatas, maka penulis tertarik untuk membuat asuhan

kebidanan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Holistik Pada Ibu bersalin

dengan ketuban pecah dini Di Wilayah Kerja PBM Mutmainna Waiheru

Ambon ”

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan Pada Ibu bersalian pada Ny.U dengan

ketuban pecah dini di Wilayah Kerja PBM Mutmainna Waiheru

Ambon.
1.2.2 Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif Ibu bersalin pada

Ny.U dengan ketuban pecah dini di Wilayah Kerja PBM

Mutmainna Waiheru Ambon.

2) Melakukan Analisa data untuk merumuskan diagnosa ibu bersalin

pada Ny. U dengan ketuban pecah dini di Wilayah Kerja PBM

Mutmainna Waiheru Ambon .

3) Melakukan masalah potensial ibu bersalin pada Ny. U dengan

ketuban pecah dini di Wilayah Kerja PBM Mutmainna Waiheru

Ambon .

4) Mengidentifikasi Tindakan segera dan rujukan Ibu bersalin pada Ny.

U dengan ketuban pecah dini di Wilayah Kerja PBM Mutmainna

Waiheru Ambon .

5) Melaksanakan rencana asuhana ibu bersalin pada Ny. U dengan

ketuban pecah dini di Wilayah Kerja PBM Mutmainna Waiheru

Ambon .

6) Mengimplementasikan rencana asuhan ibu bersalin pada Ny. U

dengan ketuban pecah dini di Wilayah Kerja PBM Mutmainna

Waiheru Ambon .

7) Mengevaluasi asuhan yang diberikan ibu bersalin pada Ny. U

dengan ketuban pecah dini di Wilayah Kerja PBM Mutmainna

Waiheru Ambon .
1.3 Manfaat

1) Manfaat Bagi Penulis

Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang asuhan kebidanan

pada ibu sehingga digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan mutu

pelayanan kebidanan.

2) Manfaat Bagi Ibu bersalin

Diharapkan dapat memberikan wawasan dan informasi pada ibu bersalin

dengan ketuban pecah dini dan memberikan asuhan secara holistik.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya

(KPSW) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya

melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada kehamilan aterm maupun pada

kehamilan preterm.Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum

waktunya tanpa disertai tanda inpartu dan setelah satu jam tetap tidak diikuti

dengan proses inpartu sebagaimana mestinya.Menurut Nugroho (2012)

menyatakan KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya

melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten).

2.1.1 Epidemiologi

Insidensi KPD berkisar antara 8- 10% dari semua kehamilan. Pada

kehamilan aterm insidensinya bervariasi antara 6-19%. Sedangkan pada

kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua

KPD pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan

akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. Sekitar 85%

morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas.

2.1.3. Etiologi

Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat

ditentukansecara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang

berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih


berperan sulit diketahui. Adapun faktor predisposisi pada ketuban pecah

dini adalah:

a) Faktor umum

Faktor umum yang mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini yaitu:

1) Infeksi lokal pada saluran kelamin

2) Faktor sosial seperti: perokok, peminum dan keadaan sosial ekonomi

rendah.

b) Faktor keturunan

1) Faktor keturunan yang mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini

yaitu kelainan genetik

2) Faktor rendahnya vitamin C dan ion Cu dalam serum karena asupan

nutrisi makanan ibu yang kurang.

c) Faktor obstetrik

Faktor obsetrik yang mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini yaitu:

1) Overdistensi uterus seperti kehamilan kembar dan hidramnion

2) Serviks inkompeten yaitu, ketidakmampuan serviks untuk

mempertahankan suatu kehamilan oleh karena defek fungsi maupun

struktur pada serviks.

3) Serviks konisasi atau menjadi pendek

4) Terdapat sefalopelvik disproporsi yaitu, kepala janin belum masuk


pintu atas panggul dan kelainan Ietak janin, sehingga ketuban bagian

terendah langsung menerima tekanan intrauteri yang dominan.

d) Faktor yang tidak diketahui sebabnya.

2.1.4. Klasifikasi

Klasifikasi ketuban pecah dini dibagi atas usia kehamilan yaitu:

a) Ketuban pecah dini atau disebut juga Premature Rupture of Membrane

atau Prelabour Rupture of Membrane (PROM), adalah pecahnya selaput

ketuban pada saat usia kehamilan aterm.

b) Ketuban pecah prematur yaitu pecahnya membran korioamniotik

sebelum usia kehamilan yaitu kurang dari 37 minggu atau disebut juga

Preterm Premature Rupture of Membrane atau Preterm Prelabour

Rupture of Membrane (PPROM).

2.1.5. Patofisiologi

Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh

kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena

pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan

selaput ketuban inferior rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintesis

dan degradasi ekstraseluler matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan

katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan

menyebabkan selaput ketuban pecah. Faktor risiko untuk terjadinya

ketuban pecah dini adalah berkurangnya asam askorbik sebagai

komponen kolagen serta kekurangan tembaga dan asam askorbik yang


berakibat pertumbuhan struktur abnormal karena antara lain merokok.

Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metalloproteinase (MMP)

yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease

(TIMP-1). Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan

TIMP-1 mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraseluler

dan membran janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat

menjelang persalinan. Pada penyakit periodontitis dimana terdapat

peningkatan MMP, cenderung terjadi ketuban pecah dini.Selaput ketuban

sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga, selaput ketuban

mudah pecah.

Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan

pembesaran uterus, kontraksi rahim dan gerakan janin. Pada trisemester

terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya

ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah

dini prematur sering terjadi pada polihidramnion, inkompetens serviks

dan solusio plasenta. Selain itu, faktor yang paling sering menyebabkan

ketuban pecah dini adalah faktor ekstemal misalnya infeksi.Pecahnya

selaput ketuban berkaitan dengan proses biokimia yang terjadi dalam

kolagen matriks ektraseluler amnion, kotion dan apoptosis membran

janin. Membran janin dan desidua bereaksi terhadap stimuli seperti

infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan memproduksi mediator

seperti prostaglandin, sitokinin, dan protein hormon yang merangsang

aktivitas ""matriks degrading enzyme".


2.1.6. Gejala Klinis

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban melalui

vagina. Aroma air ketuban berbau amis, berbeda dengan urin yang

berbau pesing seperti bau amoniak, dengan ciri pucat. Cairan ini tidak

akan habis atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Cairan

ketuban berwama jemih, kadang-kadang bercampur lendir darah. Apabila

telah terjadi infeksi, maka dapat terjadi demam, keluamya bercak vagina

yang banyak, nyeri perut, dan denyut jantung janin bertambah cepat.

Secara garis besar tanda dan gejala yang timbul pada ketuban pecah dini yaitu:

a) Tanda maternal

Tanda pada ibu yang timbul antara lain, demam, takikardi, kontraksi uterus,

keluamya cairan ketuban melalui vagina, cairan amnion yang keruh dan

berbau serta Leukositosis.

b) Tanda Fetal

Tanda pada janin setelah dilahirkan antara lain, takikardi.

c) Tanda Cairan amnion

Tanda pada cairan amnion antara lain, volume cairan ketuban berkurang.

2.1.7. Komplikasi

Komplikasi yang kemungkinan dapat terjadi antara lain, infeksi

intrauterin, tali pusat menumbung, persalinan prematur, dan distosia

(oleh partus kering).


Adapun pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan Janin adalah:

a) Bagi ibu :

1) Infeksi dalam persalinan.

2) Partus lama.

3) Perdarahan pasca persalinan.

4) Meningkatkan tindakan operatif obstetrik (khususnya seksio sesaria).

5) Morbiditas dan mortalitas maternal.

b) Bagi janin :

1) Persalinan Prematur

Masalah yang dapat terjadi pada persalinan prematur diantaranya adalah

sindrom gawat napas, hipotermia, masaiah asupan makanan neonatus,

prematuritas retinopati, perdarahan intraventrikular, necrotizing

enterocolitis, gangguan otak (risiko untuk cerebral palsy),

hiperbilirubinemia. anemia, dan sepsis.

2) Prolaps funiculii penurunan tali pusat

Hal ini bisa menyebabkan gawat Janin dan kematian janin akibat

hipoksia (sering terjadi pada presentasi bokong atau Ietak lintang).

3) Hipoksia dan asfiksia

Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, nilai APGAR rendah,

ensefalopati, cerebral palsy, perdarahan intracranial, gagal ginjal, dan


sindrom gawat napas

2.1.8 Pencegahan

Pencegahan ketuban pecah dini terbagi 2 yaitu:

a) Pencegahan primer

Untuk mengurangi terjadinya pecah ketuban dini. dianjurkan bagi

ibu hamil untuk mengurangi aktivitas pada akhir trimester kedua dan

awal trimester ke 3, serta tidak melakukan kegiatan yang

membahayakan kandungan selama kehamilan. Ibu hamil juga harus

dinasihatkan supaya berhenti merokok dan minum alkohol. Berat badan

ibu sebelum kehamilan juga harus cukup mengikuti Indeks Massa

Tubuh (IMT) supaya tidak berisiko timbul komplikasi. Selain itu,

pasangan juga dinasihatkan supaya menghentikan koitus pada trimester

akhir kehamilan bila ada faktor predisposisi.

b) Pencegahan sekunder

Mencegah infeksi intrapartum dengan anlibiotika spektrum luas:

gentamicin iv 2 x 80 mg. ampicillin iv 4 x I mg, amoxicillin iv 3 x I mg,

penicillin iv 3 x 1.2 juta IIJ. metronidazol drip. Pemberian

kortikosteroid pada ibu bisa menimbulkan konlroversi, karena di satu

pihak dapat memperburuk keadaan ibu karena menurunkan imunitas, di

lain pihak dapat menstimulasi pematangan paru janin (surfaktan).


2.2. Hubungan Faktor Risiko dengan Ketuban Pecah Dini

1. Usia Ibu

Usia ibu merupakan salah satu tolak ukur kesiapan seorang ibu

untuk melahirkan, dimana usia ideal untuk menjalani proses kehamilan

dan persalinan adalah usia 20-35 tahun.3 Kehamilan pada usia muda

(<20 tahun) sering terjadi penyulit/komplikasi bagi ibu maupun janin.

Karena disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil,

dimana rahim belum bias menahan kehamilan dengan baik sehingga

selaput ketuban belum matang dan mudah mengalami robekan sehingga

dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Sedangkan pada umur

>35 tahun keadaan otot-otot dasar panggul tidak lagi elastik, sehingga

mudah terjadi penyulit/komplikasi seperti serviks mudah berdilatasi

sehingga dapat menyebabkan pembukaan serviks terlalu dini sehingga

dengan mudahnya terjadi ketuban pecah dini.

2. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi

pengetahuan orang atau keluarga dalam masyarakat. Pendidikan

responden yang rendah akan menyulitkan proses pengajaran dan

pemberian informasi, sehingga pengetahuan tentang faktor-faktor risiko

suatu penyakit juga terbatas. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari

Romauli (2011) bahwa tingkat pendidikan ibu hamil sangat berperan

dalam dalam kualitas perawatan dan pemeriksaan kehamilannya.

Informasi yang berhubungan dengan perawatan kehamilan sangat


dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan ibu mengenai

kehamilannya.Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah

menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang

dimiliki.

Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap nilai nilai yang bari

diperkenalkan (Kuncoroningrat 1997 dikutip dalam Nursalam 2001).

Pendidikan digolongkan menjadi 3 yaitu Pendidikan dasar yang

berlangsung selama 9 tahun pertama masa sekolah anak – anak, yaitu

dari SD sampai tingkat SMP, Pendidikan menengah merupakan lanjutan

pendidikan dasar (SMA atau sederajadnya), dan pendidikan tinggi yaitu

jenjang pendidikan formal setelah pendidikan menengah pada akademi

atau universitas. (KBBI 2008). Pada umumnya, ibu dengan pendidikan

rendah kurang memiliki pengetahuan akan perawatan kehamilanya, baik

dari segi nutrisi, aktivitas (hal hal apa yang boleh dilakukan dan tidak

boleh dilakukan saat hamil khususnya saat usia kehamilan trimester 3)

personal higene, kontrol kehamilan pada tenaga kesehatan, faktor –

faktor resiko kehamilan serta tindakan pertama yang dilakukan

berhubungan dengan tanda – tanda bahaya kehamilan maupun persalinan.

Begitu pula halnya saat ketuban pecah lebih awal dari perkiraan

persalinan, ibu hamil yang berpendidikan tinggi dan mengerti dengan

kondisinya akan langsung datang ke petugas kesehatan, sebaliknya orang

yang berpendidikan rendah akan mencari pertolongan lain ke tenaga non

medis, khususnya di daerah-daerah pedesaan.


3. Paritas Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami wanita.

Adapun beberapa klasifikasi paritas antara lain :

a) Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang mampu

hidup.

b) Primipara adalah wanita yang pernah 1 kali melahirkan bayi yang telah

mencapai tahap mampu hidup.

c) Multipara adalah wanita yang telah melahirkan 2 bayi atau lebih.

d) Grademultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 bayi atau lebih.

Menurut teori (Cunningham, 2012) menyatakan bahwa keadaan paritas

multipara dan grandemultipara meningkatkan risiko KPD. Multiparitas

menyebabkan kelemahan intrinsik uterus, karena trauma serviks pada

persalinan pervaginam sebelumnya. Multiparitas menyebabkan motilitas

uterus meningkat, perut menggantung, berkurangnya kelenturan leher

rahim. Hal diatas, menyebabkan pembukaan dini pada serviks berakibat

terjadinya KPD. Susunan serviks pada multigravida dan grandemultipara

lebih banyak serabut saraf dari pada jaringan ikat. Rusaknya jaringan

serviks tersebut memungkinkan otot dasar dari uterus meregang.

4. Kadar Hemoglobin

Anemia dalam kehamilan adalah keadaan penurunan konsentrasi

hemoglobin dalam darah sampai kadar Hb < 11 gr/dl.25 Anemia yang

paling sering terjadi pada kehamilan adalah anemia zat besi. Jika
persediaan zat besi berkurang pada kehamilan dapat menyebabkan anemia.

Pada ibu hamil yang mengalami anemia sering ditemukan tanda-tanda

lemas, pucat, cepat lelah, mata berkunang-kunang akibat dari

berkurangnya massa hemoglobin didalam jaringan sehingga tidak mampu

memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh tubuh terutama

jaringan ketuban akibatnya menimbulkan kerapuhan pada selaput ketuban.

Menurut teori Astuti (2010) menyatakan bahwa anemia pada

kehamilan menyebabkan berkurangnya massa hemoglobin di dalam

jaringan sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa

oksigen keseluruh tubuh. Kurangnya oksigenasi terutama jaringan ketuban

akibatnya menimbulkan kerapuhan pada selaput ketuban. Manuaba (2007)

menyatakan bahwa anemia dalam kehamilan menyebabkan ibu hamil tidak

begitu mampu untuk menghadapi kehilangan darah dan membuatnya

rentan terhadap infeksi serta menimbulkan hipoksia fetal dan persalinan

prematur sehingga meningkatkan resiko terjadinya ketuban pecah dini. Ibu

hamil dengan anemia menyebabkan daya tahan tubuh dan suplai nutrisi ke

janin menjadi berkurang. Kadar hemoglobin yang rendah memungkinkan

wanita hamil mudah mengalami infeksi.

Defisiensi nutrisi dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap infeksi

dan kekuatan membran kolagen, abnormalitas struktur kolagen dan

perubahan matriks ekstraseluler. Anemia mempengaruhi kekuatan respon

tubuh terhadap infeksi dan fungsi imun yang mengakibatkan penurunan

kemampuan sel pembunuh alamiah. Mekanisme infeksi akan mengganggu

proses kolagenolitik sehingga terjadi gangguan keseimbangan antara


produksi Matrix Metalloproteinase (MMP) yaitu enzim yang diproduksi

oleh matriks ekstraseluler termasuk kolagen dan yang menghambat

produksi MMP. Selaput ketuban akan memberikan respon terhadap

inflamasi sehingga menjadi tipis dan mudah pecah (Cunningham et.al,

2005).

5. Gemelli

Menurut Manuaba (2012), kehamilan ganda atau kehamilan kembar

adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih, frekuensi kehamilan kembar

condong meningkat. Janin kembar dua biasanya terjadi akibat pembuahan

dua ovum terpisah disebut kembar dizigot atau fraternal. Meskipun lebih

jarang, kembar dua dapat berasal dari satu ovum yang dibuahi yang

kemudian terbelah disebut kembar monozigot atau identik (Cunningham,

2013).Menurut Manuaba (2012), salah satu penyebab terjadinya ketuban

pecah dini adalah ketegangan rahim berlebihan seperti kehamilan

ganda/kembar. Kehamilan ganda merupakan kehamilan dengan ukuran

uterus yang lebih besar dibanding umur kehamilannya, sehingga terjadi

keregangan rahim berlebihan. Hal tersebut akan meningkatkan tekanan

intrauterin, dengan tekanan yang berlebihan ini vaskularisasi tidak berjalan

dengan lancar yang dapat mengakibatkan selaput ketuban kekurangan

jaringan ikat. Sehingga menyebabkan selaput ketuban tidak kuat atau lemah

dan bila terjadi sedikit pembukaan servik saja maka selaput ketuban akan

mudah pecah.
6. Infeksi Bakterial Vaginosis

Bakterial Vaginosis adalah suatu keadaan abnormal pada ekosistem

vagina yang disebabkan oleh bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri

anaerob menggantikan lactobacillus yang mempunyai konsentrasi tinggi flora

normal vagina.Pecahnya selaput ketuban bisa disebabkan oleh banyak hal,

salah satunya adalah karena pertumbuhan bakteri anaerob pada vagina.

Bakteri tersebut dapat berasal dari infeksi ascenden yang berawal dari

hygiene yang buruk. Bakteri yang berjalan secara ascenden akan berjalan

melalui serviks masuk ke selaput ketuban lalu menurunkan fungsi selaput

ketuban.Adanya perubahan flora vagina menyebabkan terjadinya bakterial

vaginosis, ibu hamil dengan bakterial vaginosis mempunyai risiko lebih

tinggi untuk terserang amnionitis, endometritis pasca persalinan, ketuban

pecah dini dan persalinan prematur. Bakteri - bakteri yang menginfeksi

saluran genetalia dapat memproduksi fosfolipase, kolagenase dan protease

yang dapat menyebabkan perubahan pH, selain itu adanya bakteri patogen

akan mengganggu flora normal dalam vagina. Selain itu Parry Strauss (1998)

berpendapat bahwa mikroorganisme yang menyebabkan bakterial vaginosis

mengeluarkan protease yang dapat mendegenerasikan kolagen dan

melemahkan selaput ketuban hal ini dapat memperburuk keadaan selaput

ketuban dan akhirnya pecah

7. Riwayat KPD Kehamilan Sebelumnya

Riwayat KPD sebelumnya berisiko 2-4 kali mengalami KPD kembali.

Patogenesis terjadinya KPD secara singkat ialah akibat adanya penurunan


kandungan kolagen dalam membran sehingga memicu terjadinya KPD aterm

dan KPD preterm terutama pada pasien risiko tinggi. Wanita yang mengalami

KPD pada kehamilan atau menjelang persalinan maka pada kehamilan

berikutnya akan lebih berisiko mengalaminya kembali antara 3-4 kali dari

pada wanita yang tidak mengalami KPD sebelumnya, karena komposisi

membran yang menjadi mudah rapuh dan kandungan kolagen yang semakin

menurun pada kehamilan berikutnya (Cunningham 2006).

8. Kelainan Letak Janin

Menurut Saifuddin (2009), kelainan letak terdiri dari kelainan posisi

dan persentasi janin. Kelainan posisi (Malposisi) adalah posisi abnormal dari

vertex kepala janin (dengan ubun- ubun kecil sebagai penanda) terhadap

panggul ibu. Sedangkan kelainan pesentasi (malpresentasi) adalah semua

presentasi lain dari janin selain presentasi vertex.Presentasi bokong

merupakan suatu keadaan dimana janin dalam posisi membujur/memanjang,

kepala berada pada fundus sedangkan bagian terendah adalah bokong

(Manuaba, 2012). Letak sungsang adalah kehamilan dengan anak letak

memanjang dengan bokong/kaki sebagai bagian terendah (Mochtar, 2012).

Letak lintang didefinisikan suatu keadaan dimana janin melintang di dalam

uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong pada sisi yang

lain (Nugroho. T, 2012). Rukiyah (2010), menambahkan bahwa kelainan

letak merupakan suatu penyulit persalinan yang sering terjadi karena keadaan

atau posisi janin dalam rahim yang tidak sesuai dengan jalan lahir, yaitu

seperti letak lintang dan letak sungsang. Hal ini terjadi karena

ketidakteraturan bagian terendah janin untuk menutupi atau menahan


PintuAtas Panggul (PAP), sehingga mengurangi tekanan terhadap membran

bagian bawah.

Pada ibu bersalin dengan kelainan letak sangat rentan terhadap kejadian

ketuban pecah dini. Faktanya ibu bersalin dengan kelainan letak yang

mengalami ketuban pecah dini cukup banyak yaitu sebesar 28,7%. Kelainan

letak merupakan suatu penyulit persalinan yang sering terjadi karena keadaan

atau posisi janin dalam rahim yang tidak sesuai dengan jalan lahir yang

menyebabkan terjadinya ketidakteraturan bagian terendah janin untuk

menutupi atau menahan Pintu Atas Panggul (PAP), serta mengurangi tekanan

terhadap membran bagian bawah dan bagian terendah ketuban langsung

menerima tekanan intrauterin yang dominan sehingga dapat menyebabkan

ketuban pecah dini.Menurut Freser (2009), bahwa seorang ibu hamil yang

mengalami kelainan letak janin menyebabkan permukaan tidak rata dengan

presentasi terendah pada PAP, kondisi ini menyebabkan peregangan

berlebihan pada uterus. Perengangan berlebihan pada uterus tersebut

memungkinkan untuk mendesak selaput ketuban pecah sebelum persalinan

dimulai.

2.3 Konsep Kehamilan Berdasarkan Jurnal

Menurut penelitian Nia Aprilla(2018) Judul Faktor Risiko Ibu

Bersalin Yang Mengalami Ketuban Pecah Dini Di Rsud Bangkinang.

KPD merupakan urutan pertama penyebab infeksi yang dapat

menyebabkan AKI (Supartini, 2011). Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah

pecahnya ketuban sebelum proses persalinan berlangsung (Prawirohardjo,

2007). Penyebab dari KPD masih belum jelas, maka tindakan preventif
tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan terjadinya infeksi.

Walaupun ketuban sering pecah spontan sebelum persalinan semakin lama

selaput tersebut pecah sebelum kelahiran akan semakin besar risiko infeksi

pada janin maupun ibunya (Manuaba, 2010). Insidensi KPD berkisar

antara 10% dari semua kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya

bervariasi antara 6-19%. Sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya

2% dari semua kehamilan. Hampir semua KPD pada kehamilan preterm

akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu

setelah selaput ketuban pecah (Surasmi, 2009).

Ketuban Pecah Dini merupakan masalah penting dalam obstetrik

berkaitan dengan penyulitkelahiran prematur dan terjadinya infeksi

korioamnionitis sampai sepsis, yang dapat menimbulkan morbiditas dan

mortalitas pada ibu maupun bayi (Prawirohardjo, 2008). Adapun faktor

risiko dari Ketuban Pecah Dini adalah umur, paritas, riwayat KPD,

kehamilan ganda. Wanita yang melahirkan anak pada usia di bawah 20

tahun atau lebih dari 35 tahun merupakan faktor risiko terjadinya ketuban

pecah dini yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Pada usia

dibawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang

dengan matang sehingga belum dapat menerima kehamilan dan persalinan

dengan baik, sedangkan pada usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi

seorang wanita sudah mulai berkurang kemampuannya dalam menerima

kehamilan dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga kemungkinan

untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan terutama KPD akan lebih

besar (Masnida, 2013).


Menurut penelitian Sakriawati M dan Rahmawati (2020) dengan

judul Risiko Usia dan Paritas Ibu Hamil terhadap Kejadian Ketuban Pecah

Dini.

Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban

sebelum ada tanda-tanda persalinan dan setelah satu jam tidak diikuti

proses inpartu sebagaimana mestinya. Kejadian KPD di seluruh dunia

berkisar antara 5-10% dari semua kelahiran. Sementara di Indonesia

Insiden KPD 4,5% dari seluruh kehamilan. KPD preterm terjadi 1% dari

semua kehamilan dan 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan aterm.

Hampir semua KPD pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm

atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban

pecah. Sekitar 70% kasus KPD juga terjadi pada kehamilan cukup bulan.

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa ada hubungan dengan

faktor yang menyebabkan terjadinya kejadian KPD antara lain paritas, usia

ibu, kelainan selaput ketuban, serviks yang pendek, indeksi, serviks

inkompeten, trauma, gemeli, hidramnion, kelainan letak, alkohol dan

merokok, kelainan selaput ketuban, CPD (cephalopelvic disproportion),

usia, faktor golongan darah, dan defisiensi gizi. Komplikasi kejadian KPD

yang paling sering terjadi pada ibu bersalin yaitu infeksi dalam persalinan,

infeksi masa nifas, partus lama, perdarahan postpartum, meningkatkan

kasus bedah caesar, dan meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal

(Maharrani dan Nugrahini, 2017; Rahayu & Sari, 2017; Wahyuni, R.,

Windari, AP. & Putra H, 2020), sedangkan pada janin komplikasi yang

paling sering terjadi yaitu prematuritas, penurunan tali pusat, hipoksia dan
asfi ksia, sindrom deformitas janin, dan meningkatkan morbiditas dan

mortalitas perinatal (Rahayu & Sari, 2017)

2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan persalinan

2.3.1 Standar I. Pengkajian

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dam

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.

Kriteria Pengkajian :

1) Data tepat, akurat, dan lengkap

2) Terdiri dari Data Subjektif (hasil anamnesa; biodata, keluhan utama,

riwayat obstetri, riwayat kesehatan, data psikososial, pola kebutuhan

sehari-hari)

3) Data Objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan

penunjang)

2.3.2 Standar II. Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dam

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.

Kriteria Pengkajian :

1) Data tepat, akurat, dan lengkap

2) Terdiri dari Data Subjektif (hasil anamnesa; biodata, keluhan utama,

riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya)

3) Data Objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan

penunjang)
2.3.3 Standar III : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan

Bidan menganalisis data yang diperoleh pada pengkajian,

menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakan

diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat. Kriteria Perumusan

Diagnosa dan atau Masalah :

1) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan

2) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien

3) Dapat diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara mandiri,

kolaborasi, dan rujukan.

2.3.4 Standar IV : Perencanaan

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan

masalah yang ditegakkan. Kriteria Perencanaan

1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi

klien; tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara

komprehensif.

2) Melibatkan klien/ pasien dan atau keluarga

3) Mempertimbangkan kondisi psikologis, sosial budaya klien/

keluarga.

4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien

berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang

diberikan bermanfaat untuk klien.

5) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku

sumberdaya serta fasilitas yang ada.


2.3.5 Standar V : Implementasi

Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara

komprehensif, efektif, efisien dan aman kepada klien/pasien, dalam

bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan

secara mandiri, kolaborasi dan rujukan. Kriteri.

Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko- sosial-

spiritual-kultural. Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan

dari klien dan atau keluarganya (inform consent).

1) Melaksankan tindakan asuhan

2) Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan.

3) Menjaga privasi klien/pasien.

4) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi.

5) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan.

6) Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai.

7) Melakukan tindakan tindakan sesuai standar.

8) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan

2.3.6 Standar VII : Evaluasi

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan

untuk melihat keefektifan dari asuhan kebidanan yang sudah diberikan,

sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien. Kriteria

Evaluasi :

1) Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan

sesuai kondisi klien.


2) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan

atau keluarga.

3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar

4) Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien

2.3.7 Standar VII : Pencatatan asuhan kebidanan

Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan

jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam

memberikan asuhan kebidanan. Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan

Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada

formulir yang tersedia (rekam medis/KMS/Status Pasien/Buku KIA).

Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP

1) S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa

2) O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan

3) A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan

4) P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan

Penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,

tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan,

dukungan, kolaborasi evaluasi/follow up dan rujukan


BAB 3
TINJAUAN KASUS

Nama Istri : N y . U ............................Nama Suami : Tn.H


Umur : 3 0 t a h u n .................. Umur : 30 Tahun
Alamat : N a n i a ..........................RT./ RW .: 0 0 1 / 0 0 2
Pendidikan : S a r j a n a .......................Pendidikan Suami : S a r j a n a
Pekerjaan : Kontrak Pekerjaan Suami : P e t a n i

3.1 ANAMNESA
Tanggal :24–02-2022...............Oleh :Bidan Indaraya Hatuwe
Pasien datang:Hari Selasa,Tanggal: 22-02-2022 jam :0 9 . 0 0 W I T
G:1 ,P 0,A 0
Haid terakhir : 17 - 05 -2021
Tafsiran Persalinan : .24 – 2 - 2022
Perkawinan : 1 kali, dengan suami sekarang 1 tahun
Umur pertama kali kawin 30 tahun
Riwayat persalinan yang lalu tidak ada
Mulai sakit , hari : senin ,tanggal, 21 -02-2022 ,jam, 05.0 wit
Pengeluaran pervagina : lendir campur darah ,sejak hari senin ,tgl 22 -02-
2022.... jam.. 12.00 wit

3.2 STATUS SEKARANG


Keadaan umum : baik
Kesadaran : Composmestis
TB : 156 cm
BB : 61 kg
Tensi : 110 / 70 MmHg
Nadi : 80 x/M
Suhu : 36
RR : 20 x/M
Anggota gerak: oedema : + / tidak ada , varises : tidak ada,Reflek : +
Tinggi Fundus Uteri : 3 jari d bawah PX
His: 3x 10 munit, lama 25 detik
BJA : ( 3 2 - 1 1 ) x 1 5 5 = 2 1 5 0 g r a m

3.3 INSPEKSI

§ Kepala :Bersih, rambut hitam, tidak ada benjolan abnormal

§ Muka : Kelopak mata : Simetris

Conjungtiva :Merah muda

Sklera :Putih

§ Mulut dan gigi : Bibir : Lembab, tidak pecah-pecah

Lidah :Bersih, tidak stomatitis

Gigi :Tidak karies gigi

§ Hidung : Simetris : Simetris, tidak ada polip, ada septum

Sekret :Tidak ada sekret

Kebersihan :Bersih

§ Leher : Pembesaran vena jugularis : Tidak ada pembesaran

Pembesaran kelenjar thyroid: Tidak ada pembesaran

Pembesaran kelenjar getah bening :Tidak ada pembesaran

§ Dada : Simetris : Simetris kanan kiri

Pembesaran payudara :Pembesaran normal, tidak ada kelainan

Hiperpigmentasi :Hiperpigmentasi areola kanan/kiri

Papila mammae :Menonjol

Keluaran :-

Kebersihan :Bersih

§ Perut : Pembesaran : Normal, TFU 33 cm


Bekas luka operasi :Tidak ada

Linea :Nigra

Striae :Livida

Pembesaran lien/ liver :Tidak ada pembesaran

§ Anogenetalia : Vulva vagina :Warna : Kemerahan

Luka parut :Tidak ada

Oedema :Tidak odema

Varises :Tidak varises

Keluaran :Lendir darah

Hemorroid :Tidak hemorroid

Kebersihan :Bersih

§ Ekstremitas atas dan bawah : Oedema : Tidak odema kanan/kiri

Varises :Tidak varises

Kekakuan sendi: Tidak ada kekakuan sendi

3.4 PALPASI

§ Leher : Pembesaran vena jugularis : Tidak ada pembesaran

Pembesaran kelenjar thyroid:Tidak ada pembesaran

Pembesaran kelenjar getah bening :Tidak ada pembesaran

Struma :Tidak ada

§ Dada : Benjolan/ Tumor : Tidak ada

Keluaran :-

§ Perut : Pembesaran lien/ liver : Tidak ada

TFU :32 cm

Kontraksi uterus :3x10 menit, lama 40 detik


Kandung kemih :Kosong

LEOPOLD I : Bagian fundus uteri teraba lunak,bulat


tidak melenting.
LEOPOLD II : Perut bagian kanan ibu teraba
keras,panjang seperti, dan perut bagian
kiri ibu teraba bagian-bagian terkecil
janin.
LEOPOLD III : Bagian terendah perut ibu teraba
bulat,keras melenting, bagian terendah
dapat digoyang.
LEOPOLD IV : Belum masuk PAP, konvergen
§ Ekstremitas atas dan bawah : Oedema : Tidak odema

3.5 Kala I ( Kala Pembukaan)

Tgl. : 24-2-2022, jam : 09.15

Hasil VT : Presentasi kepala, teraba ubun-ubun kecil, pembukaan 8 cm,

effacement 75 %, ketuban (-)

DIAGNOSA

Ny. U, 30 tahun, G1P0A0 usia kehamilan 40 minggu dengan inpartu kala 1 fase

aktif

INTERVENSI :

1. Berikan dukungan pada ibu dalam menghadapi proses persalinan

2. Anjurkan ibu makan dan minum agar ibu memperoleh energi untuk

menghadapi persalinan

3. Anjurkan ibu tidur miring kiri untuk mempercepat proses pembukaan

4. Ajari ibu teknik relaksasi napas dalam untuk mengontrol tingkat nyeri

persalinan

5. Kolaboraasi dengan dokter untuk pemberian terapi


IMPLEMENTASI

1. Memberikan dukungan pada ibu dalam menghadapi persalinan

2. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum agar ibu memperoleh energi

saat persalinan

3. Menganjurkan ibu untuk tidur miring kiri untuk memrercepet proses

pembukaan

4. Mengajari ibu teknik relaksasi napas dalam untuk mengontrol tingkat nyeri

persalinan

5. Kolaboraasi dengan dokter untuk pemberian terapi

EVALUASI :

Tabel 3. 1 Evaluasi Pelaksanaan


Subyekti Assesme
Tgl Obyektif Jam Penatalaksanaan
f nt
24 - Ibu A. Pemeriksaan Nn. U, 30 09.05 1. Memberikan
dukungan pada
2 mengatak Umum tahun, ibu dalam
menghadapi
2022 an Kesadaran : UK 40 persalinan
2. Menganjurkan
perutnya Composmentis minggu ibu untuk
makan dan
mulas, Tekanan Darah: dengan minum agar ibu
memperoleh
dan 110/70 mmHg inpartu energi saat
persalinan
keluar Nadi:82x/menit kala 1 3. Menganjurkan
ibu tidur miring
lender Pernafasan:24x/ fase aktif kiri untuk
memrercepet
darah menit proses
pembukaan
BB 4. Mengajari ibu
teknik relaksasi
sekarang/TB :61 napas dalam
untuk
kg/ 156 cm mengontrol
tingkat nyeri
persalinan
5.Kolaboraasi

B. Pemeriksaan Fisik dengan dokter

1. Muka : Tidak untuk pemberian

ada kelainan, terapi

simetris, tidak

ada

pembengkakan.

2. Mata: Tidak

ada kelainan,

simetris,

konjungtiva

merah muda,

sclera putih.

3. Dada : Tidak

ada benjolan

abnormal,

simetris,

4. Abdomen :

Tidak ada bekas

luka operasi.

LEOPOLD I :

Bagian fundus

uteri teraba

lunak,bulat tidak
melenting.

LEOPOLD II:

Perut bagian

kanan ibu teraba

keras,panjang

seperti, dan perut

bagian kiri ibu

teraba bagian-

bagian terkecil

janin.

LEOPOLD III:

Bagian terendah

perut ibu teraba

bulat,keras

melenting, bagian

terendah dapat

digoyang.

LEOPOLD IV :

Belum masuk

PAP, konvergen

5. Ekstremitas:

Tidak ada

oedema(-)/(-)

Reflek patella
(+)/(+)

3.6 KALA II s/d KALA IV

Tabel 3.2 Kala II s/d Kala IV


No Tgl Jam Perencanaan 60 Implementasi
Langkah APN dan Hasil
Tindakan
1 24-2- 15.00 1. Mendengar dan melihat Mendengar dan melihat tanda
2022 adanya tandapersalinan Kala persalinan, doran,teknus, perjol,
dua vulka
2. Pastikan kelengkapan Memastikan kelengkapan alat,
peralatan, bahan dan obat- bahan dan obat-obatan.
obatan esensial untuk
menolong persalinan dan
menatalaksana komplikasi
ibu dan bayi baru lahir.
Untuk resusitasi → tempat
datar, rata, brsih, kering dan
hangat, 3 handuk/kain bersih
dan kering, alat penghisap
lendir,lampu sorot 60 watt
dengan jarak 60 cm di atas
tubuh bayi
3. Pakai celemek plastik Memakai celemek
4. Melepaskan dan Melepas perhiasan, mencuci
menyimpan semua tangan
perhiasan yang dipakai,
cuci tangan dengan
saber dan air bersih
mengalirkemudian
keringkan tangan dengan
handuk DTT
5. Pakai sarung tangan DTT Memakai sarung tangan DTT,
pada tangan yang akan melakukan pemeriksaan dalam.
digunakan untuk Pembukaan : 10 cm, efficement
pemeriksaan Dalam 100 %, ketuban (-), hodge IV
Mendekntaminasi sarung
tangan.
6. Masukkan oksitosin ke Memasukkan oksitosin kedalam
dalam tabung suntik tabung suntik.
(gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT
dan steril (pastikan tidak
terjadi kontaminasi pada alat
suntik)
7. Membersihkan vulva dan Membersihkan vulva dan
perineum, menyekanya perineun dengan kasa.
dengan hati-hati dari depan Membuang kasa yang
ke belakang dengan terkontaminasi.
menggunakan kapas atau Mendekontaminasi sarung
kasa yang dibasahi airDTT tangan.
 Jika introitus vagina,
perineum atau anus
terkontaminasi
tinja,bersihkan
dengan seksama dari
arah depan ke
belakang
 Buang kapas atau
kasa pembersih(t
erkontaminasi)da
lam wadah
yangtersedia
 Ganti sarung tangan
jika
terkontaminasi(dekon
taminasi,lepaskan
dan rendam dalam
larutan clorin 0,5%)
8. Lakukan periksa dalam Memastikan pembukaan
untuk memastikan lengkap.
pembukaan lengkap.
Bila selaput ketuban belum
pecah dan pembukaan sudah
lengkaplakukan amiotomi
9. Dekontaminasi sarung Mendekontaminasi sarung
tangan dengan cara tangan.
mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung
tangan ke dalam larutan
klorin 0,5% kemudian
lepaskan dan rendam dalam
keadaan terbalikdalam
larutan 0,5% selama 10 menit
cuci tangan setelah sarung
tangan di lepas
10.Periksa denyut jantung Memeriksa DJJ : 146 x/menit.
janin (DJJ) setelah Mendokumentasikan hasil
kontraksi/saat relaksasi pemeriksaan pada partograf.
uterus untuk memastikan
bahwa DJJ dalam batas
normal (120
-160x/menit)
 Mengambil tindakan
yang sesuai jika DJJ
tidaknormal
 Mendokumentasikan
hasil-hasil
pemeriksaan dalam,
DJJ dan semua hasil-
hasil • penilaian
sertaasuhanlainnya
pada partograf
11. Beritahukan bahwa Memberi tahu ibu pembukaan
pembukaan sudah lengkap sudah lengkap.
dan keadaan janin baik dan Membentu ibu menentukan
bantu ibu dalam posisi yang nyaman.
menemukan posisi yang Memantau ibu dan janin.
nyaman dan sesuai dengan
keinginannya. Tunguu
hingga timbul rasa ingin
meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin
(ikuti pedoman
penatalaksanaan fase aktif )
dan dukumentasikan semua
temuan yang ada.
Jelaskan pada anggota
keluarga tentang
bagaimana peran mereka
untuk mendukung dan
memberi semangat pada
ibu untuk meneran secara
benar
12. Minta keluarga membantu Meminta keluarga untuk
menyiapkan posisi menbantu ibu memposisikan
meneran. (bila ada rasa dirinya dengan nyaman.
ingin meneran dan terjadi
kontraksi yang kuat,bantu
ibu ke posisi lain yang
diinginkan dan pastikan ibu
merasa nyaman)
13. Laksanakan bimbingan Membimbing ibu untuk
meneran pada saat ibu meneran saat kontraksi.
merasa ada dorongan kuat Memberikan dukungan pada
untuk meneran: ibu.
 Bimbing ibu agar Memberikan asupan cairan pada
dapat meneran ibu.
secara benar Menilai DJJ : 138 x/menit
danefektif
 Dukung dan beri
semangat pada saat
meneran
dan perbaiki cara
meneran apabila
caranya tidaksesuai
 Bantu ibu
mengambil posisi
yang nyaman
sesuai pilihannya
(kecuali posisi
berbaring
terlentang dalam
waktu yanglama)
 Anjurkan ibu
untuk beristirahat
di antarakontraksi
 Anjurkan keluarga
memberi dukungan
dan semangat untukibu
 Berikan cukup
asupan cairan peroral
(minum)
 Menilai DJJ setiap
kontraksi uterus
selesai
 Segera rujuk jika
bayi belum atau
tidak akan segera
lahir setelah
120menit (2 jam)
meneran pada
primigravida atau
60 menit (1jam)
Meneran pada
multigravida
14. Anjurkan ibu untuk Menganjurkan ibu untuk
berjalan, berjongkok atau berjongkon atau mengambil
mengambil posisi yang posisi yang nyaman.
nyaman, jika ibu belum
merasa ada dorongan untuk
meneran dalam 60 menit
15. Letakkan handuk bersih Meletakan handuk bersih
(untuk mengeringkan bayi) diperut ibu ketika kepala
di perut ibu, jika kepala membuka vulva 5-6 cm.
bayi telah membuka vulva
dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih Meletakkan kain bersih yang
yang dilipat 1/3 bagian di dilipat 1/3 bagian dibawah
bawah bokong ibu bokong ibu.
17.Buka tutup partus set Membuka tutup partus set dan
danperhatikan kembali memastikan kelengkapan alat.
kelengkapan alat danbahan
18.Pakai sarung tangan Memakai sarung tangan DTT
DTT pada kedua tangan
19. Setelah. tampak kepala Melindungi perineum saat
bayi dengan diameter 5-6 kepela tampak membuka vulva
cm membuka vulva maka 5-6 cm dengan kain bersih dan
lindungi perineum dengan satu kering. Tangan yang lain
tangan yang dilapisi menahan kepala bayi untuk
dengan kain bersih dan menahan posisi defleksi dan
kering. Tangan yang lain membantu lahirnya kepala.
menahan kepala bayi untuk Menganjurkan ibu untuk
menahan posisi defleksi meneran perlahan atau
dan membantu lahirnya bernafas cepat dan dangkal.
kepala. Anjurkan ibu untuk
meneran perlahan atau
bernafas cepat dan dangkal
20. Periksa kemungkinan Memeriksa adanya lilitan tali
adanya lilitan tali pusat dan pusat.
ambil tindakan yang sesuai Jika tali pusat melilit leher
jika hal itu terjadi, dan secara longgar, lepaskan
segera lanjutkan proses lewat bagian atas
kelahiranbayi kepalabayi.
 Jika tall pusat Jika tali usat melilit leher secara
melilit leher secara kuat klem tali pusat di dua
longgar, lepaskan tempat dan potong
lewat bagian atas diantaraklem.
kepalabayi
 Jika tali usat melilit
leher secara kuat
klem tali pusat di dua
tempat dan potong
diantaraklem.
21. Tunggu kepala bayi Menunggu kepala bayi
melakukan putaranpaksi melakukan putar paksi luar
luar secara spontan secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan Setelah kepala melakukan
putaran paksi luar, pegang putaran paksi luar, pegang
secara biparental.Anjurkan secara biparental. menganjurk
ibu untuk meneran saat ada an ibu untuk meneran saat ada
kontraksi,dengan lembut kontraksi ,dengan lembut
gerakkan kepala ke arah gerakkan kepala ke arah
bawah dan distal hingga bawah dan distal hingga bahu
bahu depan muncul depan muncul dibawah arkus
dibawah arkus pubisdan pubisdan kemudian gerakkan
kemudian gerakkan kearah atas kearah atas dandistal untuk
dandistal untuk melahirkan melahirkan bahubelakang.
bahubelakang
23. Setelah kedua bahu lahir, Setelah kedua bahu lahir,
geser tangan bawah untuk menggeser tangan bawah untuk
kepala dan bahu. Gunakan kepala dan bahu. menggunakan
tangan atas untuk tangan atas untuk menelusuri
menelusuri dan memegang dan memegang lengan dan siku
lengan dan siku sebelah sebelah atas.
atas
24. Setelah tubuh dan lengan Setelah tubuh dan lengan lahir,
lahir, penelusuran tangan penelusuran tangan alas
alas berlanjut ke punggung, berlanjut ke punggung,
bokong, tungkai dan kaki. bokong, tungkai dan kaki.
Pegang kedua mata kaki Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk (masukkan telunjuk diantara
diantara kaki dan pegang kaki dan pegang masing-
masing-masing mata kaki masing mata kaki dengan ibu
dengan ibu jari dan jari-jari jari dan jari-jari lainnya )
lainnya )
15:35 25. Lakukan Penilaian (selintas): Melakukan penilaian sepintas :
 Apakah bayi Bayi cukup bulan
cukupbulan? Air ketuban jernih
 Apakah air Bayi menangis kuat, napas
ketuban spontan
jernih,tidak Gerak aktif
tercampurmeko
nium?
 Apakah bayi
menangis kuat
dan/atau bernapas
tanpakesulitan?
 Apakah bayi
bergerak dengan
aktif ? Bila salah
satu jawaban adalah
TIDAK lanjutkan ke
langkah resusitasi
pada asfiksia bayi
baru lahir jika
jawaban Ya
lanjutkankelangkah
26
26. Keringkan Tubuh Bayi Mengeringkan bayi mulai dari
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian
muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tubuh lainnya kecuali tangan tanpa membersihkan
bagian tangan tanpa verniks.
membersihkan verniks. Mengganti handuk basah
Ganti handuk basah dengan dengan handuk atau kain
handuk atau kering biarkan bayi diatas
kain kering biarkan bayi perut ibu.
diatas perut ibu.

27. Periksa kembali uterus Memeriksa kembali uterus


untukmemastikan tidak ada untuk memastikan tidak ada lagi
lagi bayi dalam uterus bayi dalam uterus (hamil
(hamil tunggal). tunggal).
28. Beritahu ibu bahwa is akan Memberitahu ibu bahwa is akan
disuntikoksitosin agar disuntik oksitosin agar uterus
uterus berkontraksi baik. berkontraksi baik.
29. Dalam waktu. 1 menit menyuntikkan oksitosin 10 unit
setelah bayi lahir, IM (intramuskuler) di 1/3 paha
suntikkan oksitosin 10 unit alas bagian distal lateral
IM (intramuskuler) di 1/3 (lakukan aspirasi sebelum
paha alas bagiandistal menyunti oksitosin)
lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyunti
oksitosin)
30. Setelah 2 menit pasca Menjepit tali pusat dengan
persalinan, jepit tali pusat klem kira-kira 3 cm dari pusat
dengan klem kira-kira 3 cm bayi. Mendorong isi tali pusat
dari pusat bayi. Mendorong ke arah distal (ibu) dan jepit
isi tali pusat ke arah distal kembali tali pusat 2cm dari
(ibu) dan jepit kembali tali klem pertama.
pusat 2cm dari klem pertama.
31. Pemotongan dan Memotong dan mengikat tali
Pengikatan Tali Pusat pusat.
 Dengan satu tangan,  Dengan satu tangan,
pegang tali pusat pegang tali pusat yang
yang telah dijepit telah dijepit (lindungi
(lindungi perut bayi), perut bayi), dan lakukan
dan lakukan pengguntingan tall pusat
pengguntingan tall di antara 2 klem
pusat di antara 2 tersebut.
klemtersebut.  Mengikat tali pusat
 Ikat tali pusat dengan benang DTT
dengan benang atau steril pada satu sisi
DTT atau steril kemudian melingkarkan
pada satu sisi kembali benang tersebut
kemudian dan mengikatnya dengan
melingkarkan simpul kunci pada sisi
kembali benang lainnya
tersebut dan  Melepaskan klem dan
mengikatnya masukkan dalam wadah
dengan simpul yang telah disediakan
kunci pada
sisilainnya
 Lepaskan klem dan
masukkan dalam
wadah yang
telahdisediakan
32. Letakkan Bayi Agar Ada Meletakkan bayi tengkurap di
Kontak Kulit Ibu ke Kulit dada ibu. Luruskan bahu bayi
Bayi. Letakkan bayi sehingga bayi menempel di
tengkurap di dada ibu. dada/perut ibu. Usahakan kepala
Luruskan bahu bayi bayi berada di antara payudara
sehingga bayi menempel di ibu dengan posisi lebih rendah
dada/perut ibu. Usahakan dari puling payudara ibu
kepala bayi berada di
antara payudara ibu dengan
posisi lebih rendah dari
puling payudara ibu
33. Selimuti ibu dan bayi Menyelimuti ibu dan bayi
dengan kain hangat dan dengan kain hangat dan pasang
pasang topi di kepala bayi. topi di kepala bayi.
34. Pindahkan klem pada tali Memindahkan klem pada tali
pusatberjarak5-10 cm dan pusatberjarak 5-10 cm dan
vulva vulva
35. Letakkan satu tangan di Meletakkan satu tangan di atas
atas kain pada perut ibu, di kain pada perut ibu, di tepi atas
tepi atas simfisis,untuk simfisis,untuk mendeteksi satu
mendeteksi satu tangan tangan yang lain memegang tali
yang lainmemegang tali pusat.
pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, Menegangkan talipusat saat
tegangkan tali pusat ke uterus berkontraksi. tegangkan
arah bawah sambil tangan tali pusat ke arah bawah sambil
yang lain mendorong tangan yang lain mendorong
uterus ke arahbelakang - uterus ke arah belakang - atas
atas (dorso kranial) secara (dorso kranial) secara hati-hati
hati-hati (untuk mencegah (untuk mencegah inversio
inversio uteri). Jika uteri). Jika placenta tidak lahir
placenta tidak lahir setelah setelah 30-40 detik, hentikan
30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
tunggu hingga timbul berikutnya dan ulangi prosedur
kontraksi berikutnya dan di alas. Jika uterus tidak segera
ulangi prosedur di alas. berkontraksi, minta ibu, suami
Jika uterus tidak segera atau anggota keluarga untuk
berkontraksi, minta ibu, melakukan stimulasi putting
suami atau anggota susu.
keluarga untuk melakukan
stimulasi putting susu.
37. Lakukan penegangan Melakukan penegangan dan
dan dorongan dorso- dorongan dorso-kranial
kranial hingga plasenta hingga plasenta terlepas,
terlepas, mints ibu mints ibu meneran sambil
meneran sambil penolong menarik tali pusat
penolong menarik tali dengan arah sejajar lantai
pusat dengan arah sejajar dan kemudian ke arah alas,
lantai dan kemudian ke mengikuti poros jalan lahir
arah alas, mengikuti (tetap lakukan
poros jalan lahir (tetap tekanandorso-kranial)
lakukan tekanandorso-  Jika tali pusat
kranial) bertambah
 Jika tali pusat panjang,
bertambah pindahkan klem
panjang, hingga berjarak
pindahkan klem sekitar 5-10 cm
hingga berjarak dari vulva dan
sekitar 5-10 cm lahirkanplacenta
dari vulva dan  Plasenta lepas
lahirkanplacenta dalam 5 menit.
 Jika placenta- tidak
lepas setelah 15
menu menegangka
n talipusat:
a. Beri dosis
ulangan
oksitosin 10
unitIM
b. Lakukan
kateterisasi
(aseptik) jika
kandung
kemihpenuh
c. Minta
keluarga
untuk
menyiapkan
rujukan.
d. Ulangi
penegangan tali
pusat 15
menitberikutnya
e. 5.jika plasenta
tidak lahir
setelah 30
menit bayi
lahiratau
jika terjadi perdarahan segera
lakukan plasenta manual.
15.45 38. Saat placenta muncul di Melahirkan plasenta dengan
introitus vagina, lahirkan kedua tangan saat placenta
plasenta dengan kedua muncul di introitus vagina.
tangan. Pegang dan putar Memegang dan putar placenta
placenta hingga selaput hingga selaput ketuban terpilin
ketuban terpilin kemudian kemudian lahirkan dan
lahirkan dan tempatkan tempatkan plasenta pada wadah
plasenta pada wadah yang yang telahdisediakan. Jika
telahdisediakan.Jika selaput ketuban robek, pakai
selaput ketuban robek, sarong tangan DTT atau steril
pakai sarong tangan DTT untuk melakukan eksplorasi sisa
atau steril untuk melakukan selaput kemudian gunakan jari-
eksplorasi sisa selaput jari tangan atau klem DTT atau
kemudian gunakan jari-jari stern untuk mengeluarkan
tangan atau klem DTT atau bagian selaput yang tertinggal
stern untuk mengeluarkan
bagianselaput yang
tertinggal
39. Segera setelah placenta dan Masase uterus segera setelah
selaput ketuban lahir, placenta dan selaput ketuban
lakukan masase uterus, lahir, letakkan telapak tangan di
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase
fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar
dengan gerakanmelingkar dengan lembut hingga uterus
dengan lembut hingga berkontraksi (fundus teraba
uterus berkontraksi (fundus keras) Lakukan tindakan yang
teraba keras) Lakukan diperlukan jika uterus tidak
tindakan yang diperlukan berkontraksi setelah 15 detik
jika uterus tidak masase.
berkontraksi setelah 15
detik masase.
40. Periksa kedua sisi plasenta Memeriksa kedua sisi plasenta
baik bagian ibu maupun baik bagian ibu maupun bayi
bayi dan pastikan selaput dan pastikan selaput ketuban
ketuban lengkap dan utuh. lengkap dan utuh. Masukkan
Masukkan placenta ke placenta ke dalam kantung
dalam kantung plastik atau plastik atau tempat khusus.
tempat khusus
41. Evaluasi kemungkinan Mengevaluasi kemungkinan
laserasi pada vagina dan laserasi pada vagina dan
perineum. Lakukan perineum.
penjahitan bila laserasi Melakukan penjahitan pada
menyebabkan perdarahan laserasi derajat II.
.
Bila ada robekan yang
menimbulkan pendarhan
aktif segera melakukan
Penjahitan.
42. Pastikan uterus Memastikan uterus berkontraksi
berkontraksi denganbaik dengan baik dan tidak terjadi
dan tidak terjadi perdarahan per vaginam.
perdarahan per vaginam
43. Biarkan bayi tetap Membiarkan bayi tetap
melakukan kontak kulit ke melakukan kontak kulit ke kulit
kulit di dada ibu paling di dada ibu paling sedikit 1 jam.
sedikit 1 jam.
 Sebagian besar bayi
akan berhasil
melakukan Inisiasi
Menyusu Dini dalam
waktu 30-60 menit.
Menyusu pertama
biasanya berlangsung
sekitar 10-15 menu.
Bayi cukup menyusu
dari satupayudara
 Biarkan bayi
berada di dada ibu
selama 1 jam
walaupun bayi
sudah
berhasilmenyusu
44. Setelah satu jam, lakukan Melakukan pemeriksaan fisik
pemeriksaan fisik bayi baru bayi baru lahir, beri antibiotika
lahir, beri antibiotika salep salep mata pencegahan, dan
mata pencegahan, dan vitamin Ki 1 mg intramuscular
vitamin Ki 1 mg di paha kiri anterolateral.
intramuscular di paha kiri
anterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian Memberikan suntikan imunisasi
vitamin K1 berikan Hepatitis B di paha kanan
suntikan imunisasi anterolateral setelah 1 jam dari
Hepatitis B di paha kanan pemberian vik K.
anterolateral. Letakkan
bayi di dalam jangkauan
ibu agar sewaktu-waktu
bisa disusukan. Letakkan
kembali bayi pada dada ibu
bila bayi belum berhasil
menyusu di dalam satu jam
pertama dan biarkan
sampai bayi berhasil menyusu.
46. Lanjutkan pemantauan Memantau kontraksi uterus
kontraksi dan setiap 15 menit pertama pasca
mencegah perdarahan persalinan pada 1 jam pertama
pervaginam dan setiap 30 menit pada 1 jam
 2-3 kali dalam kedua.
15 menit
pertama pasca
persalinan
 Setiap 15 menit
pada 1 jam
pertama
pascapersalinan.
 Setiap 20-30
menit pada
jamkedua
pascapersalinan
Jika uterus
tidak
berkontraksi
dengan baik,
melakukan
asuhan yang
sesuai untuk
menatalaksana
atonia uteri.
47. Ajarkan ibu/keluarga Mengajari ibu/keluarga cara
cara melakukanmasase melakukan masase uterus dan
uterus dan menilai menilai kontraksi.
kontraksi
48. Evaluasi dan estimasi Mengestimasi jumlah
jumlah kehilangan kehilangan darah : ±150 cc
darah
49. Memeriksa nadi ibu dan Memeriksa nadi ibu : 72
keadaan kandung kemih x/menit.
setiap 15 menit selama 1 Memeriksa kandung kemih :
jam pertama kandung kemih kosong.
pascapersalinan dan Memeriksa suhu tubuh ibu :
setiap 30 menit selama 36,7 0C.
jam kedu pascapersalinan
 Memeriksa
temperatur tubuh
ibu sekali setiap
jam selama 2 jam
pertamapascaper
salinan
 Melakukan
tindakan yang
sesuai untuk
temuan yang
tidaknormal
50. Periksa kembali bayi dan Memeriksa dan memantau
pantau setiap 15 menit pernapasan dan suhu bayi setiap
untuk pastikan bahwa 15 menit untuk memastikan
bayi bernafas dengan bayi bernapas dengan baik.
baik (40-60 x / menit)
serta suhu tubuh normal
(36,5 – 37,5-0C)
 Jika bayi sulit
bernafas, merintih,
atau retraksi di
resusitasi dan segera
merujuk ke
rumahsakit
 Jika bayi nafas
terlalu cepat, segera
dirujuk
Jika kaki teraba dingin,
pastikan ruangan
hangat, kembalikan
bayi kulit- ke-kulit
dengan ibunya dan
selimuti ibudan bayi
dengan satu selimut.
51. Tempatkan peralatan Menempatkan peralatan bekas
bekas pakai dalam pakai dalam larutan klorin 0.5
larutan klorin 0.5 % % untuk dekontaminasi (10
untuk dekontaminasi menit). Cuci dan bilas peraltan
(10 menit). Cuci setelah didekontaminasi.
danbilas peraltan
setelah
didekontaminasi
52. Buang bahan-bahan Membuang bahan-bahan yang
yangterkontaminasi ke terkontaminasi ke tempat
tempat sampah yang sampah yang sesuai.
sesuai
53. Bersihkan ibu dengan Membersihkan ibu dengan
menggunakan air DDT. menggunakan air DDT.
Bersihkan sisa cairan Membersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan ketuban, lendir dan dash. Bantu
dash. Bantu ibu ibu memakai pakaian yang
memakaipakaian yang bersih dan kering
bersih dan kering
54.Pastikan ibu merasa Memastikan ibu merasa
nyaman, bantu ibu nyaman, membantu ibu
memberikan ASI. memberikan ASI.
Anjukan keluarga menganjurkan keluarga untuk
untuk memberi ibu memberi ibu minuman dan
minuman danmakanan makanan yang di inginkan
yang di inginkan
55.Dekontaminasi tempat Mendekontaminasi tempat
bersalin denganlarutan bersalin dengan larutan klorin
klorin 0.5 % 0.5 %.
56. Celupkan sarung Mencelpkan sarung tangan
tangan kotor ke dalam kotor ke dalam larutan klorin
larutan klorin 0,5%, 0,5%, balikkan bagian dalam ke
balikkan bagian dalam luar dan rendam dalam larutan
ke luar dan rendam klorin 0,5% selama 10 menit
dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit
57. Cuci kedua tangan Mencuci kedua tangan dengan
dengan sabun dan sabun dan air Mengalir.
airMengalir
58. Lengkapi partograf Melengkapi partograf.
halaman belakang

3.7 KEADAAN IBU / BAYI setelah 2 jam PP :

HARI 1 : Keadaan Ibu Keadaan Anak

KU :Baik K/U : Baik

TD :110/70 mmHg BB : 2900 gram

UC / FU : Baik/ 2 jari bawah pusat SUHU : 36,5 0C

Pendarahan :± 30 cc BAB / BAK : -/-

Keluhan : Nyeri bekas jahitan Minum : ASI

3.8 OBAT – OBATAN:

Amoxicilin 3x1, Paracetamol 3x1, vit A 1x1, Fe 1x1

3.9 KEADAAN WAKTU PULANG :

Hari : selasa ,Tanggal: 24-2-2021, Jam : 19:00

K/U ibu : Baik, suhu 36,6 oC, TD: 110/70 mmHg, N:77 x/menit, RR: 21

x/menit.

Anak : Ku baik, suhu : 36,5 oC, RR: 41 x/menit tali pusat tidak ada tanda

infeksi
3.10 LAMA PERSALINAN

Kala I :± 6 jam

Kala II :± 35 menit

Kala III :5 menit

Kala IV :2 jam

Lama :±9 jam 40 menit

BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Asuhan Kebidanan persalinan

Setelah melakukan Asuhan Kebidanan persalinan pada Ny.U dengan

ketuban pecah dini di Wilayah Kerja PBM Mutmainna Waiheru Ambon maka

ada beberapa hal yang ingin penulis uraikan mengenai penanganan Persalinan

1) Pengkajian
Pengkajian dilakukan oleh penulis dengan anamnesa, pemeriksaan

fisik, pemeriksaan umum, sehingga kebutuhan penulis akan data klien

lengkap sehingga mendukung penetapan diagnosa, dan tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktek dalam pengkajian

2) Analisa

Analisa yang ada pada praktek umumnya sudah sesuai dan sama

dengan teori Asuhan Kebidanan Holistik persalinan pada Ny. I dengan

ketuban pecah

3) Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Holistik Pada Ny.I dengan

ketuban pecah dini antara teori dengan praktik tidak terdapat

kesenjangan, diantaranya

Sesuai teori Pada saat persalinan ibu sebisa mungkin dapat memposisikan

dirinya dengan nyaman, ibu dapat mengambil posisi duduk atau setengah

duduk, berjongkok, merangkak dan miring ke kiri saat bersalin, umumnya ibu

memilih posisi setengah duduk maupun miring kiri, pada masing-masing

posisi tentunya memilki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihan

posisi setengah duduk yaitu sumbu jalan lahir yang ditempuh janin untuk bisa

keluar menjadi lebih pendek. Apalagi jika proses persalinan tersebut

berlangsung lama. Posisi ini sering kali nyaman bagi ibu dan ibu bisa

beristirahat dengan mudah diantara kontraksi.Memudahkan penolong

melahirkan kepala bayi.Sedangkan kelemahannya posisi ini dapat

menimbulkan keluhan punggung ibu pegal dan berdasarkan.Kelebihan dan

kelemahan posisi lateral atau miring yaitu peredaran darah balik ibu bisa
mengalir lancar, pengiriman oksigen dalam darah dari ibu ke janin melalui

plasentaSSS tidak terganggu. Proses pembukaan akan berlangsung secara

perlahan-lahan sehingga persalinan berlangsung lebih nyaman. Posisi

berbaring miring kekiri memberikan kemudahan bagi ibu untuk istirahat

diantara kontraksi jika ibu mengalami kelelahan, mengurangi risiko terjadinya

laserasi perineum. Sedangkan kelemahan posisi miring ini menyulitkan

penolong untuk membantu proses persalinan karena letak kepala bayi susah

dimonitor, dipegang, maupun diarahkan. Penolong persalinan mengalami

kesulitan saat melakukan tindakan episiotomi. Selain itu ibu bersalin haruslah

mendapatkan asupan makan dan minum yang cukup, mrngingat proses

persalinan yang berlangsung cukup lama, sehingga ibu harus memiliki cukup

energi. Kehadiran pendaamping persalinan terutama suami juga akan

membantu ibu merasa lebih tenang dalam menghadapi proses persalinan.

Hasil pelaksanaan Asuhan yang diberikan tidak terdapat kesenjangan antara

teori dan praktek.


BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan kebidanan sesuai dengan standar pada Ny.U

dapat disimpulkan sebagai berikut : telah dilakukan asuhan kebidanan

persalinan pada Ny.U dengan ketuban pecah dini. Dalam pelaksanaan

pemberian asuhan kebidanan masa persalinan yang dilakukan telah memenuhi

standart asuhan dan setiap asuhan yang telah dilakukan telah dilampirkan

dalam dokumentasi kebidanan.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Penulis

Peningkatan wawasan, pengetahuan, pemahaman perlu dilakukan,

serta diharapkan dapat mempraktikan teori yang didapat secara

langsung melalui asuhan kebidanan sehingga dapat memberikan

kontribusi yang baik dalam pemberian asuhan kebidanan pada ibu

bersalin.

5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan institusi dapat meningkatkan pengetahuan serta skil

mahasiswanya dengan menerapan pendidikan asuhan kebidanan secara

tepat dalam proses belajar mengajar dan meningkatkan praktik

pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien, agar mahasiswa dapat

memiliki pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan

kebidanan.

55
5.2.3 Bagi Lahan Praktik

Diharapkan dapat menjadi masukan agar dapat meningkatkan

mutu pelayanan kebidanan melalui pendekatan menejemen asuhan

kebidanan sehingga apabila ditemukan masalah kebidanan dapat segera

dilakukan penanganan secara farmakologi maupun non farmakologi

yang tepat terkait kasus yang terjadi.

5.2.4 Bagi Klien

Diharapkan klien memiliki kesadaran untuk selalu memeriksakan

keadaan kesehatannya/ kehamilannya secara teratur sehingga faktor

resiko dapat dideteksi secara dini dan mendapat penanganan yang tepat,

serta klien dapat merencanakan dan menghadapi proses persalinan

dengan baik.

55
56

1) Bagi Puskesmas

Meningkatkan pemberian pelayanan yang konprehensif sesuai

dengan standar asuhan kebidanan, sehingga tidak ada komplikasi pada

persalinan.

57
56

DAFTAR PUSTAKA

Nurul anisa hasan(2021) Faktor-faktor yang memepengaruhi peningkatan


kejadian ketuban pecah dini pada kehamilan aterm di RSUD
DG.PASEWANG JENEPONTO,Program Studi pendidikan
dokter,Fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan Universitas
Muhammadiyah Makasar.

Nia Aprilla(2018) Faktor Risiko Ibu Bersalin Yang Mengalami Ketuban Pecah Dini Di
Rsud Bangkinang Jurnal Kesehatan Masyarakat ,Volume 2, Nomor 1

Sakriawati M dan Rahmawati (2020) Risiko Usia dan Paritas Ibu Hamil terhadap
Kejadian Ketuban Pecah Dini ,Nursing Arts, Vol.XIV, Nomor 2

57
56

57
56

POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG

PRODI DIII KEBIDANAN BANDUNG JURUSAN KEBIDANAN LAPORAN TUGAS


AKHIR, MEI 2022

ANISA CANDRA AULIA P17324119003

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. E DENGAN PARTUS


PRESIPITATUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIBOGO KABUPATEN SUBANG
TAHUN 2O22

ABSTRAK
xiv + V BAB + 17 HALAMAN + 5 LAMPIRAN

Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dapat dicapai melalui


peningkatan pelayanan kesehatan khususnya di bidang kebidanan. Selama
proses persalinan dapat terjadi komplikasi akibat kelainan his yaitu partus
presipitatus. Komplikasi tersebut dapat diminimalisir dengan memberikan
asuhan yang tepat dan benar dengan penerapan Continuity of care dalam
kebidanan yang berkesinambungan dan menyeluruh sehingga berpotensi
meningkatkan kualitas asuhan bagi semua wanita. Laporan tugas akhir bertujuan
untuk menerapkan asuhan kebidanan komprehensif. Laporan tugas akhir
berupa studi kasus asuhan kebidanan komprehensif.

Pemberian asuhan dilakukan di Wilayah Kerja PKM Cibogo Kabupaten Subang


pada April-Mei 2022 dengan subjek Ny. E G3P1A1 sejak usia kehamilan 39 minggu,
persalinan, BBL, hingga nifas 6 minggu melalui metode pengumpulan data primer
dan sekunder.

Selama asuhan komprehensif tidak ditemukan masalah pada kehamilan.


Namun pada persalinan terjadi partus presipitatus, selama nifas terdapat
bengkak payudara dan putting lecet, serta masalah pemberian ASI pada BBL.
Masalah tersebut dapat teratasi dengan pemberian konseling dan asuhan sesuai
dengan kebutuhan klien. Diharapkan bidan dapat melakukan asuhan
komprehensif secara berkualitas dengan mempertahankan asuhan fisiologis yang
sesuai dengan standar dan kewenangan bidan.

Kata Kunci : Continuity Of Care, Asuhan kebidanan komprehensif, partus


presipitatus

57
56

Daftar Pustaka: 44 buku + 18 jurnal + 6 peraturan (2003 – 2021)

57
BANDUNG HEALTH POLYTECHNIC – MINISTRY OF HEALTH DIPLOMA
OF MIDWIFERY PROGRAM

FINAL PROJECT, MAY 2022

ANISA CANDRA AULIA


P1732419003

COMPREHENSIVE MIDWIFE CARE OF NY. E WITH PRECIPITOUS


LABOR IN THE WORKING AREA OF CIBOGO HEALTH CENTER,
SUBANG REGENCY, 2O22

ABSTRACT

xiv + V CHAPTER + 175 PAGES + 5 APPENDICES

Increasing the degree of public health can be achieved by


improving health services, especially in the field of midwifery.
Complications can occur during the labor process due to contraction
abnormality, suck as precipitous labor. These complications can be
minimized by providing appropriate and correct care with the
continuous and comprehensive application of Continuity of care in
midwifery so can improve the quality of care for all women. This final
project is a case study to implement comprehensive midwifery care.
The final project report is a case study of comprehensive
midwifery care. The provision of care carried out in the Cibogo Health
Center Working Area, Subang Regency on April to May 2022 the
subject was a G3P1A1 pregnant women, the care started from 39
weeks until 6 weeks postpartum. The data collected with primary and
secondary method.
During comprehensive care, there were no problems in
pregnancy. However, during delivery, there was precipitous parturition,
during postpartum there was swelling of the breasts and nipple blisters,
as well as problems with breastfeeding in infants. This problem has
been solved by providing counseling and care according to the client's
needs. It is expected that midwives can provide comprehensive quality
care by maintaining physiological care that is in accordance with the
standards and authority of the midwife.

Keywords: Continuity Of Care, comprehensive midwifery care,


precipitous labor Source : 44 books + 18 journal + 6 regulation (2003 –
2021)

57
57

Anda mungkin juga menyukai