DISUSUN OLEH:
NINDA ARIESTA
NOVITA SARI
NOVITASARI NURHASANAH
SELVI NAENITA
SEPTY WULANDARI
TINGKAT II REGULER
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2011/2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil a’lamin, puji syukur kami ucapkan kepada tuhan Yang Maha
Esa, yang telah memberikan kami semua kesehatan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kami dalam keadaan sehat wal’afiat.
Kami penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang telah
membantu kami dalam penyusunan makalah ini. Selain itu juga kami meminta
maaf, apabila dalam penulisan terdapat banyak kesalahan, sehingga menjadi
kekurangan dalam makalah kami. Dan semua kekurangan itu datangnya dari
kami, sebagai mahkluk- Nya yang tidak sempurna.
Kami penulis berharap makalah kami ini dapat menjadi sarana informasi bagi para
pembaca, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan kita. Dan dengan
meningkatnya pengetahuan kita tersebut, insyaallah meningkat pula derajat kita di
mata Sang Pencipta, amin.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................ii
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Bayi dapat tertular penyakit infeksi ibunya melalui berbagai cara. Di uterus
(rahim), bayi tumbuh dalam lingkungan yang steril. Namun, bila selaput ketuban
ibu rusak karena suatu sebab, bayi dapat terinfeksi oleh penyakit. Selama
persalinan, bayi bisa menelan atau mengirup cairan pada jalan lahir, dan bakteri
atau virus bisa masuk ke dalam tubuhnya. Kebanyakan mikroba yang berkembang
di area intim wanita tidak berbahaya, tetapi ada juga yang berbahaya seperti
bakteri GBS atau virus herpes kelamin (genital). Bayi juga dapat terinfeksi virus
melalui plasenta yang memasok nutrisi dan oksigen baginya selama di dalam
kandungan.
Infeksi Traktus Urinarius adalah bila ada pemeriksaan urine ditemukan bakteri
yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml. urine yang diperiksa harus bersih, segar
dan di ambil dari aliran tengah (midstream) atau diambil dengan pungsi
suprasimpisis. Ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml ini
disebut dengan istilah bakteriuria. Bakteriuria ini mungkin tidak disertai gejala,
disebut bakteriuria asimptomatik dan mungkin disertai dengan gejala-gejala yang
disebut bakteriuria simptomatik (Sarwono, 2005).
Sekitar 15% wanita, mengalami (paling sedikit) satu kali serangan akut infeksi
Traktus Urinarius selama hidupnya. Sebagian besar infeksi tersebut adalah
asimptomatik, angka kejadiannya pada wanita hamil adalah 5%-6% dan
meningkat sampai 10%pada golonan resiko tinggi.
Ada beberapa infeksi yang umumnya ditemui pada kehamilan. Yang paling
sering adalah infeksi asimptomatik, sedangkan pada simptomatik yang terjadi di
traktus urinarius bawah menyebabkan cystitis atau bila terjadi kalyx ginjal, pelvis
dan parenkim menyebabkan pyelonefritis.
Wanita hamil rentan tehadap infeksi traktus urinarius, yang disebabkan oleh
hydronefhrosis yang dapat menyebabkan urinaristrasis. Adanya bakteri dalam urin
di anggap signifikan saat urin yang di ambil spesimennya mengandung lebih dari
10.000 per ml yaitu 50.000 bakteri dari spesies yang sama tiap mL. hal tersebut
berarti adanya gejala Cystitis dan pyuria.
Traktus urinarius bagian bawah memiliki dua fungsi utama, yaitu: sebagai
tempat untuk menampung produksi urine dan sebagai fungsi ekskresi.
Selama kehamilan, saluran kemih mengalami perubahan morfologi dan fisiologi.
Perubahan fisiologis pada kandung kemih yang terjadi saat kehamilan
berlangsung merupakan predisposisi terjadinya retensi urine satu jam pertama
sampai beberapa hari post partum. Perubahan ini juga dapat memberikan gejala
dan kondisi patologis yang mungkin memberikan dampak pada perkembangan
fetus dan ibu. Donald, Saultz
Residu urine setelah berkemih normalnya kurang atau sama dengan 50 ml,
jika residu urine ini lebih dari 200 ml dikatakan abnormal dan dapat juga
dikatakan retensi urine.Ostergard’sInsiden terjadinya retensi urine post partum
berkisar 1,7% sapai 17,9%. Secara umum penanganannya diawali dengan
kateterisasi. Jika residu urine lebih dari 700 ml, antibiotik profilaksis dapat
diberikan karena penggunaan kateter dalam jangka panjang dan berulang.
Penyakit infeksi dalam kehamilan adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
atau bakteri yang sangat membahayakan bagi ibu hamil. Penyakit ini akan
semakin berisiko apabila dan dapat menyebabkan kematian pada janin yang
dikandung ibu hamil Penyakit ini menjadi suatu masalah dalam kesehatan
reproduksi di Indonesia, hal ini disebabkan karena penyakit infeksi kehamilan
dapat mengganggu kesehatan reproduksi dan perkembangan janin dalam tubuh
ibu hamil.
Dampak yang timbul akibat infeksi dalam kehamilan ini, khususnya bagi ibu
hamil tidak dapat diabaikan begitu saja. Masalah tersebut merupakan masalah
besar yang memerlukan penanganan khusus dengan biaya mahal tapi
hasilnya tidak begitu memuaskan.
Pada wanita hamil kemungkinan untuk terjangkit hepa-titis virus adalah sama
dengan wanita tidak hamil pada umuryang sama.Kelainan hepar yang mempunyai
hubungan langsung dengan peristiwa kehamilan, ialah :Acute fatty liver of
pregnancy (Obstetric acute yellow-atrophy).Recurrent intra-hepatic cholestasis of
pregnancy. (2)Infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berhubungan langsung
dengan peristiwa kehamilan, namun tetap memerlu-kan penanganan khusus,
mengingat penyulit-penyulit yang mungkin timbul baik untuk ibu maupun janin.
1.2 Tujuan
LANDASAN TEORI
2.1.1 Definisi
2.1.2 Etiologi
Obstruksi dari aliran urin dapat terjadi di mana saja dari ginjal sampai
meatus urethra. Secara anatomis terdapat beberapa tempat yang ukuran
diameternya relatif lebih sempit daripada ditempat lain, sehingga batu atau benda-
benda lain yang berasal dari ginjal seringkali tersangkut di tempat itu. Tempat-
tempat penyempitan itu antara lain adalah : pada perbatasan antara pelvis renalis
dan ureter (UPJ), tempat arteri menyilang arteri iliaka di rongga pelvis, dan pada
saat ureter masuk ke buli-buli (UVJ).
Pada wanita hamil memiliki peluang lebih tinggi lagi untuk terserang
infeksi saluran kencing tersebut, karena telah terjadi perubahan-perubahan baik
secara anatomik maupun fisiologik maka sistem saluran kemih pada ibu hamil
rawan terjadi infeksi. Pada wanita hamil terjadi penurunan tonus dan aktifitas
otot-otot ureter yang berakibat terjadinya penurunan kecepatan pengeluaran urin
melalui sistem pengumpul urin. Ureter bagian atas dan pelvis renal mengalami
dilatasi dan menyebabkan terjadinya hidronefrosis fisiologis pada kehamilan.
Hidronefrosis ani adalah akibat pengaruh progesterone terhadap tonus otot dan
peristaltic, dan yang paling penting adalah akibat obstuksi mekanik oleh uterus
yang membesar. Juga didapatkan perubahan pada kandung kemih termasuk
penurunan tonus, peningkatan kapasitas, dan pengosongan kandung kemih yang
tidak sempurna. Selain itu terjadi peningkatan pH urin selama kehamilan
memudahkan pertumbuhan bakteri. Ini semua merupakan predisposisi terjadinya
infeksi saluran kemih pada ibu hamil.
2.1.3 Patofisiologis
a. Bakteriuria Asimtomatik
Tidak ada gejala yang timbul dihubungkan dengan infeksi ini, yang
dialami 11% dalam kehamilan. Ada peningkatan penderita bakteriuria tanpa
gejala pada wanita yang pernah menderita infeksi saluran kemih, diabetes dan
wanita dengan gejala sel sabit. Bakteriuria asimptomatik diasosiasikan dengan
phielonefritis, melahirkan dini dan BBLR. Beberapa peneliti mendapatkan adanya
hubungan kejadian bakteriuria ini dengan peningkatan kejadian anemia dalam
kehamilan, persalinan prematur, gangguan pertumbuhan janin dan pre eklampsia.
Oleh karena itu pada wanita hamil dengan bakteriuria harus diobati dengan
seksama sampai air kemih bebas dari bakteri yang dibuktikan dengan pemeriksaan
beberapa kali.
Pemeriksaan Laboratorium :
Penatalaksanaan
2. Pemberian terapi
a. Hampir 95 % mengeluh nyeri pada derah supra simpisis atau nyeri saat
berkemih.
d. Air kencing berwarna lebih gelap dan pada serangan akut kadang-kadang
berwarna kemerahan.
Pemeriksaan Laboratorium :
3. Hanya Ibu hamil yang mengeluh nyeri hebat disertai dengan hematuria,
memerlukan perawatan dan observasi ketat.
5. Hampir 25% pasien pernah mengalami sistitis, akan mengalami infeksi ulangan
sehingga perlu diberikan konseling untuk upaya profilaksis dan kunjungan
ulang apabila timbul kembali tanda sistitis. Untuk pencegahan infeksi berulang
berikan nitrofurantoin 100 mg/hari setiap malam sampai sesudah 2 minggu
post partum.
c. Pielonefritis Akut
diagnosis
Gambaran Klinis
Gejala meliputi demam, menggigil hebat, dan nyeri tumpul di salah satu
atau kedua regio lumbal. Pasien mungkin mengalami anoreksia, mual dan muntah.
Perjalanan penyakit dapat hipotermia sangat bervariasi dengan demam sampai
setinggi 40 C. Kadang-kadang diare , Dapat juga jumlah urine berkurang ,
Pemeriksaan air kemih menunjukan banyak sel-sel leukosit dan bakteri. Hasil
biakan menunjukan banyak koloni mikroorganisme patogen.
Penatalaksanaan
Hidrasi intra vena agar produksi urin memadai merupakan hal yang
esensial. Keluaran urin, tekanan darah dan suhu dipantau secara ketat. Demam
tinggi harus diatasi, biasanya dengan selimut pendingin.
Infeksi saluran kemih yang serius ini biasanya cepat berespon terhadap
hidrasi intravenal dan terapi antimikroba. Pemberian antibiotic adalah golongan
penisilin dengan sprektum luas (piperasilin, mezlosilin, tikarsilin/asam klavilanik)
atau sefalosforin sprektum luas ( sefotaksim, sefrisoksim, seftriakson) atau
aztreonam atau aminoglikosida.Gejala klinis umumnya reda dalam 2 hari setelah
terapi, tetapi walaupun gejala cepat menghilang dianjurkan agar terapi dilanjutkan
hingga 7-10 hari. Apabila biakan urin selanjutnya memberikan hasil positif
diberikan nitrofurantoin 100 mg sebelum tidur selama sisa kehamilan.
Tidak ada perbedaan bermakna dalam respon klinis atau hasil kehamilan
antara pasien rawat inap dan rawat jalan. Semua wanita dalam uji ini mendapat
dua dosis ceftriakson IM 1 gr di RS dengan selang 24 jam sebelum mereka yang
dimasukan kekelompok rawat jalan diperbolehkan pulang. Dalam hal ini
diperlukan evaluasi ketat sebelum dan setelah pemulangan dari RS.
Apabila perbaikan klinis belum tampak jelas dalam 48-72 jam, wanita
tersebut perlu pemeriksaan obstruksi saluran kemih, untuk mecari ada tidaknya
dipensi abnormal pada ureter atau pielokaliks.
Tindak Lanjut
d. Pielonefritis Kronik
Prognosis pada ibu dan janin bergantung pada luas kerusakan ginjal.
Gangguan fungsi ginjal dan pembentkan jaringan parut ginjal bilateral berkaitan
dengan peningkatan penyulit pada ibu, apabila pielonefritit kronik lainnya
mengalami penyulit bakteri uria selama kehamilan, dapat terjadi pielonefritit akut
yang akan memperparah keadaan. Hampir seluruh wanita dengan pembentukan
jaringan parut ginjal akibat infeksi saluran kemih pada masa kanak-kanak akan
mengalami bakteri uria saat hamil
Bagi ibu umumnya cukup baik bila pengobatan cepat dan tepat diberikan,
sedangkan pada hasil konsepsi sering kali menimbulkan keguguran atau
persalinan prematur.
Data paling dini mengenai perubahan pada traktus urinarius bagian bawah
sebagai akibat dari kehamilan dan persalinan didapat dari pembedahan dua orang
wanita pada abad ke-19. Satu orang meninggal pada kehamilan lanjut, sedang
yang lain meninggal pada persalinan. Pembedahan sagital ini menunjukkan
adanya perubahan posisi dari kandung kemih dan uretra. Malpas dkk.
menampilkan penelitian secara radiologis pada kehamilan dan persalinan.1
Ditemukan adanya perubahan leher kandung kemih dan pemanjangan uretra
selama persalinan. Dikatakan bahwa perubahan ini dapat menyebabkan kerusakan
yang ireversibel pada struktur penunjang panggul dan mekanisme sfingter serta
dapat memberikan kontribusi terjadinya prolaps organ panggul dan inkontinensia
urin di masa yang akan datang. Meskipun pada penelitian itu menggunakan
sistoskopi, tapi telah dikonfirmasi bahwa trauma yang terjadi pada persalinan per
vaginam diperkirakan tidak terbukti menimbulkan kerusakan tersebut ireversibel
dan juga tidak terbukti bahwa hal tersebut merupakan faktor pencetus terjadinya
kerusakan dasar panggul.
2.2.1 Definisi
Hepatitis merupakan suatu istilah umum untuk terjadinya peradangan pada
sel-sel hati. Hepatitis dapat disebabkan oleh kondisi non-infeksi seperti obat-
obatan, alkohol, dan penyakit autoimun, atau oleh adanya infeksi seperti hepatitis
virus.
Penyakit hati biasanya jarang terjadi pada wanita hamil, namun apabila
timbul ikterus pada kehamilan, maka penyebabnya paling sering adalah hepatitis
virus.
Adapun ikterus pada kehamilan sebenarnya dapat disebabkan oleh
beberapa keadaan :
a. Ikterus yang terjadi oleh karena kehamilan.
2. Toksemia.
1. Hepatitis Virus
2. Batu Empedu
4. Sirosis hati
Ikterus dapat timbul pada satu dari 1500 kehamilan, 41% di antaranya
adalah hepatitis virus, 21% oleh karena kolestasis intrahepatik, dan kurang dari
6% oleh obstruksi saluran empedu di luar hati.
2.2.2 jenis hepatitis yang sering terjadi pada kehamilan dan
persalinan.
1) Votes
Penyebab
Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari kelima
virus hepatitis, yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi
virus lainnya, seperti mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi
sitomegalovirus. Penyebab hepatitis non-virus yang utama adalah alkohol dan
obat-obatan
2) Hepatitis infeksiosa
Ruptura hepatitis, baik yang traumatik maupun yang spontan, dapat terjadi
dalam kehamilan, biasanya yang robek lobus kanan. Mortalis sangat tinggi,
kemungkinan 75% penderita meninggal. Hampir semua penderita yang
mengalami ruptura hepatis pernah menderita pre-eklampsia atau eklamsia.
Gambaran klinik mencakup nyeri epigastrium, abdomen akut, pekak sisi, pekak
beranjak (shifting dullness)dan syok. Penderita dapat diselamatkan apabila ruptura
hepatis lekas diketahui dan segera dioperasi.
5) Sirosis hepatitis
Pada kehamilan normal, tes fisologi hati seperti bilirubin dan transaminase
serum biasanya tidak menunjukkan kelainan. Ekskresi BSP biasanya normal,
dapat sedikit terganggu pada trimester ke tiga. Peningkatan fosfatase alkali dalam
serum dapat terjadi pada bulan ke sembilan kehamilan peningkatan ini disebabkan
oleh produksi dari sinsisiotrofoblas dari plasenta.
Hepatitis virus dapat timbul pada ketiga trimester kehamilan dengan angka
kejadian yang sama; tetapi Siegler dan Keyser mendapatkan angka 9.5% hepatitis
virus terjadi pada trimester I, 32% terjadi pada trimester II, dan 58,5% terjadi pada
trimester III.
Bila diduga akan terjadi perdarahan pasca persalinan karena defisiensi faktor
pembekuan darah, perlil diberikan vitamin K dan transfusi plasma.
Keseimbangan cairan dan elektrolit harus diperhatikan.
2.2.7 Pengobatan
Pengobatan infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berbeda dengan
wanita tidak hamil. Penderita harus tirah baring di rumah sakit sampai gejala
icterus hilang dan bilirubin dalam serum menjadi normal. Makanan diberikan
dengan sedikit mengandung lemak tetapitinggi protein dan karbohydrat.
Pemakaian obat-obatan hepatotoxic hendaknya dihindari.Kortison baru diberikan
bila terjadi penyulit. Perlu diingatpada hepatitis virus yang aktip dan cukup berat,
mempunyai risiko untuk terjadi perdarahan post-partum, karena menurun-nya
kadar vitamin K. Janin baru lahir hendaknya tetap diikuti sampai periode post
natal dengan dilakukan pemeriksaantransaminase serum dan pemeriksaan
hepatitis virus antigensecara periodik. Janin baru lahir tidak perlu diberi
pengobatankhusus bila tidak mengalami penyulit-penyulit lain.
2.2.8 Pencegahan
Semua Ibu hamil yang mengalami kontak langsung dengan penderita
hepatitis virus A hendaknya diberi immuno globulinsejumlah 0,1 cc/kg. berat
badan. Gamma globulin ternyata tidak efektif untuk mencegah hepatitis virus B.
Terhadap bayi baru lahir dari ibu penderita hepatitis virus B, imunisasi pasif
dengan menggunakan Immunoglobulin Hepatitis B (HBIG) diberikan untuk
mendapatkan antibodi secepat nya guna memerangi virus hepatitis B yang masuk;
selanjutnya disusul dengan imunisasi aktif dengan memakai vaksin.HBIG
diberikan selambat-lambatnya 24 jam pasca persalinan, kemudian vaksin Hepatitis
B diberikan selambat-lambatnya 7 hari pasca persalinan. Dianjurkan HBIG dan
vaksin Hepatitis B diberikan segera setelah persalinan (masing-masing pada sisi
yang berlawanan) untuk mencapai efektivitas yang lebih tinggi
Dosis HBIG yang dianjurkan adalah 0,5 ml i.m. waktu lahir; sedangkan
untuk vaksin dari MSD misalnya diberikan 10 ug (0,5 ml) i.m. bulan 0,1 dan 6
atau vaksin dari Pasteur 5 ug (1 ml) bukan 0, 1, 2 dan 12.
Selain itu, gizi Ibu hamil hendaknya dipertahankan seoptimal mungkin,
karena gizi yang buruk mempermudah penularan hepatitis virus.Untuk kehamilan
berikutnya hendaknya diberi jarak sekurang-kurangnya enam bulan setelah
persalinan, dengan syarat setelah 6 bulan tersebut semua gejala dan pemeriksaan
laborato-rium telah kembali normal.Setelah persalinan, pada penderita hendaknya
tetap dilakukanpemeriksaan laboratorium dalam waktu dua bulan, empat bulan
dan enam bulan kemudian.
Untuk bayi agar terhindar dari penyakit ini, hendaknya orang tua
melakukan pencegahan sejak dini sebagai berikut:
Pemberian Vaksin.
ASI Cukup.
Menjemur Bayi.
KESIMPULAN
Penyakit hati biasanya jarang terjadi pada wanita hamil, namun apabila
timbul ikterus pada kehamilan, maka penyebabnya paling sering adalah hepatitis
virus.
2. Toksemia.
3. Kolestatis Intrahepatik.
b. Ikterus yang terjadi bersama dengan suatu kehamilan.
1. Hepatitis Virus
2. Batu Empedu
4. Sirosis hati
Ikterus dapat timbul pada satu dari 1500 kehamilan, 41% di antaranya
adalah hepatitis virus, 21% oleh karena kolestasis intrahepatik, dan kurang dari
6% oleh obstruksi saluran empedu di luar hati.
DAFTAR PUSTAKA
http://xamthoneplus.obat-herbal.info/tag/infeksi-saluran-kemih-pada-ibu-hamil
http://www.pengobatan-herbal.biz/obat-tradisional-alami-untuk-hepatitis-a-b-dan-c/
http://www.kesrepro.info/?q=node/540
http://budilukmanto.org/index.php/seputar-hepatitis/96-hepatitis
http://creasoft.wordpress.com/2008/04/26/hepatitis-pada-kehamilan/
http://ruthchristiany.blogspot.com/2010/08/hepatitis-dalam-kehamilan.html
http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2009/12/03/infeksi-pada-kehamilan-infeksi-
saluran-kemih/
http://bedahmataram.org/index.php?
option=com_content&view=article&id=102:obstruksi-traktus-urinarius-
ur&catid=43:regfrat-urologi&Itemid=81
http://obatsakit2011.blogspot.com/2011/06/cegah-hepatitis-b-pada-bayi.html
http://ainicahayamata.wordpress.com/2011/03/30/diabetes-mellitus-gestasional-dmg/
http://www.referensionline.info/315/diabetes-dalam-kehamilan.html
http://education.poztmo.com/2011/05/diabetes-melitus-wanita-hamil-masa.html
http://creasoft.wordpress.com/2008/04/26/diabetes-mellitus-pada-kehamilan/