URTIKARIA (BIDURAN)
Kelompok 2
POLITEKNIK KALTARA
2023
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena atas segala
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah ini hingga selesai.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik berupa pendapat maupun
materinya. Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca, termasuk kami sebagai penyusun makalah ini.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
1.4 Manfaat...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Definisi Urtikaria............................................................................................3
2.2 Klasifikasi Urtikaria.......................................................................................4
2.3 Etiologi Urtikaria............................................................................................5
2.4 Patofisiologi Urtikaria....................................................................................8
2.5 Manifestasi Klinis Urtikaria.........................................................................10
2.6 Pemeriksaan Penunjang Pada Urtikaria......................................................11
2.7 Penatalaksanaan Pada Urtikaria..................................................................12
2.8 Komplikasi Pada Urtikaria..........................................................................13
2.9 Faktor Risiko Pada Urtikaria.......................................................................13
3.1 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urtikaria...............................................14
BAB III PENUTUP................................................................................................22
4.1 Kesimpulan...................................................................................................22
4.2 Saran.............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Urtikaria adalah penyakit kulit yang sering di jumpai. Urtikaria ialah
reaksi di kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan
edema (bengkak) setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan,
berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit serta disertai
keluhan gatal, rasa tersengat atau tertusuk. Di Indonesia, urtikaria dikenal
dengan nama lain biduran atau kaligata. Walaupun pathogenesis dan
penyebab yang di curigai telah di temukan, ternyata pengobatan yang di
berikan kadang- kadang tidak memberi hasil seperti yang di harapkan.
1
f. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada pasien urtikaria?
g. Bagaimana penatalaksanaan urtikaria?
h. Apa komplikasi yang dapat terjadi pada pasien urtikaria?
i. Apa saja faktor resiko pada urtikaria?
j. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien urtikaria?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi dari urtikaria
b. Untuk mengetahui klasifikasi pada urtikaria
c. Untuk mengetahui etiologi dari urtikaria
d. Untuk mengetahui patofisiologi pada urtikaria
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis urtikaria
f. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada pasien urtikaria
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan urtikaria
h. Untuk mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada pasien urtikaria
i. Untuk mengetahui faktor resiko pada urtikaria
j. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien urtikaria
1.4 Manfaat
a. Bagi Penulis
Diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai pengalaman bagi
penulis agar bisa lebih berkembang serta dapat meningkatkan
pengetahuan mengenai urtikaria.
b. Bagi Pembaca
Semoga makalah ini dapat menambah keluasan ilmu bagi pembaca
serta infromasi mengenai gangguan sistem integumen yaitu urtikaria.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
individu menjadi tersensitisasi. Urtikaria kronis dapat menyertai penyakit
sistemik seperti hepatitis, kanker atau gangguan tiroid. (Elizabeth, 2007)
Urtikaria merupakan istilah klinis untuk suatu kelompok kelainan yang
ditandai dengan adanya pembentukan "bilur-bilur" pembekakan kulit yang
dapat hilang tanpa meninggalkan bekas yang terlihat. Pada umumnya kita
semua pernah merasakan salah satu bentuk urtikaria akibat jath (atau
didorong) hingga gatal-gatal. Gambaran patologis yang utama adalah
didapatkannya edema dermal akibat terjadinya dilatasi vascular, seringkali
sebagai respons terhadap histamine (dan mungkin juga mediator-mediator
yang lain) yang dilepas oleh sel mast. (Tony, 2005)
4
d. Urtikaria Sistemik (Prurigo Sistemik)
Adalah suatu bentuk prurigo yang sering kali terjadi pada bayi yang
memiliki kelainan khas berupa urtikaria popular yaitu urtikaria yang
berbentuk popular-popular yang berwama kemerahan.
Berdasarkan penyebabnya, urtikaria dapat dibedakan menjadi:
1) Heat rash yaitu urtikaria yang disebabkan panas.
2) Urtikaria idiopatik yaitu urtikaria yang belum jelas penyebabnya atau
sulit dideteksi.
3) Cold urtikaria adalah urtikaria yang disebabkan oleh rangsangan
dingin.
4) Pressure urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan rangsangan tekanan.
5) Kontak urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh alergi.
6) Aquagenic urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh rangsangan
air.
7) Aolar urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan sengatan sinar
matahari.
8) Vaskulitik urtikaria.
9) Cholirgening urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan panas, latihan
berat dan stress.
5
koligernik kulit dan menyebabkan pelepasan histamine dengan
mekanisme yang belum diketahui.
b. Bahan kimia
Berbagai bahan kimia dapat menyebabkan pelepasanhistamine dari
matosit atau basofil. Bahan-bahan kimia utama yangdapat menyebabkan
pepelepasan histamine oleh matosit ialahamina dan derivate amidine serta
berbagai macam obat, seperti morfin, koden tubokorarin, polimiksin,
tiamin, kinin dan papaverin. Infeksi Penyakit infeksi dan penyakit sistemik
yang lain dapat menyebabkan urtikaria, misalnya pada hepatitis B.
1) Faktor imunologik
Pada umumnya proses imunologik lebih sering merupakan faktor
penyebab terjadinya urtikaria akut daripada urtikaria kronik.
Mekanisme hipersensitivitas yang mendasari terjadinya urtikaria pada
umumnya adalah reaksi hipersensitivitas tipe I dengan imunoglobulis
E.
2) Faktor modulasi
Beberapa faktor lain juga dapat menyebbkan urtikaria ialah
alcohol, panas, dingin, demam, latihan fisiki, stress emosional,
hormonal. Penyakit autoimunitas dapat pula merangsang timbulnya
gambaran urtikaria.
c. Berdasarkan kasus-kasus yang ada, paling banyak urtikaria di sebabkan
oleh alergi, baik alergi makanan, obat-obatan, dll.
1) Obat
2) Makanan
6
Peranan makanan ternyata lebih penting pada urtikaria yang akut,
umumnya akibat reaksi imunolgik, makanan berupa protein atau
bahan lain yang di campurkan ke dalam nya seperti zat
warna,penyedap rasa,atau bahan pengawet.sering menimbulkan
urtikaria
3) Gigitan/sengatan serangga
4) Bahan Fotosensitizer
5) Inhalan
6) Kontraktan
7) Trauma fisik
7
Bermacam-macam infeksi misalnya infeksi bakteri, virus jamur,
maupun infestasi parasit.infeksi oleh bakteri contohnya infeksi pada
tonsil, infeksi gigi, dan sinusitis, dan infestasi cacing pita, cacing
tambang, dapat menyababkan urtikaria.
Pada urtikaria, maka gejala yang akan terjadi dapat meliputi merah, gatal
dan sedikit ada benjolan pada permukaan kulit. Pada dasarnya sel mast ini
sendiri terletak didekat saraf perifer, dan pembuluh darah. Kemerahan dan
bengkak yang terjadi karena histamin yang dikeluarkan sel mast itu
menyerang pembuluh darah yang menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan
permeabilitas. Gatal yang terjadi juga diakibatkan karena histamin menyentuh
saraf perifer.
8
b. Non imunologi ("chemical histamine liberator", agen fisik, efek
kolinergik)
Faktor imunologik lebih berperan pada urtikaria yang akut dari pada yang
kronik, biasanya IgE terikat pada permukaan sel mas dan atau sel basofil
karena adanya reseptor Fc,bila ada antigen yang sesuai berikatan dengan IgE,
maka terjadi degranulasi sel, sehingga mampu melepaskan mediator.
Pathway urtikaria
9
dan napas, disebut angioedema. Pada keadaan ini jaringan yang lebih sering
terkena ialah muka, disertai sesak napas dan serak. Sekitar 40% penderita
urtikaria kronis akan menderita angioedema.
Dermografisme berupa edema dan eritema yang linear di kulit yang
terkena goresan. benda tumpul, timbul dalam waktu kurang lebih 30 menit,
urtikaria akibat penyinaran biasanya pada gelombang 285-320 dan 400-500
nm,timbul setslah 18-72 jam penyinaran.
10
ini dapat memberikan petunjuk untuk diagnosis penyakit sistemik yang
samar.
c. Uji rutin
1) Laboratorium. Hitung darah lengkap dengan diferensial, profil kimia,
laju endap darah (LED), T4, pengukuran TSH, urinalisis dan biakan
urine, antibody antinuclear
2) Radiografik. Radiograf dada, foto sinus, foto gigi, atau panorex
3) Uji selektif. Krioglobulin, analisis serologic hepatitis dan sifilis, factor
rheumatoid, komplemen serum, IgM, IgE serum
4) Biopsi kulit. Jika laju endap darah meningkat, lakukan biopsy
nyingkirkakulit untuk men kemungkinan vaskulitis urtikaria.
2.7 Penatalaksanaan Urtikaria
a. Non Farmakologi
Yang bisa dilakukan untuk pengobatan secara non farmakologi ini
adalah dengan menghindari alergen yang diperkirakan sebagai penyebab
dari urtikaria, tetapi pada umumnya hal ini sulit dilaksanakan
b. Farmakologi
Pada kebanyakan keadaan, urtikaria merupakan penyakit yang sembuh
sendiri yang memerlukan sedikit pengobatan lainnya, selain dari
antihistamin. Hidroksizin (Atarax) 0,5 ml/kg, merupakan salah satu
antihistamin yang paling efektif untuk mengendalikan urtikaria, tetapi
difenhidramin (Benadryl), 1,25 mg/kg, dan antihistamin lainnya juga
efektif. Jika perlu, dosis ini dapat diulangi pada interval 4-6 jam. Epinefrin
1: 1000, 0,01 ml/kg, maksimal 0,3 ml, biasanya menghasilkan
penyembuhan yang cepat atas urtikaria akut yang berat. Hidroksizin (0,5
ml/kg setiap 4-6 jam) merupakan obat pilihan untuk urtikaria kolinergik
dan urtikaria kronis. Penggunaan bersama antihistamin tipe H1 dan H2
kadang-kadang membantu mengendalikan urtikaria kronis. Antihistamin
h2 saja dapat menyebabkan eksaserbasi urtikaria. Siproheptadin (Periactin)
(2-4 mg setiap 8-12 jam) terutama bermanfaat sebagai agen profilaksis
untuk urtikaria dingin.
11
Siproheptadin dapat menyebabkan rangsangan nafsu makan dan
penambahan berat pada beberapa penderita. Tabir surya merupakan satu-
satunya pengobatan yang efektif untuk urtikaria sinar matahari.
Kortikosteroid mempunyai pengaruh yang bervariasi pada urtikaria kronis
dosis yang diperlukan untuk mengendalikan urtikaria sering begitu. besar
sehingga obat-obat tersebut menimbulkan efek samping yang serius.
Urtikaria. kronis sering tidak berespons dengan baik pada manipulasi diet.
Sayang sekali, urtikaria kronis dapat menetap selama bertahun-tahun.
12
Terdapat beberapa faktor risiko urtikaria, yaitu:
a. Makanan (kacang-kacangan, telur, makanan laut)
b. Alergen yang terhirup (serbuk sari, tungau)
c. Infeksi (sinusitis, tonsilitis, hepatitis, infeksi saluran kemih)
d. Kontak (lateks, kosmetik)
e. Penyakit sistemik (systemic lupus erythematosus, limfoma, leukemia)
f. Wanita hamil
g. Faktor psikogenik (stress, depresi)
h. Gigitan serangga
i. Faktor fisik (suhu panas/ dingin, tekanan)
j. Defisiensi vitamin D (kadar serum vitamin D yang rendah)
k. Mengonsumsi obat tertentu (obat antiinflamasi non steroid, antibiotik)
l. Keturunan
m. Idiopatik (tanpa penyebab jelas)
13
Pemeriksaan fisik didapatkan, biasanya klien mengeluh gatal, rasa
terbakar, atau tertusuk. Klien tampak eritema dan edema setempat
berbatas tegas, kadang-kadang bagian tengah tampak lebih pucat.
Bentuknya dapat papular seperti pada urtikaria akibat sengatan serangga,
besarnya dapat lentikular, numular, sampai plakat.
1) Adanya riwayat kontak dengan suatu bahan satu kali tetapi lama,
beberapa kali atau satu kali tetapi sebelumnya pernah atau sering
kontak dengan bahan serupa.
2) Terdapat tanda-tanda urtikaria terutama pada tempat kontak.
3) Terdapat tanda-tanda urtikaria disekitar tempat kontak dan lain tempat
yang serupa dengan tempat kontak tetapi lebih ringan serta timbulnya
lebih lambat, yang tumbuhnya setelah pada tempat kontak.
4) Rasa gatal
5) Uji tempel dengan bahan yang dicurigai hasilnya positif.
a) Identitas Pasien.
b) Keluhan Utama.
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
c) Riwayat Kesehatan.
- Riwayat Penyakit Sekarang:
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang
ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan
pasien untuk menanggulanginya.
- Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
- Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini
atau penyakit kulit lainnya.
- Riwayat Psikososial:
14
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah
sedang mengalami stress. yang berkepanjangan.
- Riwayat Pemakaian Obat:
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai
pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap
sesuatu obat.
- Pemeriksaan fisik
KU: lemah
- Kepala
Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia.
- Mulut
Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang
disebabkan oleh obat.
- Abdomen
Adanya limfadenopati dan hepatomegali.
- Ekstremitas
Perubahan kuku dan kuku dapat lepas.
- Kulit
Kulit periorbital mengalami inflamasi dan edema sehingga
terjadi ekstropion pada keadaan kronis dapat terjadi gangguan
pigmentasi. Adanya eritema, pengelupasan kulit, sisik halus dan
skuama.
b. Diagnosa
1) Gangguan intergritas kulit b.d perubahan sirkulasi (D.0192)
Tanda dan Gejala Mayor
- Subjektif: (tidak tersedia)
- Objektif: Kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit
Tanda dan Gejala Minor
- Subjektif: (tidak tersedia)
15
- Objektif: Kemerahan, Hematoma, Nyeri, Perdarahan
2) Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisiologis (Edema, kemerahan)
(D.0077)
Tanda dan Gejala Mayor
- Subjektif: Mengeluh nyeri
- Objektif: Tampak meringis, Bersikap protektif (mis. Waspada,
menhindari nyeri), Geliah, Frekuensi nadi meningkat, Sulit
Tidur.
Tanda dan Gejala Minor
- Subjektif: (tidak tersedia)
- Objektif: Tekanan darah meningkat, Pola nafas berubah, Nafsu
makan berubah, Proses berpikir terganggu, Menarik diri,
Berfokus pada diri sendiri, Diaforesis
3) Gangguan Pola Tidur b.d Kurang kontrol tidur (D. 0055)
Tanda dan Gejala Mayor
- Subjektif: Mengeluh sulit tidur, Mengeluh sering terjaga,
Mengeluh tidak puas tidur, Mengeluh pola tidur berubah,
Mengeluh sulit tidur
- Objektif: (tidak tersedia)
Tanda dan Gejala Minor
- Subjektif: Mengeluh kemampuan beraktifitas menurun
- Objektif: (tidak tersedia)
16
c. Intervensi
Intervensi keperawatan yang sering muncul menurut buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (2018) yaitu:
Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan intergritas kulit b.d Setelah dilakukan tindakan Perawatan Integritas Kulit (I.11353)
perubahan sirkulasi (D.0192) keperawatan selama beberapa hari
Observasi:
maka integritas kulit dan jaringan
(L.14125) dapat meningkat dengan 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis.
17
fisiologis (D.0077) keperawatan selama beberapa hari Observasi:
maka tingkat nyeri (L.08066) dapat 1. Identifikasi
menurun dengan kriteria hasil : lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
- Keluhan nyeri menurun
3. Identifikasi respons nyeri non verbal
- Meringis menurun
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan menperingan nyeri
- Gelisah menurun
5. Identifikasi pengetahuan dan kelainan tentang nyeri
- Kesulitan tidur menurun
6. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Terapeutik:
7. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis.TENS,hipnosis, akupresur terapi musik,
biofeedback,terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin,terapi bermain
8. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.suhu
ruangan, pencahayaan,kebisingan)
9. Fasilitasi istirahat dan tidur
10. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi:
11. Jelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri
12. Jelaskan strategi meredakan nyeri
18
13. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
14. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Gangguan pola tidur b.d Setelah dilakukan tindakan keperawa Dukungan Tidur ( I.05174 )
Kurangnya Kontrol Tidur tan selama beberapa hari maka Pola Observasi:
(D.0055) Tidur (L.05045) dapat membaik den 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
gan kriteria hasil: 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau psikologis)
- Keluhan sulit tidur menurun 3. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (m
- Keluhan sering terjaga menurun is kopi, teh, alkohol, maka mendekati waktu tidur, minum bany
- Keluhan tidakpuas tidur menurun ak air sebelum tidur)
4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsiIdentifikasi keadaan
- Keluhan pola tidur berubah
emosional ibu saat akan dilakukan konseling menyusui.
menurun
Terapeutik:
5. Modifikasi lingkungan (mis pencahayaan, kebisingan, suhu,
matras, dan tempat tidur)
6. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
7. Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
8. Tetapkan jadwal tidur rutin
9. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis.
pijat, pengaturan posisi akupresur)
10. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk
menunjang siklus tidur-terjaga
19
Edukasi:
11. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
12. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
13. Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu
tidur
14. Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
15. Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan
pola tidur (mis psikologis,gaya hidup, sering berubah shift
bekerja)
16. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi
lainnya
20
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Urtikaria adalah penyakit kulit yang sering dijumpai dan dikenal dengan
biduran atau kaligata. Urtikaria adalah reaksi di kulit akibat bermacam-
macam sebab, biasanya di tandai dengan edema (bengkak) setempat yang
cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemeran,
meninggi di permukaan kulit disertai rasa gatal, tersengat, atau tertusuk.
Singkatnya, urtikaria terjadi sebagai akibat pelebaran pembuluh darah
(vasodilatasi) dan peningkatan kepekaan pembuluh darah kecil (kapiler)
sehingga menyebabkan pengeluaran cairan (transudasi) dari membran
pembuluh darah, akibatnya terjadi bentol pada kulit. Kondisi ini dikarenakan
adanya pelepasan histamin yang dipicu oleh paparan alergen (bahan atau
apapun pencetus timbulnya reaksi alergi).
Berdasarkan waktunya, urtikaria dapat berlangsung singkat (akut,kurang
dari 6 minggu), lama (kronis, lebih 6 minggu) dan berulang (kambuhan).
Walaupun patogenesis dan penyebab yang di curigao telah di temukan,
ternyata pengobatan yang di berikan kadang-kadang tidak memberi hasil
seperti yang di harapkan.
4.2 Saran
Dengan mengetahui definisi, penyebab, dan bahkan gejala urtikaria
diharapkan masyarakat tidak lagi asal mengobati gangguan ini hingga
membuatnya menjadi lebih parah. Sebaiknya kita juga sebagai tenaga
kesehatan dapat memberikan tindakan keperawatan urtikaria dengan baik dan
benar.
21
DAFTAR PUSTAKA
Suddarth & Brunner. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta.
Siannoto, Melisa. 2017. Diagnosis dan Tata Laksana Urtikaria. Jawa Timur
Hamzah, Moctar. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Fitria. 2013. Aspek Etiologi dan Klinis Pada Urtikaria dan Angiodema. Banda
Aceh : Jurnal Kedokteran Syiah Kuala.
Debora, Veronica & Reni Zuraida. 2020. Penatalaksanaan Holistik Pada Remaja
Laki-laki Dengan Urtikaria Kronik Tanpa Angiodema et Causa Rangsangan
Fisik. Lampung : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
(Edisi1). DPP PPNI.
22