Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE BAYI, BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH


URTIKARIA PADA ANAK
TAHUN AKADEMIK 2023/2024

Disusun Oleh :

Nursyifa Sofianti

2260351022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Urtikaria merupakan salah satu manifestasi keluhan alergi pada kulit
yang paling sering dikeluhkan oleh pasien. Urtikaria adalah suatu kelainan
yang berbatas pada bagian superfisial kulit berupa bintul (wheal) yang berbatas
tegas dengan dikelilingi daerah yang eritematous. Pada bagian tengah bintul
tampak kepucatan. Biasanya kelainan ini bersifat sementara (transient), gatal,
dan bisa terjadi di manapun di seluruh permukaan kulit. Episode urtikaria yang
berlangsung kurang dari enam minggu disebut urtikaria akut dan bila proses
tersebut cenderung menetap lebih dari enam minggu disebut kronik (Baskoro,
2009).

Urtikaria, yang ditandai dengan munculnya bintil-bintil dan/ atau


angioedema, adalah kondisi umum pada anak-anak, sehingga mendorong orang
tua untuk berkonsultasi dengan dokter. Agar penanganannya berhasil, ciri-ciri
khusus anak harus dipertimbangkan, terkait dengan identifikasi pemicu dan
terapi farmakologis. Tinjauan ini secara sistematis membahas bukti terbaik
yang tersedia saat ini mengenai urtikaria akut dan kronis spontan serta jenis
urtikaria fisik dan jenis urtikaria lainnya pada anak-anak. Penyebab potensial
yang mendasari, yaitu infeksi, hipersensitivitas makanan dan obat,
autoreaktivitas dan autoimun atau kondisi lain, dan pemicu rangsangan
dipertimbangkan, dengan rekomendasi praktis untuk pendekatan diagnostik
spesifik.

Keluhan urtikaria merupakan keluhan dermatologis umum, 15-25%


populasi penduduk dalam waktu tertentu dalam hidupnya pernah
mengalaminya. Angka kejadian pada urtikaria akut lebih tinggi, yaitu 40- 60%
dibandingkan pada urtikaria kronik dengan angka kejadiannya ialah 10-20%
(Vella, 2010) Penyebab paling sering untuk urtikaria akut adalah obat-obatan,
vitamin, suplemen, makanan, bahan aditif pada makanan, minuman, infeksi,
kontak alergi, bahan inhalasi, transfusi darah, dan vaksinasi. Sementara itu,
penyebab urtikaria kronik bisa karena alergi makanan dan ada beberapa sumber
lagi yang bisa menimbulkan urtikaria kronik, yaitu faktor nonimunologik
(bahan kimia, paparan fisik, zat kolinergik, infeksi, dan penyakit infeksi) dan
faktor imunologik (Vella, 2010).

Diagnosis urtikaria dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan


pemeriksaan klinis. Meskipun diagnosis urtikaria tidak sulit, tetapi mencari
penyebab urtikaria sering mengalami kesulitan. Bagi dokter, etiologi penyakit
seringkali tidak diketahui, sehingga diagnosis sulit ditentukan serta pengobatan
menjadi tidak memuaskan, bahkan tidak jarang terjadi efek samping yang tidak
diinginkan akibat pengobatan yang tidak adekuat (Krishnaswamy, 2020)

Tujuan

1. Tujuan Umum
Mengetahui dasar teori Urtikaria pada anak
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi urtikaria
b. Mengetahui macam-macam demam
c. Mengetahui faktor yang mempengaruhi demam pada balita
d. Mengetahui komplikasi pada demam
e. Mengetahui penatalaksanaan demam pada balita

B. Manfaat
Laporan pendahuluan ini dapat memberikan manfaat bagi disiplin ilmu
kebidanan khususnya tentang penanganan demam pada balita sakit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Urtikaria


1. Definisi Urtikaria

Urtikaria atau biduran adalah penyakit alergi yang sangat mengganggu dan
membuat penderita frustasi. Frustasi karena pada keadaan tertentu gangguan ini
sering hilang timbul tanpa dapat diketahui secara pasti penyebabnya. Kesulitan
mencari penyebab ini terjadi karena faktor yang berpengaruh sangat banyak dan
sulit dipastikan. Secara umum yang mendasari utama biasanya adalah penderita
memang punya bakat alergi kulit yang didasari oleh alergi makanan dan dipicu oleh
hilang timbulnya infeksi virus dalam tubuh (gejalanya demam, sumeng atau tanpa
demam, pilek, badan pegal (sering dikira kecapekan), batuk atau gangguan saluran
cerna).
Urtikaria adalah lesi sementara yang terdiri dari bentol sentral yang
dikelilingi oleh haloeritematosa. Lesi tersendiri adalah bulat, lonjong, atau
berfigurata, dan seringkali menimbulkan rasa gatal. (Harrison, 2015)
Urtikaria, yang dikenal dengan hives, terdiri atas plak edematosa (wheal)
yang terkait dengan gatal yang hebat (pruritus). Urtikaria terjadi akibat pelepasan
histamine selama respons peradangan terhadap alegi sehingga individu menjadi
tersensitisasi. Urtikaria kronis dapat menyertai penyakit sistemik seperti hepatitis,
kanker atau gangguan tiroid. (Elizabeth, 2017)

Urtikaria merupakan istilah klinis untuk suatu kelompok kelainan yang


ditandai dengan adanya pembentukan “bilur-bilur” – pembekakan kulit yang dapat
hilang tanpa meninggalkan bekas yang terlihat. Pada umumnya kita semua pernah
merasakan salah satu bentuk urtikaria akibat jath (atau didorong) hingga gatal-gatal.
Gambaran patologis yang utama adalah didapatkannya edema dermal akibat
terjadinya dilatasi vascular, seringkali sebagai respons terhadap histamine (dan
mungkin juga mediator-mediator yang lain) yang dilepas oleh sel mast.(Tony,
2015)
Uritkaria (gelagata/biduran) merupakan reaksi alergi hipersensitivitas tipe I
pada kulit yang ditandai oleh kemunculan lesi yang menonjol yang edematous,
berwarna merah muda dengan ukuran serta bentuk yang bervariasi, keluhan gatal
dan menyebabkan gangguan rasa nyaman yang setempat. Kelinan ini dapat
mengenai sebagian tubuh, termasuk membrane mukosa (khususnya mulu), laring
(kadang-kadang dengan komplikasi respiratorius yang serius) dan traktus
gastrointestinal. Setiap urtikaria akan bertahan selama periode waktu tertentu yang
bervariasi dan beberapa menit hingga beberapa jam sebelum menghilang. Selama
berjam-jam atau berhari-hari, kumpulan lesi ini dapat timbul, hilang dan kembali
lagi secara episodic

2. BENTUK-BENTUK URTIKARIA

a. URTIKARIA AKUT
Urtikaria akut hanya berlansung selama beberapa jam atau beberapa hari. yang
sering terjadi penyebabnya adalah:
1. adanya kontak dengan tumbuhan ( misalnya jelatang ), bulu binatang/makanan.
2. akibat pencernaan makanan, terutama kacang-kacangan, kerangan-kerangan
dan strouberi.
3. akibat memakan obat misalnya aspirin dan penisilin.

b. URTIKARIA KRONIS
Biasanya berlangsung beberapa minggu, beberapa bulan, atau beberapa tahun.
pada bentuk urtikaria ini jarang didapatkan adanya faktor penyebab tunggal.
c. URTIKARIA PIGMENTOSA
Yaitu suatu erupsi pada kulit berupa hiperpigmentasi yang berlangsung
sementara, kadang-kadang disertai pembengkakan dan rasa gatal.
d. URTIKARIA SISTEMIK ( PRURIGO SISTEMIK )
Adalah suatu bentuk prurigo yang sering kali terjadi pada bayi kelainan khas
berupa urtikaria popular yaitu urtikaria yang berbentuk popular-popular yang
berwarna kemerahan.
Berdasarkan penyebabnya, urtikaria dapat dibedakan menjadi:
1. heat rash yaitu urtikaria yang disebabkan panas.
2. urtikaria idiopatik yaitu urtikaria yang belum jelas penyebabnya atau sulit
dideteksi.
3. cold urtikaria adalah urtikaria yang disebabkan oleh rangsangan dingin.
4. pressure urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan rangsangan tekanan.
5. contak urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh alergi.
6. aquagenic urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh rangsangan air.
7. solar urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan sengatan sinar matahari.
8. vaskulitik urtikaria.
9. cholirgening urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan panas, latihan berat
dan stress.

3. ETIOLOGI
Berdasarkan kasus-kasus yang ada, paling banyak urtikaria di sebabkan
oleh alergi, baik alergi makanan, obat-obatan, dll.
1. Obat
Bermacam-macam obat dapat menimbulkan urtikaria,baik secara imulogik
maupun imunologik,hampit semua obat dapat menimbulkan urtikaria secara
imunologik tipe I dan II.contohnya adalah obat-obat tipe
penicilin,sulfonamid,analgesik,pencahar,hormon dan diuretik.aspirin
menimbulkan urtikaria karena menghambat sintesis prostaglandin dari asam
arakidonat.
2. Makanan
Peranan makanan ternyata lebih penting pada urtikaria yang akut,umumnya
akibat reaksi imunolgik,makanan berupa protein atau bahan lain yang di
campurkan ke dalam nya seperti zat warna,penyedap rasa,atau bahan
pengawet.sering menimbulkan urtikaria.
3. Gigitan/sengatan serangga
Gigitan serangga dapat menimbulkan urtikaria setempat,agaknya hal ini di
perantarai oleh IgE(tipe I) dan tipe seluler(tipe IV).nyamuk,lebah dan serangga
lainnya menimbulkan urtikaria bentuk papul di sekitar tempat gigitan,biasanya
sembuh sendiri.
4. Bahan Fotosensitizer
Bahan semacam ini,biasanya griseofulvin,Fenotiazin,sulfonamid,bahan
kosmetik,dan sabun germisid.
5. Inhalan
Berupa serbuk sari bunga,spora jamur,debu,bulu binatang,dan aerosol,umumnya
lebih mudah menimbulkan urtikaria alergik (tipe I).
6. Kontraktan
Yang sering menimbulkan urtikaria adalah bulu binatang,serbuk tekstil,air liur
binatang ,tumbuh-tumbuhan buah-buahan ,bahan kimia dan bahan kosmetik.
7. Trauma fisik
Dapat di akibatkan oleh faktor dingin,yakni berenang atau memegang benda
dingin,Faktor panas misalnya sinar matahari,radiasi dan pana pembakaran.Faktor
tekanan yaitu,goresan,pakaian ketat,ikat pinggang,dan tekanan berulang-ulang
yakni,pijatan,keringan,pekerjaan berat dan demam.
8. Infeksi dan infestasi
Bermacam-macam infeksi misalnya infeksi bakteri,virus,jamur,maupun infestasi
parasit.infeksi oleh bakteri contohnya infeksi pada tonsil,infeksi gigi,dan
sinusitis,dan infestasi cacing pita,cacing tambang,dapat menyababkan urtikaria.

4. PATOFISIOLOGI
Pada awalnya alergen yang menempel pada kulit merangsang sel mast
untuk membentuk antibodi IgE, setelah terbentuk, maka IgE berikatan dengan sel
mast. Setelah itu, pada saat terpajan untuk yang kedua kalinya, maka alergen akan
berikatan dengan igE yang sudah berikatan dengan sel mast sebelumnya. Akibat
dari ikatan tersebut, maka akan mengubah kestabilan dari isi sel mast yang
mengakibatkan sel mast akan mengalami degranulasi dan pada akhirnya sel mast
akan mengekuarkan histamin yang ada di dalamnya. Perlu diketahui bahwa sel
mast adalah mediator kimia yang dapat menyebabkan gejala yang terjadi pada
seseorang yang mengalami urtikaria.
Pada urtikaria, maka gejala yang akan terjadi dapat meliputi merah, gatal
dan sedikit ada benjolan pada permukaan kulit. pada dasarnya sel mast ini sendiri
terletak didekat saraf perifer, dan pembuluh darah. Kemerahan dan bengkak yang
terjadi karena histamin yang dikeluarkan sel mast itu menyerang pembuluh darah
yang menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas. Gatal yang terjadi
juga diakibatkan karena histamin menyentuh saraf perifer.
Urtikaria terjadi akibat vasodilatasi dan peningkatan permiabilitas dari
kapiler atau pembuluh darah kecil sehingga terjadi transudasi cairan dari
pembuluh darah di kulit. Hal in karena adanya pelepasan mediator kimia dari sel
mast atau basophil terutama histamin.
Pelepasan mediator ini dapat terjadi melalui mekanisme :
- Imunologi (terutama reaksi hipersensitivitas tipe I kadang kadang tipe II)
- Non imunologi (“chemical histamine liberator”, agen fisik, efek kolinergik).
Baik faktor imunologi maupun nonimunologi mampu merangsang sel mas
atau basofil untuk melepaskan mediator. Pada yang imunologi mungkin sekali
siklik AMP(adenosine mono phosphate) memegang peranan penting pada
pelepasan mediator.beberapa bahan kimia seperti golongan amin dan derivate
amidin,obat-obatan seperti morfin,kodein,polimiksin,dan beberapa anttibiotik
berperan pada keadaan ini.
Faktor imunologik lebih berperan pada urtikaria yang akut dari
pada yang kronik,biasanya IgE terikat pada permukaan sel mas dan atau sel
basofil karena adanya reseptor Fc,bila ada antigen yang sesuai berikatan dengan
IgE,maka terjadi degranulasi sel,sehingga mampu melepaskan mediator.
5. PATHWAYS
6. MANISFESTASI KLINIS
Gejalanya di sebabkan oleh reaksi dan serangan imunologi terhadap serum
dan obat,Keluhan utama biasanya gatal, rasa terbakar atau tertusuk. Tampak
eritema (kemerahan) dan edema (bengkak) setempat berbatas tegas, kadang-
kadang bagian tengah tampak lebih pucat. Urtika biasa terjadi dalam
berkelompok. Satu urtika sendiri dapat bertahan dari empat sampai 36 jam. Bila
satu urtika menghilang, urtika lain dapat muncul kembali.Bila mengenai organ
dalam, misalnya saluran cerna dan napas, disebut angioedema. Pada keadaan ini
jaringan yang lebih sering terkena ialah muka, disertai sesak napas dan serak.
Sekitar 40% penderita urtikaria kronis akan menderita angioedema.
Dermografisme berupa edema dan eritema yang linear di kulit yang
terkena goresan benda tumpul,timbul dalam waktu kurang lebih 30 menit,urtikaria
akibat penyinaran biasanya pada gelombang 285-320 dan 400-500 nm,timbul
setslah 18-72 jam penyinaran.

1. kulit pucat dan kemerahan dengan sedikit bengkak (edema) yang meradang.
2. daerah kulit yang terkena urtikaria ini bervariasi dan dapat muncul di
manapun.
3. bagian yang terkena urtikaria pun terasa lebih panas dibanding permukaan
kulit lainnya serta terasa gatal.
4. ketika bagian kulit yang terkena urtikaria di garuk, maka biasanya bengkak
akan semakin menyebar.
5. pada awalnya penderita akan merasa gatal pada bagian tertentu di kulit,
kemudian akan muncul kulit kemerahan dan sedikit oenonjolan pada kulit
setelah itu barulah rasa nyeri (seperti tersengat atau tertusuk) datang.
6. beberapa penderita urtikaria akut biasanya mengalami masaalah pernafasan
atau asma, kesulitan menelan dan masalah pencernaan. Gejala urtikaria
muncul dengan cepat dan menghilang secara perlahan. Sedangkan bagi
penderita urtikaria kronis biasanya membutuhkan waktu lama untuk
penyembuhan.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. a. Urtikaria akut. Uji laboratorium pada umumnya tidak diperlukan.

b. Urtikaria kronik. Jika penyebab agen fisik telah disingkirkan, maka


penggunaan pemeriksaan laboratorium, radiografik, dan patologik berikut ini
dapat memberikan petunjuk untuk diagnosis penyakit sistemik yang samar.

2. Uji rutin

a) Laboratorium. Hitung darah lengkap dengan diferensial, profil kimia, laju endap
darah (LED), T4, pengukuran TSH, urinalisis dan biakan urine, antibody
antinuclear
b) Radiografik. Radiograf dada, foto sinus, foto gigi, atau panorex
c) Uji selektif. Krioglobulin, analisis serologic hepatitis dan sifilis, factor
rheumatoid, komplemen serum, IgM, IgE serum
d) Biopsi kulit. Jika laju endap darah meningkat, lakukan biopsy nyingkirkakulit
untuk men kemungkinan vaskulitis urtikaria.

8. PENATALAKSANAAN
1. Non Farmakologi
Yang bisa dilakukan untuk pengobatan secara non farmakologi ini
adalah dengan menghindari alergen yang diperkirakan sebagai penyebab dari
urtikaria, tetapi pada umumnya hal ini sulit dilaksanakan
2. Farmakologi
Pada kebanyakan keadaan, urtikaria merupakan penyakit yang sembuh
sendiri yang memerlukan sedikit pengobatan lainnya, selain dari antihistamin.
Hidroksizin (Atarax) 0,5 ml/kg, merupakan salah satu antihistamin yang paling
efektif untuk mengendalikan urtikaria, tetapi difenhidramin (Benadryl), 1,25
mg/kg, dan antihistamin lainnya juga efektif. Jika perlu, dosis ini dapat
diulangi pada interval 4-6 jam.
Epinefrin 1 : 1000, 0,01 ml/kg, maksimal 0,3 ml, biasanya menghasilkan
penyembuhan yang cepat atas urtikaria akut yang berat. Hidroksizin (0,5 ml/kg
setiap 4-6 jam) merupakan obat pilihan untuk urtikaria kolinergik dan urtikaria
kronis. Penggunaan bersama antihistamin tipe H1 dan H2 kadang-kadang
membantu mengendalikan urtikaria kronis. Antihistamin h2 saja dapat
menyebabkan eksaserbasi urtikaria. Siproheptadin (Periactin) (2-4 mg setiap 8-
12 jam) terutama bermanfaat sebagai agen profilaksis untuk urtikaria dingin.
Siproheptadin dapat menyebabkan rangsangan nafsu makan dan
penambahan berat pada beberapa penderita. Tabir surya merupakan satu-
satunya pengobatan yang efektif untuk urtikaria sinar matahari. Kortikosteroid
mempunyai pengaruh yang bervariasi pada urtikaria kronis ; dosis yang
diperlukan untuk mengendalikan urtikaria sering begitu besar sehingga obat-
obat tersebut menimbulkan efek samping yang serius. Urtikaria kronis sering
tidak berespons dengan baik pada manipulasi diet. Sayang sekali, urtikaria
kronis dapat menetap selama bertahun-tahun.

1. pemeriksaan darah, urin, dan feses rutin untuk menilai ada tidaknya infeksi
yang tersembunyi atau kelainan pada alat dalam. Cryoglobuin dan cold
hemolysin perlu diperiksa pada dugaan urtikaria dingin.
2. Tes eliminasi makanan dengan cara menghentikan semua makanan yang
dicurigai untuk beberapa waktu, lalu mencobanya kembali satu per satu.
3. Tes kulit, meskipun terbatas kegunaannnya dapat dipergunakan untuk
membantu diagnosis. Uji gores (seratch test) dan uji tusuk (prick test), serta
tes intradermal dapat dipergunakan untuk mencari allergen inhalan,
makanan, dematofit dan kandida.
4. Pemeriksaan gigi, telinga, hidung, tenggorokan serta usapan vagina perlu
untuk menyingkirkan dengan adanya infeksi fokal.
5. Pemeriksaan imunologis seperi pemeriksaan kadar immunoglobulin E,
eosinofil dan komplemen.
6. Pemeriksaan histopatologik, walaupun tidak selalu diperlukan, dapat
membantu diagnosis. Biasanya terdapat kelainan berupa pelebaran kapiler di
papilla dermis, gelegi epidermis mendatar dan serat kolagen membengkak.
Pada tingkat permulaan tidak tampak infitrasi seluler dan pada tingkat lanjut
terdapat infiltrasi leukosit, terutama disekitar pembuluh darah.
7. Pada urtikaria fisik akibat sinar dapat dilakukan tes foto sampel.
8. Auntikan mecholyl intradermal dapat digunakan pada diagnosis urtikaria
kolinergik.
9. Tes dengan es (ice cube test) pada urtikaria dingin.
10. Tes dengan air hangat pada urtikaria panas. (Irga, 2009).

9. KOMPLIKASI
1. Purpura dan excoriasi
2. Infeksi sekunder
3. Bibir kering
BAB III
ANALISA KASUS
“ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK USIA 1 TAHUN DENGAN URTIKARIA DI
POLI MTBS PUSKESMAS RANCAEKEK DTP”

Nama Pengkaji : Nursyifa Sofianti

Tanggal Pengkajian : 26 Desember 2023

Jam : 11.00

Tempat Pengkajian : Poli MTBS PKM Rancaekek DTP

Nomor Rekam Medik : 55505

Nomor JKN :-

I. DATA SUBYEKTIF
A. Identitas / Biodata
Nama Bayi : By. E

Tgl Lahir : 20-12- 2022

Jenis Kelamin : Laki-laki

No.Status Reg. : 67712

Nama Ibu : Ny. M Nama Ayah : Tn. F

Umur : 25 tahun Umur : 27 tahun


Suku/Kebangsaan : sunda Suku/Kebangsaan : sunda

Agama : islam Agama : islam

Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : karyawan swasta

Alamat rumah :Bojongloa 11/13

Telp :-

B. Status Kesehatan
1. Keluhan utama
Ibu mengatakan anaknya muncul ruam besar seperti kaligata selama 2 hari setelah di
berikan ikan , ruam muncul pada saat malam , ibu hanya memberikan minyak telon
pada area ruamnya , belum diberikan obat apapun, tidak ada demam
2. Riwayat Prenatal
a. kehamilan ke : 1
b. Tempat ANC : Puskesmas Rancaekek DTP
c. Penerimaan ibu/keluarga terhadap kehamilannya : baik dan senang
d. Keluhan/masalah yang dialami ibu saat hamil : sakit pinggang pada saat trimester
3

3. Riwayat Intranatal
a. Persalinan ke :1
b. Tempat dan penolong persalinan : Puskesmas Rancaekek DTP oleh Bidan
c. Cara persalinan : Spontan pervaginam
d. Keadaan bayi saat lahir : Hidup
e. Segera menangis/tidak : Menangis
f. BB lahir/PB lahir : 2950 gr/48 cm
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan anak
Ibu mengatakan bahwa anaknya tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti
, asma dan Diabetes, tidak pernah menderita penyakit kronis seperti jantung, tidak
pernah menderita penyakit menular seperti hepatitis dan TBC
b. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan bahwa keluarganya tidak pernah menderita penyakit keturunan
seperti hipertensi, asma dan Diabetes, tidak pernah menderita penyakit kronis
seperti jantung, tidak pernah menderita penyakit menular seperti hepatitis dan TBC
5. Status imunisasi
Jenis Umur
No Tempat pelayanan
Imunisasi diberikan
1 HB0 0 hari Puskesmas
2 BCG 1 bulan Puskesmas
3 Polio 1 1 bulan Puskesmas
4 Polio 2 2 bulan Puskesmas
5 Polio 3 3 bulan Puskesmas
6 Polio 4 4 bulan Puskesmas
7 DPT 1 2 bulan Puskesmas
8 DPT 2 3 bulan Puskesmas
9 DPT 3 4 bulan Puskesmas
10 IPV 1 4 bulan Puskesmas
11 PCV1 2 bulan Puskesmas
12 PCV 2 3 bulan Puskesmas
13 IPV 2 9 bulan Puskesmas
14 Campak 9 bulan Puskesmas

6. Pola kebutuhan sehari-hari


a. Nutrisi
jenis yang dikonsumsi : nasi , sayur bayam, sayuran rebus ,
daging, ikan , telur , buah buhan
frekuensi : 3x sehari
minum ASI : tidak menentu
porsi makan : satu piring kecil
pantangan : tidak ada
b. Eliminasi
BAB
Frekuensi : ± 2x sehari
Konsistensi : keras
Warna : kecoklatan
BAK
Frekuensi : ± 5x sehari
Warna : kuning Jernih
Bau : khas urin

c. Personal hygiene
Frekuensi mandi : 2x sehari
Frekunensi gosok gigi : 2x sehari
Frekuensi ganti pakaian : Sesuai kebutuhan
Penggunaan popok : Sesuai kebutuhan

II. DATA OBYEKTIF

A. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum:
a. Ukuran tubuh : Normal
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Suhu : 36,6 C
2. Ukuran Berat Badan : 11,100 gram
3. Ukuran Panjang Badan : 75,5 Cm
4. Kepala
a. Ukuran dan Kesimetrisan : normal dan simetris
b. Rambut : hitam lebat
c. Pembengkakan : tidak ada pembengkakan
d. Lingkar kepala : 48 cm
5. Mata :
a. Bentuk mata dan kesimetrisan : normal dan simetris
b. Skelar dan konjungtiva : sklera putih dan konjungtiva merah muda
c. Pengeluaran : tidak ada pengeluaran
6. Telinga :
a. Kesimetrisan : simetris
b. Daun telinga : normal
c. Pengeluaran : tidak ada pengeluaran
7. Hidung :
a. Kesimetrisan dan warna bibir : simetris, merah muda
b. Bibir dan Langit – langit : normal tidak ada kelainan
8. Leher
a. Gerakan leher : normal
b. Pembengkakan : tidak ada pembengkakan
9. Dada
a. Bentuk dan kesimetrisan : normal dan simetris
b. Payudara : normal terdapat 2 putting
c. Bunyi dan Frekuensi dan nafas : 40x/m
d. Bunyi dan Frekuensi dan Jantung : 153x/m
10. Bahu, Lengan dan Tangan
a. Kesimetrisan : simetris
b. Gerakan : dapat digerakan dan aktif
c. Jumlah Jari : 10 jari 5/5
11. Abdomen
a. Bentuk : normal
b. Benjolan : tidak ada benjolan
12. Tungkai dan kaki
a. Bentuk : normal
b. Pergerakan : dapat digerakan dan aktif
c. Kesimetrisan : simetris
d. Jumlah jari : 10 jari 5/5
13. Punggung dan Anus
a. Bentuk : Tidak di kaji
b. Pembengkakan atau cekungan : Tidak dikaji
c. Anus : Tidak dikaji
B. Data Penunjang
Laboratorium : tidak dilakukan

III.ANALISA.

1. Diagnosa : Anak Umur 1 tahun dengan urtikaria


2. Masalah : gatal gatal

IV. PENATALAKSANAAN (Pukul 10.00)

1. Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan


2. Menjelaskan kepada ibu bahwa anaknya menderita biduran/ kaligata. Menganjurkan
ibu untuk berhenti memberikan makanan pemicu alergi (ikan)
3. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan makanan bergizi dan hidrasi yang cukup.
4. Menganjurkan pada ibu untuk menjga personal hygiene anaknya dengan baik.
5. Menganjurkan ibu untuk menjaga kenyamanan anak pada saat tidur , pastikan tidak
lembab
6. Memberikan terapi
Obat cetirizine sirup 2x 2,5 ml , dan diberikan losion calamine / bedak calamine untuk
meredakan gatal
.

Anda mungkin juga menyukai