BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Urtikaria ialah reaksi vaskular di kulit akibat bermacam-macam sebab,
biasanya ditandai dengan edema setempat yang cepat timbul dan menghilang
perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit,
sekitarnya dapat dikelilingi halo. Keluhan subyektif biasanya gatal, rasa tersengat
atau tertusuk. Urtikaria juga kadang dikenal sebagai hives, nettle rash, biduran,
kaligata.1,3
Sedangkan angioedema atau angioneuretik edema adalah urtika yang
mengenai lapisan kulit yang lebih dalam daripada dermis, dapat di submukosa,
atau di subkutis, juga dapat mengenai saluran napas, saluran cerna, dan organ
kardiovaskular.1
wanita dibanding laki-laki yaitu 4:1, namun perbandingan ini bervariasi pada
urtikaria yang lain.1
2.3 Etiologi
1. Obat
Bermacam obat dapat menimbulkan urtikaria, baik secara imunologik
maupun non-imunologik. Hampir semua obat sistemik menimbulkan urtikaria,
secara imunologik terdapat 2 tipe, yaitu tipe I atau II. Contohnya ialah aspirin,
obat anti inflamasi non steroid, penisilin, sefalosporin, diuretik, dan alkohol.
Sedangkan obat yang secara non-imunologik langsung merangsang sel mast untuk
melepaskan histamin, misalnya opium dan zat kontras. Aspirin menimbulkan
urtikaria karena menghambat sintesis prostaglandin di asam arakidonat.1
Gambar 2.2 Gambaran Urtikaria yang disebabkan oleh alergi terhadap obat
(Penicillin) 6
2. Makanan
Peranan makanan ternyata lebih penting pada urtikaria akut, umumnya
akibat reaksi imunologik, pada beberapa kasus urtikaria terjadi setelah beberapa
jam atau beberapa hari setelah mengkonsumsi makanan tersebut. Makanan berupa
protein atau bahan yang dicampurkan ke dalamnya seperti zat warna, penyedap
rasa, atau bahan pengawet, sering menimbulkan urtikaria alergika. Makanan yang
paling sering menimbulkan urtikaria pada orang dewasa yaitu, ikan, kerang,
udang, telur, kacang, buah beri, coklat, arbei, keju. Sedangkan pada bayi yang
paling sering yaitu, susu dan produk susu, telur, tepung, dan buah-buah sitrus
(jeruk).1,5,7
4. Bahan fotosenzitiser
7
5. Inhalan
Inhalan berupa serbuk sari bunga (polen), spora jamur, debu, asap, bulu
binatang, dan aerosol, lebih mudah menimbulkan urtikaria alergik tipe 1. Reaksi
ini sering dijumpai pada penderita atopi yang disertai dengan gangguan napas. 1
6. Kontaktan
7. Trauma Fisik
Faktor dingin, yakni berenang atau memegang benda dingin.
Faktor panas, misalnya sinar matahari, radiasi, dan panas pembakaran.
Faktor tekanan, yaitu goresan, pakaian ketat, ikat pinggang, air yang
menetes atau semprotan air, vibrasi dan tekanan yang berulang-ulang.1
Secara klinis biasanya terdapat di daerah yang sering terjadi trauma. Dapat
terjadi urtikaria setelah goresan dengan benda tumpul beberapa menit sampai
8
Infeksi oleh bakteri contohnya pada infeksi tonsil, infeksi gigi dan
sinusitis.
Infeksi virus hepatitis, mononukleosis dan infeksi virus coxsackie pernah
dilaporkan sebagai faktor penyebab. Karena itu pada urtikaria yang
idiopatik perlu dipikirkan kemungkinan infeksi virus subklinis.
Infeksi jamur kandida dan dermatofit sering dilaporkan sebagai penyebab
urtikaria. Infeksi cacing pita, cacing tambang, cacing gelang juga
Schistosoma atau Echinococcus dapat menyebabkan urtikaria. Infeksi
parasit biasanya paling sering pada daerah beriklim tropis.1
9. Psikis
10. Genetik
2.4 Klasifikasi
Urtikaria akut, bila serangan berlangsung kurang dari 6 minggu, atau
berlangsung selama 4 minggu tetapi timbul setiap hari. urtikaria akut
mungkin dalam waktu singkat terkait dengan angioedema yang
mengancam jiwa dan atau shock anafilaksis, meskipun biasanya muncul
sebagai onset cepat tanpa urtikaria atau angioedema 1,4
Urtikaria kronik, bila serangan lebih dari 6 minggu dan mengganggu
kualitas hidup. Dua subtipe utama meliputi idiopatik (spontan) urtikaria
kronis dan diinduksi urtikaria (fisik), tetapi beberapa pasien memiliki
vaskulitis urtikaria. Secara umum, urtikaria kronis diklasifikasikan sebagai
autoimun kronis urtikaria atau urtikaria idiopatik kronis 1,2,7
Gambar 2.7 Urtikaria akut karena gigitan semut api (kiri) dan urtikaria
kronis yang terdapat plak seperti lesi eritematosa pada kaki wanita dengan
resisten H1 antagonis reseptor urtikaria kronis (kanan). 4,7
Urtikaria anular
Urtikaria asinar
Urtikaria lokal
11
Urtikaria generalisata
Angioedema
Urtikaria imunologik
1. Bergantung pada IgE (reaksi alergik tipe I) pada atopi dan antigen spesifik
seperti polen, obat, dan venom
2. Ikut sertanya komplemen pada reaksi sitotoksik (reaksi alergi tipe II), pada
reaksi kompleks imun (reaksi alergi tipe III), dan defisiensi C 1 esterase
inhibitor (genetik)
Urtikaria nonimunologik
Urtikaria Idiopatik : Urtikaria yang tidak jelas penyebab dan
mekanismenya.1
2.5 Patogenesis
FAKTOR NON-IMUNOLOGIK FAKTOR IMUNOLOGIK
Basofil
Pengaruh komplemen
Efek Kolinergik
Aktivasi komplemen
Faktor Genetik:
Defisiensi C1 esterase
Idiopatik Urtikaria inhibitor
Familial cold urticaria
Familial heat urticaria
Faktor imunologik lebih berperan pada urtikaria yang akut daripada yang
kronik; biasanya IgE terikat pada permukaan sel mast dan atau sel basofil karena
adanya reseptor Fc bila ada antigen yang sesuai berikatan dengan IgE maka
terjadi degranulasi sel, sehingga mampu melepaskan mediator. Keadaan ini jelas
tampak pada reaksi tipe I (anafilaksis), misalnya alergi obat dan makanan.
Komplemen juga ikut berperan, aktivasi komplemen secara klasik maupun secara
alternatif menyebabkan pelepasan anafilatoksin (C3a, C5a) yang mampu
merangsang sel mast dan basofil, misalnya tampak akibat venom atau toksin
bakteri.1
Ikatan dengan komplemen juga terjadi pada urtikaria akibat reaksi sitotoksik
dan kompleks imun pada keadaan ini juga dilepaskan zat anafilatoksin. Urtikaria
akibat kontak dapat juga terjadi misalnya setelah pemakaian bahan pengusir
15
akibat panas, dingin, tekanan dan penyinaran. Umumnya pada dewasa muda,
terjadi pada episode singkat dan umumnya kortikosteroid sistemik kurang
bermanfaat.1,2
2.7 Diagnosis
Anamnesa:
Saat pertama kali pasien datang perlu ditanyakan :
1. Frekuensi, durasi, seberapa hebat, ukuran, bentuk dan lokasi dari urtikaria
2. Relevansi dari gejala dengan waktu apakah setiap hari, hari-hari tertentu,
waktu weekend, saat musim apa, saat periode menstruasi
3. Ditanyakan apakah ada tanda-tanda angioedema, gejala yang subyektif
(gatal,sakit) atau manifestasi sistemik (sakit kepala, keluhan
gastrointestinal, keluhan sendi, dll)
4. Riwayat keluarga dengan urtikari, gejala atopi, dan angioedema
Karakteristik dari angioedema meliputi di bawah ini:
Vasodilatasi dan eksudasi plasma ke jaringan yang lebih dalam daripada
yang tampak pada urtikaria.
Pembengkakan yang nonpitting dan nonpruritic dan biasanya terjadi pada
permukaan mukosa dari saluran nafas (bibir, lidah, uvula, palatum molle,
dan laring) dan saluran cerna (pembengkakan usus menyebabkan nyeri
abdomen berat).
Suara serak, merupakan tanda paling awal dari oedem laring (tanyakan
pasien bila ia mengalami perubahan suara serak)
5. Riwayat alergi, intolerensi, infeksi, dan penyakit sistemik yang pernah
diderita sebelumnya
6. Riwayat penyakit psychosomatic dan psychiatric
7. Implantasi saat operasi dan apa yang terjadi selama operasi
17
Tes untuk menilai urtikaria dengan uji temperatur dengan es (ice cube test)
2. Pitriasis Rosasea
Pitiriasis rosea ialah penyakit kulit yang belum diketahui
penyebabnya,dimulai dengan sebuah lesi inisial berbentuk eritema dan skuama
halus. Kemudian disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil di badan,lengan dan paha
atas yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan biasanya menyembuh dalam
waktu 3-8 minggu. Gejala kontitusi pada umumnya tidak terdapat, sebagian
penderita mengeluh gatal ringan, lesi pertama (herald patch) umumnya di badan,
soliter, berbentuk oval dan anular, diameternya kira-kira 3 cm. Ruam terdiri atas
eritema dan skuama halus di pinggir. Lamanya beberapa hari hingga beberapa
minggu.1
gambaran khas berbentuk iris. Gejala klinis berupa spectrum yang bervariasi dari
erupsi local kulit dan selaput lendir sampai bentuk berat berupa kelainan
multisystem yang dapat menyebabkan kematian. Didapati tipe dasar yakni tipe
macula-eritema dan tipe vesikobulosa.
Tipe vesikobulosa ditandai dengan lesi mula-mula berupa macula, papul dan
urtika yang kemudian timbul lesi vesikobulosa di tengahnya. Bentuk ini dapat
juga mengenai selaput lendir. 1
4. Dermatitis Atopik
2.10 Penatalaksanaan
24
1. Antihistamin
Antihistamin generasi kedua atau disingkat AH2 (misalnya, fexofenadine,
desloratadine, loratadine, cetirizine) adalah terapi utama untuk urtikaria. Agen ini
telah terbukti secara signifikan lebih efektif daripada plasebo untuk pengobatan
urtikaria tipe akut dan kronis. Antihistamin generasi pertama juga dapat
digunakan sebagai terapi tambahan pada pasien yang mengalami kesulitan tidur
karena gejala nokturnal. Tabel 2.3 memberikan daftar nama dan dosis antihistamin
generasi pertama dan kedua. Reseptor Histamin jenis H2 sebanyak 15% di kulit,
AH2 seperti cimetidine, ranitidin dan nizatidine, juga dapat membantu dalam
beberapa pasien dengan urtikaria. Namun, agen ini tidak boleh digunakan sebagai
monoterapi karena mereka memiliki efek terbatas pada pruritus.2
Tabel 2.3 Antihistamin sering digunakan dan diindikasikan untuk
pengobatan urtikaria.2
Azathioprine dapat menyebabkan nyeri akut perut, mual, arthralgia, tes fungsi hati
yang abnormal dan cytopenias dan mungkin juga efektif sebagai monoterapi.
Penulis ini memulai terapi pada orang dewasa dengan 100 mg setiap hari. Tes
laboratorium harus diperoleh setiap 2 minggu untuk 2 bulan pertama kemudian
pada interval yang lebih rendah jika ada respon terhadap azathioprine.2,9
Immunoglobulin intravena. Satu studi menggunakan dosis rendah IVIG
(0,15 g/kg setiap 4 minggu) mengakibatkan perbaikan dari urtikaria. IVIG
mungkin efektif untuk urtikaria karena tekanan dan angioedema, urtikaria solar,
dan urtikaria vasculitis. IVIG relatif aman dengan efek samping termasuk sakit
kepala, mialgia, mual dan jarang anafilaksis, aseptik meningitis, atau gagal ginjal.
Secara umum, IVIG harus disediakan untuk pasien refrakter terhadap terapi
alternatif lainnya.9
Omalizumab efektif dalam pasien urtikaria kronis yang resisten terhadap
anti-histamin. Pengurangan pruritus dan lesi urtikaria terjadi dalam 1 minggu dari
injeksi subkutan tunggal 150 atau 300 mg dari omalizumab. Omalizumab
disetujui untuk digunakan di AS untuk urtikaria idiopatik kronis yang tidak bisa
dikendalikan oleh AH1 untuk pasien usia 12 tahun dan lebih tua. Dosis yang baik
150 mg atau 300 mg subkutan setiap 4 minggu. Tidak ada masalah keamanan baru
telah diidentifikasi dalam pengobatan pasien dengan urtikaria kronis yang
meyakinkan. Respon cepat mungkin merupakan cerminan dari 1) pengikatan
omalizumab untuk membebaskan antibodi IgE, yang terjadi dalam beberapa jam
administrasi, yang mengurangi pengikatan IgE dengan afinitas reseptor tinggi
FcRI pada basofil dan sel mast, dan 2) downregulation dari ekspresi FcRI pada
basofil darah utuh (dalam waktu 2 minggu) dan sel mast (dalam waktu 8 minggu).
Omalizumab telah dikaitkan dengan pengurangan alergen diinduksi ukuran
peninggian kulit dan perekrutan eosinofil ke tahap akhir reaksi kulit. 9
5. Antidepresan Trisiklik
Antidepresan trisiklik (doksepin) telah dipelajari dalam 2 penelitian.
Doksepin yang telah diberikan selama 30 tahun, tetap menjadi antargonis H1 dan
H2 yang kuat dan efektif pada beberapa pasien dalam mentoleransi rasa kantuk
yang dirasakan. Dalam sebuah studi dari 50 pasien, doksepin 10 mg tiga kali
sehari dibandingkan dengan diphenhydramine 25 mg tiga kali sehari. Total
30
sembuh dari pruritus dan lesi urtikaria terjadi pada 43% pasien saat menerima
doksepin dan hanya 5% saat menerima diphenhydramine. Dan dalam penelitian
lain di 16 dewasa, doksepin unggul dengan plasebo dan mengurangi bercak kulit
yang diproduksi oleh histamin dan kodein. Efek samping anti-kolinergik seperti
sembelit dan mulut kering dapat terjadi. Namun, doxepin (dan antidepresan
trisiklik lain seperti nortriptyline) mungkin bermanfaat dalam mengobati urtikaria
kronik yang sulit diobati.9
6. Terapi Lain
Colchicine, dapson dan sulfasalazine memiliki efek anti-inflamasi yang
dapat menyebabkan penurunan frekuensi dan tingkat keparahan lesi urtikaria di
tahan pengobatan urtikaria kronis. Obat ini memiliki efek samping tertentu seperti
diare untuk colchicine, hemolisis dan methemoglobinemia (bahkan pada pasien
yang cukup glukosa 6 fosfat dehidrogenase) untuk dapson, dan gejala
gastrointestinal, sakit kepala, ruam, leukopenia dan tes fungsi hati yang tinggi
untuk sulfasalazine. Sebagian besar pengalaman dari ulasan retrospektif. Mulai
dosis pada orang dewasa adalah sebagai berikut: colchicine 0,6 mg setiap hari
selama seminggu kemudian dua kali sehari; 25-100 mg setiap hari untuk dapson;
dan 500 mg setiap hari meningkatkan mingguan sampai 2000 mg setiap hari untuk
sulfasalazine.9
Pengobatan Urtikaria Fisik
Sebuah prinsip umum dari pedoman urtikaria internasional tentang
pengelolaan urtikaria adalah identifikasi dan penghapusan penyebab yang
mendasari dan atau memicu. Meskipun dalam sebagian besar Urtikaria fisik,
penyebab tidak diketahui dan tidak bisa, karena itu, dihilangkan, menghindari
pemicu dikenal bisa sangat berguna. Pengobatan di urtikaria fisik bertujuan untuk
pencegahan dan pengurangan gejala. Berikut ini adalah algoritma yang telah
diterbitkan untuk urtikaria fisik.
31
stres psikologis, sosial, dan pekerjaan sebagai pasien yang sedang menunggu
operasi bypass arteri koroner.4