Anda di halaman 1dari 14

ASKEP URTIKARIA

KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Urtikaria merupakan istilah kilnis untuk suatu kelompok kelainan yang di tandai
dengan adanya pembentukan bilur-bilur pembengkakan kulit yang dapat hilang tanpa
meninggalkan bekas yang terlihat. ( robin graham, brown. 2205 )
Urtikaria yaitu keadaan yang di tandai dengan timbulnya urtika atau edema
setempat yang menyebabkan penimbulan di atas permukaan kulit yang di sertai rasa
sangat gatal ( ramali, ahmad. 2000 )
Urtikaria adalah reaksi vascular di kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya di
tandai dengan edema setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan,
berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit, sekitarnya di kelilingi
halo (kemerahan). Keluhan subjektif biasanya gatal, rasa tersengat atau tertusuk.
Dikenal dua macam bentuk klinik urtikaria, yaitu bentuk akut ( <> 6 minggu).
Urtikaria yang mengenai lapisan kulit yang lebih dalam daripada dermis, dapat di
submukosa, atau di subkutis, juga dapat mengenai saluran nafas, saluran cerna, dan
organ kardiovaskuler dinamakan angiodema.
Sinonim : Hives, nettle rash, biduran, kaligata.

2. Klasifikasi
Terdapat bermacam - macam paham penggolongan urtikaria, berdasarkan lamanya
serangan berlangsung di bedakan urtikaria akut dan kronik. Disebut akut bila serangan
berlangsung kurang dari 6 minggu, atau berlangsung selama 4 minggu tetapi timbul
setiap hari, bila melebihi waktu tersebut di golongkan sebagai urtikaria kronik. Urtikaria
akut sering terjadi pada anak muda, umumnya laki-laki lebih sering daripada
perempuan. Urtikaria kronik lebih sering pada wanita usia pertengahan. Penyebab
urtikaria akut lebih mudah di ketahui, sedangkan pada urtikaria kronik sulit di temukan.
Ada kecenderungan urtikaria lebih sering di derita oleh penderita atopik.
Berdasarkan morfologi klinis, urtikaria di bedakan menurut bentuknya, yaitu urtikaria
papular bila berbentuk papul, gutata bila besarnya sebesar tetesan air dan girata bila
ukuranya besar-besar. Terdat pula yang anular dan arsinar. Menurut luasnya dan
dalamnya jaringan yang terkena, di bedakan urtikaria lokal, generalisata dan
angioedema. Ada pula yang mengolongkan berdasarkan penyebab urtikaria dan
mekanisme terjadinya, maka di kenal urtikaria imunologik, non imunologik,dan idiopatik
sebagai berikut:
 Urtikaria atas dasar reraksi imunologik
a) Bergantung pada IgE (reaksi alergi tipe I)
Pada Atofi
Antigen spesifik (polen, obat, venom)
b) Ikut sertanya komplemen
Pada reaksi sitotoksik (reaksi alergi tipe II)
Pada reaksi kompleks imun (reaksi alergi tipe III)
Defisiensi tipe I esterase inhibitor (genetik)
c) Reaksi alergi tipe IV (urtikaria kontak)
 Urtikaria atas dasar reaksi non imunologik
a. Langsung memacu sel mas sehingga terjadi pelepasan radiator (misalnya
obat golongan opiat dan bahan kontras).
b. Bahan yang menyebabkan perubahan metabolisme asam arakidonat
(aspirin, obat anti-inflamasi non-steroid golongan azodyes)

c. Trauma fisik, misalnya dermo grafisme, rangsangan dingin, panas atau


sinar dan bahan kolinergik.

 Urtikaria yang tidak jelas penyebab dan mekanismenya, digolongkan idiopatik

3. Bentuk – Bentuk Klinis Urtikaria


a. URTIKARIA AKUT

Urtikaria akut hanya berlansung selama beberapa jam atau beberapa hari. yang sering
terjadi penyebabnya adalah:
- Adanya kontak dengan tumbuhan ( misalnya jelatang ), bulu binatang/ makanan.
- Akibat pencernaan makanan, terutama kacang-kacangan, kerangan-kerangan dan
strouberi.
- Akibat memakan obat misalnya aspirin dan penisilin.
b. URTIKARIA KRONIS

Biasanya berlangsung beberapa minggu, beberapa bulan, atau beberapa tahun. pada
bentuk urtikaria ini jarang didapatkan adanya faktor penyebab tunggal.
c. URTIKARIA PIGMENTOSA

Yaitu suatu erupsi pada kulit berupa hiperpigmentasi yang berlangsung sementara,
kadang-kadang disertai pembengkakan dan rasa gatal.
d. URTIKARIA SISTEMIK ( PRURIGO SISTEMIK )

Adalah suatu bentuk prurigo yang sering kali terjadi pada bayi kelainan khas berupa
urtikaria popular yaitu urtikaria yang berbentuk popular-popular yang berwarna
kemerahan.
Berdasarkan penyebabnya, urtikaria dapat dibedakan menjadi:
Heat rash yaitu urtikaria yang disebabkan panas
Urtikaria idiopatik yaitu urtikaria yang belum jelas penyebabnya atau sulit dideteksi
Cold urtikaria adalah urtikaria yang disebabkan oleh rangsangan dingin. Yang timbul
setelah beberapa menit atau beberapa jam setelah terpapar hawa dingin/ air dingin.
Dapat ringan/setempat, sampai berat (disertai hipotensi, hilangnya kesadaran dan
sesak nafas)
Dermografik urtikaria (urtikaria fisik) bila timbul akibat tekanan berbentuk linier sesuai
dengan bagian tekanan/garukan/goresan. Tes dermografisme positif (digarus,digores
akan keluar urtikaria).
Urtikaria alergika, bila karena alergi makanan
Aquagenic urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh rangsangan air
Solar urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan sengatan sinar matahari
Vaskulitik urtikaria
Cholirgening urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan panas, latihan berat dan stress,
bentuknya kecil-kecil tersebar dan sangat gatal
Urtikaria kronis, bila tiap hari terkena urtikaria selama 6 minggu berturut-turut

4. Etiologi
Pada penyelidikan ternyata hampir 80% tidak diketahui penyebabnya. Di duga
penyebab urtikaria bermacam-macam, diantaranya :
a. Obat

Bermacam – macam obat dapat menimbulkan urtika, baik secara imunologi maupun
nonimunologik. Hampir semua obat sistemik menimbulkan urtikaria secara imunologi
tipe I atau II. Contohnya ialah obat – obat golongan penisilin, sulfonamid, analgesik,
pencahar, hormon, dan uretik. Adapun obat secara nonimunologi langsung merangsang
sel mas untuk melepaskan histamin, misalnya kodein, opium, dan zat kontras. Aspirin
menimbulkan urtikaria karena menghambat sintesis prostaglandin dari asam
arakidonat.

b. Makanan

Peranan makanan ternyata lebih penting pada urtikaria yang akut, umumnya akibat
reaksi imunologik. Makanan berupa protein atau berupa bahan lainnya yang
dicampurkan ke dalamnya seperti zat warna, penyedap rasa, atau bahan pengawet,
sering menimbulkan urtikaria alergika. Contoh makanan yang sering menimbulkan
urtikaria adalah telur, ikan, kacang, udang, coklat, tomat, arbey, baby, keju, bawang,
dan semangka ; bahan yang dicampurkan seperti asam nitrat, asam benzoat, ragi,
salisilat, dan panisilin. CHAM-PION 1969 melaporkan ± 2% urtikaria kronik disebabkan
sensitisasi terhadap makanan.
c. Gigitan/sengatan serangga

Gigitan atau sengatan serangga dapat menimbulkan urtikaria setempat, agaknya hal
ini menyebab diperantai oleh IgE (Tipe I) dan tipe seluler (tipe IV). Tetapi venom dan
toksin bakteri, biasanya dapat pula mengaktifkan komplemen. Nyamuk, kepinding dan
serangga lainnya menimbulkan urtika bentuk papular di sekitar gigitan, biasanya sembh
dengan sendirinya setelah beberapa hari, minggu, atau bulan.
d. Bahan fotosensitizer

Bahan semacam ini, gleseofulvin, fenotiazin, sulfonamin, bahan kosmetik, dan


sabun germisin sering menimbulkan urtikaria.
e. Inhalan

Inhalan berupa serbuk sari bunga (polen), spora jamur, debu, bulu binatang, dan
aerosol, umumnya lebih mudah menimbulkan urtikaria alergi (Tipe I). Reaksi ini sering
di jumpai pada penderita atofi dan disertai gangguan nafas.
f. Kontaktan

Kontaktan yang sering menimbulkan urtikaria ialah kutu binatang, serbuk tekstil, air
liur binatang, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, bahan kimia, misalnya insect refelent
(penangkis serangga) dan bahan kosmetik. Keadaan ini disebabkan bahan tersebut
menembus kulit dan menimbulkan urtikaria.
TUFT (1975) melaporka urtikaria akibat sefalosporin pada seorang apoteker, hal yang
jarang terjadi ; karena kontak dengan antibiotik umumnya menimbulkan dermatitis
kontak. Urtikaria akibat kontak dengan klorida kobal, indikator warna pada tes provokasi
keringat, telah dilaporkan oleh SMITH (1975).
g. Trauma fisik

Trauma fisik dapat diakibatkan oleh faktor dingin, yakni berenang atau memegang
benda dingin ; faktor panas, misalnya sinar matahari, sinar UV , radiasi, dan panas
pembakaran ; faktor tekanan, yaitu goresan, pakain ketat, ikat pinggang, air yang
menetes atau semprotan air, vibrasi, dan tekanan berulang-ulang contohnya pijatan,
keringat, pekerjaan, demam, dan emosi menyebabkan urtikaria fisik, baik secara
imunologik maupun non imunologik. Klinis biasanya terjadi ditempat yang mudah
terkena trauma. Dapat timbul urtikaria setelah goresan dengan benda tumpul beberapa
menit sampai beberapa jam kemudian. Fenomena ini disebut dermografisme atau
fenomena darier.
h. Infeksi dan infestasi
Bermacam-macam infeksi dapat menimbulkan urtikaria, misalnya infeksi bakteri,
virus, jamur, maupun investasi parasit. Infeksi oleh bakteri, contohnya pada infeksi
tonsil, infeksi gigi dan sinusitis. Masih merupakan pertanyaan, apakah urtikaria timbul
karena toksik bakteri atau oleh sensitisasi. Infeksi visrus hepatitis, mononukleosis, dan
infeksi virus Coxsackie pernah dilaporkan sebagai faktor penyebab. Karena itu pada
urtikaria yang idiopatik perlu dipikirkan kemungkinan infeksi virus subklinis. Investasi
cacing pita, cacing tambang, cacing gelang, juga Schistosoma atau Echinococcus
dapat menyebabkan urtikaria.
i. Psikis

Tekanan jiwa dapat memacu sel mas atau langsung menyebabkan peningkatan
permeabilitas dan vasodilatasi kapiler. Ternyata hampir 11,5% penderita urtikari
menunjukkan gangguan psikis. Penyelidikan memperlihatkan bahwa hipnosis dapat
menghambat eritema dan urtikaria. Pada percobaan induksi psikis, ternyata suhu kulit
dan ambang rangsang eritema meningkat.
j. Genetik

Faktor genetik ternyata berperan pentik pada urtikaria dan angioedema,


menunjukkan penurunan autosoma dominan.
Diantaranya ialah angioneurotik edema herediter, familial cold urtikaria, familial
lokalized heat urtikaria, vibratory angioedema, heredo-familial symdrom of urtikaria
deafness and amyloidosis, dan erythropoietic protoporphyria.
k. Penyakit sistemik

Beberapa penyakit kolagen dan keganasan dapat menimbulkan urtikaria, reaksi


lebih sering disebabkan reaksi kompleks antigen-antibody. Penyakit vesiko-bulosa,
misalnya pemfigus dan dermatitis herpetiformis duhring sering menimbulkan urtikaria.
Sejumlah 7-9% penderita lupus eritematosus sitemik dapat mengalami urtikaria.
Beberapa penyakit sistemik yang sering disertai urtikaria antara lain limfoma, hifertiroid,
hepatitis, urtikaria pigmentosa, artritis pada demam rematik, dan artritis reumatoid
zuvenilis.
5. Patofisiologi
Faktor-faktor pencetus :
Fx. Imunologik/non imunologik

Kulit

Melakukan Pertahanan

Induksi Respon Antiodi IgE

Sel Mast Basofil

Pelepasan mediator
(H, SRSA, Serotonin,Kinin)

Anafilaksis Sistemik

Urtikaria
6. Manifestasi Klinik
Gatal
Rasa terbakar/tertusuk
Tampak eritema & oedema setempat berbatas tegas, kadang bagian tengah tampak
lebih pucat
Bentuk popular
Dermografisme : oedema & eritema yg linear di kulit bila terkena tekanan/goresan benda
tumpul, timbul 30 menit

7. Komplikasi
Lesi-lesi urtikaria bisa sembuh tanpa komplikasi. Namun pasien dengan gatal yang
hebat bisa menyebabkan purpura dan excoriasi yang bisa menjadi infeksi sekunder.
Penggunaan antihistamin bisa menyebabkan somnolens dan bibir kering. Pasien
dengan keadaan penyakit yang berat bisa mempengaruhi kualitas hidup. Dapat pula
terjadi angioedema

8. Pemeriksaan Diagnostik
Darah, urine & faeces rutin
Pemeriksaan gigi, THT, usapan vagina
Pemeriksaan kadar IgE, eosinofil & komplemen
Tes kulit
Tes eliminasi makanan
Histopatologik
Tes Provokasi
Injeksi mecholyl IC
Tes dengan es
Tes dengan air hangat

9. Penatalaksanaan Medis
Edukasi pasien untuk menghindari pencetus (yang bisa diketahui). Obat opiat dan
salisilat dapat mengaktivasi sel mast tanpa melalui IgE.
Pada urtikaria generalisata mula-mula diberikan injeksi larutan adrenalin 1/1000
dengan dosis 0,01 ml/kg intramuskular (maksimum 0,3 ml) dilanjutkan dengan
antihistamin penghambat H1 seperti CTM 0,25 mg/kg/hari dibagi 3 dosis sehari 3 kali
yang dikombinasi dengan HCL efedrin 1 mg/tahun/kali sehari 3 kali. (Lihat
penanggulangan anafilaksis). Bila belum memadai ditambahkan kortikosteroid misalnya
prednison (sesuai petunjuk dokter).
Pada urtikaria yang sering kambuh terutama pada anak sekolah, untuk menghindari
efek samping obat mengantuk, dapat diberikan antihistamin penghambat H1 generasi
baru misalnya setirizin 0,25 mg/kg/hari sekali sehari.

10. Pengobatan
Hilangkan faktor pencetus
Anti histamin
Anti enzym (antiplasmin)
Desensitasi
Eliminasi diet

11. Pencegahan
o Hindari alergen yang diketahui. Termasuk beberapa makanan dan penyedap makanan,
obat-obatan dan beberapa situasi seperti panas, dingin atau stress emosional
o Membuat catatan. Mencatat kapan dan dimana urtikaria terjadi dan apa yang kita
makan. Hal ini akan membantu anda dan dokter untuk mencari penyebab urtikaria.
o Hindari pengobatan yang dapat mencetuskan urtiakria seperti antibiotik golongan
penisilin, aspirin dan lainnya.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Untuk menetapkan bahan alergen penyebab urtikaria kontak alergik diperlukan
anamnesis yang teliti, riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik dan uji tempel.
Anamnesis ditujukan selain untuk menegakkan diagnosis juga untuk mencari kausanya.
Karena hal ini penting dalam menentukan terapi dan tindak lanjutnya, yaitu mencegah
kekambuhan. Diperlukan kesabaran, ketelitian, pengertian dan kerjasama yang baik
dengan pasien. Pada anamnesis perlu juga ditanyakan riwayat atopi, perjalanan
penyakit, pekerjaan, hobi, riwayat kontaktan dan pengobatan yang pernah diberikan
oleh dokter maupun dilakukan sendiri, obyek personal meliputi pertanyaan tentang
pakaian baru, sepatu lama, kosmetika, kaca mata, dan jam tangan serta kondisi lain
yaitu riwayat medis umum dan mungkin faktor psikologik.
Pemeriksaan fisik didapatkan, biasanya klien mengeluh gatal, rasa terbakar, atau
tertusuk. Klien tampak eritema dan edema setempat berbatas tegas, kadang-kadang
bagian tengah tampak lebih pucat. Bentuknya dapat papular seperti pada urtikaria
akibat sengatan serangga, besarnya dapat lentikular, numular, sampai plakat. Kriteria
diagnosis urtikaria alergik adalah :
Adanya riwayat kontak dengan suatu bahan satu kali tetapi lama, beberapa kali atau
satu kali tetapi sebelumnya pernah atau sering kontak dengan bahan serupa.
Terdapat tanda-tanda urtikaria terutama pada tempat kontak.
Terdapat tanda-tanda urtikaria disekitar tempat kontak dan lain tempat yang serupa
dengan tempat kontak tetapi lebih ringan serta timbulnya lebih lambat, yang tumbuhnya
setelah pada tempat kontak.
Rasa gatal
Uji tempel dengan bahan yang dicurigai hasilnya positif.
1. Identitas Pasien.
2. Keluhan Utama.
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
3. Riwayat Kesehatan.
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan
utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit
lainnya.
d. Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami
stress yang berkepanjangan.
e. Riwayat Pemakaian Obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau
pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.
f. Pemeriksaan fisik
KU : lemah
TTV : suhu naik atau turun.
Kepala
Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia.
Mulut
Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang disebabkan oleh obat.
Abdomen
Adanya limfadenopati dan hepatomegali.
Ekstremitas
Perubahan kuku dan kuku dapat lepas.
Kulit
Kulit periorbital mengalami inflamasi dan edema sehingga terjadi ekstropion pada
keadaan kronis dapat terjadi gangguan pigmentasi. Adanya eritema , pengelupasan
kulit , sisik halus dan skuama.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang umumnya muncul pada klien penderita kelainan kulit
seperti
Urtikaria adalah sebagai berikut :
1. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka akibat gangguan
integritas
2. Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen
3. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
6. Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan inadekuat informasi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Perencanaan
No. Diagnosa Keperawatan
Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi
Tujuan : Lakukan tekni aseptic dan antis
Tidak terjadi infeksi dalam melakukan tindakan pad
Kriteria hasil : Ukur tanda vital tiap 4-6 jam
Hasil pengukuran tanda vital dalam
batas normal.
- RR :12-24 x/menit Observasi adanya tanda-tanda
Potensial terjadinya infeksi
- N : 70-82 x/menit Kolaborasi dengan ahli gizi unt
1 b.d. adanya luka akibat
- T : 36-37 OC pemberian diet TKTP
gangguan integritas
- TD : 120/85 mmHg Libatkan peran serta keluarga d
Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi memberikan bantuan pada klie
(kalor,dolor, rubor, tumor, infusiolesa) Jaga lingkungan klien agar teta
Hasil pemeriksaan laboratorium dalam
batas normal Leuksosit darah : 4.400
– 11.300/mm3
Tujuan : 1. Ajari klien menghindari atau
Tidak terjadi kerusakan pada kulit klien menurunkan paparan terhadap
Kriteria hasil : yang telah diketahui.
Klien akan mempertahankan integritas 2. Baca label makanan kaleng ag
kulit, ditandai dengan menghindari terhindar dari bahan makan ya
alergen mengandung alergen
Resiko kerusakan kulit b.d.
2 3. Hindari binatang peliharaan.
terpapar alergen

4. Gunakan penyejuk ruangan (A


rumah atau di tempat kerja, bila
memungkinkan.
3 Perubahan rasa nyaman Tujuan : Jelaskan gejala gatal berhubun
b.d. pruritus Rasa nyaman klien terpenuhi dengan penyebabnya (misal ke
Kriteria hasil : kulit) dan prinsip terapinya (mis
Klien menunjukkan berkurangnya hidrasi) dan siklus gatal-garuk-
pruritus, ditandai dengan garuk.
berkurangnya lecet akibat garukan, Cuci semua pakaian sebelum d
klien tidur nyenyak tanpa terganggu untuk menghilangkan formalde
rasa gatal, klien mengungkapkan bahan kimia lain serta hindari
adanya peningkatan rasa nyaman menggunakan pelembut pakaia
pabrik.
Gunakan deterjen ringan dan b
pakaian untuk memastikan sud
ada sabun yang tertinggal.
Jaga kebersihan kulit pasien
Kolaborasi dengan dokter untu
pemberian obat pengurang ras

Tujuan : Mengerjakan hal ritual menjela


Klien bisa beristirahat tanpa adanya
pruritus.
Kriteria Hasil : Menjaga agar kulit selalu lemba
1.Mencapai tidur yang nyenyak.
2.Melaporkan gatal mereda.
3.Mempertahankan kondisi lingkungan
Gangguan pola tidur b.d.
4 yang tepat.
pruritus
4.Menghindari konsumsi kafein. Menghindari minuman yang
5.Mengenali tindakan untuk mengandung kafein menjelang
meningkatkan tidur. Melaksanakan gerak badan se
6.Mengenali pola istirahat/tidur yang teratur.
memuaskan. Nasihati klien untuk menjaga ka
agar tetap memiliki ventilasi da
kelembaban yang baik.
Kaji adanya gangguan citra diri
Tujuan : (menghindari kontak mata,ucap
Pengembangan peningkatan merendahkan diri sendiri).
penerimaan diri pada klien tercapai
Kriteria Hasil :
1.Mengembangkan peningkatan
kemauan untuk menerima keadaan Identifikasi stadium psikososial
diri. perkembangan.
2.Mengikuti dan turut berpartisipasi
dalam tindakan perawatan diri.
Gangguan citra tubuh b.d.
3.Melaporkan perasaan dalam Berikan kesempatan pengungk
5 penampakan kulit yang
pengendalian situasi. perasaan.
tidak bagus
4.Menguatkan kembali dukungan
positif dari diri sendiri. Nilai rasa keprihatinan dan keta
5.Mengutarakan perhatian terhadap klien, bantu klien yang cemas
diri sendiri yang lebih sehat. mengembangkan kemampuan
6.Tampak tidak meprihatinkan kondisi. menilai diri dan mengenali mas
7.Menggunakan teknik
penyembunyian kekurangan dan Dukung upaya klien untuk mem
menekankan teknik untuk citra diri , spt merias, merapika
meningkatkan penampilan Mendorong sosialisasi dengan
lain.
6 Kurang pengetahuan Tujuan : Kaji apakah klien memahami da
tentang program terapi Terapi dapat dipahami dan dijalankan mengerti tentang penyakitnya.
b.d. inadekuat informasi Kriteria Hasil : Jaga agar klien mendapatkan i
1.Memiliki pemahaman terhadap yang benar, memperbaiki kesa
perawatan kulit. konsepsi/informasi.
2.Mengikuti terapi dan dapat
menjelaskan alasan terapi. Peragakan penerapan terapi se
3.Melaksanakan mandi, pembersihan mandi dan penggunaan obat-o
dan balutan basah sesuai program. lainnya.
4.Menggunakan obat topikal dengan Nasihati klien agar selalu menja
tepat. hygiene pribadi juga lingkungan
5.Memahami pentingnya nutrisi untuk
kesehatan kulit.

Anda mungkin juga menyukai