Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Urtikaria adalah lesi di kulit yang ditandai khas dengan urtika.
Pengertian urtikaria yang lain adalah reaksi vaskular dari dermis yang
ditandai dengan gambaran sementara dengan bercak atau bejolan, lebih
merah atau lebih pucat dari pada kulit disekitarnya dan sering kali ditandai
dengan gatal yang sangat hebat. Urtikaria merupakan penyakit yang sering
ditemukan, diperkirakan 3,2-12,8% dari populasi pernah mengalami urtikaria.

Urtikaria atau lebih di kenal dengan biduran adala hsuatu gejala


penyakit berupa gatal-gatal pada kulit di sertai bercak-bercak menonjol
(edema) yang biasanya disebabkan oleh alergi

Urtikaria merupakan istilah kilnis untuk suatu kelompok kelainan yang


di tandai dengan adanya pembentukan bilur-bilur pembengkakan kulit yang
dapat hilang tanpa meninggalkan bekas yang terlihat.

Urtikaria yaitu keadaan yang di tandai dengan timbulnya urtika atau


edema setempat yang menyebabkan penimbulan diatas permukaan kulit
yang di sertai rasa sangat gatal.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini asuhan keperawatan ini adalah
untuk membahas mengenai cara mendiagnosis dini dan mekanisme
terjadinya penyakit urtikaria.

1.3 Manfaat
Manfaat dari asuhan keperawatan medical bedah dengan penyakit
urtikaria Ini bermanfaat untuk melakukuan askep yang valid mulai dari
pengkajian, diagnose keperawatan, proses keperawatan, implementasi,
evaluasi.
2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Urtikaria merupakan istilah klinis untuk suatu kelompok kelainan yang
di tandai dengan adanya pembentukan bilur-bilur pembengkakan kulit yang
dapat hilang tanpa meninggalkan bekas yang terlihat.

Urtikaria (biduran) merupakan suatu reaksi pada kulit yang timbul


mendadak (akut) karena pengeluaran histamin yang mengakibatkan
pelebaran pembuluh darah dan kebocoran dari pembuluh darah. Secara
imunologik, dari data yang ada sejak tahun 1987, urtikaria merupakan salah
satu manifestasi keluhan alergi pada kulit yang paling sering dikemukakan
oleh penderita, keadaan ini juga didukung oleh penelitian ahli yang lain.

Reaksi alergi hipersensitivitas tipe 1 pada kulit ditandai oleh


kemunculan mendadak lesi yang menonjol yang edematous, berwarna merah
muda dengan ukuran serta bentuk yang bervariasi, keluhan gatal dan
menyebabkan gangguan rasa nyaman yang setempat. Kelainan ini dapat
mengenai setiap bagian tubuh, termasuk membran mukosa (khususnya
mulut), laring (kadang-kadang dengan komplikasi respiratorius yang serius)
dan traktus gastrointestinal. Setiap urtikaria akan bertahan selama periode
waktu tertentu yang bervariasi dari beberapa menit hingga beberapa jam
sebelum menghilang. Selama berjam-jam atau berhari-hari, kumpulan lesi ini
dapat timbul, hilang dan kembali lagi secara episodik.

2.2 Etiologi
Faktor pencetus terjadinya urtikaria, antara lain: makanan tertentu,
obat-obatan, bahan hirupan (inhalan), infeksi, gigitan serangga, faktor cuaca
(terutama dingin tapibisa juga panas berkeringat), faktor genetik, bahan-
bahan kontak (misalnya: arloji, ikat pinggang, karet sandal, karet celana
dalam, dan lain-lain) dan faktor psikis.
3

Jenis makanan yang dapat menyebabkan alergi misalnya : telur, ikan,


kerang, coklat, jenis kacang tertentu, tomat, tepung, terigu, daging sapi,
udang, dan lain-lain. Zat pewarna, penyedap rasa atau bahan pengawet juga
dapat menimbulkan urtikaria.

Jenis obat-obatan yang dapat ,menimbulkan alergi biasanya penisilin,


aspirin,bronide, serum, vaksin, dan opium. Bahan-bahan protein yang masuk
melalui hidung seperti serbuk kembang, jamur, debu dari burung, debu
rumah, dan ketombe binatang.

Faktor lingkungan yang terpapar dengan debu rumah, jamur, serbuk


sari bunga, pengaruh cuaca yang terlalu dingin atau panas sinar matahari,
tekanan atau air juga dapat menimbulkan urtikaria. Pada urtikaria yang
berulang, faktor emosional perlu diperhatikan. Stress emosional dapat secara
langsung dan tidak langsung menyebabkan seseorang meningkat
kemungkinan terjadi urtikaria.

Penyakit sistemik. Beberapa penyakit dan keganasan dapat


menimbulkan urtikaria. Beberapa penyakit sistemik yang sering disertai
urtikaria antara lain limfoma,hipertiroid, Lupus Eritematosus Sistemik, dll.
Gigitan serangga. Gigitan serangga dapat menimbulkan urtikaria setempat.
Nyamuk, lebah dan serangga lainnya menimbulkan urtikaria bentuk papul di
sekitar tempat gigitan, biasanya sembuh sendiri.

2.3 Patofisiologi
Urtikaria timbul akibat masuknya antigen ke area kulit yang spesifik
dan menimbulkan reaksi setempat yang mirip reaksi anafilaksis. Histamin
yang dilepaskan setempat akan menimbulkan :
- vasodilatasi yang menyebabkan timbulnya red flare (kemerahan)
- peningkatan permeabilitas kapiler setempat
4

Sehingga dalam beberapa menit kemudian akan terjadi


pembengkakan setempat yang berbatas jelas (Guyton, 2008). Urtikaria terjadi
karena vasodilatasi disertai permeabilitas kapiler yang meningkat, sehingga
terjadi transudasi cairan yang mengakibatkan pengumpulan cairan lokal.
Sehingga secara klinis tampak edema lokal disertai eritem. Vasodilatasi dan
peningkatan permeabilitas kapiler dapat terjadi akibat pelepasan mediator
misalnya histamine, kinin, serotonin, slowreacting substance of anafilacsis
(SRSA) dan prostaglandin oleh sel mast dan atau basofil.

Sel mast merupakan sel yang berperan dalam pelepasan mediator


vasoaktif seperti histamin yaitu agen utama dalam urtikaria. Mediator lain
seperti leukotrin dan prostaglandin juga mempunyai kontribusi baik dalam
respon cepat maupun lambat dengan adanya kebocoran cairan dalam
jaringan.

Urtikaria terjadi karena vasodilatasi disertai permeabilitas kapiler yang


meningkat, sehingga terjadi transudasi cairan yang mengakibatkan
pengumpulan cairan setempat. Sehingga secara klinis tampak edema
setempat disertai kemerahan. Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas
kapiler dapat terjadi akibat pelepasan mediator-mediator, misalnya
histamin,kinin, serotonin, slow reacting substance of anaphylaxis (SRSA), dan
prostaglandin oleh selmast dan atau basofil.

Selain itu terjadi inhibisiproteinase oleh enzim proeolotik, misalnya


kalikrin, tripsin, plasmin, dan hemotripsin di dalam sel mast. Baik faktor
imunologik,maupun nonimunologik mampu merangsang sel mast atau basofil
untuk melepaskan mediator tersebut. Pada yang nonimunologik mungkin
sekali siklik AMP (adenosin monophosphate) memegang peranan penting
pada pelepasan mediator. Beberapa bahan kimiaseperti golongan amin dan
derivat amidin, obat-obatan seperti morfin, kodein, polimiksin,dan beberapa
antibiotik berperan pada keadaan ini.
5

Bahan kolinergik, misalnya asetilkolin,dilepaskan oleh saraf kolinergik


kulit yang mekanismenya belum diketahui, langsung dapat mempengaruhi sel
mast untuk melepaskan mediator. Faktor fisik, misalnya panas, dingin,trauma
tumpul, sinar X, dan pemijatan, dapat langsung merangsang sel mast.
Beberapa keadaan, misalnya demam, panas, emosi, dan alkohol dapat
merangsang langsung pada pembuluh darah kapiler sehingga terjadi
vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas. Faktor imunologik lebih berperan
pada urtikaria yang akut daripada yang kronik dimana biasanya IgE terikat
pada permukaan sel mast dan atau sel basofil karena adanya reseptor Fc,
bila ada antigen yang sesuai berikatan dengan Ig. E, maka terjadi degranulasi
sel, sehingga mampu melepaskan mediator. Keadaan ini jelas tampak pada
reaksi tipe I (anafilaksis),misalnya alergi obat dan makanan. Komplemen juga
ikut berperan, aktivasi komplemen secara klasik maupun secara alternatif
menyebabkan pelepasan anafilatoksin (C3aC5a) yang mampu merangsang
sel mast dan basofil, misalnya tampak akibat venom atau toksin bakteri.

Ikatan dengan komplemen juga terjadi pada urtikaria akibat reaksi


sitotoksik dan kompleksimun, pada keadaan ini juga dilepaskan zat
anafilatoksin. Urtikaria akibat kontak dapat juga terjadi misalnya setelah
pemakaian bahan penangkis serangga, bahan kosmetik, dansefalosporin.
Kekurangan C1 esterase inhibitor secara genetik menyebabkan edema
angioneurotik yang herediter.

2.4 Klasifikasi
Berdasarkan lamanya, biduran (urtikaria) dibedakan menjadi urtikaria
akut dan kronik. Urtikaria akut, bila kelainan kulit terjadi selama 6 minggu atau
berlangsung selama 4 minggu namun timbul setiap hari. Sekitar 20%-30%
pasien dengan urtikaria akut berkembang menjadi kronis. Sedangkan urtikaria
kronik terjadi lebih dari 6 minggu lamanya.
6

Berdasarkan morfologinya, maka urtikaria dibedakan menjadi urtikaria


papular, gutata (sebesar ukuran tetesan air), dan girata (ukuran besar-besar).
Berdasarkan dalam dan luasnya urtikaria, maka urtikaria dibedakan menjadi
urtikaria lokal, generalisata dan angioedema. Dan berdasarkan penyebabnya
maka urtikaria dibedakan menjadi urtikaria imunologik, non-imunologik dan
idiopatik.

a. URTIKARIA AKUT
Urtikaria akut hanya berlangsung selama beberapa jam atau beberapa
hari. yangsering terjadi penyebabnya adalah:
1) Adanya kontak dengan tumbuhan (misalnya jelatang), bulu
binatang/makanan
2) Akibat pencernaan makanan, terutama kacang-kacangan, kerangan-
kerangan dan strowberi.
3) Akibat memakan obat misalnya aspirin dan penisilin.
b. URTIKARIA KRONIS
Biasanya berlangsung beberapa minggu, beberapa bulan, atau
beberapa tahun. Pada bentuk urtikaria ini jarang didapatkan adanya faktor
penyebab tunggal.

c. URTIKARIA PIGMENTOSA
Yaitu suatu erupsi pada kulit berupa hiperpigmentasi yang berlangsung
sementara, kadang-kadang disertai pembengkakan dan rasa gatal.

d. URTIKARIA SISTEMIK ( PRURIGO SISTEMIK )


Adalah suatu bentuk prurigo yang sering kali terjadi pada bayi kelainan
khas berupa urtikaria popular yaitu urtikaria yang berbentuk popular-popular
yang berwarna kemerahan.Berdasarkan penyebabnya, urtikaria dapat
dibedakan menjadi:
1) Heat rash yaitu urtikaria yang disebabkan panas.
2) Urtikaria idiopatik yaitu urtikaria yang belum jelas penyebabnya atau sulit
dideteksi.
3) Cold urtikaria adalah urtikaria yang disebabkan oleh rangsangan dingin.
7

4) Pressure urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan rangsangan tekanan


5) Contact urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh alergi.
6) Aquagenic urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh rangsangan air.
7) Solar urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan sengatan sinar matahari.
8) Vaskulitik urtikaria.
9) Cholirgenic urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan panas, latihan berat
dan stress.

2.5 Manifestasi Klinis


Gejala atau tanda-tanda urtikaria mudah dikenali, yakni bentol atau
bercak meninggi pada kulit, tampak eritema (kemerahan) dan edema
(bengkak) setempat berbatas tegas,kadang-kadang bagian tengah tampak
lebih pucat. Urtika biasa terjadi dalam berkelompok. Satu urtika sendiri dapat
bertahan dari empat sampai 36 jam. Bila satu urtika menghilang, urtika lain
dapat muncul kembali. Keluhan utama biasanya gatal,rasa terbakar, atau
tertusuk.Penampakan urtikaria beragam, mulai yang ringan berupa bentol
merah dan gatal hingga yang agak heboh yakni bengkak pada kelopak mata
(bisa satu mata ataukeduanya), bibir membengkak , daun telinga menebal
dan ada kalanya disertai perut mulas serta rasa demam.
Gejala mungkin tidak terjadi setiap saat. Untuk beberapa orang,
kondisi tertentu seperti panas, dingin atau stress akan menyebabkan
perburukan gejala.

2.6 Komplikasi
Lesi-lesi urtikaria bisa sembuh tanpa komplikasi. Namun pasien
dengan gatal yang hebat bisa menyebabkan purpura dan excoriasi yang bisa
menjadi infeksi sekunder. Penggunaan antihistamin bisa menyebabkan
somnolens dan bibir kering. Pasien dengan keadaan penyakityang berat bisa
mempengaruhi kualitas hidup (Asta Qauliyah, 2007).

2.7 Pengobatan
Penanganan urtikaria, yang paling ideal adalah menghindari penyebab
atau faktor pencetus agar tidak terjadi atau meminimalisir terjadinya urtikaria.
Cara menemukan faktor pencetus adalah dengan mencatat obat, makanan
8

atau bahan yang ketika di konsumsi atau di gunakan menyebabkan timbulnya


penyakit ini.
Usahakan jangan digaruk. Karena jika digaruk maka maka bahan aktif
histamin akan makin banyak keluar dan yang terjadi justru bagian yang
digaruk semakin gatal. Namun jika telah terjadi penyakit tersebut, maka
dokter akan memberikan pengobatan dengan :
a. Anti histamine (sangat bermanfaat) karena dapat mengontrol gejala bagi
sebagian besar kasus, namun tidak dapat menghilangkan penyebabnya
b. Kortikosteroid akan diberikan bila pengobatan dengan anti histamin saja tidak
cukup, obat ini dapat mengurangi bengkak, kemerahan dan gatal, namun
hanya diminum dalam jangka waktu sebentar saja karena mempunyai efek
samping yang cukup serius.
c. Pengobatan lokal berupa bedak atau lotion yang mengandung menthol Pada
kasus biduran yang berat dan angioedema dapat diberikan suntikan adrenalin
(epinephrine)
9

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Keluhan Utama.
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
b. Riwayat Kesehatan.
 Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada
pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya.
 Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
 Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini
atau penyakit kulit lainnya.
 Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah
sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
 Riwayat Pemakaian Obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai
pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu
obat.

c. Pemeriksaan fisik
 KU : lemah
 TTV : suhu naik atau turun.
 Kepala : Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia.
 Mulut : Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang
disebabkan oleh obat.
 Abdomen : Adanya limfadenopati dan hepatomegali.
 Ekstremitas : Perubahan kuku dan kuku dapat lepas.
10

 Kulit : Kulit periorbital mengalami inflamasi dan edema


sehingga terjadi ekstropion pada keadaan kronis dapat terjadi
gangguan pigmentasi. Adanya eritema , pengelupasan kulit, sisik halus
dan skuama.

3.2 Diagnosa Keperawatan


a. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan terpapar alergen
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak
bagus.
d. Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan
inadekuat informasi

3.3 Perencanaan Keperawatan


No NDX NOC NIC
1 Resiko infeksi Status kesehatan pengendalian infeksi
berhubungan Pengetahuan: 1. Bersihkan lingkungan
dengan mengendalikan infeksi setelah dipakai pasien lain
adanya luka pengendalian resiko
2. Pertahankan teknik isolasi
Kriteria Hasil :
- Klien bebas dari tanda 3. Batasi pengunjung bila
dan gejala infeksi perlu
- Mendeskripsikan 4. Instruksikan pengunjung
proses penularan untuk mencuci tangan saat
penyakit, faktor yang berkunjung dan setelah
mempengaruhi berkunjung meninggalkan
penularan serta pasien
pelaksanaannya 5. Gunakan sabun anti
- Menunjukkan mikroba untuk cuci tangan
kemampuan untuk 6. Cuci tangan sebelum dan
mencegah timbulnya sesudah tindakan
infeksi keperawatan
- Jumlah leukosit dalam 7. Gunakan baju, sarug
batas normal tangan sebagai pelindung
- Menunjukkan perilaku 8. Pertahankan lingkungan
hidup sehat aseptic selama
pemasangan alat
9. Berikan terapi antibiotic
bila perlu
11

Perlindungan terhadap infeksi


1. Monitor tanda dan gejala
infeksi iskemik dan local
2. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
3. Berikan perawatan kulit
pada area epidema
4. Inspeksi kulit dan
membrane mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
5. Inspeksi luka / insisi bedah
6. Dorong masukan nutrisi
yang cukup
7. Dorong masukan cairan
8. Dorong istirahat
9. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotic sesuai
resep
2 Gangguan Tissue Integrity : skin dan manajemen penekanan
integritas kulit Mucous Membranes 1. Anjurkan pasien
berhubungan Hemodyalis akses menggunakan pakaian
dengan
yang longgar
terpapar
alergen Kriteria Hasil : 2. Hindari kerutan pada
- Integritas kulit yang tempat tidur
baik bisa 3. Jaga kebersihan kulit agar
dipertahankan ( tetap bersih dan tetap
sensasi, elastisitas, kering
temperature, hidrasi, 4. Mobilisasi pasien
pigmentasi) 5. Monitor kulit akan adanya
- Tidak ada luka / lesi kemerahan
pada kulit 6. Oleskan lotion atau minyak
- Perfusi jaringan baik / baby oil pada daerah
- Menunjukkan yang tertekan
pemahaman dalam 7. Mandikan pasien dengan
proses perbaikan kulit sabun dan air hangat
dan mencegah
terjadinya sedera
berulang
- Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
12

3 Gangguan Body image socialpeningkatan citra tubuh


citra tubuh Self esteem 1. Kaji secara verbal dan non
berhubungan verbal respon klien
dengan Kriteria Hasil : terhadap tubuhnya
penampakan - Body image positif
2. Monitor frekuensi
kulit yang tidak - Mampu
bagus. mengidentifikasi mengkritik dirinya
kekuatan personal 3. Jelaskan tentang
- Mendeskripsikan pengobatan, perawatan,
secara factual kemajuan, dan prognosis
perubahan fungsi penyakit
tubuh 4. Dorong klien
- Mempertahankan
mengungkapkan
interaksi social
perasaannya
5. Identifikasi arti
pengurangan melalui
pemakaian alat bantu
6. Fasilitasi kontak dengan
individu lain dalam
kelompok kecil
4 Kurang Knowledge :disease Pengajaran : proses penyakit
pengetahuan process 1. Berikan penilaian tentang
tentang Knowledge : health tingkat pengetahuan
program terapi
behavior pasien tentang proses
berhubungan
dengan penyakit yang spesifik
inadekuat 2. Jelaskan patofisiologi dari
informasi penyakit dan bagaimana
hal ini berhubungan
dengan anatomi dan
fisiologi, dengan cara yang
tepat
3. Gambarkan tanda dan
gejala yang biasa muncul
pada penyakit dengan cara
yang tepat
4. Gambarkan proses
penyakit dengan cara yang
tepat
5. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
6. Sediakan bagi keluarga
informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
13

7. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk
mencegah komplikasi
dimasa yang akan dating
8. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
14

BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit urtikaria merupakan penyakit yang terdapat ada kulit dapat
beupa bentol-bentol atau penonjolan pada kulit.Uritikaria ini dapat disebabkan
oleh gigitan serangga,ataupun karena Faktor alergi.
Faktor pencetus terjadinya urtikaria, antara lain: makanan tertentu,
obat-obatan, bahan hirupan (inhalan), infeksi, gigitan serangga, faktor fisik,
faktor cuaca (terutama dingin tapibisa juga panas berkeringat), faktor genetik,
bahan-bahan kontak (misalnya: arloji, ikat pinggang, karet sandal, karet
celana dalam, dan lain-lain) dan faktor psikis.
Lesi-lesi urtikaria bisa sembuh tanpa komplikasi. Namun pasien
dengan gatal yang hebat bisa menyebabkan purpura dan excoriasi yang bisa
menjadi infeksi sekunder. Penggunaanan histamin bisa menyebabkan
somnolens dan bibir kering.

3.1 Saran
Setelah mengetahui, mempelajari pembahasan diatas, saran kami
yaitu kita dapat mejaga diri kita agar setidaknya dapat menghindari
penyebab-penyebab terjadinya urtikaria, agar kita dapat menjauhkan diri kita
dari terjangkitnya berbagai prnyakit yang dapat menyarang kita
15

DAFTAR PUSTAKA

Aishah S. Urtikaria. ln:Djuanda A, Hamzah Mochtar, Aisah S, eds. Ilmu Penyakit


Kulit dan Kelamin Tempat. Indonesia: Balai Penerbit FKUI Jakarta; 2007.p.169

Anenomouse. Askep Rhinitis Alergik. Avaibable from {hyperlink


“http://askeprhinitisalergika.blogspot.com/, [accessed 14/05/2012]”}

Anenomouse. Sinusitis. Avaibable from {hyperlink “http://kumpulan-asuhan-


keperawatan.blogspot.com/2008/12/asuhan-keperawatan-sinusitis.html,

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Efiaty Arsyad Soepardi. (2007). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Dan Leher, edisi 6. Jakarta : FKUI.

Kumala, Poppy. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC.

Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku Ajar Keperawatn Medikal- Bedah, Vol 1.

Anda mungkin juga menyukai