A. PENDAHULUAN
Kemasukan benda asing adalah keadaan darurat dimana bagian tubuh seperti mata, hidung,
telinga dan mulut secara tidak sengaja (tidak diinginkan) atau disengaja kemasukan benda asing yang
dapat mengganggu sistem vital tubuh siapa saja dan kapan saja yang dapat menyebabkan kematian karena
kurangnya pengetahuan pertolongan pertama.
Cedera mata karena kemasukan benda asing merupakan masalah kesehatan melumpuhkan
Amerika yang signifikan.Dewan Riset Nasional melaporkan bahwa “Cedera mungkin adalah-diakui
utama masalah kesehatan paling bawah yang dihadapi bangsa saat ini. Studi cedera yang tak tertandingi
menyajikan peluang untuk mengurangi morbiditas dan untuk merealisasikan penghematan signifikan
dalam keuangan dan manusia baik istilah” American Medical Association Panduan untuk Evaluasi tingkat
permanen Penurunan penurunan permanen ke sistem visual pada sama tingkat hampir penurunan nilai
mengenai "seluruh manusia" ("kerugian total visi dalam satu mata setara dengan% Penurunan 25 dari
Visual System dan 24% Penurunan Manusia Utuh ")
Data dari Pusat Nasional untuk Statistik Kesehatan 'Health Interview Survey, yang dilakukan
pada tahun 1977, diperkirakan bahwa hampir 2,4 juta cedera mata terjadi di Amerika Serikat setiap
tahunnya. Laporan ini menghitung bahwa hampir satu juta orang Amerika memiliki visual penurunan
yang signifikan permanen karena cedera, dengan lebih dari 75% dari orang-orang yang monocularly
buta. cedera mata adalah penyebab utama kebutaan bermata di Amerika Serikat, dan kedua setelah
katarak sebagai penyebab paling umum dari gangguan penglihatan. USEIR memperkirakan bahwa
500.000 tahun kehilangan penglihatan terjadi setiap tahun di Amerika Serikat. Cedera adalah penyebab
utama untuk berhubungan perawatan rumah sakit-mata.
Begitu juga dengan keadaan gawat darurat terjadi karena bagian tubuh kita ini terletak menonjol
paling depan, makan bagian ini yang akan terbentur lebih dahulu. Juga karena adanya lubang pernapasan,
maka bila tersumbat atau terganggu akan menyebabkan gawat darurat pernapasan.
Disfungsi penciuman karena kemasukan benda asing dapat timbul dari berbagai penyebab dan
sangat dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Sekitar 2 juta orang Amerika mengalami beberapa
jenis disfungsi penciuman. Penelitian telah menunjukkan bahwa disfungsi penciuman mempengaruhi
setidaknya 1% penduduk di bawah usia 65 tahun, dan lebih dari 50% dari populasi lebih dari 65
tahun. Indera penciuman menentukan rasa makanan dan minuman dan juga berfungsi sebagai sistem
peringatan dini untuk mendeteksi bahaya lingkungan, seperti makanan basi, buruk dapat mempengaruhi
preferensi makanan, asupan makanan dan nafsu makan. Salah satunya trauma hidung . Meskipun fraktur
hidung adalah patah tulang wajah yang paling umum, mereka sering tidak diketahui oleh dokter dan
pasien.Pasien dengan hidung patah tulang biasanya hadir dengan beberapa kombinasi deformitas, nyeri,
perdarahan, edema, ecchymosis, ketidakstabilan, dan kertak, namun, fitur tersebut tidak mungkin ada atau
mungkin sementara.
Dari uraian diatas kelompok tertarik untuk menyusun tugas dengan mata kuliah komunitas pantai
yang berjudul asuhan keperawatan kemasukan benda asing pada mata dan hidung.
1. KONSEP-KONSEP KUNCI
a. Kajian Teori Kemasukan Benda Asing pada Mata
b. Pengkajian Asuhan Keperawatan Kemasukan Benda Asing pada Mata
c. Diagnosa Asuhan Keperawatan Kemasukan Benda Asing pada Mata
d. Intervensi Asuhan Keperawatan Kemasukan Benda Asing pada Mata
e. Evaluasi Asuhan Keperawatan Kemasukan Benda Asing pada Mata
f. Kajian Teori Kemasukan Benda Asing pada Hidung
g. Pengkajian Asuhan Keperawatan Kemasukan Benda Asing pada Hidung
h. Diagnosa Asuhan Keperawatan Kemasukan Benda Asing pada Hidung
i. Intervensi Asuhan Keperawatan Kemasukan Benda Asing pada Hidung
j. Evaluasi Asuhan Keperawatan Kemasukan Benda Asing pada Hidung
2. PETUNJUK
a. Pelajari materi BAB XIII dengan tekun dan disiplin.
b. Penyajian setiap bab meliputi : judul bab dan konsep-konsep kunci, petunjuk, kerangka isi, tujuan
pembelajaran umum, tujuan pembelajaran khusus, paparan materi, tugas dan latihan, rangkuman, dan
soal-soal akhir bab yang disertai dengan kunci jawaban.
c. Dalam uraian materi terdapat test sambil jalan. Test ini dapat menjadi tuntunan pembaca dalam
memahami uraian bahan ajar bagian demi bagian.
d. Kerjakan soal-soal latihan dan soal akhir bab dengan tekun dan disiplin.
e. Bacalah sumber-sumber pendukung untuk memperdalm pengetahuan dan wawasan anda.
f. Ikuti penyajian setiap bab tahap demi tahap.
g. Selamat belajar, semoga sukses.
3. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan Pembelajaran Umum
Mahasiswa mampu:
Untuk mendapatkan gambaran asuhan keperawatan kemasukan benda asung pada mata, hidung sehingga
dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam asuhan keperawatan kemasukan benda asing pada
mata, hidung.
B. PENYAJIAN MATERI
KAJIAN TEORI KEMASUKAN BENDA ASING PADA MATA
a. Anatomi dan Fisiologi Mata
Secara garis besar anatomi mata dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, dan untuk ringkasnya
fisiologi mata akan diuraikan secara terpadu. Keempat kelompok ini terdiri dari:
1) Palpebra
Dari luar ke dalam terdiri dari: kulit, jaringan ikat lunak, jaringan otot, tarsus, vasia dan konjungtiva.
Fungsi dari palpebra adalah untuk melindungi bola mata, bekerja sebagai jendela memberi jalan
masuknya sinar kedalam bola mata, juga membasahi dan melicinkan permukaan bola mata
2) Rongga mata
Merupakan suatu rongga yang dibatasi oleh dinding dan berbentuk sebagai piramida kwadrilateral dengan
puncaknya kearah foramen optikum. Sebagian besar dari rongga ini diisi oleh lemak, yang merupakan
bantalan dari bola mata dan alat tubuh yang berada di dalamnya seperti: urat saraf, otot-otot penggerak
bola mata, kelenjar air mata, pembuluh darah
3) Bola mata
Menurut fungsinya maka bagian-bagiannya dapat dikelompokkan menjadi:
Otot-otot penggerak bola mata
Dinding bola mata yang teriri dari: sclera dan kornea. Kornea kecuali sebagai dinding juga berfungsi
sebagai jendela untuk jalannya sinar.
Isi bola mata, yang terdiri atas macam-macam bagian dengan fungsinya masing-masing
4) Sistem kelenjar bola mata
Terbagi menjadi dua bagian:
Kelenjar air mata yang fungsinya sebagai penghasil air mata
Saluran air mata yang menyalurkan air mata dari fornik konjungtiva ke dalam rongga hidung
b. Pengertian
Corpus alienum adalah benda asing. Istilah ini sering digunakan dalam istilah medis. Merupakan salah
satu penyebab cedera mata yang paling sering mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva. Meskipun
kebanyakan bersifat ringan, tetapi beberapa cedera bisa berakibat serius. Apabila suatu korpus alienum
masuk ke dalam bola mata maka biasanya terjadi reaksi infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi
bola mata dan terjadi iridocylitis serta panophthmitis. Karena itu perlu cepat mengenali benda asing
tersebut dan menentukan lokasinya didalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya.
Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata tergantung dari besarnya corpus alienum,
kecepatannya masuk, ada atau tidaknya proses infeksi dan jenis bendanya sendiri.Bila ini berada pada
segmen depan dari bola mata, hal ini kurang berbahaya jika dibandingkan dengan bila benda ini terdapat
di dalam segmen belakang. Jika suatu benda masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi salah satu dari
ketiga perubahan berikut:
1) Mecanical effect
Benda yang masuk ke dalam bola mata hingga melalui kornea ataupun sclera. Setelah benda ini
menembus kornea maka ia masuk ke dalam kamera oculi anterior dan mengendap ke dasar. Bila kecil
sekali dapat mengendap di dalam sudut bilik mata. Bila benda ini terus, maka ia akan menembus iris dan
kalau mengenai lensa mata akan terjadi catarack, traumatic. Benda ini bisa juga tinggal di dalam corpus
vitreus. Bila benda ini melekat di retina biasanya kelihatan sebagai bagian yang dikelilingi oleh eksudat
yang berwarna putih serta adanya endapan sel-sel darah merah, akhirnya terjadi degenerasi retina.
2) Permulaan terjadinya proses infeksi
Dengan masuknya benda asing ke dalam bola mata kemungkinan akan timbul infeksi. Corpus vitreus dan
lensa dapat merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman sehingga sering timbul infeksi
supuratif. Juga kita tidak boleh melupakan infeksi kuman tetanus.
Terjadi perubahan-perubahan spesifik pada jaringan mata karena proses kimiawi (reaction of ocular
tissue)
c. Penyebab
Penyebab cedera mata pada permukaan mata adalah percikan kaca, partikel yang terbawa angin dan
ranting pohon.
d. Manifestasi Klinis
Setiap cedera pada permukaan mata biasanya menimbulkan perasaan ada sesuatu dimata. Gejala lainnya
adalah kepekaan terhadap cahaya, mata atau pembengkakan mata dan kelopak mata. Penglihatan bisa
menjadi kabur.
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan tajam penglihatan
Dengan menggunakan snellens chart dan test brigshtess dilakukan untuk mengetahui ketajaman
penglihatan, normalnya tajam penglihatan seseorang adalah 6/6, sedangkan pada pasien trauma mata
hanya 1/30.
2) Test onel
Dilakukan untuk mengetahui fungsi eksresi sistem lakrimel, normal bila terlihat adanya reaksi menelan
tetapi bila test anel negatif atau fungsi lakrimah tidak normal maka keadaan ini mudah sekali terjadi
infeksi, umumnya pada pasien trauma mata tes onelnya (-) karena saat itu sistem lakrimal akan lebih
banyak mengeluarkan air mata
3) Pemeriksaan lapang pandang
Dapat diperiksa dengancara konfrontasi yaitu dengancara meminta pasien untuk memejamkan salah satu
matanya dan memfokuskan motonya pada salah satu tempat atau satu titik dihadapinya, pada pasien
trauma mata pada bagian mata yang trauma maka lapang pandangnya agak sedikit kabur / berkurang,
namun pada mata yuang normal lapang pandangnya masih normal/jelas
4) Foto rontgen orbila
Foto rontgen orbita dilakukan untuk memastikan adanya benda asing di dalam mata, pada trauma mata
apabila terdapat benda asing yang masukke dalam mata maka akan terlihat dengan jelas.
f. Penatalaksanaan
1) Anamnesa kejadian trauma
2) Pemeriksaan tajam penglihatan kedua mata.
3) Pemeriksaan dengan optalmoskop
4) Pemeriksaan keadaan mata yang kena trauma
5) Bila ada perforasi lakukan pemeriksaan X-Ray orbita dengan PA dan lateral
6) Perawatan luka
7) Pengeluaran benda asing sesuai dengan fasilitas dan Rujuk ke rumah sakit pusat.
8) Benda asing di mata harus dikeluarkan. Agar benda asing terlihat lebih jelas dan untuk melihat adanya
goresan atau benda asing pada mata, bisa diberikan obat tetes mata khusus yang mengandung zat warna
flouresensi.Kemudian diberikan obat tetes mata yang mengandung obat bius untuk mematikan rasa
dipermukaan mata.Dengan menggunakan alat penerangan khusus, benda tersebut bisa dibuang oleh
dokter.Benda asing seringkali bisa diambil dengan menggunakan kapas steril yang lembab atau kadang
dengan mengguyur mata dengan air steril.
9) Jika benda asing menyebabkan goresan kecil pada permukaan kornea, diberikan salep antibiotik selama
beberapa hari. Goresan yang lebih besar memerlukan pengobatan tambahan. Pupil diusahakan tetap
melebar dengan pemberian obat, lalu dimasukkan antibiotik dan mata ditutup dengan plester. Sel-sel pada
permukaan mata berregenerasi dengan cepat, meskipun goresannya besar, penyembuhannya akan
berlangsung selama 1-3 hari.
10) Jika benda asing telah menembus ke lapisan mata yang lebih dalam, segera hubungi dokter spesialis
mata.
b. Diagnosa
1) Risiko perluasan cedera yang berhubungan dengan efek agens cedera (fisik, kimiawi)
2) Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis
3) Nyeri yang berhubungan dengan kerusakan jaringan mata.
4) Risiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan dengan kurang
pengetahuan, kurang sumber pendukung.
c. Intervensi
1) Risiko perluasan cedera yang berhubungan dengan efek agens cedera (fisik, kimiawi)
Subjektif :
a. Mengatakan terkena benda asing.
b. Mengatakan nyeri.
c. Mengatakan ingin selalu memegang daerah yang luka.
Objektif :
a. Memegang daerah mata.
b. Meringis dan wajah tegang.
c. Pemeriksaaan terdapat kerusakan struktur mata atau terdapat benda asing pada mata (edema kornea,
ablasi kornea, dll).
Tujuan :
Tidak terjadi kerusakan struktur yang berlanjut
Intervensi Rasional
-kaji kondisi luka yang terjadi dan -cedera fisik umumnya menetap, tidak
identifikasi penyebab cedera. Kaji tanda- akan merusak struktur lain kecuali ada
tanda atau keluhan yang mungkin muncul. manipulasi atau rudapaksa berikutnya.
Sementara itu, trauma kimia mungkin akan
terus berlanjut hingga beberapa saat setelah
mata terpajan zat kimia.
-anjurkan klien untuk tidak melakukan -zat kimia dapat menyebabkan pelunakan
penekanan pada mata, kecuali pada cedera organ. Penekanan fisik yang kuat dapat
dengan perdarahan. memperparah kerusak mata.
-lakukan irigasi pada mata yang mengalami -irigasi merupakan penanganan utama
trauma kimia, atau pada mata dengan terpenting pada trauma kimia untuk
perdarahan yang dicurigai terdapat benda mencegah kerusakan lebih lanjut.
yang tertinggal. Usahakan irigasi dilakukan dengan air
garam fisiologis, atau air biasa bila tidak
ada. Irigasi minimal dilakukan dengan
menggunakan satu liter air dan pada
trauma kimia alkali minimal dilakukan
segera hingga selama 60 menit
-tutup mata dengan perban penekan bila pascatrauma.
terjadi perdarahan. Tameng mata dapat
digunakan pada anak-anak yang agak besar. -luka yang mengalami perdarahan cukup
besar, disamping ditutup dengan plester,
penekanan dengan berat diharapkan dapat
menghentikan perdarahan. Pada anak yang
kurang kolaboratif dan cenderung
-anjurkan klien untuk melaporkan setiap mengucek mata sebaliknya dipasang
perubahan gejala awal. ditameng.
Intervensi Rasional
-kaji derajat kecemasan, factor yang -umumnya factor yang menyebabkan
menyebabkan kecemasan, tingkat kecemasan adalah kurangya pengetahuan dan
pengetahuan dan ketakutan klien akan ancaman actual terhadap diri. Pada klien
penyakit. dengan glaucoma, rasa nyeri dan penurunan
lapang penglihatan menimbulkan ketakutan
utama.
Intervensi Rasional
-kaji derajat nyeri setiap hari atau sesering -nyeri trauma umumnya menjadi keluhan
mungkin jika diperlukan. utama terutama nyeri akibat kerusakan kornea.
Intervensi Rasional
-kaji tingkat pengetahuan klien tentang -sebagai modalitas dalam pemberian
perawatan pascahospitalisasi. pendidikan kesehatan tentang perawatan
pulang.
-terangkan berbagai kondisi yang perlu -kondisi yang harus segera dilaporkan:
dikonsultasikan Nyeri pada dan disekitar mata, sakit kepala
menetap
Setiap nyeri yang tidak berkurang dengan
obat panggung nyeri
Nyeri disertai mata merah, bengkak, atau
keluar cairan, inflamasi dan cairan cairan dari
mata, ada pendarahan (hifema)
Demam tinggi
Perubahan ketajaman penglihatan, kabur,
pandangan ganda, selaput pada lapang
penglihatan, atau kehilangan sebagian/seluruh
lapang penglihatan.
d. Evaluasi
1) Risiko perluasan cedera yang berhubungan dengan efek agens cedera (fisik, kimiawi):
a. Klien berpartisipasi dalam perawatan.
b. Tidak timbul gejala yang menunjukkan kerusakan lebih dalam.
2) Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis:
a. Klien mengungkapkan kecemasan minimal atau hilang.
b. Klien berpartisipasi dalam kegiatan pengobatan
3) Nyeri yang berhubungan dengan kerusakan jaringan mata:
a. Klien dapat mengidentifikasi penyebab nyeri
b. Klien menyebutkan factor-faktor yang dapat meningkatkan nyeri
c. Klien mampu melakukan tindakan mengurangi nyeri
4) Risiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan dengan kurang
pengetahuan, kurang sumber pendukung:
a. Klien mengungkapkan kecemasan minimal atau hilang
b. Klien berpartisipasi dalam kegiatan pengobatan
Intervensi Rasional
-Lakukan pengkajian nyeri secara -Nyeri memiliki karakterristik yang berbeda,
komprehensif termasuk lokasi, untuk menerangkan seberapa berat nyeri
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas yang dirasakan
dan factor presipitasi
-Berikan lingkungan yang tenang dan -Tindakan ini dapat menurunkan
tindakan kenyamanan, misal perubahan ketidaknyamanan fisik.
posisi, gosokan punggung, kompres
panas/dingin.
-Berikan aktivitas hiburan yang tepat. -Mengarahkan kembali perhatian,
memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas
individu.
-Catat kemungkinan patofisiologi yang -Mengetahui adanya infeksi lain
khas seperti infeksi sinus.
-Observasi adanya tanda – tanda non -Mengetahui tanda umu dari pasien
verbal seperti ekspresi wajah
3) Risiko infeksi b/d trauma, pertahanan primer tak adekuat, penyakit sinusitis kronis
Tujuan:
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta
penatalaksanaannya
c. Jumlah leukosit dalam batas normal
d. Menunjukan perilaku hidup sehat
Intervensi Rasional
-Kaji tanda – tanda vital dengan sering. -Mengetahui kedaan umum pasien
Catat adanya penurunan TD, Nadi, RR,
dan peningkatan Suhu
-Catat adanya perubahan kesadaran -Mengetahui tingkat kesadaran pasien
-Pertahankan lingkungan aseptic selama -Mengurangi risiko infeksi
pemasangan alat
-Cuci tangan setiap dan sesudah tindakan -Menjaga sterilisasi dan mencegah terjadinya
keperawatan infeksi lewat tangan
-Inspeksi kulit dan membrane mukosa -Mengetahui perubahan tanda dan gejala
terhadap kemerahan, panas, drainase. infeksi
d. Evaluasi
1) Gangguan sensori persepsi : penciuman bd perubahan sensori persepsi, perubahan penerimaan sensori,
stimulus lingkungan yang berlebihan
a. Penciuman pasien normal
b. Merasakan sensasi bau
2) Nyeri akut bd agen cidera fisik.
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tekhnik farmakologi untuk
mengurangi nyeri mencari bantuan).
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
3) Risiko infeksi bd trauma, pertahanan primer tak adekuat, penyakit sinusitis kronis.
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta
penatalaksanaannya
c. Jumlah leukosit dalam batas normal
d. Menunjukan perilaku hidup sehat.
4) Ketidakefektifan pola napas b/d nyeri, penyumbatan saluran napas bagian atas.
a. Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, Irama nafas, frekuensi nafas, dalam
rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
b. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi dan pernafasan)
5) Risiko kekurangan volume cairan bd kehilangan aktif: perdarahan massif
a. Urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
b. Tekanan darah,nadi,suhu tubuh dalam batas normal
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan.
D. PENUTUP
RANGKUMAN
Secara garis besar anatomi mata dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, dan untuk
ringkasnya fisiologi mata akan diuraikan secara terpadu. Keempat kelompok tersebut antara lain palpebra,
rongga mata, bola mata, sistem kelenjar bola mata. Corpus alienum adalah benda asing. Istilah ini sering
digunakan dalam istilah medis. Merupakan salah satu penyebab cedera mata yang paling sering mengenai
sclera, kornea, dan konjungtiva.
Jika suatu benda masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi salah satu dari ketiga perubahan
dari mecanical effect dan permulaan terjadinya proses infeksi. Penyebab cedera mata pada permukaan
mata adalah percikan kaca, partikel yang terbawa angin dan ranting pohon. Setiap cedera pada permukaan
mata biasanya menimbulkan perasaan ada sesuatu dimata. Gejala lainnya adalah kepekaan terhadap
cahaya, mata atau pembengkakan mata dan kelopak mata. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
adalah pemeriksaan tajam penglihatan, test onel, pemeriksaan lapang pandang, foto rontgen orbila. Setiap
penatalaksanaan medis yang dilakukan pada pasien yang kemasukan benda asing pada mata, harus
dilaksanakan sesuai dengan teori. Diagnosa keperawatan yang ada pada pasien kemasukan benda asing
pada mata antara lain, risiko perluasan cedera yang berhubungan dengan efek agens cedera (fisik,
kimiawi), ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, nyeri yang
berhubungan dengan kerusakan jaringan mata, risiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik
yang berhubungan dengan kurang pengetahuan, kurang sumber pendukung.
Hidung adalah organ sederhana yang sebenarnya berfungsi sangat vital dalam kehidupan kita.
Selain sebagai indera penciuman, hidung juga ternyata berguna sebagai saringan (filter) terhadap debu
yang masuk bersama udara yang kita hirup. Hidung juga menjadi air conditioning system dengan cara
menghangatkan atau melembabkan udara yang masuk ke tubuh kita. Hidung luar berbentuk pyramid
dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah yaitu pangkal hidung, dorsum nasi, puncak hidung, ala nasi,
kolumela, lubang hidung.
Terkadang tanpa sengaja ada benda yang masuk kehidung. Benda asing disini biasanya
berupa biji – bijian yang kecil seperti jagung, kacang, dan juga kedelai, manic – manic, kapur barus,
nyamuk, lalat, kerikil, pasir dan lainnya. Benda asing seperti biji – bijian yang kecil seperti jagung,
kacang, dan juga kedelai, manic-manic, kapur barus, nyamuk, lalat, kerikil, pasir dan lainnya. Tanda dan
gejala yang kemungkinan terjadi antara lain hidung tersumbat sebelah, rasa pedas dan sakit dalam hidung,
hidung sampai berdarah, hidung pilek sebelah dan berbau disertai darah bila sudah lama kejadiannya.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan diagnostic dan laboratorium. Setiap
penatalaksanaan medis yang dilakukan pada pasien yang kemasukan benda asing pada hidung, harus
dilaksanakan sesuai dengan teori. Diagnosa keperawatan yang ada pada pasien kemasukan benda asing
pada hidung antara lain gangguan sensori persepsi : penciuman b/d perubahan sensori persepsi, perubahan
penerimaan sensori, stimulus lingkungan yang berlebihan, nyeri akut b/d agen cidera fisik, risiko infeksi
bd trauma, pertahanan primer tak adekuat, penyakit sinusitis kronis, ketidakefektifan pola napas b/d nyeri,
penyumbatan saluran napas bagian atas, risiko kekurangan volume cairan b/d kehilangan aktif:
perdarahan massif
E. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Asuhan Keperawatan. Available at:http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/02/asuhan
keperawatan-gawat-darurat-pada_26.html. Diakses pada 9 September 2014
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Doenges E. Marilynn, Moorhouse F. Mary, Geissler C. Alice. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC,
Jakarta.
Huda Armin, Kusuma Hardhi. 2013. Aplikasi keperawatan berdasarkan diagnose medis dan NANDA NIC-NOC.
Edisi revisi jilid 2. Yogyakarta: Media
NANDA, 2005 – 2006 . Diagnosa Keperawatan : defenisi dan klasifikasi.Prima medika
Satria, Bayu. 2010. Asuhan Gawat Darurat pada Trauma Mata:http://www.bayusatria.web.id/2010/11/asuhan-
gawat-darurat-pada-mata-trauma.html. Diakses pada 8 September 2014
Sutawijaya, Bagus Risang. 2009. Gawat darurat Panduan Kesehatan Wajib di Rumah Anda. Yogyakarta : Aulia
Publishing
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN TRAUMA MATA
A. Menurut sebabnya, trauma mata terbagi atas:
1. Trauma tumpul atau kontusio yang dapat di sebabkan oleh benda tumpul, benturan atau ledakan di mana
terjadi pemadatan udara.
2. Trauma tajam, yang mungkin perforatif mungkin juga non perforatif, dapat juga di sertai dengan adanya
korpus alienum atau tidak. Korpus alienum dapat terjadi di intraokuler maupun ekstraokuler.
3. Trauma termis oleh jilatan api atau kontak dengan benda membara.
4. Trauma khemis karena kontak dengan benda yang bersifat asam atau basa.
5. Trauma listrik oleh karena listrik yang bertegangan rendah maupun yang bertegangan tinggi.
6. Trauma barometrik, misalnya pada pesawat terbang atau menyelam.
7. Trauma radiasi oleh gelombang pendek atau partikel-partikel atom (proton dan neutron).
2. Ruptura kornea
Kornea pecah, bila daerah yang pecah besar dapat terjadi prolapsus iris, merupakan suatu keadaan yang
gawat dan memerlukan operasi segera.
5. Iridoparese-iridoplegia
Adalah adanya kelumpuhan pada otot pupil sehingga terjadi midriasis.
Penanganan:
Berikan pilokarpin, apabila dengan pemberian yang sampai berbulan-bulan tetap midriasis maka telah
terjadi iridoplegia yang iriversibel.
6. Iridodialisis
Ialah iris yang pada suatu tempat lepas dari pangkalnya, pupil menjadi tdak bula dan di sebut dengan
pseudopupil.
Penanganan:
Bila tidak ada keluhan tidak perlu di lakukan apa-apa, tetapi jika ada maka perlu adanya operasi untuk
memfixasi iris yang lepas.
7. Irideremia
Ialah keadaan di mana iris lepas secara keseluruhan.
Penanganan secara konservatif adalah dengan memberikan kacamata untuk mengurangi silau.
Doengoes, Marylin E., 1989, Nursing Care Plans, USA Philadelphia: F.A Davis Company.
Junadi, Purnawan, 1982, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Price, Sylvia Anderson, 1985, Pathofisiologi Konsep klinik Proses-Proses Penyakit, Jakarta: EGC.
Soeparman, 1990, Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Trauma mekanik pada mata sering menyebabkan kebutaan unilateral pada anak-
anak dan orang dewasa muda. Pada kelompok inilah trauma pada mata sering terjadi
(50%) yaitu umur kurang dari 18 tahun (di USA).
Meskipun mata telah mendapat perlindungan dari rongga orbita, rima orbita,
alis, tulang pipi dan hidung, lemak orbita, reflex mengedip, bulu mata, sekresi kelenjar
kelopak mata dan konjungtiva, juga dengan telah dibuatnya macam-macam alat untuk
melindungi mata, tetapi frekwensi kecelakaan masih tinggi. Terlebih - lebih dengan
bertambah banyaknya kawasan industri, kecelakaan akibat pekerjaan bertambah
banyak pula, juga dengan bertambah ramainya lalu lintas, kecelakaan di jalan raya
bertambah pula, belum terhitung kecelakaan akibat perkelahian, yang juga mengenai
mata. Pada anak-anak kecelakaan mata biasanya terjadi akibat main panahan, ketepel,
senapan angin atau akibat lemparan, tusukan dari gagang mainan.
Sebaiknya bila ada trauma mekanik mata segera dilakukan pemeriksaan dan
pertolongan karena kemungkinan fungsi penglihatan masih dapat dipertahankan.
Adapun pemeriksaan - pemeriksaan yang diperlukan :
1. Anamnesa
Kapan, dimana, ada saksi atau tidak, bagaimana visus sebelum trauma, penderita
memakai kacamata atau tidak, kalau memakai kacamata pecah atau tidak,apakah ada
benda asing masuk pada mata atau tidak.
2. Status Lokalis
Dilakukan pemeriksaan pada setiap jaringan mata secara teliti dan cermat serta
keadaan sekitar mata.
Trauma mekanik pada mata dibedakan ada 2 macam yaitu :
1). Trauma mekanik tumpul
2). Trauma mekanik tajam.
A. Palpebra
1. Perdarahan di palpebra = ecchymosis, black eye
Pada perdarahan hebat, palpebra menjadi bengkak dan berwarna kebiru-biruan,
karena jaringan ikat palpebra halus, perdarahan ini dapat menjalar ke jaringan lain di
muka, juga dapat menyeberang melalui pangkal hidung ke mata yang lain menimbulkan
hematom kacamata (bril hematom) atau menjalar ke belakang menyebabkan
eksofthalmos. Bila ecchymosisi tampak segera sesudah trauma, menunjukkan bahwa
traumanya hebat, oleh karenanya harus dilakukan pemeriksaan seksama dari bagian
mata yang lainnya. Juga perlu pemeriksaan foto rontgen tengkorak.
Bila tak terdapat kelainan mata lainnya dapat diberikan kompres dingin dan 24
jam kemudian kompres hangat untuk mempercepat resorpsi, disamping obat
koagulansia. Bila perdarahan timbul 24 jam setelah trauma, menunjukkan adanya
fraktura dari dasar tengkorak. Dari waktu antara trauma terjadi sampai timbulnya
ecchymosis dapat diketahui kurang lebih letak fraktura tesebut. Kalau perdarahannya
timbul 3 - 4 hari setelah trauma, maka frakturanya terletak di belakang sekali.
2. Emfisema palpebra
Menunjukkan adanya fraktura dari dinding orbita, sehingga timbul hubungan
langsung antara ruang orbita denga ruangan hidung atau sinus- sinus sekeliling orbita.
Sering mengenai lamina papyricea os ethmoidalis, yang merupakan dinding medial dari
rongga orbita, karena dinding ini tipis.
Pengobatan : berikan balutan yang kuat untuk mempercepat hilangnya udara
dari palpebra dan dinasehatkan jangan bersin atau membuang ingus karena dapat
memperhebat emfisemanya. Kemudian disusul dengan pengobatan dari frakturanya.
4. Ptosis
Kausa : - parese atau paralise m. palpebra superior (N. III.)
- pseudoptosis, oleh karena edema palpebra
Bila ptosisnya setelah 6 bulan pengobatan denga kortikosteroid dan neurotropik tetap
tak menunjukka perbaikan, mak dilakukan operasi.
B. Konjungtiva
1. Perdarahan subkonjungtiva
Tampak sebagai bercak merah muda atau tua, besar, kecil tanpa atau dsertai
peradangan mata.
Pengobatannya, simptomatis dengan Sulfazinci, antibiotika bila taku terkena
infeksi. Perdarahannya sendiri dapat diabsorbsi dalam 1 – 2 minggu, yang dapat
dipercepat dengan pemberian kompres hangat selam 10 menit setiap kali. Kompres
hangat jangan diberikan pada hari pertama, karena dapat memperhebat
perdarahannya, pada waktu ini sebaiknya diberikan kompres dingin.
2. Edema
Bila masif dan terletak sentral dapat mengganggu visus. Kondisi ini dapat diatasi
dengan jalan reposisi konjungtiva atau menusuk konjungtiva sehingga terjadi jalan
untuk mengurangi edema tersebut. Dapat juga dibantu dengan cairan saline yang
hipertonik untuk mempercepat penyerapan.
3. Laserasi
Bila laserasi sedikit ( < 1 cm) dapat diberi antibiotika untuk membatasi
kerusakan. Daya regenerasi epitel konjungtiva yang tinggi sehingga akan tumbuh dalam
beberapa hari. Bila > 1 cm dijahit dan diberikan antibiotika.
C. Kornea
1. Erosi Kornea
Bila pennderita mengeluh nyeri, photofobi, epifora, blefarospasme, perlu kita
lakukan pemeriksaan pengecatan fluorescein. Bila (+) berarti sebagian kornea tampak
hijau yang berarti ada suatu lesi atau erosi kornea. Pengobatan dengan bebat mata dan
diharapkan 1 - 2 hari terjadi penyembuhan. Bila erosi luas maka perlu tambahan
antibiotika.
2. Edema Kornea
Dapat berupa edema yang datar atau edema yang melipat dan menekuk ke dalam
masuk ke membran bowman dan descemet. Pengobatan dengan bebat mata dan
antibiotika, kadang-kadang diperlukan lensa kontak untuk melindungi kornea pada fase
penyembuhan.
E. Iris
1. Iridoplegi
Merupakan kelumpuhan otot sfinter pupil sehingga pupil menjadi midriasis.
Iridoplegi ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Pengobatan
sebaiknya istirahat untuk mencegah terjadi kelelahan sfinter dan pemberian roboransia.
2. Iridodialisis
Merupakan robekan pada akar iris, sehingga pupil agak kepinggir letaknya, pada
pemeriksaan biasa teerdapat warna gelap selain pada pupil, tetapi juga pada dasar iris
tempat iridodialisa. Pada pemerisaan oftalmoskop terdapat warna merah pada pupil
dan juga pada tempat iridodialisa, yang merupakan reflek fundus.Pengobatan dapat
dicoba dengan midriatika, sehingga pupil menjadi lebar dan menekan pada akarnya.
Istirahat ditempat tidur. Mata ditutup. Bila menimbulkan diplopia, dilakukan reposisi,
dimana iris dikaitkan pada sclera.
F. Pupil
1. Midriasis
Disebabkan iriodoplegi, akibat parese serabut saraf yang mengurus otot sfingter
pupil. Iridoplegi ini dapat terjadi temporer 2 – 3 minggu, dapat juga permanen,
tergantung adanya parese atau paralise dari otot tersebut. Dalam waktu ini mata terasa
silau. Pengobatan sebaiknya istirahat untuk mencegah terjadi kelelahan sfingter dan
pemberian roboransia.
G. Lensa
1. Dislokasi Lensa
Dislokasi lensa terjadi karena ruptura dari zonula zinni. Dapat sebagian
(subluksasi), dapat pula total (luksasi). Lepasnya dapat kedepan dapat pula ke belakang.
Bila tak menimbulkan penyulit glaucoma atau uveitis, dibiarkan saja, dengan memberi
koreksi keadaan refraksinya. Baru dilakukan ekstraksi lensa bila kemudian timbul
penyulit glaucoma, uveitis dan katarak, setelah glaucoma dan uveitisnya diredakan
dahulu.
2. Katarak Traumatika
Katarak ini timbul karena gangguan nutrisi. Ada macam-macam katarak
traumatika yaitu vosius ring, berbentuk roset(bintang), dengan kapsula lensa yang
keriput. Pengobatan tergantung saat terjadinya. Bila terjadi pada anak sebaiknya
dipertimbangkan akan kemungkinan terjadinya ambliopia. Untuk mencegah ambliopia
dapat dipasang lensa intraokuler primer atau sekunder. Pada katarak trauma bila tidak
terjadi penyulit dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang. Bila terjadi penyulit
seperti glaucoma, uveitis dan lai sebagainya maka segera dilakukan ekstraksi lensa.
H. Badan Kaca
1. Perdarahan Badan Kaca
Darah berasal dari badan siliar, koroid dan retina. Karenanya bila terdapat
perdarahan didalam badan kaca, sebaiknya dilakukan pemeriksaan ultrasonografi,
untuk mengetahui keadaan dibagian posterior mata.
Pengobatan dapat diberikan koagulansia per oral atau parenteral disamping
istirahat di tempat tidur. Tindakan operatif vitrektomi, baru dilakukan bila setelah 6
bulan dilakukan pengobatan, masih terdapat kekeruhan, untuk memperbaiki tajam
penglihatan.
I. Retina
1. Edema Retina
Edema retina biasanya didaerah polus posterior dekat macula atau di perifer.
Tampak retina dilapisi susu. Bila terjadi di macula, visus sentral terganggu dengan
skotoma sentralis. Dengan istirahat, edema dapat diserap dan refleks fovea tampak
kembali. Untuk mempercepat penyerapan dapat disuntikkan kortison subkonjungtiva
0,5 cc 2 kali seminggu.
2. Ruptura Retina
Robekan pada retina menyebabkan ablasi retina = retinal detachment. Umumnya
robekan berupa huruf V didapatkan di daerah temporal atas. Melalui robekan ini, cairan
badan kaca masuk ke celah potensial di antara sel epitel pigmen dan lapisan batang dan
kerucut, sehingga visus dapat menurun, lapang pandang mengecil, yang sering berakhir
kebutaan, bila terdapat ablasi total.
Pengobatan harus dilakukan segera, dimana prinsipnya dilakukan pengeluaran
cairan subretina, koagulasi ruptura dengan diatermi.
3. Perdarahan Retina
Dapat timbul bila trauma tumpul menyebabkan pecahnya pembuluh darah.
Bentuk perdarahan tergantung lokalisasinya. Bila terdapat dilapisan serabut saraf
tampak sebagai bulu ayam, bila tampak lebih keluar tampak sebagai bercak yang
berbatas tegas, perdarahan di depan retina mempunyai permukaan yang datar di bagian
atas dan cembung di bagian bawah. Darahnya dapat pula masuk ke badan kaca.
Penderita mengeluh terdapat bayangan-bayangan hitam di lapangan penglihatannya,
kalau banyak masuk kedalam badan kaca dapat menutup jalannya cahaya, sehingga
visus terganggu.
Pengobatan dengan istirahat di tempat tidur, istirahat mata, di beri koagulansia,
bila masuk ke badan kaca diobati sebagai perdarahan badan kaca.
J. Sklera
1. Robekan Sklera
Kalau robekannya kecil, sekitar robekan didiatermi dan robekannya dijahit. Pada
robekan yang besar lebih baik dilakukan enukleasi bulbi, untuk hindarkan oftalmia
simpatika. Robekan ini biasanya terletak di bagian atas.
K. Nervus Optikus
1. Avulsi Papil saraf Optik
Pada trauma tumpul dapat terjadi saraf optik terlepas dari pangkalnya di dalam
bola mata. Keadaan ini akan mengakibatkan turunnya tajam penglihatan yang berat dan
sering berakhir dengan kebutaan.Penderita ini perlu dinilai kelainan fungsi retina dan
saraf optiknya.
K. Enoftalmus
Disebabkan robekan besar pada kapsula tenon yang menyelubungi bola mata di
luar sclera atau disebabkan fraktura dasar orbita. Oleh karena itu harus dibuat foto
rontgen dari tulang tengkorak. Seringkali enoftalmus tidak terlihat selama masih
terdapat edema. Gejalanya : penderita merasa sakit, mual, terdapat diplopi pada
pergerakan mata keatas dan ke bawah. Saraf infra orbita sering rusak dan penderita
mengeluh anesthesia pada kelopak mata atas dan ginggiva.
Pengobatan : operasi, dimana dasar orbita dijembatani dengan graft tulang
kartilago atau badan aloplastik.
L. Eksoftalmos
Biasanya disebabkan perdarahan retrobulber berasal dari A. Oftalmika beserta
cabang-cabangnya. Dengan istirahat di tempat tidur perdarahan diserap kembali, juga
diber koagulansia. Bila eksoftalmus disertai pulsasi dan souffles, berarti ada aneurisma
antara arteri karotis interna dan sinus kavernosus.
Pengobatan : pengikatan pada a. karotis sisi yang sama.
II. Trauma mekanik Tajam
Pada trauma mekanik tajam ada baiknya diberi anestesi lokal, supaya
pemeriksaan dapat dilakukan dengan teliti dan pada luka-luka yang hebat, yang dapat
menimbulkan prolaps dari isi bola mata. Serum antitetanus harus diberikan pada setiap
luka akibat benda tajam.
A. Palpebra
Kalau pinggiran palpebra luka dan tak diperbaiki, dapat menimbulkan koloboma
palpebra akwisita. Bila besar dapat akibatkan kerusakan kornea oleh karena mata tak
dapat menutup dengan sempurna. Oleh karena itu tindakan harus dilakukan
secepatnya. Kalau tidak kotor dapat ditunggu sampai 24 jam. Pada tindakan tersebut
harus diperbaiki kontinuitas margo palpebra dan kedudukan bulu mata. Jangan sampai
menimbulkan trikiasis. Bila robekan mengenai margo inferior bagian nasal, dapat
memotong kanalikuli lakrimal inferior, sehingga air mata tak dapat melalui jalan yang
seharusnya dan mengakibatkan epifora. Rekanalisasi dapat dikerjakan secepatnya, bila
ditunggu 1 –2 hari sukar untuk mencari ujung-ujunng kanalikuli tersebut.
B. Konjungtiva
1. Perdarahan
Penatalaksanaan sama dengan rudapaksa mata mekanis tumpul.
2. Robekan
Bila kurang dari 1 cm tidak dijahit, diberikan anestesi lokal. Bila lebih dari 1 cm
dijahit denga benang cut gut atau sutera berjarak 0,5 cm antara tiap-tiap jahitan.
Diberikan antibiotika lokal selam 5 hari dan bebat mata untuk 1 - 2 hari.
C. Kornea
1. Erosi Kornea
Penatalaksanaan seperti rudapaksa tumpul.
2. Luka Tembus Kornea
Dari anamnesa didapatkan teraba nyeri, epifora, photofobi dan blefarospasme.
Pada pemeriksaan didapat tes fluorescein (+).
Pengobatan: tanpa mengingat jarak waktu antara kecelakaan dan pemeriksaan,
tiap luka terbuka kornea yang masih menunjukkan tanda-tanda adanya kebocoran
harus diusahakan dijahit. Jaringa intraokuler yang keluar dari luka, missal: badan kaca,
prolap iris sebaiknya dipotong sebelum luka dijahit. Janganlah sekali-kali dimasukkan
dalam bolamata. Jahitan kornea dilakukan secara lamellar untuk menghindari
terjadinya fistel melalui bekas jahitan. Luka sesudah dijahit dapat ditutup lembaran
konjungtiva yang terdekat. Tindakan ini dapat dianggap dapat mempercepat
epitelialisasi. Diberikan antibiotika lokal dalam bentuk salep, tetes atau subkonjungtiva.
Atropin tetes 0,5 – 1% tiap hari. Dosis dikurangi bila pupil sudah cukup lebar. Bila ada
tanda-tanda glaucoma sekunder dapat diberikan tablet. Analgetik, antiinflamasi,
koagulasi dapat diberika bila perlu.
3. Ulkus Kornea
Sebagian besar disebabkan oleh trauma yang mengalami infeksi sekunder. Dari
anamnesa teraba nyeri, epifora, photofobi, dan blefarospasme. Dari pemeriksaan
nampak kornea yang edema dan keruh dan tes flurescein (+).
Pengobatan dapat diberikan antibiotika lokal tetes, salep atau subkonjuntiva,
scraping atau pembersihan jaringan nekrotik secara hati-hati bagian dari ulkus yang
nampak kotor, aplikasi panas, cryo terapi.
D. Sklera
1. Luka Terbuka atau Tembus
Luka ini lekas tertutup oleh konjungtiva sehingga kadang sukar diketahui. Luka
tembus sclera harus dipertimbangkan apabila dibawah konjungtiva nampak jaringan
hitam (koroid).
Pengobatan: sama dengan luka tembus pada kornea. Bila luka sangat besar dan
diragukan bahwa mata tersebut masih dapat berfungsi untuk melihat, maka sebaiknya
dienukleasi untuk menghindarkan timbulnya oftalmia simpatika pada mata yang sehat.
E. Badan Siliar
1. Luka pada Badan Siliar
Luka disini mempunyai prognosis yang buruk, karena kemungkinan terbesar
dapat menimbulkan endoftalmitis, panoftalmitis, yang dapat berakhir dengan ptisis
bulbi pada mata yang terkena trauma, sedang pada mata yang sehat dapat timbul
oftalmia simpatika. Oleh karena itu bila lukanya besar, disertai prolaps isi bola mata
sehingga mata mungkin tak dapat melihat lagi, sebaiknya dilakukan enukleasi bulbi
supaya mata yang sehat masih tetap baik.
G. Iris
1. Iritis
Sering akibat dari trauma. Dari anamnese didapatkan keluhan nyeri, epifora,
photofobi, dan blefarospasme. Dari pemeriksaan didapatkan pupil miosis, reflek pupil
menurun dan sinekia posterior.
Pengobatan dapat diberikan Atropin tetes 0,5 – 1% 1 - 2 kali selama sinekia
belum lepas dan antibiotika. Diberikan diamox bila ada komplikasi glaukoma.
H. Lensa
1. Dislokasi Lensa
Penatalaksanaan sama dengan trauma mekanik tumpul.
2. Katarak
Penatalaksanaan sama denga trauma mekanik tumpul.
I. Segmen Posterior
Penatalaksanaan sama denga trauma mekanik tumpul.
PENUTUP :
Trauma mekanik mata merupakan keadaan darurat mata, karena dapat terjadi
bermacam-macam kerusakan yang bila tidak segera mendapat pertolongan dapat
mengakibatkan penurunan fungsi mata atau berakhir dengan kebutaan.
Oleh karena itu alangkah baiknya kelak sebagai dokter umum juga waspada akan
akibat rudapaksa ini dan segera menanggulanginya, mana yang dapat diobati sendiri
dan mana yang harus dirujuk.
DAFTAR PUSTAKA
Nana Wijana : Ilmu Penyakit Mata, pp 312 – 323
Vaughn D et all : General Ophthalmology, Lange Medical Publication, 14th ed, 1989, pp 356 – 363
Sidarta Ilyas : Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 266 –
278
Trauma mata
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa arena atas berkat dan rahmatNya sehingga
pembuatan makalah ini dapat diselesaikan. Makalah dalam judul “Trauma Mata” penuis susun
sebagai tugas dari salah satu dosen pengampu mata ajar KMB II system penglihatan.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak tidak lupa
pada kesempatan kali ini penuis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
Waluyo” Parakan.
Penulis sadar akan kekurangan yang dimiliki, oleh karena itu kritik dan saran dari
pembaca sangat diharapkan, semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis
ii
PENDAHULUAN
A. ANATOMI FISIOLOGI
Otot-otot optik adalah otot interior dan superior. Otot optik superior menggerakan mata
kebawah dan kesisi luar. Sementara otot oblik inferior menggerakan mata keatas dan juga kesisi
luar.
Sklera adalah pembungkus mata yang kuat dan fibrus, sklera membentuk putih mata dan
bersambang pada bagian depan dengan sebuah jendela membentuk yang bening yaitu kornea.
Retina adalah lapisan sarafi pada mata, yang terdiri dari sejumlah lapisan serabut yaitu sel-
sel saraf, batang-batang dan kerucut. Kornea yang merupakan bagian depan yang transaparan
dan bersambung dengan sklera yang putih dan tidak tembus cahaya, kornea terdiri atas beberapa
lapisan (lapisan tepi adalah epitalicum berlapis yang bersambung dengan konjungtiva).
Bilik enterior (kamera akali anteriror) yang terletak antara kornea dan iris. Iris adalah tirai
Pupil, bintik tengah yang berwarna hitam, yang merupakan celah dalam iris melalui mana cahaya
Bilik posterior (kamera akoli posterior) terlerak diantara iris dan lensa.
Lensa adalah sebuah benda transparan biconvex (cembung depan-belakang) yang terdiri dari
beberapa lapisan.
Retina adalah mekanisme pernafasan untuk penglihatan, retina memcat ujung-ujung nervus
optikus.
Alis adalah 2 potong kulit tebal melekung yang ditumbuhi bulu konjungtiva adalah selaput
a. Bagian-bagian mata
1. Alis
Alis yaitu rambut-rambut halus yang terdapat diatas mata. Alis berfungsi mencegah masuknya
2. Bulu Mata
Bulu mata yaitu rambut-rambut halus yang terdapat di tepi kelopak mata. Bulu mata berfunsi
Humor berair atau cairan berair berfungsi menghasilkan cairan pada mata.
Badan bening ini terletak dibelakang lensa. Bentuknya berupa zat tranparan seperi jeli (agar-
agar). Fungsi humir (badan bening) adalah untuk meneruskan cahaya dari lensa mata ke retina
(selaput jala)
Kelenjar air mata terlatak dibagian dalam kelopak mata. Kelenjar air ata berfungsi untuk
menghasilkan cairan yang disebut air mata. Air mata berguna untuk mencegah bola mata agar
tetap basah. Selain itu air mata berguna untuk membersihkan mata dari benda asing yang masuk
kemata sehingga mata tetap bersih. Contoh benda asing adalah debu, asap, uap, bawang merah,
dan zat-zat yang berbahaya bagi mata. Oleh karena itu, jika mata terkena benda-benda asing
Kelenjar air mata (lakrima) berfungsi menghasilkan air ata untuk membasahi mata yang berguna
menjaga kelembaban mata, membersihkan mata dari debu dan membunuh bibit penyakit yang
7. Kelopak Mata
Kelopak mata terdiri atas kelopak atas dan kelopak bawah. Bagian ini untuk membuka dan
menutup mata. Kelopak mata befungsi untuk melindungi bola mata bagian depan dari benda-
benda asing dari luar. Benda-benda tersebut misalnya debu, asap, dan goresan. Kelopak mata
juga berfungsi untuk menyapu permukaan bola mata dengan cairan. Selain itu juga untuk
8. Konjungtiva
Adalah membrane tipis pelindung (lapisan jaringan) pada mta. Kunjungtiva sebaga membran
Lapisan koroid atau lapisan tengah terletak diantara sklera dan retina, berwarna kehitaman
sampai hitam. Lapisan tengah (lapisan koroid) berfungsi memberi nutrisi pada retina luar.
Sedang gelap koroid brfungsi untuk mencegah pemantulan sinar. Lapisan yang amat gelap juga
Terletak ditengah bola mata, dibelakang anak mata (pupil) dan selaput pelangi (iris). Fungsi
utama lensa adalah memfokuskan dan meneruskan cahaya yang masuk ke mata agar jatuh tepat
pada retina (selaput jala). Dengan demikian mata dapat melihat dengan jelas. Lensa mata
mempunyai kemampuan untuk memfokuskan jatuhnya cahaya. Kemampuan lensa mata untuk
mengubah kecembungan disebut daya akomodasi bila kita mengamati benda yang letakna dekat,
maka mata berakomodasi dengan kuat. Akibatnya lensa mata menjadi lebih cembung, dan
bayangan dapat jatuh tepat diretina. Dan apabila kita mengamati benda yang letaknya jauh, maka
mata tidak berakomodasi. Akibatnya, lensa mata berbentuk pipih. Sebagai contoh pada orang tua
yang telah berusia 50 tahun, daya akomodasi lensa mata mulai menurun, orang tua menjadi sulit
untuk melihat dengan jelas. Lensa mempunyai karakteristik lunak dan transparan, mengatur
focus citra. Lensa mata berupa lensa cembung yang kenyal. Fungsi lensa yang lain juga untuk
membentuk bayangan pada retina yang bersifat nyata, terbalik dan diperkecil.
Pupil berupa celah yang berbentuk lingkaran terdapat ditengah-tengah iris. Pupil berfungsi
sebagai tempat untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk kedalam mata. Pupil juga
lubang di dalam iris yang dilalui berkas cahaya. Pupil merupakan tempat lewatnya cahaya
menuju retina.
Saraf mata berfungsi untuk meneruskan rangsang yang telah diterima. Rangsang cahaya tersebut
diteruskan kesusunan saraf pusat yang berada di otak. Dengan demikian kita dapat melihat suatu
benda. Saraf optik atau saraf mata juga berfungsi mengirim informasi visual ke otak atau
bening (kornea) adalah meneruskan cahaya yang masuk kemata. Cahaya tersebut diteruskan
kebagian mata yang lebih dalam dan berakhir pada selaput jala atau retina. Karena fungsinya itu,
maka selaput bening (kornea) mempunyai beberaa sifat, yaitu tidak berwarna (bening) da tidak
mempunyai pembuluh darah. Kornea merupakan bagian mata yang dapat disumbangkan untuk
penyembuhan orang dari kebutaan. Selaput bening (kornea) berupa piringan transaparan di depan
bola mata dan tidak berpembuluh darah. Selaput bening (kornea) juga berfungsi sebagai
Sklera ata selaput putih terletak di lapisan kuat. Sklera lapisan luar yang keras / kuat. Lapisan ini
berwarna putih, kecuali dibagian depan yaitu tidak berwarna atau benin. Lapisan sklera berwarna
putih terdiri atas serabut kolagen yang tidak teratur dan tidak berpembuluh darah, kecuali bagian
episklera. Lapisan sklera berfungsi melindungi bola mata. Sklera bagian mata depan tampak
A. PENGERTIAN
1. Trauma mata adalah cidera mata yang dapat mengakibatkan kelainan mata
(mangunkusumo, 1988)
3. Trauma mata merupakan kelainan mata yang terjadi akibat cidera / trauma
oleh benda tumpul, benda tajam, kimia, bahan baker maupun radiasi
B. ETIOLOGI
1. Mekanik, meliputi :
tenun.
miyak putih
c. Trauma Radiasi
(Ilyas, 1985)
a. Plasits
i. Tekanan bola mata akan rendah akibat cairan mata keluar melalui luka
d. Fototobia
a. Trauma Akali
b. Trauma Asam
1). Terjadi koogulasi protein epitel kornea yang
a. Bila siperficila dan bulu mata hangus kulit palpebra hipermis dan
palpebra
c. Bila kornea terkena dapat terjadi erosi karena adanya reflek menutup
C. FAKTOR PREDIPOSISI
D. KLASIFIKASI
Berdasarkan keparahannya trauma mata diklasifikasi sebagai berikut:
1. Trauma Ringan
berarti
c. Pragnosis baik
2. Trauma sedang
c. Pragnosis sedang
3. Trauma berat
berat
c. Pragnosis buruk
E. GAMBARAN KLINIK
i. Edema retina
a. Lesi termis ditimbulkan oleh sinar infra red berupa : kekeruhan kornea,
kerusakan
terlihat eriterna yang terbatas jelas hanya pada daerah yang teriritasi.
glaukoma.
(Mangunkusumo, 1988)
F. TANDA DAN GEJALA
1. Ekstra Okular
c. Lakrimasi hebat.
konungtiva
2. Infra Okuler
terjadi siderosis.
G. MANIFESTASI KLINIK
: menutupnya mata
secara sempurna
hidrasi (penambahan
akibat kedua-duanya.
: disebabkan oleh
yang meningkat
gejala peningkatan
sehingga terjadi
Trauma mata bisa disebabkan oleh karena mekanik dan non mekanik, semua ini
menciderai organ-organ mata yang menyebabkan terjadinya trauma mata. Trauma mata yang
diakibatkan oleh cedera mekanik pada jaringan bola mata akan menimbulkan suatu atau berbagai
akibat klasik seperti: rasa sakit akibat trauma, gangguan penglihatan berupa penglihatan kabur,
Trauma yang diakibatkan oleh cidera non mekanik pada bola mata akan menimbulkan
berbagai akibat seperti : erosi epitel kornea, kekeruhan kornea. Bila pada cidera radiasi juga
terjadi efek kumulasi. Bila radiasi berkurang maka lesi terimis yang ditimbulkan sinar red
(Mangunkusumo, 1988)
I.TES DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan pada kasus trauma mata dilakukan baik subyektf maupun obyektif.
a. Pemeriksaan subyektif
Pemeriksaan ketajaman penglihatan. Hal ini berkaitan dengan pembutatan visum et repertum.
Pada penderita yang ketajamannya menurun, dilakukan pemeriksaan retraksi untuk mengetahui
bahwa penurunan penglihatan mungkin bukan disebabkan oleh trauma tetapi oleh kelainan
b. Pemeriksaan Obyektif
Saat penderita kita inspeksi sudah dapat diketahui adanya kelainan di sekitar mata seperti adanya
perdarahan sekitar mata. Pembengkakan di dahi, pipi, hidung dan lain-lain yang diperiksa pada
kasus trauma mata ialah: keadaan kelopak mata kornea, bilik mata depan, pupil, lensa dan
Pemeriksaan segmen anterior dilakukan dengan sentotop, loupe slit lamp dan atlalmoskop.
(Widodo, 2000).
2. Pemeriksaan Khusus
infeksi.
Untuk melihat adanya benda asing yang radioopak, bila ada dilakukan pemeriksaan dengan lensa
kontak combrang dan dapat ditentukan apakah benda asing intra okuler atau ektra okuler.
atau
penglihatan
I. PENATALAKSAAN
Penanganan ditekankan pada utama yang menyertainya dan penilaian terhadap ketajaman
penglihatan. Setiap penurunan ketajaman penglihatan tanda mutlak untuk melakukan rujukan
terkena trauma
e. Dalam hal hitema ringan (adanya darah segar dala bilik mata
mata.
Keadaan trauma mata ini harus segera mendapat perawatan khusus karena dapat
b. Mempertahankan penglihatan
Bila terdapat benda asing dalam bola mata, maka sebaiknya dilakukan usaha untuk
a. Ekstra Okular
2). Bila benda asing dalam forniks bawah, angkat dengan swab.
3). Bila dalam farniks atas, lipat kelopak mata dan angkat
5). Bila dalam kornea, geraka anestesi local, kemudian dengan hat-
7). Untuk benda asing logam yang terlalu dalam, diangkat dengan
b. Intra okuler
3). Benda yang intert dapat dibiarkan bila tidak menybabkan iritasi
a. Trauma akali
mata 7,3
posterior
terjadi
penyembuhan.
jaringan kolagen.
9). Diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek.
menganggu penglihatan.
b. Trauma Asam
Tindakan pada trauma kimia dapat juga tergantung dari 4 fase peristiwa, yaitu:
Tujuan dari tindakan adalah untuk menghilangkan materi penyebab sebersih mungkin, yaitu
meliputi:
b. Pembilasan dengan larutan non toxic (NaCl 0,9% ringer lastat dan
Tujuan tindakan adalah mencegah terjadinya penyulit dengan prinsip sebagai berikut:
f. Tindakan pembedahan
3. Fase Pemulihan Dini (early repair : hari ke 7 – 21)
Daerah yang terkena dicuci dengan larutan steril dan diolesi dengan salep atau kasa yang
Bila panas merusak kornea dan konjungtiva maka diberi pada mata
A. PENGKAJIAN
pekerjaan, agama)
b. Riwayat kesehatan
seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, rasa terbakar pada mata, mata basah, pandangan
keluarga
d. Pemeriksaan fisik
exaptalamus
2). Inspeksi area antara kelopak mata bawah dan atas apakah
bebas ederma.
3). Inspeksi sclera dan konjugtiva: melihat warna, perubahan
4). Iris dan pupil diinspeksi normalnya saat diberikan cahaya. Iris
e. Tes Diagnostik
Untuk menilai :
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Okuler (TIO)
penurunan virus
C. RENCANA TINDAKAN
relaksasi
Intervensi
ketidaknyamanan
(TIO)
Tujuan :
kemungkinan cidera
Intervensi :
a. Batasi aktivitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk
mata, membongkok
imajinasi
Tujuan :
b. Menunjukkan relaksasi
Intervensi :
Tujuan :
Intervensi :
Tujuan :
perawatan diberikan.
Intervensi :
PENUTUP
Otot optik adalah otot interior dan superior. Otot dolik superior menggerakan mata
kebawah dan kesisi luar. Sementara otot oblik inferior menggerakan mata keatas dan juga kesisi
luar.
Sklera adalah pembungkus mata yang kuat dan fibrus, skelara membentuk putih mata dan
bersambang pada bagian depan dengan sebuah jendela membentuk yang bening yaitu kornea.
Retina adalah lapisan sarafi pada mata, yang terdiri dari sejumlah lapisan serabut yaitu sel-
sel saraf,b batang-batang dan kerucut. Kornea yang merupakan bagian depan yang transaparan
dan bersambung dengan sklera yang putih dan tidak tembus cahaya, kornea terdiri atas beberapa
lapisan (lapisan tepi adalah epitalicum berlapis yang bersambung dengan konjangtiva).
Bilik enterior (kamera akali anteriror) yang terletak antara kornea dan iris. Iris adalah tirai
Pupil, bintik tengah yang berwarna hitam, yang merupakan celah dalam iris melalui mana cahaya
Ilyas, Sdarta, 1985, Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mara, Fakultas Kedokteran Indonesia, Jakarta.
Mangunkusuma, Vidyapati W, 1988, Penanganan Cidera Mata dan Aspek Sosial Kebutaan, Universitas
Indonesia, Jakarta
Sela, Sageng, dkk, 2002, Ilmu Penyakit Mata Untuk Kedokteran Umum dan Mahasiswa Kedokteran
DISUSUN OLEH :
SYAHRIDA.S
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Mata merupakan salah satu indra dari pancaindra yang sangat penting untuk kehidupan
manusia. Terlebih-lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik merupakan
kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Mata merupakan bagian yang sangat peka. Walaupun
mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita, kelopak, dan jaringan
lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks memejam atau mengedip, mata masih sering
mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan
kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau
memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan. Trauma pada mata memerlukan
perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan
mengakibatkan kebutaan.
Kemajuan mekanisasi dan teknik terlebih-lebih dengan bertambah banyaknya kawasan
industri, kecelakaan akibat pekerjaan bertambah banyak pula, juga dengan bertambah ramainya
lalu lintas, kecelakaan di jalan raya bertambah pula, belum terhitung kecelakaan akibat
perkelahian, yang juga dapat mengenai mata. Pada anak-anak kecelakaan mata biasanya terjadi
akibat kecelakaan terhadap alat dari permainan yang biasa dimainkan seperti panahan, ketapel,
senapan angin, tusukan dari gagang mainan dan sebagainya.
Trauma okular adalah penyebab kebutaan yang cukup signifikan, terutama pada golongan
sosioekonomi rendah dan di negara-negara berkembang. Kejadian trauma okular dialami oleh
pria 3 sampai 5 kali lebih banyak daripada wanita. Trauma pada mata dapat mengenai jaringan di
bawah ini secara terpisah atau menjadi gabungan trauma jaringan mata. Trauma dapat mengenai
jaringan mata: palpebrae, konjungtiva, cornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik, dan orbita.
Trauma mata merupakan keadaan gawat darurat pada mata.2
Bentuk kelainan pada mata yang terkena trauma (trauma oculi) bisa hanya berupa kelainan
ringan saja sampai kebutaan. Trauma oculi dapat dibedakan atas trauma tumpul, trauma akibat
benda tajam/trauma tembus, ataukah trauma fisis. Kelainan yang diakibatkan oleh trauma mata
sesuai dengan berat ringannya serta jenis trauma itu sendiri yang dapat menyerang semua organ
struktural mata sehingga menyebabkan gangguan fisiologis yang reversibel ataupun non-
ireversibel. Trauma oculi dapat menyebabkan perdarahan, adanya laserasi, perforasi, masuknya
benda asing ke dalam bola mata, kelumpuhan saraf, ataukah atrofi dari struktur jaringan bola
mata.2
Anamnesis dan pemeriksaan fisis oftamologi yang dilakukan secara teliti untuk mengetahui
penyebab, jenis trauma yang terjadi, serta kelainan yang disebabkan yang akan menuntun kita ke
arah diagnosis dan penentuan langkah selanjutnya. Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan
penunjang, seperti: slit lamp, oftalmoskopi direk maun indirek, tes fluoresensi, tonometri, USG,
maupun CT-scan. Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma
ataupun jenis trauma itu sendiri
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Definisi
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata.
Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata, dan dapat juga sebagai kasus polisi.
Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan
kehilangan mata. Alat rumah tangga sering menimbulkan perlukaan atau trauma mata.
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak disengaja yang menimbulkan perlukaan
mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat
ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata.Trauma asam
merupakan salah satu jenis trauma kimia mata dan termasuk kegawatdaruratan mata yang
disebabkan zat kimia basa dengan pH>7
Trauma mata dibagi menjadi beberapa macam yaitu
A. Fisik atau Mekanik
1. Trauma Tumpul, misalnya terpukul, kena bola tenis, atau shutlecock, membuka tutup botol
tidak dengan alat, ketapel.
2. Trauma Tajam, misalnya pisau dapur, gunting, garpu, bahkan peralatan pertukangan.
3. Trauma Peluru, merupakan kombinasi antara trauma tumpul dan trauma tajam, terkadang
peluru masih tertinggal didalam bola mata. Misalnya peluru senapan angin, dan peluru karet.
B. Khemis
1. Trauma Khemis basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersih lantai, kapur, lem
(perekat).
2. Cuka, bahan asam-asam dilaboratorium, gas airmata.
C. Fisis
1. Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari.
2. Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi
2. Epidemologi
Trauma okular, terutama yang berat dan mengakibatkan penurunan penglihatan bahkan
kehilangan penglihatan. Trauma okular adalah penyebab kebutaan yang cukup signifikan,
terutama pada golongan sosioekonomi rendah dan di negara-negara berkembang. Kejadian
trauma okular dialami oleh pria 3 sampai 5 kali lebih banyak daripada wanita. Dari data WHO
tahun 1998 trauma okular berakibat kebutaan unilateral sebanyak 19 juta orang, 2,3 juta
mengalami penurunan visus bilateral, dan 1,6 juta mengalami kebutaan bilateral akibat cedera
mata. Menurut United States Eye Injury Registry (USEIR), frekuensi di Amerika Serikat
mencapai 16 % dan meningkat di lokasi kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak
pada laki-laki (93 %) dengan umur rata-rata 31 tahun.
3. Etiologi
Gejala yang ditimbulkan tergantung jenis trauma serta berat dan ringannya trauma :
a. Trauma tajam selain menimbulkan perlukaan dapat juga disertai tertinggalnya benda
asing didalam mata. Benda asing yang tertinggal dapat bersifat tidak beracun dan
beracun. Benda beracun contohnya logam besi, tembaga serta bahan dari tumbuhan
misalnya potongan kayu. Bahan tidak beracun seperti pasir, kaca. Bahan tidak
beracun dapat pula menimbulkan infeksi jika tercemar oleh kuman.
b. Trauma tumpul dapat menimbulkan perlukaan ringan yaitu penurunan penglihatan
sementara sampai berat, yaitu perdarahan didalam bola mata, terlepasnya selaput jala
(retina) atau sampai terputusnya saraf penglihatan sehingga menimbulkan kebutaan
menetap.
c. Trauma Khemis asam umumnya memperlihatkan gejala lebih berat daripada trauma
khemis basa. Mata nampak merah, bengkak, keluar airmata berlebihan dan penderita
nampak sangat kesakitan, tetapi trauma basa akan berakibat fatal karena dapat
menghancurkan jaringan mata/ kornea secara perlahan-lahan.
d. Trauma Mekanik :
i. Gangguan molekuler. Dengan adanya perubahan patologi akan
menyebabkan kromatolisis sel.
ii. Reaksi Pembuluh darah. Reaksi pembuluh darah ini berupa vasoparalisa
sehingga aliran darah menjadi lambat, sel endotel rusak, cairan keluar dari
pembuluh darah maka terjadi edema.
iii. Reaksi Jaringan. Reaksi Jaringan ini biasanya berupa robekan pada
cornea, sclera dan sebagainya.
a. Palpebra
Mengenai sebagian atau seluruhnya jika mengenai levator apaneurosis dapat
menyebabkan suatu ptosis yang permanent
b. Saluran Lakrimalis
Dapat merusak sistem pengaliran air mata dai pungtum lakrimalis sampai ke rongga
hidung. Hal ini dapat menyeabkan kekurangan air mata.
c. Congjungtiva
Dapat merusak dan ruptur pembuluh darah menyebabkan perdarahan sub konjungtiva
d. Sklera
Bila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekana bola mata dan
kamera okuli jadi dangkal (obliteni), luka sklera yang lebar dapat disertai prolap jaringan
bola mata, bola mata menjadi injury.
e. Kornea
Bila ada tembus kornea dapat mengganggu fungsi penglihatan karena fungsi kornea
sebagai media refraksi. Bisa juga trauma tembus kornea menyebabkan iris prolaps,
korpusvitreum dan korpus ciliaris prolaps, hal ini dapat menurunkan visus
f. Lensa
Bila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina sehingga menurunkan
daya refraksi dan sefris sebagai penglihatan menurun karena daya akomodasi tisak
adekuat.
g. Iris
Bila ada trauma akan robekan pada akar iris (iridodialisis), sehingga pupil agak kepinggir
letaknya, pada pemeriksaan biasa teerdapat warna gelap selain pada pupil, tetapi juga
pada dasar iris tempat iridodialisis.
h. Pupil
Bila ada trauma akan menyebabkan melemahnya otot-otot sfinter pupil sehingga pupil
menjadi midriasis
i. Retina
Dapat menyebabkan perdarahan retina yang dapat menumpuk pada rongga badan kaca,
hal ini dapat muncul fotopsia dan ada benda melayang dalam badan kaca bisa juga teri
oblaina retina.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiology pada trauma mata sangat membantu dalam menegakkan diagnosa,
terutama bila ada benda asing .Pemeriksaan ultra sonographi untuk menentukan letaknya, dengan
pemeriksaan ini dapat diketahui benda tersebut pada bilik mata depan, lensa, retina.
Suatu tomogram dengan menggunakan komputer dan dapat dibuat “scanning” dari organ
tersebut.
c. Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal tekanan bola mata (normal
12-25 mmHg).
7. MANIFESTASI KLINIS
A. Hematoma palpebra
Adanya hematoma pada satu mata merupakan keadaan yang ringan, tetapi bila terjadi pada kedua
mata , hati-hati kemungkinan adanya fraktur basis kranii.
B. Ruptura kornea
Kornea pecah, bila daerah yang pecah besar dapat terjadi prolapsus iris, merupakan suatu
keadaan yang gawat dan memerlukan operasi segera.
Di tandai dengan adanya garis kekeruhan yang berkelok-kelok pada kornea, yang sebenarnya
adalah lipatan membran descement, visus sangat menurun dan kornea sulit menjadi jernih
kembali.
Penanganan: Pemberian obat-obatan yang membantu menghentikan perdarahan dan tetes mata
kortisol
D. Hifema
Perdarahan dalam kamera okuli anterior, yang berasal dari pembuluh darah iris atau korpus
siliaris, biasanya di sertai odema kornea dan endapan di bawah kornea, hal ini merupakan suatu
keadaan yang serius.
Pembagian hifema:
c. Hifema ringan tidak mengganggu visus, tetapi apabila sangat hebat akan mempengaruhi visus
karena adanya peningkatan tekanan intra okuler.
Penanganan: Istirahat, dan apabila karena peningkatan tekanan intra okuli yang di sertai dengan
glaukoma maka perlu adanya operasi segera dengan di lakukannya parasintesis yaitu membuat
insisi pada kornea dekat limbus, kemudian di beri salep mata antibiotik dan di tutup dengan
verband.
E. Iridoparese-iridoplegia
Penanganan: Berikan pilokarpin, apabila dengan pemberian yang sampai berbulan-bulan tetap
midriasis maka telah terjadi iridoplegia yang iriversibel.
F. Iridodialisis
Ialah iris yang pada suatu tempat lepas dari pangkalnya, pupil menjadi tdak bula dan di sebut
dengan pseudopupil.
Penanganan: Bila tidak ada keluhan tidak perlu di lakukan apa-apa, tetapi jika ada maka perlu
adanya operasi untuk memfixasi iris yang lepas.
G. Irideremia
Penanganan secara konservatif adalah dengan memberikan kacamata untuk mengurangi silau.
Luksasio lentis yang terjadi bisa ke depan atau ke belakang. Jika ke depan akan menimbulkan
glaukoma dan jika ke belakang akan menimbulkan afakia. Bila terjadi gaukoma maka perlu
operasi untuk ekstraksi lensa dan jika terjadi afakia pengobatan di lakukan secara konservatif.
Perdarahan yang terjadi berasal dari korpus siliare, kare na bnayak terdapat eritrosit pada korpus
siliare, visus akan sangat menurun.
J. Glaukoma
Di sebabkan oleh kare na robekan trabekulum pada sudut kamera okuli anterior, yang di sebut
“traumatic angle” yang menyebabkan gangguan aliran akquos humour.
K. Ruptura sclera
Menimbulkan penurunan teknan intra okuler. Perlu adanya tindakan operatif segera.
L. Ruptura retina
H. analisa Data
O : klien tidak
merespon gerakan
lawan bicara
S : klien mengatakan keterbatasan informasi. Kurangnya
pendidikannya pengetahuan
hanya smpai
sekoah dasar
O : klien terlihat
bingung atau
tidak paham atas
informasi
yang diberikan
3 Gangguan
Hasil yang diharapkan
Tentukan ketajaman Dengan mengetahui
Sensori / kriteria evaluasi – penglihatan, catat ketajaman dan
Perseptual : pasien akan : apakah satu atau penyebab
Penglihatan Meningkatkan penglihatan dapat
b/d ketajaman penglihatan kedua mata terlibat. menetukan langkah
gangguan dalam batas situasi
Orientasikan pasien intervensi
penerimaan individu. terhadap lingkungan, Pendekatan pasien
sensori / Mengenal gangguan staf, orang lain di dapat dapat
status organ sensori dan areanya. mendorong
indera. berkompensasi kesembuhan
Observasi tanda –
Lingkungan terhadap perubahan. Tetes mata yang
tanda dan gejala-
secara Mengidentifikasi / tidak dengan resep
gejala disorientasi:
terapetik memperbaiki potensial dokter dapat
pertahankan pagar
dibatasi. bahaya dalam membuat kabur dan
tempat tidur sampai
lingkungan. iritasi mata
benar-benar sembuh
dari anestasia.
4 Kurangnya
Pasien dan keluarga Jelaskan
kembali Mengurangi stress,
pengetahua memiliki pengetahuan tentang keadaan mencegah kabur dan
n yang memadai tentang pasien, rencana iritasi mata
(perawatan) perawatan. perawatan
dan Mengurangi rasa
berhubunga prosedur tindakan nyeri, mengurangi
n dengan yang akan di lakukan. resiko penekanan
keterbatasa Jelaskan pada pasien pada mata
n informasi. agar tidak
menggunakan obat
tetes mata secara
senbarangan.
Anjurkan pada
pasien gara tidak
membaca terlebih
dahulu, “mengedan”,
“buang ingus”, bersin
atau merokok.
Anjurkan pasien
untuk tidur dengan
meunggunakan
punggung, mengtur
cahaya lampu tidur.
Observasi
kemampuan pasien
dalam melakukan
tindakan sesuai
dengan anjuran
petugas.
IV. IMPLEMENTASI
V. Evaluasi
Doengoes, Marylin E., 1989, Nursing Care Plans, USA Philadelphia: F.A Davis Company.
Darling, V.H. & Thorpe, M.R. (1996). Perawatan Mata. Yogyakarta : Yayasan Essentia Media.
Ilyas, Sidarta. (2000). Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI Jakarta.
http:///www.rusdi .blog
Risiko trauma NOC : NIC :
Faktor-faktor risiko Knowledge : Personal Environmental Management safety
Internal: Safety Sediakan lingkungan yang aman
Kelemahan, penglihatan Safety Behavior : Fall untuk
menurun, penurunan sensasi Prevention pasien
taktil, penurunan koordinasi Safety Behavior : Fall
otot, tangan-mata, kurangnya occurance Identifikasi kebutuhan keamanan
edukasi keamanan, Safety Behavior : pasien,
keterbelakangan mental Physical Injury sesuai dengan kondisi fisik dan
Eksternal: Tissue Integrity: Skin fungsi
Lingkungan and Mucous Membran kognitif pasien dan riwayat penyakit
Setelah dilakukan tindakan terdahulu pasien
keperawatan Menghindarkan lingkungan yang
selama….klien tidak berbahaya (misalnya memindahkan
mengalami trauma dengan perabotan)
kriteria hasil:
Memasang side rail tempat tidur
- pasien terbebas dari
trauma fisik Menyediakan tempat tidur yang
nyaman
dan bersih
Menempatkan saklar lampu
ditempat
yang mudah dijangkau pasien.
Membatasi pengunjung
Memberikan penerangan yang
cukup
Menganjurkan keluarga untuk
menemani
pasien.
Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
Memindahkan barang-barang
yang dapat
membahayakan
Berikan penjelasan pada pasien
dan keluarga atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit.