A. PENDAHULUAN
Kemasukan benda asing adalah keadaan darurat dimana bagian tubuh
seperti mata, hidung, telinga dan mulut secara tidak sengaja (tidak diinginkan) atau
disengaja kemasukan benda asing yang dapat mengganggu sistem vital tubuh siapa
saja dan kapan saja yang dapat menyebabkan kematian karena kurangnya
pengetahuan pertolongan pertama.
Cedera mata karena kemasukan benda asing merupakan masalah kesehatan
melumpuhkan Amerika yang signifikan.Dewan Riset Nasional melaporkan bahwa
“Cedera mungkin adalah-diakui utama masalah kesehatan paling bawah yang
dihadapi bangsa saat ini. Studi cedera yang tak tertandingi menyajikan peluang
untuk mengurangi morbiditas dan untuk merealisasikan penghematan signifikan
dalam keuangan dan manusia baik istilah” American Medical Association Panduan
untuk Evaluasi tingkat permanen Penurunan penurunan permanen ke sistem visual
pada sama tingkat hampir penurunan nilai mengenai "seluruh manusia" ("kerugian
total visi dalam satu mata setara dengan% Penurunan 25 dari Visual System dan
24% Penurunan Manusia Utuh ")
Data dari Pusat Nasional untuk Statistik Kesehatan 'Health Interview Survey,
yang dilakukan pada tahun 1977, diperkirakan bahwa hampir 2,4 juta cedera mata
terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya. Laporan ini menghitung bahwa hampir
satu juta orang Amerika memiliki visual penurunan yang signifikan permanen karena
cedera, dengan lebih dari 75% dari orang-orang yang monocularly buta. cedera
mata adalah penyebab utama kebutaan bermata di Amerika Serikat, dan kedua
setelah katarak sebagai penyebab paling umum dari gangguan penglihatan. USEIR
memperkirakan bahwa 500.000 tahun kehilangan penglihatan terjadi setiap tahun di
Amerika Serikat. Cedera adalah penyebab utama untuk berhubungan perawatan
rumah sakit-mata.
Begitu juga dengan keadaan gawat darurat terjadi karena bagian tubuh kita
ini terletak menonjol paling depan, makan bagian ini yang akan terbentur lebih
dahulu. Juga karena adanya lubang pernapasan, maka bila tersumbat atau
terganggu akan menyebabkan gawat darurat pernapasan.
Disfungsi penciuman karena kemasukan benda asing dapat timbul dari
berbagai penyebab dan sangat dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Sekitar
2 juta orang Amerika mengalami beberapa jenis disfungsi penciuman. Penelitian
telah menunjukkan bahwa disfungsi penciuman mempengaruhi setidaknya 1%
penduduk di bawah usia 65 tahun, dan lebih dari 50% dari populasi lebih dari 65
tahun. Indera penciuman menentukan rasa makanan dan minuman dan juga
berfungsi sebagai sistem peringatan dini untuk mendeteksi bahaya lingkungan,
seperti makanan basi, buruk dapat mempengaruhi preferensi makanan, asupan
makanan dan nafsu makan. Salah satunya trauma hidung . Meskipun fraktur hidung
adalah patah tulang wajah yang paling umum, mereka sering tidak diketahui oleh
dokter dan pasien.Pasien dengan hidung patah tulang biasanya hadir dengan
beberapa kombinasi deformitas, nyeri, perdarahan, edema, ecchymosis,
ketidakstabilan, dan kertak, namun, fitur tersebut tidak mungkin ada atau mungkin
sementara.
Dari uraian diatas kelompok tertarik untuk menyusun tugas dengan mata
kuliah komunitas pantai yang berjudul asuhan keperawatan kemasukan benda asing
pada mata dan hidung.
1. KONSEP-KONSEP KUNCI
a. Kajian Teori Kemasukan Benda Asing pada Mata
b. Pengkajian Asuhan Keperawatan Kemasukan Benda Asing pada Mata
c. Diagnosa Asuhan Keperawatan Kemasukan Benda Asing pada Mata
d. Intervensi Asuhan Keperawatan Kemasukan Benda Asing pada Mata
e. Evaluasi Asuhan Keperawatan Kemasukan Benda Asing pada Mata
f. Kajian Teori Kemasukan Benda Asing pada Hidung
g. Pengkajian Asuhan Keperawatan Kemasukan Benda Asing pada Hidung
h. Diagnosa Asuhan Keperawatan Kemasukan Benda Asing pada Hidung
i. Intervensi Asuhan Keperawatan Kemasukan Benda Asing pada Hidung
j. Evaluasi Asuhan Keperawatan Kemasukan Benda Asing pada Hidung
2. PETUNJUK
a. Pelajari materi BAB XIII dengan tekun dan disiplin.
b. Penyajian setiap bab meliputi : judul bab dan konsep-konsep kunci, petunjuk,
kerangka isi, tujuan pembelajaran umum, tujuan pembelajaran khusus, paparan
materi, tugas dan latihan, rangkuman, dan soal-soal akhir bab yang disertai dengan
kunci jawaban.
c. Dalam uraian materi terdapat test sambil jalan. Test ini dapat menjadi tuntunan
pembaca dalam memahami uraian bahan ajar bagian demi bagian.
d. Kerjakan soal-soal latihan dan soal akhir bab dengan tekun dan disiplin.
e. Bacalah sumber-sumber pendukung untuk memperdalm pengetahuan dan
wawasan anda.
f. Ikuti penyajian setiap bab tahap demi tahap.
g. Selamat belajar, semoga sukses.
3. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan Pembelajaran Umum
Mahasiswa mampu:
Untuk mendapatkan gambaran asuhan keperawatan kemasukan benda asung pada
mata, hidung sehingga dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam asuhan
keperawatan kemasukan benda asing pada mata, hidung.
B. PENYAJIAN MATERI
KAJIAN TEORI KEMASUKAN BENDA ASING PADA MATA
a. Anatomi dan Fisiologi Mata
Secara garis besar anatomi mata dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, dan
untuk ringkasnya fisiologi mata akan diuraikan secara terpadu. Keempat kelompok
ini terdiri dari:
1) Palpebra
Dari luar ke dalam terdiri dari: kulit, jaringan ikat lunak, jaringan otot, tarsus, vasia
dan konjungtiva. Fungsi dari palpebra adalah untuk melindungi bola mata, bekerja
sebagai jendela memberi jalan masuknya sinar kedalam bola mata, juga membasahi
dan melicinkan permukaan bola mata
2) Rongga mata
Merupakan suatu rongga yang dibatasi oleh dinding dan berbentuk sebagai piramida
kwadrilateral dengan puncaknya kearah foramen optikum. Sebagian besar dari
rongga ini diisi oleh lemak, yang merupakan bantalan dari bola mata dan alat tubuh
yang berada di dalamnya seperti: urat saraf, otot-otot penggerak bola mata, kelenjar
air mata, pembuluh darah
3) Bola mata
Menurut fungsinya maka bagian-bagiannya dapat dikelompokkan menjadi:
Otot-otot penggerak bola mata
Dinding bola mata yang teriri dari: sclera dan kornea. Kornea kecuali sebagai
dinding juga berfungsi sebagai jendela untuk jalannya sinar.
Isi bola mata, yang terdiri atas macam-macam bagian dengan fungsinya masing-
masing
b. Pengertian
Corpus alienum adalah benda asing. Istilah ini sering digunakan dalam istilah medis.
Merupakan salah satu penyebab cedera mata yang paling sering mengenai sclera,
kornea, dan konjungtiva. Meskipun kebanyakan bersifat ringan, tetapi beberapa
cedera bisa berakibat serius. Apabila suatu korpus alienum masuk ke dalam bola
mata maka biasanya terjadi reaksi infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi
bola mata dan terjadi iridocylitis serta panophthmitis. Karena itu perlu cepat
mengenali benda asing tersebut dan menentukan lokasinya didalam bola mata untuk
kemudian mengeluarkannya.
Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata tergantung dari besarnya
corpus alienum, kecepatannya masuk, ada atau tidaknya proses infeksi dan jenis
bendanya sendiri.Bila ini berada pada segmen depan dari bola mata, hal ini kurang
berbahaya jika dibandingkan dengan bila benda ini terdapat di dalam segmen
belakang. Jika suatu benda masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi salah satu
dari ketiga perubahan berikut:
1) Mecanical effect
Benda yang masuk ke dalam bola mata hingga melalui kornea ataupun sclera.
Setelah benda ini menembus kornea maka ia masuk ke dalam kamera oculi anterior
dan mengendap ke dasar. Bila kecil sekali dapat mengendap di dalam sudut bilik
mata. Bila benda ini terus, maka ia akan menembus iris dan kalau mengenai lensa
mata akan terjadi catarack, traumatic. Benda ini bisa juga tinggal di dalam corpus
vitreus. Bila benda ini melekat di retina biasanya kelihatan sebagai bagian yang
dikelilingi oleh eksudat yang berwarna putih serta adanya endapan sel-sel darah
merah, akhirnya terjadi degenerasi retina.
2) Permulaan terjadinya proses infeksi
Dengan masuknya benda asing ke dalam bola mata kemungkinan akan timbul
infeksi. Corpus vitreus dan lensa dapat merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan kuman sehingga sering timbul infeksi supuratif. Juga kita tidak boleh
melupakan infeksi kuman tetanus.
Terjadi perubahan-perubahan spesifik pada jaringan mata karena proses kimiawi
(reaction of ocular tissue)
c. Penyebab
Penyebab cedera mata pada permukaan mata adalah percikan kaca, partikel yang
terbawa angin dan ranting pohon.
d. Manifestasi Klinis
Setiap cedera pada permukaan mata biasanya menimbulkan perasaan ada sesuatu
dimata. Gejala lainnya adalah kepekaan terhadap cahaya, mata atau
pembengkakan mata dan kelopak mata. Penglihatan bisa menjadi kabur.
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan tajam penglihatan
Dengan menggunakan snellens chart dan test brigshtess dilakukan untuk
mengetahui ketajaman penglihatan, normalnya tajam penglihatan seseorang adalah
6/6, sedangkan pada pasien trauma mata hanya 1/30.
2) Test onel
Dilakukan untuk mengetahui fungsi eksresi sistem lakrimel, normal bila terlihat
adanya reaksi menelan tetapi bila test anel negatif atau fungsi lakrimah tidak normal
maka keadaan ini mudah sekali terjadi infeksi, umumnya pada pasien trauma mata
tes onelnya (-) karena saat itu sistem lakrimal akan lebih banyak mengeluarkan air
mata
3) Pemeriksaan lapang pandang
Dapat diperiksa dengancara konfrontasi yaitu dengancara meminta pasien untuk
memejamkan salah satu matanya dan memfokuskan motonya pada salah satu
tempat atau satu titik dihadapinya, pada pasien trauma mata pada bagian mata yang
trauma maka lapang pandangnya agak sedikit kabur / berkurang, namun pada mata
yuang normal lapang pandangnya masih normal/jelas
4) Foto rontgen orbila
Foto rontgen orbita dilakukan untuk memastikan adanya benda asing di dalam mata,
pada trauma mata apabila terdapat benda asing yang masukke dalam mata maka
akan terlihat dengan jelas.
f. Penatalaksanaan
1) Anamnesa kejadian trauma
2) Pemeriksaan tajam penglihatan kedua mata.
3) Pemeriksaan dengan optalmoskop
4) Pemeriksaan keadaan mata yang kena trauma
5) Bila ada perforasi lakukan pemeriksaan X-Ray orbita dengan PA dan lateral
6) Perawatan luka
7) Pengeluaran benda asing sesuai dengan fasilitas dan Rujuk ke rumah sakit pusat.
8) Benda asing di mata harus dikeluarkan. Agar benda asing terlihat lebih jelas dan
untuk melihat adanya goresan atau benda asing pada mata, bisa diberikan obat
tetes mata khusus yang mengandung zat warna flouresensi.Kemudian diberikan
obat tetes mata yang mengandung obat bius untuk mematikan rasa dipermukaan
mata.Dengan menggunakan alat penerangan khusus, benda tersebut bisa dibuang
oleh dokter.Benda asing seringkali bisa diambil dengan menggunakan kapas steril
yang lembab atau kadang dengan mengguyur mata dengan air steril.
9) Jika benda asing menyebabkan goresan kecil pada permukaan kornea, diberikan
salep antibiotik selama beberapa hari. Goresan yang lebih besar memerlukan
pengobatan tambahan. Pupil diusahakan tetap melebar dengan pemberian obat, lalu
dimasukkan antibiotik dan mata ditutup dengan plester. Sel-sel pada permukaan
mata berregenerasi dengan cepat, meskipun goresannya besar, penyembuhannya
akan berlangsung selama 1-3 hari.
10) Jika benda asing telah menembus ke lapisan mata yang lebih dalam, segera
hubungi dokter spesialis mata.
b. Pengertian
Hidung adalah organ sederhana yang sebenarnya berfungsi sangat vital dalam
kehidupan kita. Terkadang tanpa sengaja ada benda yang masuk kehidung. Benda
asing disini biasanya berupa biji-bijian yang kecil seperti jagung, kacang, dan juga
kedelai, manic-manic, kapur barus, nyamuk, lalat, kerikil, pasir dan lainnya. Mula-
mula benda tersebut berada dilubang hidung sebelah luar kemudian terdorong
kearah dalam ketika tarik nafas dalam dan menyebabkan sesak nafas.
c. Penyebab
Benda asing seperti biji-bijian yang kecil seperti jagung, kacang, dan juga kedelai,
manic-manic, kapur barus, nyamuk, lalat, kerikil, pasir dan lainnya.
d. Manifestasi Klinis
1) Hidung tersumbat sebelah
2) Rasa pedas dan sakit dalam hidung
3) Hidung sampai berdarah
4) Hidung pilek sebelah dan berbau disertai darah bila sudah lama kejadiannya.
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Diagnostic
2) Laboratorium
f. Penatalaksanaan
1) Bila yang masuk tidak terlalu dalam dan masih bisa terlihat, bisa diambil dengan
sebatang pinset. Secara perlahan pinset tersebut dimasukkan kedalam hidung tarik
benda tersebut dengan perlahan keluar dengan hati – hati.
2) Bisa juga dilakukan dengan menutup liang hidung yang tidak tersumbat tarik nafas
dengan mulut lalu buang hembuskan kuat–kuat udara hingga benda asing itu
keluar.
3) Bila gagal letakkan anak atau korban dalam posisi sedikit menunduk condong
kedepan cobalah benda asing dikait kearah keluar dengan pengait yang ujungnya
tumpul agar tidak melukai.
4) Bila gagal lagi, bawa segera kerumah sakit atau ahli THT
5) Apabila benda itu lintah maka jepit dengan kuat lintah tersebut, hidung yang
tersumbat ditetesi dengan air perasan tembakau sambil menarik jepitan tersebut.
6) Jika ada perdarahan, sumbatlah liang hidung yang berdarah dengan lintingan daun
sirih yang sudah diremas atau lintingan kassa yang dibasahi lembab, peras dahulu
sebelum dimasukkan kedalam liang hidung dengan minyak paraffin atau minyak
kelapa atau boorzalf, vasselin agar tidak lengket bila dicabut.
4) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
Terjadinya perdarahan dari hidung dengan menetes atau mengalir dengan deras
bahkan mengalir kebagian belakang kearah mulut.
Hidung tersumbat dan sulit bernapas
b) Palpasi
Adanya nyeri pada hidung
5) Pemeriksaan Penunjang
Terkadang pada sebagian pasien ditemukan kekurangan volume darah
(hipovolemia), terjadinya peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, pernapasan
dan suhu, pada sinusitis dan benda asing yang lama dalam rongga hidung terjadi
peningkatan jumlah leukosit karena terjadi infeksi yang lama. Dan kehilangan
sensasi bau pada penderita
b. Diagnosa
1) Gangguan sensori persepsi : penciuman b/d perubahan sensori persepsi, perubahan
penerimaan sensori, stimulus lingkungan yang berlebihan
2) Nyeri akut b/d agen cidera fisik
3) Risiko infeksi bd trauma, pertahanan primer tak adekuat, penyakit sinusitis kronis
4) Ketidakefektifan pola napas b/d nyeri, penyumbatan saluran napas bagian atas
5) Risiko kekurangan volume cairan b/d kehilangan aktif : perdarahan massif
c. Intervensi
1) Gangguan sensori persepsi: penciuman b/d perubahan sensori persepsi,
perubahan penerimaan sensori, stimulus lingkungan yang berlebihan
Tujuan:
a. Penciuman pasien normal
b. Merasakan sensasi bau
Intervensi Rasional
-Kaji seberapa besar kehilangan -Mengetahui tingkat penciuman
sensasi bau pada klien pasien
-Kenalkan pasien dengan berbagai
sensasi bau seperti aroma -Mengetahui tingkat penciuman
makanan, parfum dll pasien
-Jelaskan pada pasien tentang
keadaannya dan mekanisme bau
sehingga pasien jelas dengan -Pasien mengetahui keadaannya
keadaannya.
-Kolaborasikan pemeriksaan
selanjutnya dan terapi -Mempercepat proses
penyembuhan
3) Risiko infeksi b/d trauma, pertahanan primer tak adekuat, penyakit sinusitis
kronis
Tujuan:
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang
mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya
c. Jumlah leukosit dalam batas normal
d. Menunjukan perilaku hidup sehat
Intervensi Rasional
-Kaji tanda – tanda vital dengan -Mengetahui kedaan umum pasien
sering. Catat adanya penurunan
TD, Nadi, RR, dan peningkatan
Suhu -Mengetahui tingkat kesadaran
-Catat adanya perubahan pasien
kesadaran -Mengurangi risiko infeksi
-Pertahankan lingkungan aseptic
selama pemasangan alat -Menjaga sterilisasi dan mencegah
-Cuci tangan setiap dan sesudah terjadinya infeksi lewat tangan
tindakan keperawatan -Mengetahui perubahan tanda dan
-Inspeksi kulit dan membrane gejala infeksi
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase.
4) Ketidakefektifan pola napas b/d nyeri, penyumbatan saluran napas bagian
atas
Tujuan:
a. Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi nafas, dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
b. Tanda –tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi dan pernafasan)
Intervensi Rasional
-Monitor vital sign -Mengetahui keadaan umu pasien
-Kaji frekuensi, kedalaman -Kecepatan biasanya meningkat.
pernapasan dan ekspansi dada. Dispnea dan terjadi peningkatan
Catat upaya pernapasan, kerja napas. Kedalaman
termasuk penggunaan otot pernapasan bervariasi tergantung
bantu/pelebaran nasal. derajat gagal napas. Ekspansi
dada terbatas yang berhungan
dengan atelektasis dan/atau nyeri
-Tinggikan kepala dan bantu dada pleuritik.
mengubah posisi. Bangunkan -Duduk tinggi memungkinkan
pasien turun dari tempat tidur dan ekspansi paru dan memudahkan
ambulasi sesegara mungkin. pernapasan. Pengubahan posisi
dan ambulasi meningkatkan
pengisian udara segmen paru
Kolaborasi pemberian oksigen berbeda sehingga memperbaiki
tambahan. difusi gas.
-Memaksimalkan bernapas dan
menurunkan kerja napas.
d. Evaluasi
1) Gangguan sensori persepsi : penciuman bd perubahan sensori persepsi, perubahan
penerimaan sensori, stimulus lingkungan yang berlebihan
a. Penciuman pasien normal
b. Merasakan sensasi bau
2) Nyeri akut bd agen cidera fisik.
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tekhnik
farmakologi untuk mengurangi nyeri mencari bantuan).
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
3) Risiko infeksi bd trauma, pertahanan primer tak adekuat, penyakit sinusitis kronis.
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan
serta penatalaksanaannya
c. Jumlah leukosit dalam batas normal
d. Menunjukan perilaku hidup sehat.
4) Ketidakefektifan pola napas b/d nyeri, penyumbatan saluran napas bagian atas.
a. Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, Irama nafas,
frekuensi nafas, dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
b. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi dan pernafasan)
5) Risiko kekurangan volume cairan bd kehilangan aktif: perdarahan massif
a. Urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
b. Tekanan darah,nadi,suhu tubuh dalam batas normal
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa
lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Kunci Jawaban
1. C
2. A
3. E
4. D
5. D
6. C
7. B
8. A
9. E
10. B
E. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Asuhan Keperawatan. Available
at:http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/02/asuhan keperawatan-
gawat-darurat-pada_26.html. Diakses pada 9 September 2014
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Doenges E. Marilynn, Moorhouse F. Mary, Geissler C. Alice. 1999. Rencana Asuhan
Keperawatan Edisi 3. EGC, Jakarta.
Huda Armin, Kusuma Hardhi. 2013. Aplikasi keperawatan berdasarkan diagnose medis dan
NANDA NIC-NOC. Edisi revisi jilid 2. Yogyakarta: Media
NANDA, 2005 – 2006 . Diagnosa Keperawatan : defenisi dan klasifikasi.Prima medika
Satria, Bayu. 2010. Asuhan Gawat Darurat pada Trauma
Mata:http://www.bayusatria.web.id/2010/11/asuhan-gawat-darurat-pada-mata-
trauma.html. Diakses pada 8 September 2014
Sutawijaya, Bagus Risang. 2009. Gawat darurat Panduan Kesehatan Wajib di Rumah
Anda. Yogyakarta : Aulia Publishing