Oleh :
Dina Nur Fajrin
Dhesty Andhianisa
Ersa Rizky
Raya Jati Arum
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG
2015
Kata Pengatar
Alhamdulillah, penulis mengucapkan puji dan syukur yang sebesarbesarnya kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah dan petunjuk-Nya yang
berlimpah sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah ini. Adapun
judul dari Makalah ini adalah tentang Asuhan Keperawatan Gangguan
Sistem Integument Urtikaria Dan Steven Jhonsen
Penyusunan Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk
melengkapi tugas Keperawatan Medikal Bedah III.
Dalam menyelesaikan makalah, penyusun mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak baik berupa saran, bimbingan dan dukungan moril dan
materil akhirnya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat
waktu.
Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu, penyusun mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga Makalah ini dapat
bermanfaat bagi penyusun sendiri dan semua pihak yang membacanya.
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengatar.......................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................. ii
BAB I...................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1
Latar belakang...........................................................................1
1.2
Rumusan Masalah......................................................................2
1.3
Tujuan........................................................................................ 2
BAB II..................................................................................................... 3
TINJAUAN TEORI..................................................................................... 3
2.1
Pengertian Urtikaria...................................................................3
A. Klasifikasi................................................................................... 3
B. Etiologi....................................................................................... 4
C. Patofisiologi................................................................................ 5
D. PATHWAY.................................................................................... 8
E. Manifestasi Klinis.......................................................................9
F.
Komplikasi.................................................................................. 9
G. Pemeriksaan diagnostik...........................................................10
H. Penatalaksanaan Medis............................................................11
2.2
A. Pengkajian................................................................................ 12
B. Diagnosa.................................................................................. 14
C. Intervensi................................................................................. 14
D.
Implementasi...............................................................................
....................21
E. Evaluasi.................................................................................... 21
2.3
A. Klasifikasi................................................................................. 22
B. Etiologi..................................................................................... 23
C. Manifestasi Klinis.....................................................................24
D. Patofisiologi.............................................................................. 25
D. Komplikasi................................................................................ 28
E. Pemeriksaan Penunjang...........................................................28
F.
Penatalaksanaan......................................................................29
2.4
ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................31
A. Pengkajian................................................................................ 31
B. Diagnosa Keperawatan............................................................33
C. Intervensi Keperawatan...........................................................33
D. Implementasi Keperawatan.....................................................37
E. Evaluasi Keperawatan..............................................................37
BAB III................................................................................................... 39
PENUTUP.............................................................................................. 39
A.
Kesimpulan.............................................................................. 39
B.
Saran....................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 40
BAB I
PENDAHULUAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.3 Tujuan
1. Memahami Pengkajian keperawatan.
2. Memahami Identifikasi/Analisa masalah (Diagnosa Keperawatan)
3. Memahami Intervensi keperawatan.
4. Memahami Implementasi keperawatan.
5. Memahami Evaluasi keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
Pengertian Urtikaria
Urtikaria adalah lesi sementara yang terdiri dari bentol sentral
yang dikelilingi oleh haloeritematosa.Lesi tersendiri adalah bulat,
lonjong, atau berfigurata, dan seringkali menimbulkan rasa
gatal. (Harrison, 2005)
Urtikaria, yang dikenal dengan hives, terdiri atas plak edematosa
(wheal) yang terkait dengan gatal yang hebat (pruritus).
Urtikaria terjadi akibat pelepasan histamine selama respons
peradangan terhadap alegi sehingga individu menjadi
tersensitisasi.Urtikaria kronis dapat menyertai penyakit sistemik
seperti hepatitis, kanker atau gangguan tiroid. (Elizabeth, 2007)
Urtikaria merupakan istilah klinis untuk suatu kelompok kelainan
yang ditandai dengan adanya pembentukan bilur-bilur
pembekakan kulit yang dapat hilang tanpa meninggalkan bekas
yang terlihat.Pada umumnya kita semua pernah merasakan
salah satu bentuk urtikaria akibat jath (atau didorong) hingga
gatal-gatal. Gambaran patologis yang utama adalah
A. Klasifikasi
Jenis urtikaria : (Mark,1996)
B. Etiologi
Etiologi Urtikaria. (Harrison, 2005) :
a.
b.
c.
d.
Dermatografisme
Urtikaria solaris
Urtikaria dingin
Penyakit sistemik
2. Urtikaria kolinergik
Penyebab terjadinya urtikari bisa karena: (Davey, 2005)
atau
tekanan
(dermografisme), panas
glikoprotein
yang
C. Patofisiologi
Patofisiologi urtikaria :
Urtikaria sering terjadi dan merupakan akibat dari
degranulasi sel mast (reaksi imunolpgis tipe 1) sebagai
respons terhadap antigen, dengan pelepasan histamin dan
D. PATHWAY
Faktor Imunologi :
Genetik
Jumlah antibody
IgE
Bahan 2 kimia
Paparan Fisik
Zat Kolinergik
Sel Mast
Terangsang
Pembengkakan pada
daerah yang
tertekan
Pelepasan Histamin
Cairan dan sel terutama
eosinofil keluar dariMerangsang ujung
Pembengkaka
pembuluh
darah
syaraf perifer
n kulit
lokal
Vasodilatasi
Gatal
Tekanan
terus
menerus /
goresan
Urtikaria
Peningkat
Nyeri
Edema
Lokal
Eritem
Pengumpulan
cairan
Transudasi Cairan
Digaruk berlebihan
Lesi
Sering Terbangun
Risiko Infeksi
E. Manifestasi Klinis
Bentuk klinis Urtikaria fisik : (Tony, 2005)
1. Dermografisme : bilur-bilur tampak sesudah adanya
bekas-bekas garukan. Hal ini bisa timbul tersendiri atau
bersama dengan bentuk-bentuk urtikaria yang lain.
2. Penekanan (timbulnya belakangan) : bilur-bilur timbul
dalam waktu sampai 24 jam sesudah terjadinya
penekanan.
3. Urtikaria kolinergik : yang diserang adalah laki-laki muda ;
kulit yang berkeringat disertai oleh adanya bilur-bilur kecil
berwarna putih dengan lingkaran berwarna merah pada
badan bagian atas.
F. Komplikasi
1.
2.
Infeksi sekunder
3.
Bibir kering
G. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan Diagnostis Urtikaria :
1. Uji
a. Urtikaria akut. Uji laboratorium pada umumnya tidak
diperlukan.
b. Urtikaria kronik. Jika penyebab agen fisik telah
disingkirkan, maka penggunaan pemeriksaan
laboratorium, radiografik, dan patologik berikut ini
dapat memberikan petunjuk untuk diagnosis
penyakit sistemik yang samar.
2. Uji rutin
a.
H. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan (Arvin, 1996)
Pada kebanyakan keadaan, urtikaria merupakan penyakit
yang sembuh sendiri yang memerlukan sedikit pengobatan
lainnya, selain dari antihistamin. Hidroksizin (Atarax) 0,5
ml/kg, merupakan salah satu antihistamin yang paling efektif
untuk mengendalikan urtikaria, tetapi difenhidramin
(Benadryl), 1,25 mg/kg, dan antihistamin lainnya juga efektif.
Jika perlu, dosis ini dapat diulangi pada interval 4-6 jam.
Epinefrin 1 : 1000, 0,01 ml/kg, maksimal 0,3 ml, biasanya
2.2
Identitas Pasien.
2.
3.
Riwayat Kesehatan.
a.
b.
c.
d.
Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang
berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang
berkepanjangan.
e.
Kepala :
Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi
alopesia.
Mulut :
Abdomen :
Adanya limfadenopati dan hepatomegali.
Ekstremitas :
Perubahan kuku dan kuku dapat lepas.
Kulit :
Kulit periorbital mengalami inflamasi dan
edema sehingga terjadi ekstropion pada
keadaan kronis dapat terjadi gangguan
pigmentasi. Adanya eritema, pengelupasan
kulit , sisik halus dan skuama.
B. Diagnosa
1.
2.
3.
4.
5.
6.
C. Intervensi
1. Dx
normal.
Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
(kalor,dolor, rubor, tumor, infusiolesa)
Intervensi
Rasional
a.
b.
b.
c.
c.
d.
d.
e.
f.
e.
f.
2. Dx
alergen
Memandirikan keluarga
Menghindari alergen yang dapat
meningkatkan urtikaria.
Intervensi
Rasional
a.
a.
b.
c.
b.
c.
d.
AC membantu menurunkan
paparan terhadap beberapa
alergen yang ada di
lingkungan.
PERAWATAN KULIT?
f.
3.. Dx
pruritus
Tujuan
Kriteria Hasil :
a.
b.
c.
Intervensi
Rasional
gatal
4. Dx
Tujuan
Kriteria Hasil :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Intervensi
a. Mengerjakan hal ritual menjelang
tidur.
Rasional
a. Udara yang kering membuat
kulit terasa gatal, lingkungan
yang nyaman meningkatkan
relaksasi.
b. Tindakan ini mencegah
kehilangan air, kulit yang
kering dan gatal biasanya
tidak dapat disembuhkan
tetapi bisa dikendalikan.
5. Dx
: Gangguan citra tubuh berhubungan dengan
penampakan kulit yang
tidak bagus.
Tujuan
klien tercapai
Kriteria Hasil :
i.
Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima
keadaan diri.
ii.
diri.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan
menekankan teknik untuk meningkatkan penampilan
Intervensi
a. Kaji adanya gangguan citra diri
(menghindari kontak
mata,ucapan merendahkan
diri sendiri).
c. Berikan kesempatan
pengungkapan perasaan.
Rasional
a. Gangguan citra diri akan
menyertai setiap
penyakit/keadaan yang tampak
nyata bagi klien, kesan orang
terhadap dirinya berpengaruh
terhadap konsep diri.
b. Terdapat hubungan antara
stadium perkembangan, citra diri
dan reaksi serta pemahaman klien
terhadap kondisi kulitnya.
c. Klien membutuhkan pengalaman
didengarkan dan dipahami.
d. Memberikan kesempatan pada
petugas untuk menetralkan
kecemasan yang tidak perlu
6. Dx
: Kurang pengetahuan tentang program terapi
berhubungan dengan inadekuat informasi
Tujuan
Kriteria Hasil :
a.
b.
c.
Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai
program.
d.
e.
Intervensi
Rasional
kambuh kembali.
e. penghentian dini
dapat mempengaruhi pertahanan
alami tubuh melawan infeksi.
f. keterbatasan aktivitas dapat
mengganggu kemampuan pasien
untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
D. Implementasi
Implementasi adalah serangkai kegiatan yang di lakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari status masalah
kesehatan yang di hadapi ke status kesehatan yang lebih
baik yang menggambarkan kreteria hasil yang di harapkan
( gordon, 1994, dalam potter dan perry, 1997)
E. Evaluasi
1. Tidak terjadinya infeksi
2. Tidak terjadinya kerusakan kulit klien
3. Klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal karena
berkurangnya pruritus dan ditandai dengan berkurangnya
lecet akibat garukan.
4. Tercapainya pola tidur/istirahat yang memuaskan
5. Menerima keadaan diri
6. Memahami tentang perawatan kulit dan terapi
pengobatan
2.3
B. Etiologi
Salisilat,
Mycoplasma pneumoniae,
penisilin,etambutol
sulfa,
tetrasiklin,
Makana
n
coklat
Lain-lain
Fisik
Udara
dingin,
sinar
matahari,
sinar X
Penyakit
kolagen,
keganasan,
kehamilan
aemolyticus, digitalis,
klorpromazin,
karbamazepin,
kinin,
analgetik
/antipiretik
(Dikutip dengan modifikasi dari SL Moschella dan HJ Hurley, 1985)
C. Manifestasi Klinis
Sindrom ini jarang dijumpai pada usia kurang dari 3 tahun. Keadaan
umumnya bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat
Kelainan Kulit
Kelainan kulit terdiri atas eritema, papul, vesikel, dan
bula.Vesikel dan bula kemudian memecah sehingga
terjadi erosi yang luas.Dapat juga disertai purpura.
Kelainan Mata
Kelainan mata yang sering ialah konjungtivitis,
perdarahan, simblefarop, ulkus kornea, iritis dan
iridosiklitis.
Terdapat 3 Derajat klasifikasi yang di ajukan ( NIC-NOC
2013 Amid,H)
D. Patofisiologi
D. Pathway
Alergi obat2an, infeksi mikroobiologime,neoplasma dan fakto endokrin,faktor fisik dan makanan
Kompleks imun
Penningkatan
permebilitas vasikule
inflamasi
Kelainan neutrofi reaksi radang, kelainan
Merangsang
kulit dan
nociseptor
eritema mengirimkan
impuls
Kerusakan
D. Komplikasi
Sindrom steven johnson sering menimbulkan komplikasi,antara lain
sebagai berikut:
1. Kehilangan cairan dan darah
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, Shock
3. Oftalmologi ulserasi kornea, uveitis anterior, panophthalmitis,
kebutaan
4. Gastroenterologi - Esophageal strictures
5. Genitourinaria nekrosis tubular ginjal, gagal ginjal, penile
scarring,stenosis vagina
6. Pulmonari pneumonia, bronchopneumonia
7. Kutaneus timbulnya jaringan parut dan kerusakan kulit
permanen,infeksi kulit sekunder
8. Infeksi sitemik, sepsis
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium : Biasanya dijumpai leukositosis atau
eosinofilia. Bila disangka penyebabnya infeksi dapat
dilakukan kultur darah.
2. Histopatologi : Kelainan berupa infiltrat sel mononuklear,
oedema dan ekstravasasi sel darah merah, degenerasi
lapisan basalis. Nekrosis sel epidermal dan spongiosis dan
edema intrasel di epidermis.
3. Imunologi : Dijumpai deposis IgM dan C3 di pembuluh
darah dermal superficial serta terdapat komplek imun
yang mengandung IgG, IgM, IgA.
4. Pemeriksaan darah lengkap (CBC) dapat menunjukkan
kadar sel darah putih yang normal atau leukositosis
nonspesifik. Penurunan tajam kadar sel darah putih dapat
mengindikasikan kemungkinan infeksi bakterial berat.
5. Determine renal function and evaluate urine for blood.
6. Pemeriksaan elektrolit
7. Kultur darah, urine, dan luka diindikasikan ketika infeksi
dicurigai terjadi.
8. Pemeriksaan bronchoscopy, esophagogastro
duodenoscopy (EGD), dan kolonoskopi dapat dilakukan
9. Chest radiography untuk mengindikasikan adanya
pneumonitis
F. Penatalaksanaan
Umum :
1.
2.
3.
4.
a. Kortikosteroid
Bila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukup
diobati dengan prednisone 30-40 mg sehari. Namun bila
keadaan umumnya buruk dan lesi menyeluruh harus diobati
secara tepat dan cepat. Kortikosteroid merupakan tindakan
file-saving dan digunakan deksametason intravena dengan
dosis permulaan 4-6 x 5 mg sehari. Umumnya masa kritis
diatasi dalam beberapa hari. Pasien steven-Johnson berat
harus segera dirawat dan diberikan deksametason 65 mg
intravena. Setelah masa krisis teratasi, keadaan umum
membaik, tidak timbul lesi baru, lesi lama mengalami
involusi, dosis diturunkan secara cepat, setiap hari diturunkan
5 mg. Setelah dosis mencapai 5 mg sehari, deksametason
intravena diganti dengan tablet kortikosteroid, misalnya
prednisone yang diberikan keesokan harinya dengan dosis 20
mg sehari, sehari kemudian diturunkan lagi menjadi 10 mg
kemudian obat tersebut dihentikan. Lama pengobatan kirakira 10 hari. Seminggu setelah pemberian kortikosteroid
dilakukan pemeriksaan elektrolit (K, Na dan Cl). Bila ada
gangguan harus diatasi, misalnya bila terjadi hipokalemia
diberikan KCL 3 x 500 mg/hari dan diet rendah garam bila
terjadi hipermatremia. Untuk mengatasi efek katabolik dari
kortikosteroid diberikan diet tinggi protein/anabolik seperti
nandrolok dekanoat dan nanadrolon. Fenilpropionat dosis 2550 mg untuk dewasa (dosis untuk anak tergantung berat
badan).
b. Antibiotik
Untuk
mencegah
terjadinya
infeksi
misalnya
antibiotic
yang
jarang
menyebabkan
alergi,
berspektrum luas
d. Topikal :
Terapi topical untuk lesi di mulut dapat berupa
kenalog in orabase.Untuk lesi di kulit yang erosif
dapat diberikan sufratulle atau krim sulfadiazine
perak.
2.4
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1) Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
pendidikan, pekerjaan, dll
2) Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama :
Gatal-gatal
2. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Kaji bagaimana kondisi klien saat dilakukan
pengkajian.Klien dengan Steven Johnson biasanya
mengeluhkan demam, malaise, kulit merah dan gatal,
Proses ini amat penting dan esensial karena proses ini merupakan satu
bagian yang paling vital dalam proses keperawatan.
Diagnosa keperawatan :
1) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi
dermal dan epidermal.
2) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kesulitan menelan.
3) Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan
inflamasi pada kulit
4) Gangguan persepsi sensori, kurang penglihatan
berhubungan dengan konjungtivitis.
5) Gangguan intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan fisik
C. Intervensi Keperawatan
1) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi
dermal dan epidermal
o
Tujuan
: Kulit dan jaringan kulit utuh dan
perawatan kulit efektif
Kriteria Hasil
yang utuh
Intervensi:
Tujuan
Intervensi
Tujuan
tingkat
Kriteria Hasil
Intervensi
c) Pantau TTV
Rasional: metode IV sering digunakan pada awal untuk
memaksimalkan efek obat
Tujuan
: Aktivitas sehari-hari terpenuhi dan
klien mampu melakukannya secara mandiri
Kriteria Hasil
: Klien melaporkan peningkatan
toleransi aktivitas
Intervensi
Tujuan
Kriteria Hasil
secara permanen
o
Intervensi
pengelihatan
Rasional: Meningkatkan self care dan mengurangi
ketergantungan.
D. Implementasi Keperawatan
Merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana
keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang
telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan
intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan
pasien.
Pelaksanaan keperawatan/implementasi harus sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan sebelumnya dan pelaksanaan ini disesuaikan
dengan masalah yang terjadi. Dalam pelaksanaan keperawatan ada 4
tindakan yang dilakukan yaitu :
a. Tindakan mandiri
b. Tindakan observasi
E. Evaluasi Keperawatan
1. Menunjukkan kulit dan jaringan kulit yang utuh
2. Menunjukkan berat badan stabil/peningkatan berat badan
3. Tingkat nyeri berkurang sampai pada tingkat
4. Kenyamanan yang dapat diterima pasien
5. Aktivitas sehari-hari terpenuhi dan klien mampu melakukannya
secara mandiri
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindrom Stephen Johnson adalah sindrom kelainan kulit berupa
eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura yang mengenai
kulit, selaput lendir di orifisium dan mata dengan keadaan
umum bervariasi dari baik sampai buruk (Mansjoer, A. 2000:
136).
SSJ dapat disebabkan infeksi virus: herpes simplex virus,
influenza, mumps, cat-scratch fever, histoplasmosis, EpsteinBarr virus, atau sejenis, reaksi alergi karena obat-obatan
(diclofenac, fluconazole, valdecoxib, sitagliptin, penicillins,
barbiturates, sulfonamides, phenytoin, azithromycin, modafinil,
lamotrigine, nevirapine, ibuprofen, ethosuximide,
carbamazepine, etambutol, tetracyclin, digitalis, kontraseptif,
makanan (coklat), fisik (udara dingin, sinar matahari, sinar X),
lain-lain penyakit colagen, keganasan (carcinomas and
lymphomas), atau faktor idiopathic (lebih dari 50%). SSJ juga
dilaporkan sebagai akibat pemakaian obat herbal yang tidak
umum yang mengandung ginseng. SSJ dapat juga disebabkan
pemakaian cocaine.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Setyono Joko.2001.Buku satu Keperawatan Medikal
Bedah.Jakarta;Salemba Medika.
Muttaqin Arif.2008.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Pernapasan.Jakarta;Salemba medika
Gede niluh yasmin asih.2003. Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:ECG
Doengoes,Marilyn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3.
Jakarta:EGC