Anda di halaman 1dari 3

BASIC PROMOTING PHYSIOLOGY OF HEALTH

ELIMINASI URIN

Pengertian
Eliminasi urin merupakan kebutuhan manusia untuk mengosongkan kandung kemih atau kebutuhan
untuk mengeluarkan urin.

Fisiologi eliminasi urin


Sistem eliminasi urin terdiri dari:
 Ginjal : terletak di kiri dan kanan vertebralis, belakang peritoneum, posterior
kavum abdominalis
Fungsi : mempertahankan komposisi dan volume cairan
 Ureter : untuk mengalirkan urin dari ginjal ke vesika urinaria. Ureter masuk
secara melingkar dalam lipatan membrane dan menutupi tempat
masuknya ureter. Hal ini untuk mencegah aliran urin dari kandung
kemih kembali ke ginjal.
 Vesika urinaria : terletak di daerah supra pubis. Timbul keinginan miksi bila
terkandung urin 250-450 ml. pengeluaran urin 1500 ml/hari
 Uretra : pada pria berfungsi sebagai sistem reproduksi dan ekskresi. Panjang
13,7-16,2 cm
Pada wanita berfungsi mengalirkan urin dari vesika urinaria dengan
panjang 3,7-6,2 cm.

Proses perkemihan: diatur oleh pusat syaraf otak dan korda spinalis. Prosesnya:
Stimulus (strect receptor) → otot detrusor kontraksi → spinkter interna relaksasi → urin masuk
uretra posterior → otot perineum dan spinkter eksterna relaksasi → miksi

Faktor yang mempengaruhi


 Tingkat perkembangan
Anak-anak masih sering mengompol karena sistem urinarinya masih belum bekerja
sempurna
 Makanan dan minuman
Minuman yang mengandung diuretic (missal: kopi) membuat sering BAK
 Gaya hidup
Kebiasaan merokok, alkoholisme, kebiasaan BAK di tempat bersih
 Psikologis
Stress, cemas menyebabkan sering BAK
 Aktivitas dan tonus otot
Orang yang senang beraktivitas sering BAK
 Kondisi patologis, seperti ISK, DM
 Medikasi : obat-obat tertentu
 Sosiokultural
 Kebiasaan tertentu

Gangguan pada sistem eliminasi urin


Gangguan produksi urin:
 Poliuri : urin lebih dari 2500 ml/hari. Penyebabnya minum berlebihan, minuman banyak
mengandung kafein, defisiensi ADH, CRF
 Oliguri : urin 100-500 ml/hari
 Anuria : urin <100 ml/hari
Tidak ada urin dapat disebabkan karena:
 Urin tidak disekresi ginjal (gagal ginjal)
 Urin direpresi yaitu urin tidak dikeluarkan

Gangguan eliminasi urin


 Nokturia : sering BAK pada malam hari
 Urgensi : keinginan BAK yang terus-menerus
 Disuria : BAK yang disertai nyeri
 Inkotinensia : BAK yang tidak terkontrol
 Retensi urin : urin tertahan di vesika urinaria
 Hesistensi : kesulitan untuk memulai BAK
 Anuresis : mengompol
 Piuria : terdapat pus didalam urin
 Hematuria : terdapat darah dalam urin

Gangguan-gangguan di atas disebabkan oleh :


 besarnya intake cairan
 kehamilan
 Infeksi
 Radang
 Iritasi VU, uretra, ureter
 Gangguan neuromuscular
 Disorientasi

Pengkajian
 Fungsi sistem perkemihan : pola BAK, kebiasaan, masalah lalu/sekarang
 Pengkajian fisik : palpasi daerah ginjal, VU, orificium uretra
 Pengkajian urin : warna (normal: kuning jernih), bau (khas: pesing), kejernihan, PH (4,7-
7,4) volume (1200-1500 ml/hr), BJ (1,003-1,025)

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1. nyeri akut b.d agen injuri fisik (pembedahan)
2. resiko infeksi b.d prosedur invasive (pembedahan)
3. kerusakan integritas kulit b.d faktor mekanis

Rencana keperawatan

No. NOC NIC Rasionalisasi


dx
1. Comfort level: Pain management:
 keadaan fisik  kaji nyeri dengan  Mengetahui tingkat
membaik metode sesuai nyeri
 keadaan psikologis dengan
membaik perkembangan
 mengekspresikan klien
perhatian pada  berikan analgetik  Mengurangi nyeri
lingkungan sekitar  kaji efek nyeri pada  Mengetahui
dan orang lain kualitas hidup pengaruh nyeri
 mengekspresikan (tidur, aktivitas, dll) terhadap kualitas
peningkatan tingkat hidup
kemandirian  Kontrol lingkungan  Mengurangi pemicu
(cahaya, suhu, nyeri
suara)
 Ajarkan tehnik non  Mengurangi
farmakologi penggunaan obat
untuk mengurangi
nyeri
 Libatkan keluarga  Support emosional
untuk klien
 Anjurkan cukup  Membantu
istirahat mengurangi nyeri
2. Wound healing: Infection protection:
 Granulasi  Monitor tanda  Deteksi dini infeksi
 Epitelisasi infeksi local dan
 Resolusi drainase sistemik
purulen  Inspeksi kulit dan  Deteksi infeksi
 Resolusi drainase membrane mukosa
serosa apakah ada
 Resolusi kemerahan, panas,
peningkatan suhu atau drainase
kulit  Inspeksi kondisi  Kontrol infeksi
 Resolusi eritema di luka insisi
kulit sekitar  Lakukan perawatan  Pencegahan infeksi
luka
 Pertahankan asepsis  Pencegahan infeksi
 Instruksikan  Mengatasi infeksi
penggunaan
antibiotik
3. Wound healing: Wound care:
 Kulit normal  Lakukan perawatan  Mengurangi resiko
 Resolusi dari tempat tusukan infeksi dan iritasi
eritema di kulit infuse kulit
sekitar  Lakukan perawatan  Mengurangi resiko
 Resolusi edema luka infeksi
dari sekitar luka  Lakukan pijatan di  Menstimulasi
 Resolusi dari area sekitar luka sirkulasi
keabnormalan kulit  Berikan salep pada  Mengatasi iritasi
di sekitar luka kulit kulit
 Ajarkan klien dan  Memandirikan
keluarga tentang pasien dan keluarga
perawatan luka dalam perawatan
luka

Anda mungkin juga menyukai