Anda di halaman 1dari 17

PERAWATAN

LUKA DASAR
BERBAGAI SUMBER
 Definisi
Luka adalah terputusnya kontinuitas jaringan karena cedera atau pembedahan. Luka bisa
diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan, dan lama penyembuhan
(Kartika. 2015). Selain itu, luka didefinisikan sebagai rusaknya kesatuan atau komponen jaringan,
yang secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang (Maryunani, 2015).

 Klasifikasi Luka
Luka dibedakan menjadi dua macam berdasarkan waktu penyembuhannya, yaitu luka akut dan luka
kronis.
1. Luka akut adalah luka yang baru dan penyembuhannya berlangsung kurang dari beberapa hari.
2. Luka kronis dapat didefinisikan sebagai luka yang karena beberapa alasan, proses
penyembuhannya terhambat. Luka kronis dapat berlangsung selama beberapa minggu atau berbulan
bulan, bahkan tahunan bergantung pada penanganan luka tersebut (Semer. 2013),
Luka dapat dibedakan berdasarkan kecenderungan dan derajat kontaminasi luka, yaitu luka bersih, luka bersih-
terkontaminasi, luka terkontaminasi, luka kotor atau terinfeksi
(Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011):

1. Luka bersih, merupakan luka yang tidak terinfeksi dengan proses inflamasi yang sangat minimal dan tidak
mengenai saluran napas, saluran cerna, saluran genitalia, dan saluran kemih. Luka bersih terutama terdapat pada
luka tertutup.

2. Luka bersih-terkontaminasi, merupakan luka bedah yang telah mengenai saluran napas, saluran cerna,
saluran genitalia, dan saluran kemih. Luka tersebut tidak memperlihatkan tanda infeksi.

3. Luka terkontaminasi, merupakan luka terbuka, baru, akibat kecelakaan, dan luka pembedahan yang tidak
dilakukan dengan teknik steril atau adanya sejumlah besar rembesan dari saluran cerna. Luka terkontaminasi
memperlihatkan terjadinya proses inflamasi.

4. Luka kotor atau terinfeksi, merupakan luka yang berisi jaringan mati dan luka yang memperlihatkan tanda-
tanda infeksi klinis, seperti drainase purulen.,llll;l
 Menurut Maryunani (2015), berdasarkan kedalaman dan luasnya, luka dibagi menjadi stadium I-IV
sebagai berikut.

1. Stadium I: Luka superfisial non-blanching erythema


Luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.

2. Stadium II: Luka partial thickness

Hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis atau bagian atas dari dermis, tetapi tidak melintasinya.
Tanda klinis luka stadium II antara lain abrasi, blister atau lubang yang dangkal, lembap, dan nyeri.
3. Stadium III: Luka full thickness

Hilangnya kulit keseluruhan, meliputi kerusakan epidermis, dermis, dan subkutan, tetapi belum melewatinya.
Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis, dan fasia, tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara
klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jarigan sekitarnya yang dapat meliputi
jaringan nekrotik atau infeksi.
4. Stadium IV: Luka full thickness Luka telah mencapai lapisan otot, tendon, dan tulang dengan adanya destruksi atau kerusakan yang luas.

Etiologi Luka
Beberapa etiologi luka menurut Maryunani (2015), di antaranya:
1. Luka memar (contusion wound): Terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak,
perdarahan, dan bengkak.
2. Luka abrasi babras atau lecet (abraded wound): Terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain, biasanya dengan benda yang tidak tajam.
Luka ini biasanya terjadi pada kulit dan tidak sampai jaringan subkutis.
3. Luka robek atau laserasi, biasanya terjadi akibat benda tajam atau benda.tumpul. Luka sering kali meliputi kerusakan jaringan yang berat,
sering menyebabkan perdarahan serius, dan berakibat syok hipovolemik.
4. Luka tusuk (punctured wound): Terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk ke dalam kulit dengan diameter kecil.
Walaupun perdarahan nyata sering kali sedikit, kerusakan jaringan internal dapat sangat luas. Luka dapat mempunyai risiko tinggi terhadap infeksi
sehubungan dengan adanya benda asing pada tubuh.
5. Luka tembak: Luka yang menembus organ tubuh, dan biasanya pada bagian awal, luka masuk
diameternya kecil, tetapi pada bagian ujung biasanya luka akan melebar. Luka ini biasa disebabkan oleh
peluru.
6. Luka gigitan: Luka yang disebabkan oleh gigitan binatang maupun gigitan manusia. Luka biasanya
kecil, tetapi dalam dan dapat menimbulkan komplikasi infeksi berat.
7. Luka avulsi, yaitu luka yang disebabkan oleh terkelupasnya sebagian jaringan bawah kulit, tetapi
sebagian masih terhubung dengan tubuh.
8. Luka hancur: Luka ini sulit digolongkan ke dalam salah satu jenis luka. Luka hancur sering kali
berujung pada amputasi.

Fisiologi Penyembuhan Luka


Penyembuhan luka secara umum akan melalui tiga fase, yaitu fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase
maturasi atau remodeling (Maryunani, 2015).
1. Fase inflamasi
Fase inflamasi hanya berlangsung selama 5-10 menit dan
setelah itu, terjadi vasodilatasi. Fase ini merupakan respons
vaskular dan selular yang terjadi akibat perlukaan yang
menyebabkan rusaknya jaringan lunak. Dalam fase ini,
perdarahan akan dihentikan dan area luka akan dibersihkan dari
benda asing, sel-sel mati, dan bakteri untuk mempersiapkan
proses penyembuhan.

Pada fase ini, pletelet berfungsi sebagai hemostasis, dan


leukosit serta makrofag yang mengambil fungsi fagositosis.
Tercapainya fase inflamasi dapat ditandai dengan adanya
eritema, hangat pada kulit, edema, dan rasa sakit yang
berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4.
2. Fase proliferasi atau epitelisasi
Fase ini merupakan lanjutan dari fase inflamasi. Dalam fase proliferasi, terjadi perbaikan dan
penyembuhan luka yang ditandai dengan proliferasi sel. Hal yang berperan penting dalam fase ini adalah
fibroblas yang bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan
digunakan selama proses rekonstruksi jaringan. Selama proses ini berlangsung, terjadi proses granulasi
yang ditandai dengan tertanamnya sejumlah sel dan pembuluh darah baru di dalam jaringan baru.
Selanjutnya, terjadi juga proses epitelisasi, dengan fibroblas yang mengeluarkan keratinocyte growth
factor (KGF) yang berperan dalam stimulasi mitosis sel epidermal.
3. Fase maturasi atau remodelling
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah terjadi luka dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan.

Dalam fase ini, terjadi penyempurnaan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang lebih
kuat dan bermutu. Sintesis kolagen yang telah dimulai pada fase proliferasi akan dilanjutkan pada fase
maturasi, kecuali pembentukan kolagen. Terjadi pula pemecahan kolagen oleh enzim kolagenase.
Penyembuhan dapat tercapai secara optimal, jika terjadi keseimbangan antara kolagen yang diproduksi dan
kolagen yang dipecahkan. Kelebihan kolagen pada fase ini dapat menyebabkan terjadinya penebalan jaringan
parut atau hypertrophic scar, sedangkan produksi kolagen yang terlalu sedikit dapat juga mengakibatkan
turunnya kekuatan jaringan parut sehingga luka akan selalu terbuka.
Jenis Luka Dasar
Berdasarkan Derajat Kontaminasi
1. Luka Bersih, luka yang dialami seorang klien/pasien tidak terdapat inflamasi dan infeksi , yang
merupakan luka sayat efektif dan steril di mana luka tersebut berpotensi untuk terinfeksi.
2. Luka Bersih terkontaminasi, luka yang dialami akibat dari luka pembedahan dimana saluran
pernapasan, saluran pencernaan , dan saluran perkemihan dalam kondisi terkontrol.
3. Luka Terkontaminasi , luka yang dialami yang berpontensi terinfeksi spillage saluran pernapasan ,
saluran pencernaan dan saluran kemih.
4. Luka Kotor, lukan yang mengandung jaringan mati dan luka dengan tanda infeksi seperti cairan
purulent*

*Purulen adalah jenis eksudat seluler berupa cairan patologis yang kaya neutrofil polimorfonuklear karena infeksi bakteri atau infeksi lebih berat.
Berdasarkan Sifat Kejadian
1. Luka disengaja , luka yang dialami yang disebabkan oleh radiasi atau pembedahan
2. Luka tidak disengaja , luka yang dialami disebabkan oleh trauma. Luka ini biasanya berupa
luka tertutup dan luka terbuka.
Berdasarkan Penyebab
3. Vulnus scissum, luka yang dialami berupa luka sayat akibat benda tajam, pinggir lukanya rapi
4. Vulnus Contusum, luka yang dialami berupa luka memar karena cedera pada jaringan bawah
kulit akibat benturan benda tumpul.
5. Vulnus Laceratum, luka yang dialami berupa luka robek akibat mesin atau benda lainnya yang
menyebabkan robeknya jaringan rusak dalam.
6. Vulnus Puncture, luka yang dialami berupa luka tusuk yang kecil di bagian luar tetapi besar di
bagian dalam ( di bagian mulut)
7. Vulnus Sclopetaru, luka yang dialami berupa luka tmebakan peluru.
6. Vulnus Morsum, luka yang dialami berupa luka gigitan yang tidak jelas bentuknya pada bagian luka.
7. Vulnus abrasior , luka yang dialami berupa luka terkikis yang terjadi pada luka dan tidak sampai ke
pembuluh darah.
Berdasarkakn Kategori luka
1. Luka accidental, luka yang dialami berupa luka cedera yang tidak disengaja , seperti kena pisau , luka
tembak, luka bakar , tepi luka bergerigi, berdarah , dan tidak steril.
2. Luka bedah , luka akibat terapi yang direncanakan , seperti insisi bedah needle introduction , tepi luka
bersih perdarahan terkontrol dan dikendalikan dengan asepsis bedah.
Berdasarkan integritas kulit
3. Luka terbuka, luka berupa kerusakan yang melibatkan kulit atau membran mukosa, kemungkinan
perdarahan disertai kerusakan jaringan , resiko infeksi.
4. Luka tertutup, luka yang tidak terjadi kerusakan pada integritas kulit, tetapi terdapat kerusakan jaringan
lunak , mungkin cedera internal dan perdarahan.
Berdasarkan kedalaman jaringan yang terlibat
1. Superficial , luka yang dialami hanya pada jaringan epidermis
2. Partial thickness , luka yang meluas sampai dalam dermis
3. Full thickness, luka pada lapisan yang paling dalam dari jaringan yang distruksi. Melibatkan jaringan subkutan dan
kadang –kadang meluas sampai ke fascia dan struktur yang di bawahnya seperti otot, tendon atau tulang.

Mekanisme Terjadinya Luka Dasar


4. Luka Insisi, luka yang terjadi karena teriris oleh instrumen tajam.
5. Luka memar, luka kibat benturan oleh suatu tekanan. Biasanya cedera pada jaringan lunak , pendarahan dan bengkak
6. Luka lecet, terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang tidak tajam
7. Luka Tusuk, luak akibat adanya benda , seperti peluru atau pisau yang masuk ke dalam kulit dengan diameter kecil
8. Luka gores, luka akibat benda yang tajam seperti kaca atau kawaatLuka
9. Luka tembus, luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil , tetapi pada
bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
10. Luka bakar, luka karena terbakar api atau cairan panas maupun sengatan listrik, bentuk luka tidak beraturan dengan
permukaan luka yang lebar dan warna kulit yang menghitam biasanya juga disertai oelh kerusakan epitel kulit dan
mukosa.
Warna Dasar Luka
a. Merah , luka yang biasanya ada 2 yaitu,
Merah tua : biasanya terang dan tampak lembab, yang merupakan luka bersih bergranulasi ,
vaskularisasi dan mudah berdarah
Warna dasar merah muda ataupun pucat : merupakan lapisan epitelisasi , sebagai fase akhir dari proses
penyembuhan.
b. Kuning
Kuning kecoklatan atu kehijauan atau kuning pucat : luka terinfeksi dan luka terkontaminasi.
c. Hitam
Hitam kecoklatan atau hitam kehijauan sebagai bentuk luka pada jaringan nekrosis dan merupakan
avaskularisasi.
Tujuan Perawatan Luka
a. Mencegah perdarahan
b. Menghambat atau membunuh mikroorganisme
c. Melindungi luka dari trauma mekanik
d. Mengimobilisasi luka
e. Mengabsorbsi drainase
f. Mencegah kontaminasi dari kotoran-kotoran tubuh (feces, urine)
g. Membantu hemostatis
h. Memberikan lingkungan fisiologis yang sesuai untuk penyembuhan luka
i. Meningkatkan kenyamanann fisik dan psikologis.
Masalah yang terjadi pada luka bedah

 Perdarahan
Perdarahan masalah ditandai dengan adanya perdarahan yang disertai perubahan tanda vital seperti adanya
peningkatan denyut nadi, kenaikan pernapasan, penurunan tekanan darah, melemahnya kondisi tubuh, kehausan,
serta keadaan kulit yang dingin dan lembap.
 Eviceration
Merupakan masalah pada luka berupa penonjolan organ tubuh bagian dalam ke arah luar melalui luka. Hal ini
dapat terjadi jika luka tidak segera menyatu dengan baik akibat proses penyembuhan yang lambat.
 Infeksi
Infeksi terjadi bila terdapat tanda-tanda seperti kulit kemerahan, demam atau panas, rasa nyeri dan timbul
bengkak, jaringan disekitar luka mengeras, serta adanya kenaikan leukosit.
 Dehiscene
Dehiscene merupakan pecahnya luka secara sebagian atau seluruhnya yang dapat dipengaruhi oleh factor, seperti
kegemukan, kekurangan nutrisi, terjadinya trauma, dan lain-lain. Sering ditandai dengan kenaikan suhu tubuh
(demam), dan rasa nyeri pada daerah luka.

Anda mungkin juga menyukai