Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

WOUND DEHISCENCE

Definisi
Dehiscencemerupakan komplikasibedahdi manatepilukatidak lagibertemu.Hal
inijuga dikenal sebagai"pemisahan luka." Asehat, penyembuhanlukaharusbaik-didekati,
yang berarti bahwatepimemenuhirapidandipegangbersama olehjahitan,
staplesataumetode lainpenutupan. Sebagaimenyembuhkansayatan, lukamengisi
dengan jaringanbaru, yang disebut"granulasi" atau"jaringan granulasi." Jaringan
baruinitidak sekuatkulit normal, seperti barudantidak memilikiwaktu untuk memperkuat
(Jennifer Whitlock, 27 Mei 2014)
Wound dehiscence adalah salahsatu komplikasi luka operasiyang terinfeksi.
Komplikasi lainpenyembuhan luka dipindah; yanglambat, morbiditas dan mortalitas
yangmeningkat, serta lama rawat yang berkepanjangan (Khan MA, 2009)

Etiologi
Lukadehiscencedapat disebabkan olehteknik bedahyang
buruksepertipenjahitanyang tidak benar, jahitanlebih-diperketat atau jenisyang tidak
pantasdarijahitan. Lukadehiscencejugadapat disebabkanoleh meningkatnyastreske
daerahlukasebagai akibatdarilatihan berat, angkat berat, batuk, tertawa, bersin,
muntahataubantalanturun terlalukeras dengangerakan usus. Dalam beberapa kasus,
dehiscencelukabisamenjadi sekunder untuklukainfeksi ataupenyembuhanyang
burukseperti yang terlihatpada pasien denganpenyakit kronis, kurang giziatau
sistemkekebalan tubuhyang lemah. Lukadehiscencesekunderdapatterjadi pada pasien
denganAIDS, penyakit ginjal, diabetesmellitusdan merekayang menjalani
kemoterapiatau radioterapi.

Tanda dan Gejala


Tanda dan gejaladehiscencelukayangjelas dan mudahuntuk mengidentifikasioleh
pasiendandapat ditemukansebagai salah satuatau lebihdarihal berikut:
Luka terbuka
Jahitanrusak(tanpa penyembuhan)
Nyeri di tempatluka
lukapendarahan
Nanah dan/ataudrainaseberbusapada lukayang terinfeksi
Patofisiologi
Kata lain dari dehiscence adalah kegagalan mekanikpenyembuhan luka insisi.
Insisi pada operasimenstimulasi proses penyembuhan yang melaluiempat fase
berbeda dan berkesinambungan yaituhemostasis, inflamasi, proliferasi, dan
maturasi.Selama hemostasis, trombosit beragregasi, zatpembeku darah mengala mi
aktivasi dan degranulasi.Bekuan darah didegradasi, pembuluh kapilermelebar, cairan
memasuki sisi luka, dan aktivasikaskade komplemen. Makrofag, sel yang lisis
danneutrofil merupakan sediaan sitokin dan faktorpertumbuhan yang esensial untuk
penyembuhanluka. Pada fase proliferasi terjadi pembentukanjaringan granulasi yang
dimulai pada hari ketigapasca operasi dan berakhir beberapa minggu.Terpenting pada
fase tersebut fibroblas bergerakke arah luka dan merespon sintesis kolagen.Fase
maturasi dimulai pada hari ketujuh pascaoperasi dilanjutkan deposisi jaringan kolagen
danremodeling untuk meningkatkan kekuatan reganganluka (Carter RF, et all, 2011;
Keswani SG,et all, 2005)

JENIS LUKA
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan
menunjukkan derajat luka.
1. Berdasarkan tingkat kontaminasi
a) Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak
terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan,
genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup;
jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup. Kemungkinan terjadinya infeksi luka
sekitar 1% 5%.
b) Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam
kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka
adalah 3% 11%.
c) Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka
akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau
kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi
nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% 17%.
d) Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya
mikroorganisme pada luka.
2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka
a. Stadium I : Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi
ada lapisan epidermis kulit.
b. Stadium II : Luka Partial Thickness : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan
epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya
tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
c. Stadium III : Luka Full Thickness : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi
kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah
tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada
lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul
secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak
jaringan sekitarnya.
d. Stadium IV : Luka Full Thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon
dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

Gambar 1. Tingkat Kedalaman Luka


3. Berdasarkan waktu penyembuhan luka
a) Luka akut: yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep
penyembuhan yang telah disepakati.

Gambar 2. Luka Akut


b) Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses
penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.

Gambar 3. Luka Kronis


MEKANISME TERJADINYA LUKA
a) Luka insisi (Incised Wound), terjadi karena teriris oleh instrument yang tajam.
Missal yang terjadi akibat pembedahan.
b) Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
c) Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain
yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
d) Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti pisau yang
masuk ke dalam kulit dengan diameter yang kecil.
e) Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh
kaca atau oleh kawat.
f) Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh
biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian
ujung biasanya lukanya akan melebar.
g) Luka bakar (Combustio), yaitu luka akibat terkena suhu panas seperti api,
matahari, listrik, maupun bahan kimia.

FASE PENYEMBUHAN LUKA


Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan
memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan
sel dan benda asing dan perkembangan awal seluler bagian dari proses
penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun
beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan.
Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas dari kotoran dengan menjaga
kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan jaringan.

Fase Inflamasi
Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira kira hari kelima..
pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan perdarahan dan tubuh
akan berusaha menghentikannya dengan vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh
yang putus (retraksi), dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit yang
keluar dari pembuluh darah saling melengket, dan bersama dengan jala fibrin yang
terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah. Sementara itu terjadi
reaksi inflamasi.
Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamine yang
meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan, penyebukan sel
radang, disertai vasodilatasi setempat yang menyebabkan udem dan pembengkakan.
Tanda dan gejala klinik reaksi radang menjadi jelas berupa warna kemerahan karena
kapiler melebar (rubor), suhu hangat (kalor), rasa nyeri (dolor), dan pembengkakan
(tumor).
Aktifitas seluler yang terjadi adalah pergerakan leukosit menembus dinding
pembuluh darah (diapedesis) menuju luka karena daya kemotaksis. Leukosit
mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu mencerna bakteri dan kotoran luka.
Limfosit dan monosit yang kemudian muncul ikut menghancurkan dan memakan
kotoran luka dan bakteri (fagositosis). Fase ini disebut juga fase lamban karena reaksi
pembentukan kolagen baru sedikit dan luka hanya dipertautkan oleh fibrin yang amat
lemah.

Gambar 4. Fase Inflamasi


Fase Proliferasi
Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol adalah
proses proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira
kira akhir minggu ketiga. Fibroblast berasal dari sel mesenkim yang belum
berdiferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida, asama aminoglisin, dan prolin yang
merupakan bahan dasar kolagen serat yang akan mempertautkan tepi luka.
Pada fase ini serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk penyesuaian diri
dengan tegangan pada luka yang cenderung mengerut. Sifat ini, bersama dengan sifat
kontraktil miofibroblast, menyebabkan tarikan pada tepi luka. Pada akhir fase ini
kekuatan regangan luka mencapai 25% jaringan normal. Nantinya, dalam proses
penyudahan kekuatan serat kolagen bertambah karena ikatan intramolekul dan antar
molekul.
Pada fase fibroplasia ini, luka dipenuhi sel radang, fibroblast, dan kolagen,
membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan yang berbenjol halus
yang disebut jaringan granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari
dasarnya dan berpindah mengisi permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi oleh sel
baru yang terbentuk dari proses mitosis. Proses migrasi hanya bisa terjadi ke arah
yang lebih rendah atau datar, sebab epitel tak dapat bermigrasi ke arah yang lebih
tinggi. Proses ini baru berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutup seluruh
permukaan luka. Dengan tertutupnya permukaan luka, proses fibroplasia dengan
pembentukan jaringan granulasi juga akan berhenti dan mulailah proses pematangan
dalam fase penyudahan.

Gambar 5. Fase Proliferasi


Fase Penyudahan (Remodelling)
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali
jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi, dan akhirnya
perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini dapat berlangsung berbulan
bulan dan dinyatakan berkahir kalau semua tanda radang sudah lenyap. Tubuh
berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena proses
penyembuhan. Udem dan sel radang diserap, sel muda menjadi matang, kapiler baru
menutup dan diserap kembali, kolagen yang berlebih diserap dan sisanya mengerut
sesuai dengan regangan yang ada. Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang
pucat, tipis, dan lemas serta mudah digerakkan dari dasar. Terlihat pengerutan
maksimal pada luka. Pada akhir fase ini, perupaan luka kulit mampu menahan
regangan kira kira 80% kemampuan kulit normal. Hal ini tercapai kira kira 3-6 bulan
setelah penyembuhan.

Gambar 6. Fase Remodelling


KLASIFIKASI PENYEMBUHAN
Penyembuhan luka kulit tanpa pertolongan dari luar, seperti yang telah
diterangkan tadi, berjalan secara alami. Luka akan terisi jaringan granulasi dan
kemudian ditutup jaringan epitel. Penyembuhan ini disebut penyembuhan sekunder
atau sanatio per secundam intentionem (Latin: sanatio = penyembuhan, per = melalui,
secundus = kedua, intendere = cara menuju kepada). Cara ini biasanya makan waktu
cukup lama dan meninggalkan parut yang kurang baik, terutama kalau lukanya
menganga lebar.
Jenis penyembuhan yang lain adalah penyembuhan primer atau sanatio per
primam intentionem, yang terjadi bila luka segera diusahakan bertaut, biasanya
dengan bantuan jahitan. Parutan yang terjadi biasanya lebih halus dan kecil.
Namun, penjahitan luka tidak dapat langsung dilakukan pada luka yang
terkontaminasi berat dan /atau tidak berbatas tegas. Luka yang compang-camping
atau luka tembak, misalnya, sering meninggalkan jaringan yang tidak dapat hidup yang
pada pemeriksaan pertama sukar dikenal. Keadaan ini diperkirakan akan
menyebabkan infeksi bila luka langsung dijahit. Luka yang demikian akan dibersihkan
dan dieksisi (debridement) dahulu dan kemudian dibiarkan selama 4-7 hari. Baru
selanjutnya dijahit dan dibiarkan sembuh secara primer. Cara ini umumnya disebut
penyembuhan primer tertunda.
Jika, setelah dilakukan debridement, luka langsung dijahit, dapat diharapkan
penyembuhan primer.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA


1. Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih
sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari
faktor pembekuan darah.
2. Nutrisi
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan
diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn.
Pasien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka
setelah pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka
dan penyembuhan lama karena supply darah jaringan adipose tidak adekuat.
3. Infeksi
Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.
4. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi
Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya sejumlah
besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah).
Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih
sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat
terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh
darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada
orang yang menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok.
Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya
ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
5. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap
diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang
besar, hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga
menghambat proses penyembuhan luka.
6. Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya
suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin,
jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang
kental yang disebut dengan nanah (pus).
7. Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada
bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari
balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya
obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
8. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah,
nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan
protein-kalori tubuh.
9. Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan
luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
10. Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik
mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat
seseorang rentan terhadap infeksi luka.
a. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap
cedera.
b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan
c. Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab
kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan
efektif akibat koagulasi intravaskular.

http://surgery.about.com/od/aftersurgery/ss/DehiscenceEvisc.htm
Khan MA. Dehiscence of laparatomy wounds in children.JPMI 2009;23:318-21.

Carter RF, Nwomeh B, dan Lanning DA, penyunting.Wound healing. Dalam: Pediatric
surgery textbook forAfrica and developing countries. Spectrum book,
Ibadan,Nigeria;2011.

Keswani SG, Crobleholme TM. Wound Healing: celluler andmolecular mechanisms.


Dalam: Oldham KT, Colombani PM,Foglia RP, Skinner MA, penyunting. Principles and
practiceof Pediatric Surgery, Lippincott Williams and Wilkins; 2005.h.223-38.

Anda mungkin juga menyukai