Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

EXCHANGE TRANSFUSION

DOSEN
Yulianingsih, M.Kep.,Sp.Mat

DISUSUN OLEH
Kelompok 2 :
Siti Nur Habibbah (12201003)
Suhaebatul Aslamiah (12201002)

UNIVERSITAS BOROBUDUR JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI KEPERAWATAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehinga kami dapat menyelesaikan
Makalah Maternitas tentang Exchange Transfusion. Makalah ini disusun guna
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak yang diampu oleh
Yulianingsih, M.Kep.,Sp.Mat.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun khususnya dari dosen mata
kuliah Keperawatan Anak sangat penyusun harapkan, guna menjadi acuan dalam
bekal pengalaman bagi penyusun untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa keperawatan yang
ingin menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang Exchange Transfusion, serta
memberikan inspirasi terhadap pembaca. Penyusun juga mengharapkan makalah
ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan ilmu pengetahuan kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering


ditemukan pada bayi baru lahir. Lebih dari 85% bayi cukup bulan yang kembali
dirawat dalam minggu pertama kehidupan disebabkan oleh keadaan ini.
Hiperbilirubinemia menyebabkan bayi terlihat berwarna kuning, keadaan ini
timbul akibat akumulasi pigmen bilirubin (4Z, 15 Z, bilirubin IX alpha) yang
berwarna ikterus pada sklera dan kulit.

Pada masa transisi setelah lahir, hepar belum berfungsi secara optimal
sehingga proses glukuronidasi bilirubin tidak terjadi secara maksimal. Keadaan
ini akan menyebabkan dominasi bilirubin tak terkonjugasi di dalam darah. Pada
kebanyakan bayi baru lahir, hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi merupakan
fenomena transisional yang normal, tetapi pada beberapa bayi terjadi
peningkatan bilirubin secara berlebihan sehingga bilirubin berpotensi menjadi
toksik dan dapat menyebabkan kematian dan bila bayi tersebut dapat bertahan
hidup pada jangka panjang akan menimbulkan sequele neurologis.

Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya kematian bayi yang diakibatkan
oleh hiperbilirubinemia yang non fisiologis, terdapat berbagai cara pengelolaan
bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia tersebut. Strategi tersebut diantaranya
: Pencegahan, penggunaan farmakologi, fototerapi, dan transfusi tukar
(exchange transfusion). Dimana transfusi tukar (exchange transfusion)
merupakan suatu rangkaian tindakan mengeluarkan darah pasien dan
memasukkan darah donor untuk mengurangi kadar serum bilirubin atau kadar
hematokrit yang tinggi atau mengurangi konsentrasi toksin-toksin dalam aliran
darah pasien.

Disamping manfaatnya, terdapat juga komplikasi dari transfusi tukar. Sehingga


dalam penatalaksanaannya seorang perawat harus berhati-hati dalam
membuat perencanaan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan untuk
mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui prosedur medis dari transfusi tukar (exchange
transfusion).
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui indikasi, kontra indikasi dilakukannya transfusi
tukar.
2. Untuk mengetahui persiapan-persiapan apa saja yang harus
dipersiapkan ketika akan melakukan transfusi tukar.
3. Untuk mengetahui perencanaan tindakan keperawatan sebelum dan
sesudah tindakan transfusi tukar
BAB II

ISI

2.1 Pengertian

Transfusi tukar adalah suatu rangkaian tindakan mengeluarkan darah


pasien dan memasukkan darah donor untuk mengurangi kadar serum bilirubin
atau kadar hematokrit yang tinggi atau mengurangi konsentrasi toksin-toksin
dalam aliran darah pasien.

2.2 Indikasi
1. Hiperbilirubinemia (indirect bilirubin) karena sebab apapun, jika kadar
bilirubin beresiko untuk menimbulkan gangguan di susunan saraf pusat
(kern ikterik). Transfusi tukar yang dilakukan adalah double volume
exchange selama 50-70 menit. Penurunan bilirubin semakin efisien jika
transfusi tukar dilakukan perlahan, sehingga ada kesempatan untuk
bilirubin ekstra dan intravaskuler mencapai keseimbangan.
2. Hemolytic Disease of The Newborn (HDN). Pada kelainan ini terjadi
pemecahan eritrosit bayi karena antibodi maternal, sehingga bayi akan
mengalami anemia dan hiperbilirubinemia sebagai hasil metabolisme heme.
Transfusi tukar akan membuang sel eritrosit bayi yang telah tersensitisasi
dengan antibodi maternal (antibody coated RBC), menurunkan kadar
bilirubin sekaligus melakukan koreksi terhadap anemia yang ditimbulkan
oleh HDN. Dilakukan transfusi tukar double volume, kalau perlu diulang,
jika terjadi pemecahan eritrosit yang cepat.
3. Sepsis Neonatal. Transfusi tukar akan membantu membuang bakteri,
toksin, produk pemecahan fibrin serta akumulasi asam laktat dari bayi dan
di saat bersamaan memberikan komplemen, faktor-faktor koagulasi dan
imunoglobulin dari darah yang baru.
4. Pembekuan Intravaskular Menyeluruh (PIM). Transfusi tukar membantu
peningkatan faktor-faktor koagulasi dan mengurangi penyebab KID,
walaupun ini masih merupakan kontroversi.
5. Asidosis serta Gangguan Cairan dan Elektrolit Berat, seperti hiperkalemia,
hipernatremia atau kelebihan cairan. Pada kasus seperti ini dilakukan
transfusi tukar parsial isovolumetrik
6. Pengaturan Kadar Hemoglobin. Pada polisitemia dilakukan transfusi tukar
parsial dengan garam fisiologis atau plasma untuk menurunkan kadar
hemoglobin, sedangkan pada anemia berat yang potensial menimbulkan
gagal janntung, seperti pada hydrops fetalis, dilakukan transfusi tukar
parsial dengan packed red cells (PRC).
2.3 Kontra Indikasi
Transfusi tukar merupakan kontra indikasi jika pemasangan line intravena
lebih berbahaya daripada manfaat transfusi tukar.
Kontra Indikasi tersebut adalah :

1. Kontra indikasi melalui arteri atau vena umbilikalis :


a. Gagal memasang akses arteri atau vena umbilikalis dengan tepat.
b. Omfalitis.
c. Omfalokel/Gastroskisis.
d. Necrotizing Enterocolitis.
2. Kontra indikasi melalui arteri atau vena perifer :
a. Gangguan perdarahan (Bleeding Diathesis).
b. Infeksi pada tempat tusukan.
c. Aliran pembuluh darah kolateral dari arteri ulnaris/ arteri Dorsalis Pedis
kurang baik.
d. Ketidakmampuan memasang akses arteri dan vena perifer.
Persiapan Alat
Adapun persiapan alat-alat yang akan digunakan dalam transfusi tukar yaitu :
1. Radiant warmer
2. Peralatan dan obat-obatan resusitasi
3. Alat monitor lengkap (pengukur denyut jantung, frekuensi nafas,suhu,
pulse oxymetri, dan tekanan darah)
4. Peralatan untuk pemasangan arteri dan vena umbilikal
5. Orogastric tube, dipasang ke bayi
6. Spuit 10 atau 20 cc
7. Kalsium glukonas
8. NaCl : Heparin 1 UI/cc
9. Tempat pembuangan darah (bisa dibuat dari botol infus) yang telah
dihubungkan dengan set infus makro.

Persiapan Lingkungan
1. Lingkungan sekitar bayi harus bersih, nyaman dan kering.
2. Suhu ruangan 360C-370C.
3. Monitor lengkap dengan pengukuran tekanan darah, nadi, respirasi, dan
suhu.
4. Pencahayaan yang cukup.
Persiapan Pasien

1) Bayi dipuasakan 3-4 jam sebelumnya dan selang lambung diaspirasi sebelum
transfusi tukar.

2) Bila mungkin 4 jam sebelum transfusi tukar bayi diberi infus albumin
1g/kgBB.

3) Awasi tanda vital, jika perlu berikan oksigen

4) Tubuh anak jangan sampai kedinginan

5) Bila tali pusat masih segar, potong dan sisakan 3-5 cm di atas dinding perut.

Bila telah kering, potong rata setinggi dinding perut. Salah satu ujung kateter
polietilen dihubungkan dengan semprit 3 cabang dan ujung yang satu lagi
dimasukkan ke vena umbilikalis dengan hati- hati sampai terasa tahanan lalu
tarik lagi sepanjang 1 cm. Dengan cara tersebut biasanya darah sudah keluar
sendiri. Ambilah 20 cc untuk pemeriksaan laboratorium yang diperlukan.

6) Periksa tekanan vena umbilikalis dengan mencabut kateter dari semprit dan
mengangkat ke atas. Tekanan ini biasanya positif ( darah akan naik setinggi 6
cm di atas dinding perut ). Bila ada gangguan pernapasan biasanya
terdapat tekanan negatif.

7) Keluarkan lagi sebanyak 20 ml, kemudian baru masukkan 20 ml darah donor


dan seterusnya. Measukkan dan mengeluarkan darah dilakukan dalam waktu
20 detik. Pada bayi prematuritas cukup dengan 10-15 ml. Jumlah darah yang
dikeluarkan adalah 190 ml/kg BB dan yang dimasukkan adalah 170 ml/kg BB.
Prosedur Tindakan
a. Teknik Transfusi Tukar
1. Simple double volume (push pull method), untuk keluar masuk darah hanya
diperlukan satu jalur transfusi (biasanya dari vena besar, seperti vena
umbilikal). Teknik ini digunakan untuk hiperbilirubinemia tanpa komplikasi
(seperti anemia, sepsis, dll). Waktu rata-rata per kali untuk keluar masuk
kira-kira 3-5 menit, sehingga total transfusi akan berlangsung selama 90-
120 menit.
2. Isovolumetric double volume. Pada teknik ini dilakukan pemasangan dua
jalur, bisa arteri dan vena (pada umbilikal ataupun perifer) ataupun vena
dan vena, dibutuhkan dua operator untuk memasukkan dan mengeluarkan
darah
vena, darah dimasukkan dari vena serta dikeluarkan melalui arteri.
Keuntungan dari metode ini adalah proses masuk dan keluar darah bisa
dilakukan pada waktu yang bersamaan sehingga gangguan hemodinamik
minimal, disamping itu waktu pelaksanaan transfusi tukar juga lebih
singkat (45-60 menit). Waktu pelaksanaan bisa diperpanjang sampai 4
jam untuk memungkinkan ekuilibrasi bilirubin di darah dan jaringan, hal ini
akan meningkatkan kadar bilirubin yang bisa dihilangkan. Pada kasus
hydrops fetalis berat, teknik ini merupakan pilihan karena fluktuasi volume
minimal, sehingga gangguan miokardium juga minimal.
3. Transfusi tukar parsial. Dilakukan transfusi dengan plasma atau PRC,
sesuai indikasi (polisitemia atau anemia berat).
Pelaksanaan
1. Jelaskan tentang prosedur dan minta informed consent kepada orangtua.
2. Puasakan bayi selama 3-4 jam sebelum transfusi tukar dimulai. Pasang OGT
untuk mengosongkan lambung dan alirkan (buka tutupnya) selama prosedur.
Tindakan ini berguna untuk dekompresi, mencegah regurgitasi serta aspirasi
cairan lambung.
3. Tidurkan bayi telentang dan tahan posisinya dengan baik (tahan dengan erat
tetapi tidak ketat, dengan bantuan bantal pasir ataupun plester ke tempat
tidur). Jangan lupa memasang urine collector.
4. Lakukan prosedur seperti untuk tindakan mayor, kemudian pasang cateter
vena umbilikal untuk teknik push and pull, serta arteri dan vena umbilikal untuk
teknik isovolumetrik.
5. Siapkan unit darah. Pastikan bahwa darah tersebut memang benar untuk
pasien, golongan darah cocok, dan temperatur cocok. Kalau masih dingin,
hangatkan ke suhu tubuh (tidak lebih dari 370C) jangan terlalu panas karena
bisa menyebabkan hemolisis.
6. Selanjutnya pasang darah ke set infus, pastikan threeway stopcock berada
pada posisi yang tepat sebelum memulai prosedur.
7. Mulailah prosedur transfusi tukar dengan perlahan, volume keluar masuk darah
disesuaikan dengan berat badan bayi, rata-rata 5 ml/kgbb. Volume per kali
(aliquots), minimal 5 cc dan maksimal 20 cc.
8. Selama prosedur berlangsung, operator harus berbicara dengan jelas tentang
volume darah yang keluar masuk (misalnya “sepuluh masuk”, “sepuluh keluar”),
sehingga asisten bisa mendengar dan mencatat dengan baik.
Cara Perhitungan Dosis
Jumlah darah yang dibutuhkan :

1. Double volume. Darah yang ditransfusi tukar sebanyak dua kali lipat volume
darah bayi. Bayi cukup bulan mempunyai volume darah 80 ml/kgbb,
sedangkan bayi prematur 95 ml/kgbb. Jumlah ini dikali dua, menjadi jumlah
darah yang harus ditransfusi tukar.

2. Transfusi tukar parsial. Pada polisitemia, dilakukan transfusi tukar dengan


NaCl 0,9% atau plasma, sedangkan pada anemia digunakan PRC.

Volume darah yang dibutuhkan pada polisitemia dihitung dengan rumus :

Volume darah transfusi (ml) = Perkiraan jumlah darah bayi (ml) x BB (kg) x (Ht
bayi-Ht target) Ht bayi

Sedangkan untuk anemia, dihitung dengan rumus :

Volume darah transfusi (ml) = Perkiraan jumlah darah bayi (ml) x BB (kg) x (Hb
target-Hbbayi) (Hb PRC – Hb bayi)

Diagnosa Keperawatan

1. Resiko kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan.

2. Resiko ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan perdarahan GI tract (stres ulcer).

3. Resiko infeksi berhubungan dengan proses transfusi.


Rencana Tindakan Keperawatan Sebelum dan Sesudah Tindakan
a. Rencana tindakan keperawatan sebelum tindakan transfusi tukar
adalah :
1 Berikan informed consent kepada orang tua untuk proses
pelaksanaan transfusi tukar.
2 Persiapkan bayi dalam keadaan yang memungkinkan dapat
berlangsungnya proses transfusi tukar.
3 Persiapkan lingkungan yang aman dan nyaman untuk bayi selama
berlangsungnya proses transfusi tukar.
4 Monitor hemodinamik sebelum dilakukannya transfuse tukar.
b. Rencana tindakan keperawatan sesudah transfusi tukar, yaitu :
1. Pertahankan suhu bayi agar selalu 36,5-37 0C dan observasi suhu
setiap 4-6 jam sekali
2. Periksa kadar bilirubin setiap 8 jam setelah pemberian terapi 24
jam
3. Awasi efek samping selama berlangsungnya transfusi tukar.
4. Pemeriksaan laboratorium
Pasien dipuasakan minimal 24 jam untuk memonitor bayi yang
mempunyai kemungkinan ileus sesudah TT
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Exchange Transfusion adalah penggantian sekitar 80% volume darah
dengan donor yang kompatibel. Penggunaannya mencakup penyakit
hemolitik berat pada bayi baru lahir yang disebabkan oleh inkompatibilitas
rhesus atau kadang-kadang inkompatibilitas ABO. Penggunaan
immunoglobulin anti-D yang rutin pada wanita hamil dengan resus negatif
telah mengurangi insidensi inkompatibilitas rhesus dan kebutuhan akan
exchange transfusion

Anda mungkin juga menyukai