Anda di halaman 1dari 28

Exchange Transfusion/​Transfusi Tukar

Mata Kuliah : Keperawatan Anak

Topik : Exchange Tranfusi atau tranfusi tukar

Sub topic :

1. Pengertian ​Exchange Transfusion​ atau tranfusi tukar.


2. Tujuan ​Exchange Transfusion​.
3. Kekurangan ​Exchange Transfusion.​
4. Indikasi ​Exchange Transfusion​.
5. Kontra Indikasi ​Exchange Transfusion​.
6. Teknik tranfusion tukar.
7. Teknik alternatif tranfusion tukar.

Waktu : ​150 menit


Dosen : ​Intan Rina Susilawati,SST,M.Keb

Obyektif perilaku siswa

Diakhir kegiatan belajar, peserta didik mampu menjelaskan tentang Exchange


tranfusion.

Sumber Pustaka

Alimul, A. Azis. Hidayat. 2008 Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta


Salemba Medika
Boxwel, Glenys, 2007, Neonatal Intensive Care Nursing. USA:
Routledge
Luccy, Tricia Gomella, MD, 2008. Neonatalogy: Management,
Procedures, On-Call Problems, Diseases, and Drugs. Edisi
V. New York: Medical Publishing Division.
Sholeh, M. Kosim, et all. 2009.Buku Ajar Neonatologi. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI.

Pendahuluan

Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering


ditemukan pada bayi baru lahir. Bebih dari 85% bayi cukup bulan yang kembali
dirawat dalam minggu pertama kehidupan disebabkan oleh keadaan ini.
Hiperbilirubinemia menyebabkan bayi terlihat berwarna kuning, keadaan ini timbul
akibat akumulasi pigmen bilirubin (4Z, 15 Z, bilirubinIX alpha) yang berwarna
ikterus pada sklera dan kulit.
Pada masa transisi setelah lahir, hepar belum berfungsi secara optimal sehingga
proses glukuronidasi bilirubin tidak terjadi secara maksimal. Keadaan ini akan
menyebabkan dominasi bilirubin tak terkonjugasi di dalam darah. Pada kebanyakan
bayi baru lahir, hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi merupakan fenomena
transisional yang normal, tetapi pada beberapa bayi terjadi peningkatan bilirubin
secara berlebihan sehingga bilirubin berpotensi menjadi toksik dan dapat
menyebabkan kematian dan bila bayi tersebut dapat bertahan hidup pada jangka
panjang akan menimbulkan sequele neurologis.
Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya kematian bayi yang diakibatkan
oleh hiperbilirubinemia yang non fisiologis, terdapat berbagai cara pengelolaan bayi
baru lahir dengan hiperbilirubinemia tersebut. Strategi tersebut diantaranya :
Pencegahan, penggunaan farmakologi, fototerapi, dan transfusi tukar (E​Exchange
Transfusion​). Dimana transfusi tukar (E​Exchange Transfusion)​ merupakan suatu
rangkaian tindakan mengeluarkan darah pasien dan memasukkan darah donor untuk
mengurangi kadar serum bilirubin atau kadar hematokrit yang tinggi atau mengurangi
konsentrasi toksin-toksin dalam aliran darah pasien.
Disamping manfaatnya, terdapat juga komplikasi dari transfusi tukar. Sehingga
dalam penatalaksanaannya seorang perawat harus berhati-hati dalam membuat
perencanaan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan untuk mencegah terjadinya
hal-hal yang tidak diinginkan.

Uraian Materi

A. Definisi

Exchange Transfusion (Transfusi Tukar) adalah suatu rangkaian tindakan


mengeluarkan darah pasien dan memasukkan darah donor untuk mengurangi kadar
serum bilirubin atau kadar hematokrit yang tinggi atau mengurangi konsentrasi
toksin-toksin dalam aliran darah pasien. ​Pada hiperbilirubinemia, transfusi tukar
dilakukan untuk menghindari terjadinya kern icterus.

Pada transfusi tukar, sejumlah darah bayi anda akan dikeluarkan dan digantikan
dengan darah segar (dari donor). Transfusi tukar merupakan cara tercepat untuk
menurunkan kadar bilirubin. Bayi anda mungkin harus melakukan beberapa kali
transfusi tukar, tergantung pada berapa kadar bilirubin yang masih tersisa di dalam
tubuh bayi.

Transfusi tukar ini telah lama digunakan untuk mengatasi kadar bilirubin yang
sangat tinggi pada bayi. Para dokter sependapat bahwa terapi ini cukup efektif,
walaupun tidak banyak penelitian yang dapat dilakukan karena faktor etika (untuk
penelitian ini, harus dilakukan suatu perbandingan antara bayi dengan kadar bilirubin
yang tinggi yang menerima terapi transfusi tukar dengan yang tidak menerima
transfusi tukar).

B. Tujuan

Tujuan dilakukan tranfusi tukar pada bayi merupakan pilihan lain untuk
mengatasi bayi kuning (ikterus neonatorum). Transfusi tukar hanya dilakukan bila:

1. Kadar bilirubin di dalam darah bayi sangat tinggi dan fototerapi tidak berhasil
menurunkan kadar bilirubin
2. Kadar bilirubin di dalam darah bayi meningkat dengan cepat sehingga harus
segera ditangani (diturunkan)
C. Kekurangan
Walaupun cukup efektif, transfusi tukar dapat menyebabkan beberapa efek
samping yang cukup berat, yaitu:
1. 1 dari 10 bayi yang menerima transfusi tukar dapat mengalami reaksi yang
buruk, misalnya perdarahan organ dalam
2. Sekitar 3-4 dari 1.000 bayi yang menerima transfusi tukar meninggal
Sebagian besar bayi yang mengalami reaksi buruk atau meninggal
memang telah berada dalam kondisi yang cukup buruk sebelum transfusi tukar
dilakukan. Sebuah penelitian lainnya yang mengamati bagaimana keadaan bayi
sehat setelah menerima transfusi tukar menemukan bahwa dari 106 bayi sehat
yang menerima transfusi tukar akibat kadar bilirubin yang sangat tinggi, tidak
satu pun bayi yang meninggal dan hanya satu bayi yang mengalami reaksi
buruk.
3. Darah dapat menjadi media penularan infeksi (seperti malaria, hepatitis B dan
C, HIV). Oleh karena itu lakukan skrining donor darah seketat mungkin. Untuk
memperkecil risiko, beri transfusi darah hanya jika sangat diperlukan.
Gunakan darah yang telah diskrining dan bebas dari penyakit yang dapat
ditularkan melalui transfusi darah. Jangan gunakan darah yang telah
kadaluwarsa atau telah berada di luar lemari es lebih dari 2 jam.
4. Transfusi darah secara cepat dan jumlah yang besar dengan laju >15
ml/kgBB/jam dengan darah yang disimpan pada suhu 4°C, dapat menyebabkan
hipotermi, terutama pada bayi kecil.
D. Indikasi transfusi tukar pada bayi
1. Hiperbilirubinemia (​indirect bilirubin)​ karena sebab apapun, jika kadar
bilirubin beresiko menimbulkan gangguan di susunan syaraf pusat (kern
ikterik). Transfusi tukar yang dilakukan adalah ​double volume exchange selama
50-70 menit. Penurunan bilirubin semakin efisien jika transfusi tukar dilakukan
perlahan, sehingga ada kesempatan untuk bilirubin ekstra dan intravaskuler
mengalami keseimbangan.
2. Hemolytic disease of the new born (HDN).​ Pada kelainan ini terjadi pemecahan
eritrosit bayi karena antibody maternal, sehingga bayi akan mengalami anemia
dan hiperbilirubinemia sebagai hasil metabolisme heme. Transfusi tukar akan
membuang sel eritrosit bayi yang telah tersensitisasi dengan antibody maternal
(antibody coated RBC)​, menurunkan kadar bilirubin sekaligus melakukan
koreksi terhadap anemia yang ditimbulkan oleh HDN. Dilakukan ​transfusi
tukar double volume, kalau perlu diulang, jika terjadi pemecahan eritrosit yang
cepat.
3. Sepsis neonatal. Transfusi tukar akan membantu membuang bakteri, toksin,
produk pemecahan fibrin serta akumulasi asam laktat dari bayi dan di saat
bersamaan memberikan komplemen, faktor-faktor koagulasi dan
immunoglobulin dari darah yang baru.
4. Pembekuan intravaskuler menyeluruh (PIM) karena berbagai sebab. Transfusi
tukar membantu peningkatan faktor-faktor koagulasi dan mengurangi penyakit
KID/DIC (Koagulasi Intravaskular Diseminata/​Disseminated Intravascular
Coagulation) ​yaitu kondisi terjadinya pembekuan darah pada pembuluh darah
kecil tubuh yang mengakibatkan dapat mengurangi/menghambat aliran darah
melalui pembuluh darah yang dapat merusak organ, walaupun ini masih
menjadi kontroversi.
5. Asidosis serta gangguan cairan dan elektrolit berat, seperti hiperkalemia,
hipernatremia atau kelebihan cairan. Pada kasus ini dilakukan transfusi tukar
parsial isovolumetrik.
6. Pengaturan kadar hemoglobin. Pada polisitemia dilakukan transfusi tukar
parsial dengan garam fisiologis atau plasma untuk menurunkan kadar
hemoglobin, sedangkan pada anemia berat yang potensial menimbulkan gagal
jantung, seperti pada hidrops fetalis, dilakukan transfusi tukar parsial dengan
packed red cells​ (PRC).

Jika setelah menjalani fototerapi tak ada perbaikan dan kadar bilirubin terus
meningkat hingga mencapai 20 mg/dl atau lebih, maka perlu dilakukan terapi
transfusi tukar. Dikhawatirkan kelebihan bilirubin dapat menimbulkan kerusakan sel
saraf otak (kern ikterus). Efek inilah yang harus diwaspadai karena anak bisa
mengalami beberapa gangguan perkembangan. Misalnya keterbelakangan mental,
cerebral palsy, gangguan motorik dan bicara, serta gangguan penglihatan dan
pendengaran. Untuk itu, darah bayi yang sudah teracuni akan dibuang dan ditukar
dengan darah lain.

Berbagai klinik menganut indikasi transfusi tukar yang berbeda-beda, tetapi


pada garis besarnya dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Semua keadaan dengan bilirubin indirek dalam serum lebih dari 20 mg%
dengan albumin kurang dari 3,5mg%, misalnya pada inkompatibilitas golongan
darah ( Rh, ABO, MNS ), sepsis, hepatitis, ikterus fisiologis yang berlebihan,
kelainan enzim (defisiensi G6PD, piruvat kinase, glukoronil transverase),
penyakit anemia hemolitik auto imun (pada anak besar)
2. Kenaikan kadar bilirubin indirek dalam serum yang sangat cepat pada hari-hari
pertama bayi baru lahir (0,3 – 1 mg%/jam)
3. Polisitemia ( hematokrit 68% pada bayi yang baru lahir): Biasanya terjadi pada
bayi yang sebelumnya telah terjadi malnutrisi atau mengalami hipoksia
intrauterin kronis, pada kembar identik dan pada bayi dengan ibu diabetes
4. Anemia sangat berat dangan gagal jantung pada pasien hydrops fetalis
5. Kadar Hb tali pusat lebih rendah dari 14 g% dengan uji coombs direk yang
positif
6. Semua kelainan yang membutuhkan komplemen, opsonin / gamma globulin
7. Pada prematuritas atau dismaturitas, indikasi tersebut harus lebih diperketat

Indikasi Transfusi Tukar pada penyakit hemolisis ( TT segera )


1. Kadar bilirubin tali pusat > 4,5 g/dl dan kadar Hb tali pusat < 11 g/dl

2. Kadar bilirubin meningkat > 1 mg/dl/jam meskipun sudah difototerapi

3. Kadar Hb antara 11-13 g/dl dan bilirubin meningkat > 0,5 g/dl/jam meskipun

sudah difototerapi
4. Kadar bilirubin = 20 g/dl atau tampaknya akan mencapai 20 dalam

peningkatannya
5. Ada anemia yang progresif meskipun sudah difototerapi.

E. Kontra indikasi
Transfusi tukar merupakan kontra indikasi Jika pemasangan line intravena
lebih berbahaya daripada manfaat transfusi tukar.Kontra Indikasi tersebut adalah :
1. Kontra indikasi melalui arteri atau vena umbilikalis :
a. Gagal memasang akses arteri atau vena umbilikalis dengan tepat.
b. Ompalitis.
c. Omfalokel/Gastroskisis.
d. Necrotizing Enterocolitis.
2. Kontra indikasi melalui arteri atau vena perifer :
a. Gangguan perdarahan (Bleeding Diathesis).
b. Infeksi pada tempat tusukan.
c. Aliran pembuluh darah kolateral dari arteri ulnaris/ arteri Dorsalis Pedis
kurang baik.
d. Ketidakmampuan memasang akses arteri dan vena perifer.
F. Teknik transfusi tukar
1. ​Simple double volume (push pull method)
Untuk keluar masuk darah hanya di perlukan satu jalur transfusi
(bisaanya dari vena besar, seperti vena umbilikal). Teknik ini dipergunakan
untuk hiperbilirubinemia tanpa komplikasi seperti anemia, sepsis dll. Waktu
rata-rata perkali untuk keluar masuk kira-kira 3-5 menit, sehingga total transfusi
akan berlangsung selama 90-120 menit.
2. Isovolumetric double volume.​
Pada teknik ini dilakukan pemasangan dua jalur, bisaanya arteri dan vena
(pada umbilical atau perifer) ataupun vena dan vena, dibutuhkan dua operator
untuk memasukkan dan mengeluarkan darah. Jika di pakai jalur arteri dan vena,
darah dimasukkan dari vena dan di keluarkan dari arteri. Keuntungan dari
metode ini adalah proses masuk dan keluar darah bisa dilakukan pada waktu
bersamaan sehingga gangguan hemodinamik minimal, di samping itu waktu
pelaksanaan transfusi tukar juga lebih singkat (45-60 menit). Waktu
pelaksanaan bisa diperpanjang sampai 4 jam untuk memungkinkan ekuilibrasi
bilirubin di darah dan jaringan, hal ini akan meningkatkan kadar bilirubin yang
bisa dihilangkan. Pada kasus hidrops fetalis berat, teknik ini merupakan pilihan,
karena fluktuasi volume minimal, sehingga gangguan miokardium juga
minimal.
2. Transfusi tukar parsial
3. Dilakukan dengan plasma atau PRC, sesuai indikasi (polisistemia atau anemia
berat).
G. Teknik teknik alternatif
1. Mengeluarkan melalui kateter A. Umbilikalis dan memasukkan melalui Arteri
perifer
2. Metode ” Push - Pull ” melalui kateter A. Umbilikalis
3. Metode ” Push – Pull ” melui kateter V. Umbilikalis. Bila tidak memungkinkan
memasukkan kateter ke dalam V.Umbilikalis, TT bisa dilakukan melalui vena
sentral pada fossa antecubiti atau ke dalam V.Femoralis melalui V. Saphenous.
Lokasinya 1 cm di bawah ligamentum inguinalis dan medial dari A.Femoralis
masukkan kateter sedalam 5 cm
4. Mengeluarkan melaui arteri perifer ( radialis/ tibialis posterior ) dengan
memakai 24 angiocath dan memasukkannya melalui vena perifer pada
ekstremitas sisi yang lain
5. Jangan menggunakan A. Brachialis dan A. Femoralis karena adanya resiko
kehilangan sirkulasi ke ekstremitas.
Membuat beberapa kolom pada selembar kertas untuk mencatat identitas
pasien waktu mulai dan setelah melakukan TT serta jumlah darah dan nomor
nomor frekuensi Aliquot darah yang dikeluarkan dan dimasukkan, serta waktu dan
kapan rencana diberikan larutan Ca glukonat dan heparin encer selama TT.
H. Alat-alat yang diperlukan​ :
1. Radiant warmer
2. Peralatan untuk bantuan pernapasan dan resusitasi serta obat-obatan resusitasi
3. peralatan monitor untuk denyut jantung, tekanan darah, kecepatan pernapasan,
suhu, PaO2, PaCo2, SaO2
4. Monitor EKG bila ada
5. Peralatan untuk pemasangan kateter arteri dan vena umbilikalis
6. Nampan ( sterille / disposeable ) untuk TT
7. Selang lambung 5F/6F untuk mengosongkan lambung sebelum memulai TT
8. Ca glukonat 10%
9. Heparin encer ( 5u/ml yaitu dengan mencampurkan 500 unit heparin ke dalam
100 cc Nacl 0,9% )
10. Spuit steril 20 ml, dua buah ( untuk mengeluarkan dan memasukkan darah
)
11. Three way stopcock yang steril dua buah
12. Sarung tangan steril 2 buah
13. Spuit 5 ml/10 ml dua buah untuk Ca glukonat 10% dan heparin encer
14. Kateter umbilikalis satu buah. Sediakan dua buah jika memakai teknik
isovolumetric 2 volume exchange, satu dimasukkan vena dan satu lagi untuk
arteri umbilikalis\
15. “Nierbekken” dua buah, serta botol plastic bekas infuse untuk menampung
darah yang dibuang
16. Infus set, dua buah
17. Darah harus dihangatkan dulu ke suhu 37°C. Penggunaan pemanas air
tidak dianjurkan sebab darah yang terlalu hangat menjadi hemolysis
18. Polisitemia, diperlukan Nacl 0,9% 500 cc / 5% albumin dalam 0,9% Nacl
sebagai pengganti cairan untuk mengobati hiperviskositas

I. Pelaksanaan Transfusi tukar


1. Jelaskan tentang prosedur dan minta informed consent kepada orang tua.
2. Puasakan bayi selama 3-4 jam sebelum transfusi tukar dimulai. Pasang OGT
untuk mengosongkan lambung dan alirkan (buka tutupnya) selama prosedur.
Tindakan ini berguna untuk dekompresi, mencegah regurgitas serta aspirasi
cairan lambung.
3. Tidurkan bayi terlentang dan tahan posisinya dengan baik (tahan dengan erat,
tetapi tidak ketat, dengan bantuan bantal pasir ataupun plester ke tempat tidur).
Jangan lupa pasang urine collector.
4. Lakukan prosedur seperti tindakan mayor (lihat prosedur pemasangan kateter
umbilikal), kemudian pasang kateter vena umbilikal untuk teknik push and pull,
serta arteri atau vena umbilikal untuk teknik isovolumetrik.
5. Siapkan unit darah. Pastikan bahwa darah tersebut memang benar untuk pasien,
golongan darah cocok, dan temperature cocok. Kalau masih dingin, hangatkan
ke suhu tubuh (tidak lebih dari 37o C), jangan terlalu panas karena bisa
menyebabkan hemolisis.
6. Selanjutnya pasang darah ke set infuse, pastikan posisi three way stopcock
berada pada posisi yang tepat sebelum memulai prosedur.
a. Untuk teknik pull-push, pasang set transfusi di jalur vena (umbilicus atau
vena besar lain) dengan bantuan four way stopcock. Kalau tidak ada bisa
diganti dengan 2 buah three way stopcock yang dipasang seri. Di outlet
stopcock tersebut, dipasang satu buah spuit 10 atau 20 cc, darah yang akan
ditransfusikan dan set infuse untuk darah kotor. Pasang set ​transfusi
sedemikian rupa sehingga stopcock akan berotasi searah jarum jam dengan
urutan
1) Tarik darah dari pasien
2) Buang ke tempat darah kotor
3) Ambil darah baru dan
4) Masukkan dengan perlahan. Jika vena umbilikal tidak bisa digunakan,
teknik pull-push boleh dilakukan di arteri umbilikal dengan syarat ujung
kateter berada di bagian bawah aorta (di bawah lumbal 3).
b. Untuk teknik isovolumetrik, jalur vena dipasang satu buah three way
stopcock yang dihubungkan dengan satu buah spuit 10 atau 20 cc dan darah
yang akan ditransfusikan, sedangkan di jalur arteri, three way stopcock
dihubungkan dengan satu buah spuit 10 atau20 cc dan set infuse untuk
tempat darah kotor.
c. Darah kotor. Jika jalur arteri tidak bisa ditemukan, alternative dari teknik ini
adalah dengan penggunaan dua vena. Vena besar untuk menarik darah,
sedangkan vena perifer untuk memasukkan darah. Bilas jalur penarikan
dengan NaCl-heparin 1UI/cc tiap 10-15 menit sekali untuk mencegah
bekuan.
7. Mulailah prosedur transfusi tukar dengan perlahan, volume keluar masuk darah
disesuaikan dengan berat badan bayi (lihat table), rata-rata 5 ml/kgBB. Volume
perkali (aliquots), minimal 5cc dan maksimal 20cc.
Berat badan Volume perkali (ml)
>3 kg 20
2-3 kg 15
1-2 kg 10
850 g – 1 kg 5
<850 g 1-3
8. Selama prosedur berlangsung, operator harus berbicara dengan jelas tentang
volume darah keluar masuk (misalnya: “darah masuk” atau “darah keluar”),
sehingga asisten bisa mendengar dan mencatat dengan baik.
Pemeriksaan Laboratorium
Sebelum dilakukan transfusi tukar, harus dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu :
• Darah tepi lengkap ( DTL ) dan hitung jenis
• Golongan darah ( ABO, Rhesus ) bayi dan donor
• Coombs test
• Bilirubin total Direk dan Indirek
• Elektrolit dan Gula Darah Sewaktu ( GDS )
• PT dan APTT
•  Albumin
Penentuan Golongan Darah dan Cross Match
Sebaiknya dipakai darah segar dari donor dengan golongan darah yang sesuai dengan
menggunakan antikoagulan citrate phosphate dextrose (CPD) bila tidak ada darah
segar, maksimal yang berumur < 72 jam. Untuk gangguan-gangguan yang
berhubungan dengan hidrops fetalis/ asfiksia fetal, sebaiknya menggunakan darah
segar atau maksimal yang berumur < 24 jam. Hematokrit darah donor yang
diinginkan sebaiknya minimal 45-50%
● Bayi-bayi dengan Rhesus inkompatibilitas: Darah harus golongan O, rhesus
negatif, dengan titer anti A dan anti B yang rendah. Harus di crossmatch
dengan darah ibu.
● Bayi-bayi ABO inkompatibilitas harus tipe O, rhesus yang sesuai dengan ibu
dan bayi atau rhesus negatif, dengan titer anti A dan anti B yang rendah.
Harus di cross match baik dengan darah ibu maupun darah bayi.
● Group inkompatibilitas darah lainnya
● Untuk penyakit-penyakit hemolitik lainnya, darah harus di crossmatch dengan
darah ibu untuk menghindari antigen-antigen yang mengganggu
● Hiperbilirubinemia, gangguan keseimbangan metabolik atau hemolisis tidak
disebabkan oleh gangguan isoimun. Darah harus di cross match terhadap
plasma dan eritrosit bayi.
Pelaksanaan Transfusi Tukar
Persiapan yang diperlukan

● Menentukan dan memesan jumlah darah donor yang diperlukan untuk TT.
Volume darah normal pada neonatus cukup bulan 80 ml/kg BB, sedangkan
pada BBLR / BBLSR bisa sampai 95 ml/kg BB
● Misalnya pada bayi dengan berat badan 3 kg, volume darah bayi tersebut 240
cc. Dua kali dari volume tersebut ditransfusi tukar pada prosedur 2 volume
TT. Maka jumlah darah yang diperlukan adalah 480 cc.
● Kompres kulit yang kering selama 30 menit dengan kasa yang dibasahkan
dengan Nacl o.9% supaya lebih lunak dan memudahkan mencari vena serta
memasukkan kateter
● Pada polisitemia dilakukan Partial exchange dengan menggunakan Nacl 0,9%
atau untuk anemia yang sangat berat dengan Packed Red Cells (PRC)

Formula untuk menentukan jumlah volume transfusi tukar pada polisitemia :


Perkiraan vol darah (ml)/ BB (kg) X (Ht pasien – Ht yang diinginkan)
Ht pasien

● Menentukan jumlah volume setiap aliquots (jumlah darah yang akan


dikeluarkan / dimasukkan kedalam semprit setiap kali sewaktu melalukukan
TT). Aliquots yang biasanya digunakan pada transfusi tukar pada neonatus
Sebaiknya tidak melebihi 5 ml/kg,

BB bayi Alquots (ml)


> 3 kg 10
2-3 kg 15
1-2 kg 10
850 gr – 1 kg 5
< 850 gr 1-3

● Memilih salah satu metode TT yang bisa dilakukan dengan beberapa cara
sebagai berikut :

1. Metoda yang paling disenagi adalah isovolumetric exchange yaitu


mengeluarkan dan memasukkan darah dilakukan bersamaan
2. Kateter A. Umbilikalis digunakan untuk mengeluarkan darah pasien dan
keteter V. Umbilikalis dipakai untuk memasukkan darah donor.

Teknik teknik alternatif


- Mengeluarkan melalui kateter A. Umbilikalis dan memasukkan melalui Arteri
perifer
- Metode ” Push - Pull ” melalui kateter A. Umbilikalis
- Metode ” Push – Pull ” melui kateter V. Umbilikalis. Bila tidak memungkinkan
memasukkan kateter ke dalam V.Umbilikalis, TT bisa dilakukan melalui vena sentral
pada fossa antecubiti atau ke dalam V.Femoralis melalui V. Saphenous. Lokasinya 1
cm di bawah ligamentum inguinalis dan medial dari A.Femoralis masukkan kateter
sedalam 5 cm
- Mengeluarkan melaui arteri perifer ( radialis/ tibialis posterior ) dengan memakai
24 angiocath dan memasukkannya melalui vena perifer pada ekstremitas sisi yang
lain
- Jangan menggunakan A. Brachialis dan A. Femoralis karena adanya resiko
kehilangan sirkulasi ke ekstremitas.

• Membuat beberapa kolom pada selembar kertas untuk mencatat identitas pasien
waktu mulai dan setelah melakukan TT serta jumlah darah dan nomor nomor
frekuensi Aliquot darah yang dikeluarkan dan dimasukkan, serta waktu dan kapan
rencana diberikan larutan Ca glukonat dan heparin encer selama TT

Cara melakukan transfusi tukar

● Bayi dipuasakan 3-4 jam sebelumnya dan selang lambung diaspirasi sebelum
TT
● Bila mungkin 4 jam sebelum TT bayi diberi infus albumin 1 g/kg BB
● Awasi tanda vital, jika perlu berikan oksigen
● Tubuh anak jangan sampai kedinginan
● Bila tali pusat masih segar, potong dan sisakan 3-5 cm di atas dinding perut.
Bila telah kering, potong rata setinggi dinding perut
● Salah satu ujung kateter polietilen dihubungkan dengan semprit 3 cabang dan
ujung yang satu lagi dimasukkan ke vena umbilikalis dengan hati-hati sampai
terasa tahanan lalu tarik lagi sepanjang 1 cm. Dengan cara tersebut biasanya
darah sudah keluar sendiri. Ambilah 20 cc untuk pemeriksaan laboratorium
yang diperlukan.
● Periksa tekanan vena umbilikalis dengan mencabut kateter dari semprit dan
mengangkat ke atas. Tekanan ini biasanya positif ( darah akan naik setinggi 6
cm di atas dinding perut ). Bila ada gangguan pernapasan biasanya terdapat
tekanan negatif.
● Keluarkan lagi sebanyak 20 ml, kemudian baru masukkan 20 ml darah donor
dan seterusnya. Measukkan dan mengeluarkan darah dilakukan dalam waktu
20 detik. Pada bayi prematuritas cukup dengan 10-15 ml. Jumlah darah yang
dikeluarkan adalah 190 ml/kg BB dan yang dimasukkan adalah 170 ml/kg
BB.
● Semprit harus sering dibilas dengan heparin encer ( 2 ml heparin @ 1000 U
dalam 250 ml Nacl fisiologis )
● Setelah 140-150 ml darah dimasukkan, kateter dibilas dengan 1 ml heparin
encer dan dimasukkan pula 1,5 ml glukonas kalsikus 10% dengan
perlahan-lahan, kemudian bilas lagi dengan 1 ml heparin encer. Bila bunyi
jantung bayi kurang dari 100/menit, waspada terjadinya henti jantung
● Jika tidak bisa pada vena umbilikalis maka bisa dipakai vena sefena, cabang
vena femoralis.

Prosedur Tambahan sesudah TT


• Pemeriksaan laboratorium
• Pasien dipuasakan minimal 24 jam untuk memonitor bayi yang mempunyai
kemungkinan ileus sesudah TT
• Fototerapi, untuk gangguan dengan kadar bilirubin yang tinggi

• Remedication
- Antibiotik dan antikonvulsan
- Antibiotik profilaksis : diberikan sesudah transfusi
Indikasi Transfusi Tukar Ulangan
• Setelah Transfusi tukar yang pertama selesai, kadar bilirubin masih juga
menunjukkan kecepatan kenaikan lebih dari 1 mg/dl/jam.
• Terdapat anemia hemolitik berat yang menetap
Apabila kadar awal bilirubin melebihi 25 mg/dl, mungkin biasanya kadar bilirubin
setelah transfusi tukar pertama akan masih tinggi dan perlu dilakukan transfusi
ulangan dalam 8-12 jam berikutnya.
Komplikasi
1. Infeksi: Bakteriemia, hepatitis, CMV, malaria, AIDS
2. Komplikasi vaskular: Bekuan atau emboli udara, spasme arteri pada ekstremitas
bawah, thrombosis
3. Koagulopati: Hasil dari thrombositopenia, turun sampai > 50% sesudah 2 volume
exchange transfusion
4. Gangguan elektrolit: Hiperkalemia dan hipokalsemia ​◊​ aritmia dan tetani
5. Hipoglikemia: Pada bayi dengan ibu DM dan erythroblastosis fetalis
6. Metabolik asidosis: Dari darah donor yang disimpan
7. Metabolik alkalosis: Terlambatnya pembersihan pengawet sitrat dari darah donor
oleh hati
8. Hemolisis
9. Perdarahan intrakranial
10. Hipovolemia
11. Necrotizing Enterocolitis
Kesimpulan
Pedoman pengelolaan ikterus menurut waktu timbulnya dan kadar bilirubin
Perhatian
1. Lakukan transfusi tukar dengan setting perawatan intensif. Pantau keadaan
umum bayi. Hentikan atau perlambat kecepatan transfusi tukar jika bayi
menjadi tidak stabil.
2. Sitrat di dalam darah transfusi tukar bisa mengikat kalsium, sehingga bisa
menurunkan kadar kalsium ion. Untuk mencegah hipokalsemia, kalsium
glukonas harus selalu tersedia. Beberapa kepustakaan menganjurkan pemberian
1cc kalsium glukonas/100cc darah, tetapi kepustakaan lain menganjurkan untuk
memeriksa kadar kalsium atau meliat adanya gejala hipokalsemia, seperti
pemanjangan interval QT pada monitor EKG, untuk pemberian kasium
glukonas.Bersihkan dulu jalur transfusi dengan NaCl-heparin 1UI/cc sebelum
pemberian kalsium glukonas.
3. Juka transfusi tukar dilakukan dengan teknik push-pull di vena umbilikal,
pastikan ujung caterer berada di vena cava inferior atau di atrium kanan, tidak
di sekitar vena porta. Gangguan aliran vena porta menyebabkan penurunan
sirkulasi usus (mesentrika) dan bisa menimbulkan enterokolitis nekrotikans.
4. Pada bayi yang tidak stabil, transfusi tukar harus dilakukan dengan sangat
perlahan. Peningkatan kadar oksigen (FiO2) sering diperlukan pada pasien
dengan ventilasi mekanik.
5. Gunakan darah segar untuk transfusi tukar. Darah yang sudah lama berpotensi
menimbulkan hiperkalemia karena lisis sel eritrosit.
6. Jika darah menjadi sulit untuk ditarik keluar/masuk, jangan dipaksa. Coba bilas
dengan 1-2cc NaCl : heparin 1UI/cc, jika tidak bisa, ganti stopcock dan seluruh
sambungannya. Literature lain menganjurkan untuk membilas kateter (terutama
kateter arteri) dengan heparin tiap 10-15 menit untuk mencegah bekuan.
7. Sebelum dan sesudah transfusi tukar, lakukan pemeriksaan darah perifer
lengkap dan kimia darah (kalsium, natrium, kalium, klorida, AGD dan kadar
glukosa)
8. Tetap lakukan fototerapi intensif sebelum dan sesudah transfusi tukar pada
kelainan dengan hiperbilirubinemia. Monitor kadar bilirubin serum setelah 2, 4,
dan 6 jam setelah transfusi, kemudian berkala tiap 6 jam. Rebound bisa terjadi
setelah 2-4 jam.
9. Obat-obat yang diberikan sebelum transfusi harus diulang pemberiannya,
kecuali digoksin. Digoksin tidak perlu diulang kecuali ada perburukan status
kardiak atau kadar digoksin serum terlalu rendah.
10. Pemberian antibiotik profilaksis bisa dipertimbangkan sebelum prosedur.
11. Periksa kadar glukosa darah selama prosedur berlangsung dan lanjutkan
pada menit ke 10, 30 dan 60 menit paska prosedur.
12. Tetap puasakan bayi selama minimal 4 jam (bisa lebih, tergantung kondisi
hemodinamik)
J. Selama transfusi
1. Jika tersedia, gunakan alat infus yang dapat mengatur laju transfusi
2. Periksa apakah darah mengalir pada laju yang tepat
3. Lihat tanda reaksi transfusi, terutama pada 15 menit pertama transfusi
4. Catat keadaan umum anak, suhu badan, denyut nadi dan frekuensi napas setiap
30 menit
5. Catat waktu permulaan dan akhir transfusi dan berbagai reaksi yang timbul.
K. Setelah transfusi
1. Nilai kembali anak. Jika diperlukan tambahan darah, jumlah yang sama harus
ditransfusikan dan dosis furosemid (jika diberikan) diulangi kembali.
Reaksi yang timbul setelah transfusi
Jika timbul reaksi karena transfusi, pertama periksa label kemasan darah
dan identitas pasien. Jika terdapat perbedaan, hentikan transfusi segera dan
hubungi bank darah.
a. Reaksi ringan​ (karena hipersensitivitas ringan)
Tanda dan gejala​:
Ruam kulit yang gatal
Tatalaksana​:
1) Lambatkan transfusi
2) Beri klorfenamin 0.1 mg/kgBB IM, jika tersedia
3) Teruskan transfusi dengan kecepatan normal jika tidak terjadi perburukan
gejala setelah 30 menit
4) Jika gejala menetap, tangani sebagai reaksi hipersensitivitas sedang (lihat
bawah).
b. Reaksi sedang-berat ​(karena hipersensitivitas yang sedang, reaksi
non-hemolitik, pirogen atau kontaminasi bakteri)
Tanda dan gejala​:
1) Urtikaria berat
2) Kulit kemerahan (​flushing​)
3) Demam > 38°C (demam mungkin sudah timbul sebelum transfusi
diberikan)
4) Menggigil
5) Gelisah
6) Peningkatan detak jantung.
Tatalaksana​:
1) Stop transfusi, tetapi biarkan jalur infus dengan memberikan garam
normal
2) Beri hidrokortison 200 mg IV, atau klorfenamin 0.25 mg/kgBB IM, jika
tersedia
3) Beri bronkodilator, jika terdapat wheezing (lihat halaman 100-102)
4) Kirim ke bank darah: perlengkapan bekas transfusi darah, sampel darah
dari
5) Tempat tusukan lain dan sampel urin yang terkumpul dalam waktu 24
jam
6) Jika terjadi perbaikan, mulai kembali transfusi secara perlahan dengan
darah baru dan amati dengan seksama
7) Jika tidak terjadi perbaikan dalam waktu 15 menit, tangani sebagai reaksi
yang mengancam jiwa (lihat bagian bawah) dan laporkan ke dokter jaga
dan bank darah.
c. Reaksi yang mengancam jiwa (karena hemolisis, kontaminasi bakteri dan
syok septik, kelebihan cairan atau anafilaksis)
Tanda dan gejala​:
1) Demam > 380 C (demam mungkin sudah timbul sebelum transfusi
diberikan)
2) Menggigil
3) Gelisah
4) Peningkatan detak jantung
5) Napas cepat
6) Urin yang berwarna hitam/gelap (hemoglobinuria)
7) Perdarahan yang tidak jelas penyebabnya
8) Bingung
9) Gangguan kesadaran.
Catatan: pada anak yang tidak sadar, perdarahan yang tidak terkontrol
atau syok mungkin merupakan tanda satu-satunya reaksi yang mengancan
jiwa.
Tatalaksana
1) Stop transfusi, tetapi biarkan jalur infus dengan memberikan garam
normal
2) Jaga jalan napas anak dan beri oksigen
3) Beri epinefrin 0.01 mg/kgBB (setara dengan 0.1 ml dari 1 dalam larutan
10 000)
4) Tangani syok
5) Beri hidrokortison 200 mg IV, atau klorfeniramin 0.25 mg/kgBB IM, jika
tersedia
6) Beri bronkodilator jika terjadi ​wheezing
7) Lapor kepada dokter jaga dan laboratorium sesegera mungkin
8) Jaga aliran darah ke ginjal dengan memberikan furosemid 1 mg/kgBB IV
9) Beri antibiotik untuk septisemi
L. Prosedur Tambahan sesudah TT
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pasien dipuasakan minimal 24 jam untuk memonitor bayi yang mempunyai
kemungkinan ileus sesudah TT
3. Fototerapi, untuk gangguan dengan kadar bilirubin yang tinggi
Remedication
1. Antibiotik dan antikonvulsan
2. Antibiotik profilaksis : diberikan sesudah ​transfuse
Kesimpulan

Pada transfusi tukar, sejumlah darah bayi anda akan dikeluarkan dan digantikan
dengan darah segar (dari donor). Transfusi tukar merupakan cara tercepat untuk
menurunkan kadar bilirubin. Bayi anda mungkin harus melakukan beberapa kali
transfusi tukar, tergantung pada berapa kadar bilirubin yang masih tersisa di dalam
tubuh anda.

Transfusi tukar ini telah lama digunakan untuk mengatasi kadar bilirubin yang
sangat tinggi pada bayi. Para dokter sependapat bahwa terapi ini cukup efektif,
walaupun tidak banyak penelitian yang dapat dilakukan karena faktor etika (untuk
penelitian ini, harus dilakukan suatu perbandingan antara bayi dengan kadar bilirubin
yang tinggi yang menerima terapi transfusi tukar dengan yang tidak menerima
transfusi tukar).

Anda mungkin juga menyukai