Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN HIPERBILIRUBIN


Di Ruang Perinatologi RSUD dr.Drajat Prawiranagara

Di Susun Oleh:
Siti Syukroh
5022031107

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS FALETEHAN
SERANG BANTEN
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP TEORITIS HIPERBILIRUBINEMIA/ICTERUS

A. PENGERTIAN :
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah melebihi batas
atasnilai normal bilirubin serum. Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi
bilirubin dalam darah berlebihansehingga menimbulkan joundice pada neonatus (Dorothy R.
Marlon, 1998) Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah
yangmencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis pada neonatus
ditandai joudince pada sclera mata, kulit, membrane mukosa dan cairan tubuh (Adi Smith, G,
1988). Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia)
yangdisebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus. (Suzanne C.
Smeltzer,2002). Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek
pathologis.(Markum, 1991:314)

Etiologi
Hiperbilirubinemia dapat
disebabkan oleh
bermacam-macam
keadaan.
Penyebab yang sering
ditemukan disini adalah
hemolisis yang timbul
akibat
inkopatibilitas golongan
darah ABO atau defisiensi
enzim G6PD. Hemolisis ini
dapat pula timbul karna
adanya perdarahan tertutup
(hematoma cepal,
perdarahan
subaponeurotik) atau
inkompatibilitas golongan
darah Rh. Infeksi juga
memegang
peranan penting dalam
terjadinya
hiperbilirubinemia;
keadaaan ini terutama
terjadi
pada penderita sepsis dan
gastroenteritis. Faktor lain
yaitu hipoksia atau asfiksia,
dehidrasi dan asiosis,
hipoglikemia, dan
polisitemia (Atikah & Jaya,
2016)

B. INSIDENTIL :
1. Biasa ditemukan pada bayi baru lahir  minggu I
2. Kejadian ikterus  60 % bayi cukup bulan & 80 %  kurang bulan
Perhatian utama  ikterus pada 24 jam pertama & bila kadar bilirubin  >
5mg/dl dalam 24 jam.
3. Keadaan yang menunjukkan ikterus patologik :
- Proses hemolisis darah
- Infeksi berat
- Ikterus > 1 mgg serta bilirubin diketiak > 1 mgg / dl.

C. ETIOLOGI :
1. Hemolisis akibat inkompatibilitas golongan darah A,B,O atau defisiensi enzim
G6PD.
2. Perdarahan tertutup.
3. Inkompatibilitas golongan darah Rh.
4. Infeksi  utama terjadi pada penderita sepsis & gastroenteritis.
5. Hipoksia / anoksia.
6. Dehidrasi.
7. Asidosis.
8. Polisitemia.
9. Physiologik ( perkembangan ) / faktor prematur
10. Menyusui / ASI.
11. Kelebihan produksi bilirubin (seperti penyakit hemolytik, kerusakan
biochemikal).
12. Gangguan kapasitas sekresi konyungasi bilirubin dalam hati (seperti : defisiensi
Enzyme, Obisitas, duktus empedu).
13. Beberapa penyakit (seperti : hypotiroidism, galaktosemia, diabetes ibu / bayi).
14. Faktor genetik.
D. PATHOFISIOLOGI :

Destruksi Sel Darah Merah

Protein plasma Bilirubin Hemoglobin

Akumulasi Globin Heme


Kejaringan

Joundice Iron - Unkonyugasi bilirubin


- Glukoronic acid
Konyugasi dari hati  enzim glucoronil transferase
Konyugasi bilirubin
Glukoronicle

Empedu

Ekskresi Penyuatuan bilirubin, urobilinogen & sterkobilin

Bilirubin Urobilinogen
menurun menurun Ekresi (warna) pada feses
dalam feses dalam urine dan urine.

E. PENATALAKSANAAN
Tujuan Utama : Mengendalikan kadar billirubin serum tidak mencapai nilai 
kernikterus/ensefalopati biliaris.
Dengan cara merangsang terbentuk glukoronil transferase  pemberian obat luminal.

Untuk menghambat metabolisme billirubin:


- Pemberian substrat.
- Pemberian kolesteramin (mengurangi sirkulasi enterohepatik).
F. ASUHAN KEPERAWATAN.
PENGKAJIAN
 Observasi tanda-tanda joundice secara teratur.
 Joundice dipastikan dengan observasi warna kulit bayi head to toe, warna sklera
dan membran mukosa.
 Tekanan langsung pada kulit  terutama pada tulang yang menonjol seperti pada
tulang hidung/sternum.
 Untuk kulit bayi yang hitam  warna sklera, konjungtiva dan mukosa oral.
 Observasi sebaiknya dilakukan pada siang hari  warna natural.

KULIT
TANDA-TANDA JOUNDICE TAMPAK SEBELUM USIA BAYI:
 Ukuran billirubin transcutaneus  untuk screening dan mendeteksi joundice pada
neonatus secara lengkap.
 Phototerapi dapat mengurangi joundice.
 Sampel darah (lab).
 Riwayat kesehatan masa lampau dari orang tua/saudara kandung bayi
(hyperbillirubinemia).
 Adat istiadat dari orang tua/keluarga.
 Karakteristik dari bayi seperti: BB yang berlebihan dan usia gestasi.
 Pemberian dan frekuensi minum.

TUJUAN PRINSIP DARI TINDAKAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN


HYPERBILLIRUBINEMIA DAN KELUARGA:
 Bayi akan mendapatkan terapi yang tepat untuk menurunkan serum billirubin.
 Bayi akan mengalami terapi yang tidak menimbulkan komplikasi.
 Keluarga akan mendapatkan support emotional.
 Keluarga dapat melakukan phototerapi di rumah (jika diperbolehkan).
TERAPI SINAR
 Teori Terbaru  Terapi sinar
Isomerisasi Billirubin :
- mengubah senyawa 4Z, 15Z-billirubin  senyawa bentuk 4Z, 15E Billirubin
(merupakan bentuk isomer)  mudah larut dalam plasma, mudah diekskresi
oleh hati  empedu. Cairan empedi  usus  peristaltik usus meningkat 
billirubin keluar.
 Terapi sinar tidak efektif bila terjadi gangguan peristaltik, seperti : obstruklsi
usus/bayi dengan enteritis.
 Terapi sinar dilakukan pada bayi dengan kadar billirubin indirek > 10 mg/dl dan
bayi denga proses hemolisis  ditandai dengan ikterus pada hari I.
 Terapi sinar dilakukan sebelum dan sesudah transfusi tukar.
 Terapi sinar terdiri dari 10 buah lampu neon, paralel. Dipasang dalam kotak yang
berventilasi, energi cahaya yang optimal (350-470 nanometer), dengan jarak  50
cm. Dibagian bawah kotak lampu dipasang fleksiglas biru (untuk menahan sinar
ultraviolet yang tidak bermanfaat untuk penyinaran).
 Saat penyinaran  usahakan bagian tubuh terpapar seluas-luasnya, posisi bayi
diubah setiap 1 – 2 jam (menyeluruh).
 Kedua mata dan gonad bayi ditutup dengan bahan yang dapat memantulkan
cahaya.
 Kadar billirubin dan Hb bayi dipantau secara berkala.
 Dihentikan bila kadar billirubin < 10 mg/dl.
 Lamanya penyinaran biasa/tidak > 100 jam.
 Penghentian/peninjauan kembali dilakukan bila ditemukan efek samping :
 Enteritis.
 Hypertermi.
 Dehidrasi.
 Kelainan kulit (ruam).
 Gangguan minum.
 Letargi.
 Iritabilitas.
TRANSFUSI TUKAR
TUJUAN
 Menghindari terjadinya ensefalopati biliaris  billirubin indirek  sawar darah
otak.
 Mengganti eritrosit yang telah terhemolisis.
 Membuang antibodi yang menimbulkan hemolisis.

DILAKUKAN BILA:
 Kadar billirubin indirek > 20 mg/dl.
 Kadar billirubin tali pusat > 4 mg/dl.
 Kadar Hb < 10 g/dl.
 Bila terjadi peningkatan billirubin yang cepat 1 mg/dl tiap jam.
 Transfusi darah dipertimbangkan bila pada bayi menderita :
 Asfiksia.
 Sindrom gawat nafas.
 Asidosis metabolik.
 Kelainan SSP.
 BB < 1500 gram.

Billirubin mudah melalui sawar darah otak

 Bila billirubin disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah Rh 


menggunakan golongan darah O Rh (-).
 Pada inkompatabilitas golongan darah ABO darah yang dipakai golongan darah
“O” Rh (+).
 Jika tidak berkaitan dengan proses aloimunisasi  golongan darah sama dengan
bayi.
 Jika tidak memungkinkan golongan darah “O” yang kompatibel dengan serum
ibu.
 Jika tidak ada, golongan darah ‘O’ dengan titer A atau anti B < 1/256.
 Jumlah darah yang dipakai antara 140 – 180 ml/kg BB.
 Transfusi sebaknya melalui pembuluh darah umbilikus.
 Alat-alat yang dipersiapkan:
o Kateter tali pusat.
o Larutan NaCl – Heparin (4000 U Heparin dalam 500 ml cairan NaCl) 
untuk mencegah terjadinya infeksi dan timbulnya bekuan darah.
o Kran 3 cabang dan jarum.
PENATALAKSANAANNYA
 Terlebih dahulu mengambil 10 – 20 ml darah bayi  dikirim ke Lab untuk
pemeriksaan serologik, biakan, G6PD dan Billirubin.
 Transfusi dilakukan dengan menyuntikkan darah secara perlahan sejumlah darah
yang dikeluarkan.
 Dilakukan bergantian  pengeluaran dan penyuntikkan sebanyak 10 – 20 ml
setiap kali  untuk menghindari bekuan darah dan hypoxemia.
 Setiap 100 ml transfusi dilakukan pembilasan dengan larutan Na.Cl heparin &
pemberian 1 ml kalsium glukomat.
 Transfusi tukar dapat dilakukan berulang jika bilirubin indirek pasca tranfusi > 20
mg / dl.

Perhatikan kemungkinan komplikasi transfusi tukar seperti :


 Asidosis.
 Bradikardi.
 Aritmia.
 Henti jantung.

Komplikasi pasca transfusi :


 Hiperkalemia.
 Hipernatremia.
 Hipoglikemia.

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL :


1. Resiko terjadi injuri berhubungan dengan efek phototherapy imaturity hati &
kerusakan produksi sel darah merah.
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan jaudice, diare.
3. Perubahan temperatur tubuh berhubungan dengan usia, efek phototherapy.
4. Gangguan thermoregulasi tubuh berhubungan dengan immaturitas sistem
thermoregulasi.
5. Perubahan volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
cairan inadekuat, efek phototherapy ditandai dengan terjadinya diare.
INTERVENSI, IMPLEMENTASI KEPERAWATAN :
1. Resiko terjadi injury berhubungan dengan kerusakan produksi Sel Darah Merah
(lebih banyak dari normal) & immaturity hati & efek phototherapy.
Tujuan : Akan mendapatkantherapi yang tepat untuk mempercepat ekskresi
bilirubin
Kriteria Hasil : 1. Bayi dapat minum segera setelah lahir.
2. Bayi terlindung dari sumber cahaya ( jika ditentukan ).
Intervensi :
1. Anjurkan pada ibu untuk segera memberikan ASI segera setelah lahir.
Rasional : Untuk meningkatkan ekskresi bilirubin melalui feses.
2. Kaji kulit untuk mengetahui tanda joundice.
Rasional : Untuk mengetahui peningkatan kadar bilirubin.
3. Chek kadar bilirubin dengan bilirubinometry transcutaneous.
Rasional : Untuk menetapkan peningkatan kadar bilirubin.
4. Catat waktu / awal terjadinya joundice.
Rasional : Untuk membedakan joundice phisiologik (tampak setelah 24
jam) dengan Joundice yg disebabkan oleh penyakit hemolytic/yg lain
(tampak sebelum 24 jam).
5. Kaji status kesehatan bayi secara keseluruhan, terutama beberapa faktor
(hypoxia, hypothermia, hypoglikemi & metebolik asidosis).
Rasional : Hal tersebut akan meningkatkan resiko kerusakan otak dari
hyperbilirubinemia.

Tujuan : Tidak mengalami komplikasi dari phototherapy.


Kriteria Hasil : Pada bayi tidak memperlihatkan tanda-tanda iritasi mata,
dehidrasi, ketidak stabilan temperatur, atau kerusakan
kulit.
Intervensi :
1. Melindungi kedua mata bayi.
 Buat penutup mata khusus untuk melindungi mata bayi.
Rasional : Mencegah iritasi kornea.
 Chek mata bayi setiap shift untuk drainage (kekeringan mata) atau
iritasi pada mata.
2. Letakakn bayi (telanjang) dibawah lampu.
Rasional : Agar pencahayaan maximum pada kulit.
3. Lakukan perubahan posisi sesering mungkin ( 1 – 2 jam ).
Rasional : Memperluas pencahayaan pada permukaan tubuh.
4. Monitor temperatur tubuh (axilla).
Rasional : Untuk mendeteksi terjadinya hypothermi / hyperthermi.
5. Rencanakan lamanya therapi, type pencahayaan, jarak lampu dengan bayi,
pembuka / penutup tempat tidur & pelindung mata bayi.
Rasional : Dokumen yang tepat dari phototherapi.
6. Dengan bertambah seringnya bab, bersihkan daerah perianal.
Rasional : Untuk mencegah iritasi perianal.
7. Pastikan intake cairan adequt.
Rasional : Untuk mencegah dehydrasi.
LAPORAN KASUS

I. PENGKAJIAN

Pengkajian dilakukan pada tanggal 29 Juli 2002

1. IDENTITAS
Klien
Nama Klien : By Ivon
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 6 hari
Register : 10185083

Orang Tua :
Ayah Ibu
Nama : Tn. Dimas Karuba : Ny. Ivon Karuba
Umur : 26 th : 28 th
Pendidikan : SD : SD
Agama : Islam : Islam
Alamat : Pondok Benowo Indah A 10 / 6

2. RIWAYAT KEPERAWATAN

Keluhan Utama :

Riwayat penyakit :
Pada saat dikaji klien sudah dirawat di Ruang Neonatologi selama 6 hari sejak
tanggal 23 Juli 2002.
Riwayat perawatan di Ruang Neonatologi RSUD Dr. Soetomo sebagai berikut:

TGL KEADAAN LABORATORIUM TINDAKAN


UMUM
29/7/2002

30/7/2002

31/7/2002

1/8/2002
Riwayat Persalinan
1. ANC
By. Ivon merupakan anak pertama dari pasangan Tn. Dimas Karuba dan Ny. Ivon
Karuba. Pada saat mengandung By Ivon ibu selalu melakukan kontrol terhadap
kehamilannya ke Bidan, dengan frekwensi 5 kali hingga dilahirkan. Imunisasi saat
kehamilan (TT) dua kali. Ibu tidak pernah menderita sakit selama mengandung
anaknya. Untuk mempertahankan kondisinya Ny. Ivon Karuba secara teratur
minum jamu yang dibeli di warung. Keadaan ini hingga umur kehamilan cukup.
Selama hamil ibu tidak punya masalah dengan nafsu makan.

2. Perinatal
By Ivon dilahirkan di RSUD Dr. Soetomo pada umur kehamilan 35 – 36 Minggu.
Bayi lahir spontan dengan letak belakang kepala. Berat badan lahir 2,5 kg panjang
50 cm Lingkar kepala 32 cm dan lingkar dada 28 cm. Saat persalinan bayi
langsung menangis. Apgar skore 5 - 7.

3. Post natal
Sejak lahir hingga umur 6 hari diberikan ASI + PASI.
3. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK (PENGKAJIAN PERSISTEM).
1) Keadaan Umum:
Anak tampak lemah, kuning dan kurus. Kesadaran baik, BB : 2,5 kg, PB : 50 cm,
LK : 32 cm, LD : 28 cm.

2) Sistem Pernafasan
Tidak tampak kelainan pada bentuk dan fungsi hidung, kontraksi dada simetris
tidak terlihat retraksi. RR : 30 X/menit, Wh -/-, Rh -/-, Rales -/-,. Batuk tidak ada.
Pilek tidak ada.

3) Sistem Kardiovaskuler
S : 36, 5 derajat C, nadi : 128 X/mnt, akral hangat, kapilari refill 2-3 dt,
konjunctiva agak pucat, S1 dan S2 normal tubuh tampak lemah dan kuning.

4) Sistem Persyarafan
Bayi tidak punya riwayat kejang. Tidak ditemukan kelainan pada fungsi susunan
saraf pusat maupun perifer termasuk terhadap fungsi saraf kranialis serta
ektremitas.

5) Sistem Urogenital
Tidak ada tanda-tanda gatal, panas ataupun nyeri pada genital maupun simpisis,
tidak ada perubahan pola kencing. Kencing warna kuning bening. Jumlah kencing
tidak pernah diperhatikan.
Tidak ditemukan kelainan pada bentuk dan ukuran genital. Genital bersih.

6) Sistem Pencernaan
Gaster terdengan suara agak redup, Bab + warna kuning kecoklatan dan lembek 1
kali sehari, peristaltik normal. Tidak ditemukan kelainan pada anus. Tidak
ditemukan pembesaran kelenjar limfe.

7) Sistem Muskuloskeletal
Tidak ditemukan gangguan dalam bentuk maupun fungsi dari ekstremitas atas dan
bawah, tulang intak.

8) Sistem integumen
Rambut kusam dan jarang. Kulit tampak kuning dan kusam. Turgor baik, iritasi
serta peradangan tidak ada. Gatal-gatal tidak ada.
9) Sistem endokrin
Tidak ditemukan keluhan khusus. Tidak ditemukan pembesaran kelenjar tyroid.
Belum dilakukan pemeriksaan laboratorium yang menunjang tumbuh kembang
anak seperti GH, insulin, Tyroid.

10) Psikososial
Anak menagis jika didekati oleh petugas kesehatan, anak lebih suka diam dan
tiduran. Komunikasi kurang, anak tampak lesu dan kurang bergairah. Anak malu
jika badannya dibuka untuk pemeriksaan.

4. DIAGNOSTIC TEST
Darah lengkap tanggal : 24 Juli 2002
- Hb : 16,0 mg/dl (L 13,5 – 18,0 – P 11,5 – 16,0 mg/dl)
- Leukosit : 18.000 (4000 – 11.00).

Darah lengkap tanggal : 28 Juli 2002


Faal Hati
- Bilirubin Direk : 0,83 mg/dl ( 0,25 mg/dl)
- Bilirubin Total : 21,3 mg/dl ( 1,00 mg/dl)
5. ANALISA MASALAH

DATA PENYEBAB MASALAH


S: Resiko terjadi infeksi

O:
Hasil Pemeriksaan tanggal :
24 Juli 2002
- Leukosit : 18.000.
Hasil Pemeriksaan tanggal :
28 Juli 2002.
- Bilirubin Direk : 0,83
mg/dl.
- Bilirubin Total : 21,3
mg/dl

S: Kerusakan produksi Sel Resiko terjadi injury


Darah Merah (lebih banyak
O:
dari normal) & immaturity
hati & efek phototherapy.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko terjadi infeksi
2. Resiko terjadi injury berhubungan dengan kerusakan produksi Sel Darah Merah
(lebih banyak dari normal) & immaturity hati & efek phototherapy.
III. PERENCANAAN

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN
Resiko terjadi Setelah dirawat 1. Observasi tanda vital seperti S dan setiap 8 1. Adanya perubahan terutama suhu yang bersifat febris.
infeksi selama 6 hari tidak jam.
terjadi infeksi dengan 2. Lakukan observasi terhadap kelainan 2. Keluhan perut berupa diare dan atau konstipasi
kriteria: gastrointestinal secara teratur seperti pola merupakan pertanda perubahan peristaltik usus
- Suhu tubuh stabil bab. sebagai akiba adanya kuman patogen di GI. Tract.
36,5-37 ASI dan PASI sangat diperlukan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dalam upaya
- Lab Normal. mencegah infeksi.
3. Kolaborasi pemberian terapi: 3. Broadspektrum antibiotika untuk semua jenis kuman
Ampicilin 2 X 125 mg non spesifik
Netromicin 2 X 6,5 mg
Vit K 1 mg IM.

Resiko terjadi Tujuan : Akan 1. Anjurkan pada ibu untuk segera 1. Untuk meningkatkan ekskresi bilirubin melalui feses.
injury berhubungan mendapatkantherapi memberikan ASI segera setelah lahir.
dengan kerusakan yang tepat untuk 2. Kaji kulit untuk mengetahui tanda joundice. 2. Untuk mengetahui peningkatan kadar bilirubin.
produksi Sel Darah mempercepat 3. Chek kadar bilirubin dengan 3. Untuk menetapkan peningkatan kadar bilirubin.
Merah (lebih ekskresi bilirubin bilirubinometry transcutaneous.
banyak dari Kriteria Hasil : 1. 4. Catat waktu / awal terjadinya joundice. 4. Untuk membedakan joundice phisiologik (tampak
normal) & Bayi dapat setelah 24 jam) dengan Joundice yg disebabkan oleh
immaturity hati & minum segera setelah penyakit hemolytic/yg lain (tampak sebelum 24 jam).
efek phototherapy. lahir. 5. Kaji status kesehatan bayi secara 5. Hal tersebut akan meningkatkan resiko kerusakan otak
2. Bayi keseluruhan, terutama beberapa faktor dari hyperbilirubinemia.
terlindung dari (hypoxia, hypothermia, hypoglikemi &
sumber cahaya ( jika metebolik asidosis).
ditentukan ).
Tujuan : Tidak 1. Melindungi kedua mata bayi. 1. Mencegah iritasi kornea.
mengalami  Buat penutup mata khusus untuk
komplikasi dari melindungi mata bayi.
phototherapy.  Chek mata bayi setiap shift untuk
Kriteria Hasil : Pada drainage (kekeringan mata) atau iritasi
bayi tidak pada mata.
memperlihatkan 2. Letakakn bayi (telanjang) dibawah lampu. 2. Agar pencahayaan maximum pada kulit.
tanda-tanda iritasi
mata, dehidrasi, 3. Lakukan perubahan posisi sesering 3. Memperluas pencahayaan pada permukaan tubuh.
ketidak stabilan mungkin ( 1 – 2 jam ).
temperatur, atau 4. Monitor temperatur tubuh (axilla). 4. Untuk mendeteksi terjadinya hypothermi /
kerusakan kulit. hyperthermi.
5. Rencanakan lamanya therapi, type 5. Dokumen yang tepat dari phototherapi.
pencahayaan, jarak lampu dengan bayi,
pembuka / penutup tempat tidur &
pelindung mata bayi.
6. Dengan bertambah seringnya bab, bersihkan 6. Untuk mencegah iritasi perianal.
daerah perianal.
7. Pastikan intake cairan adequt. 7. Untuk mencegah dehydrasi.
IV. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

DIAGNOSA TANGGAL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN
Resiko terjadi infeksi Senin, 29 Juli 2002
07.00 – 08.00 -Observasi keadaan umum. Kebersihan cukup, panas (-), mual (-), sesak (-), batuk
(+), pilek (+), bab (+), lembek 1 kali Bak (+) warna
kuning jernih., suhu 36.5 o C, N : 128 X/mnt, RR : 20
x/mnt
08.00-08.25 Pemberian terapi: Obat sudah disuntikkan
Ampicilin 2 X 125 mg Reaksi (-)
Netromicin 2 X 6,5 mg
Vit K 1 mg IM

Observasi keadaan umum Kebersihan cukup, panas (-), mual (-), sesak (-),Bak
(+) warna kuning jernih., suhu 37,5 o
C, N : 112
X/mnt, RR : 24x/mnt
Resiko terjadi injury 1. Menganjurkan pada ibu untuk segera
berhubungan dengan memberikan ASI segera setelah lahir.
kerusakan produksi Sel 2. Mengkaji kulit untuk mengetahui tanda
Darah Merah (lebih joundice.
banyak dari normal) & 3. Menchek kadar bilirubin dengan
immaturity hati & efek bilirubinometry transcutaneous.
phototherapy. 4. Mencatat waktu / awal terjadinya joundice.

1. Melindungi kedua mata bayi.


 Buat penutup mata khusus untuk
melindungi mata bayi.
 Chek mata bayi setiap shift untuk
drainage (kekeringan mata) atau iritasi
pada mata.
2. Meletakakn bayi (telanjang) dibawah
lampu.
3. Melakukan perubahan posisi sesering
mungkin ( 1 – 2 jam ).
4. Memonitor temperatur tubuh (axilla).
5. Merencanakan lamanya therapi, type
pencahayaan, jarak lampu dengan bayi,
pembuka / penutup tempat tidur &
pelindung mata bayi.
6. Dengan bertambah seringnya bab, bersihkan
daerah perianal.
7. Memastikan intake cairan adequt.

Selasa, 30 Juli 2002


07.00 – 08.00 -Observasi keadaan umum. Kebersihan cukup, panas (-), mual (-), sesak (-),bab
(+), lembek 1 kali Bak (+) warna kuning jernih., suhu
36.8 o C, N : 100 X/mnt, RR : 20 x/mnt

08.00-08.25 Pemberian terapi: Obat diminum habis


Ampicilin 2 X 125 mg Reaksi (-)
Netromicin 2 X 6,5 mg
Vit K 1 mg IM

Observasi keadaan umum Kebersihan cukup, panas (-), mual (-), sesak (-), batuk
(-)Bak (+) warna kuning jernih., Makan baik. Nyeri
perut (-)., suhu 36,5 o C, N : 112 X/mnt, RR : 24x/mnt
Rabu, 31 Juli 2002
07.00 – 08.00 -Observasi keadaan umum. Kebersihan cukup, panas (-), mual (-), sesak (-),bab
(+), lembek 1 kali Bak (+) warna kuning jernih., suhu
36.5 o C, N : 100 X/mnt, RR : 20 x/mnt

08.00-08.25 Pemberian terapi: Obat diminum habis


12.00 – 12.25 Ampicilin 2 X 125 mg Reaksi (-)
Netromicin 2 X 6,5 mg
Vit K 1 mg IM

Observasi keadaan umum Kebersihan cukup, panas (-), mual (-), sesak (-),Bak
(+) warna kuning jernih, suhu 37,5 o C, N 100 X/mnt,
RR : 24x/mnt

Kamis, 1 Agustus 2002


09.00
V. CATATAN PERKEMBANGAN

DIAGNOSA HARI/TANGGAL/JAM PERKEMBANGAN


KEPERAWATAN
Resiko terjadi infeksi. S=
O = S=36,5 o C, N : 88 X/mnt, RR : 24 X/mnt.
Laboratorium belum di periksa ulang
A = infeksi tidak terjadi
P = Intervensi dilanjutkan
Resiko terjadi injury S:
berhubungan dengan O:
kerusakan produksi Sel A : Masalah teratasi sebagian
Darah Merah (lebih P : Intervensi dilanjutkan
banyak dari normal) &
immaturity hati & efek
phototherapy.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.D (1997), Nursing Diagnois; Application to Clinical Practice, 7th.


Edition, Lippincott, Philadelpia, New York.

Kozier Barbara et.al (1995), Fundamental Of Nursing ; Concept, Process and


Practice , 5 th Edition, Addison Wesley Nursing, Cuming Publishing, New
York.

Whaley and Wong (1997), Pediatric Nursing; Clinical Manual, Mosby Year Book,
Philadelpia.

Whaley and Wong (1996), Nursing Care of Infants and Children, 5 th


Edition,
Mosby Year Book, Philadelpia.

Anda mungkin juga menyukai