Anda di halaman 1dari 35

Peran Nakes dalam Pencegahan dan Penanggulangan kekerasaran pada

Perempuan dan Anak dan Konstruksi Seks Education Di Pondok Pesantren

Oleh:
Rizki Fitrianingtyas, SST, MM, M.Keb
Dosen Kebidanan Universitas dr Soebandi
Jember
 k
Komnas perempuan, 2020
Pola Kekerasan Terhadap Perempuan
Bersadarkan Ranah Personal, Komunitas dan
Negara

Paling beresiko adalah Ranah Personal diantaranya dalam Perkawinan


(KDRT), Hubungan Personal (Pacaran) 79 % atau sebanyak 6.480 kasus
Terus meningkat sekitar 4% dan tidak sedikit mengalamikekersan seksual.
Kekersan di Radah Rumah Tangga

KTI: Kekerasan terhadap istri


KdP: Kekerasan dalam Pacaran
KTAP: Kekersan terhadap anak Perempuan
KMS: Kekerasan Matan Suami
Jenis Kekerasan Seksual
Kekerasan ranah P{ublik atau
Komunitas
Pelaku Kekersan Seksual di Ranah
Komunitas
Bentuk bentuk Penyelesaian Kasus
Kekerasan Ranah negara
Kekerasan Di Dunia Pendidikan dan Keagamaan
(Sumber: Komnas Perempuan)
Pelecehan Seksual Di Universitas Wahid Hasyim,
Semarang:Relasi Senior Junior dalam kegiatan kampus

Pemerkosaan Santriwati Oleh Putra Pemilik Pondok Pesantrean


Jombang

Dugaan Perkawinan Sir Syekh Puji dengan Anak

Pemerkosaan Oleh tokoh Agama dan Wakitl Ketua Umum

Kekersan dalam Pacaran Oleh Pastor


Penelitian : Studi Fenomenologi dampak Psikologis
Korban Kekerasn Seksual Pada Santri di Pondok
Pesantren X
(http://repository.unissula.ac.id/2052/3/abstrak_1.pdf)

• Dampak Psikologis pada santriwati


• Kualitatif Fenomenologi
Tujuan • Subyek Santriwati berusia 20 tahun dan pernah masuk di PP yang sama

• Semua pernah mengalami kekerasan seksual


• Di pegang, di raba diseluruh bagian tubuh, dicium, dipaksa menstimulasi alat kelamin
Result pelaku hingga pelaku terangsang

• Dipaksa hubungan suami istri dengan alasan sebagai media pengobatan


• Terjadi Asrama pondok, Ruang Kelas, Rumah Pelaku dan Tempat Pemandian
Result
• Orang yang dikenal adalah Oknum Kyai

Pelaku

• Marah
• Malu
• Kecewa
Dampak • Menyesal, Apatis terhadap Pelaku

• Putus Asa
• Frustasi
• Menjad Perempuan Nakal, Miras, Dugem, Keluar Malam, Berpakaian
Pendek, jarang Melakukan Solat hingga Seks bebas
Dampak
SEHINGGA PENTING ADANYA DI SUSUN
“ KONSTRUKSI Seks EDUCATION di PONDOK
PESANTREN”

Persepsi ttg Seks

Pendidikan Kesehatan Reproduksi perspektif Ulama


Salaf yang terdapat dalam kitab kuning

Heni Prastiwi, Zaenal Arifin , Intitut Agama Islam Tribakti Kediri


(Studi di Pondok Pesantren Putri Al Mahrusiyah Lirboyo Kediri)
Studi penelitian Kualitatif dan
Fenomenologi
Pemahaman ttg Seks Education masih tabu untuk dibicarakan
karena pemahaman hanya sebatas perihal hubungan intim
manusia antar lawan jenis

Materi Seks Education di PP dikelompokkan dalam dua jeni


sFormal dan Non Formal

Tradisi Pembelajran Bandongan, Sorongan dan halaqohan


Pendidikan Seks sejak Usia Dini

1. Mengetahui Topik biologis


seperti pertumbuhan, masa
puber dan kehamilan.
2. Mencehag anak-anak dari
tindakan kekersan
3. Mengurangi rasa bersalah,
rasa malu dan kecemasan
akibat tindakan seksual
4. Mencegah remaja perempuan di bawah umur
dari kehamilan
5. Mendorong hubungan yang baik
6. Mencegah remaja di bawah umur terlibat dalam
hubungan seksual (sexual intercource)
7. Mengurangi kasus infeksi melalui seks
8. Membantu anak muda yang bertanya ttg peran
laki dan permepuan di masyarakat.
Peran Petugas Kesehatan dalam Usaha Preventif
Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak

Penelitian yang melibatkan 10 Negara


menunjukkan bahwa sektor kesehatan memegang
peranan penting dalam:
1. Mencegah kekerasan pada perempuan
2. Membantu identifikasi adanya kekerasan sedini
mungkin
3. Menyediakan layanan kesehatan bagi korban
4. Merujuk ke tempat layanan sesuai Kebutuhan
WHO Multi Country Study On Women’s
health and Domestic Violence against Women

Tempat Layanan Kesehatan


 Nyaman dan aman bagi korban
(memperhatikan Kebutuhan dan
Kondisi psikologis)
 Respek terhdap korban, empatik
 Tidak ada stigma
 Dukungan yang berkualitas
dengan informasi yang jelas
Pendekatan melalui Sektor
Kesehatan masyarakat
 Merupakan alternatif yang baik
 Memiliku potensi yang unik dalam penangan
kekerasan pada perempuan dan anak melalui
layanan kespro
HAMBATAN

Stigma Dan ketakutan (Menutup Diri)

Kesadaran Nakes dan pelatihan nakes


• Mengidentifikasi korban kekerasan sebagai
penyebab masalah kesehatan yang membuat korban
datang ke fakes
• Fakes tidak menyediakan layanan tindak lanjut
Peran Fasilitas Kesehatan
Perencanaan
 Mengumpulkan data dan informasi
 Melalukan analisa dan pemetaan
sesuai hasil pengumpulan data dan
informasi
 Menyusun rencana kerja
 Melaksanakan sosialisasi
 Menyiapkan tenaga Pelaksana
 Menyiapkan petugas konseling
dan wawancara
 Menyiapkan sarana dan prasarana
Peran Fasilitas Kesehatan

Pelaksanaan
 Pemeriksaan kesehatan
 Tindakan Medis
 Wawancara dan konseling
 Penyuluhan\Kunjungan Rumah
 Pencacatan
Pengawasan dan pengendalian

 Monitoring dan evaluasi


 Pertangungjawaban
Standar Ketenagaan

 Kompetensi yang harus dimiliku oleh tenaga


kesehatan
1. Mampu tatalaksana kasus KtP/A
2. Mampu melakukan komunikasi interpersonal,
tehnik wawancara dan konseling
Identifikasi korban
 Tampak rendah diri
 Menunjukkan sikap yang sangat mengagungkan kehidupan tradisionalisme,
kekuatan keutungan keluarga dan memposisikan inferiot dalam keluarga
 Dapat menerima adanya kekerasan
 Merasa bersalah, tetapi menyangkal adanya ancaman atau timbul rasa
marah
 Menunjukkan muka yang pasif tetapi mampu memanipulasi lingkungan
seakan akan aman untuk dirinya.
 Reaksi terhadap Stress  keluhan fisik atau psikis
 Menggunakan hub-seks untuk menunjukkan keintiman
 Merasa wajar mendapatkan hukuman
 Cenderungn berusaha untuk melupan kejadian trauma dan rasa takut yang
ada.
Apa yang anda lakukan bila pasien anda
terindentifikasi sebagai korban kekerasan ?
 Validasi
 Jangan melibatkan/menantang pasangan
 Rujukan/sumberdaya lain
 Perencanaan yang aman
 Dokumentasi
 Dukungan berkelanjutan
SUPPORT

Setelah masalah terbuka, tenaga kesehatan harus


menyatakan dengan tegas pada korban bahwa
 Kekerasan merupakan perilaku yang tidak dapat di terima
 Tidak boleh menyalahkan diri sendiri atau kondisi
 Lakukan pelayan medis
 Tawarkan dukungan emsoional/Psikologis
 Keamanan
 Dokumentasi kekerasan
 Sediakan informasi Community Resources (Layanan
shelter, aspek hukum, aspek sosial)

Anda mungkin juga menyukai