Anda di halaman 1dari 83

Departemen Keperawatan Gawat Darurat

LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN DIAGNOSA CA. MAMMAE

OLEH :

Sri Wahyuni , S.Kep.


(70900121033)

TIM PEMBIMBING:
PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XVII


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI ALAUDDIN MAKASSAR
2022
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

CA mammae merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan

pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga terjadi pertumbuhan yang tidak

normal, cepat dan tidak terkendali yang terjadi pada jaringan payudara. CA mammae

pada umumnya menyerang kaum wanita, tetapi tidak menutup kemungkinan juga

dapat menyerang kaum laki-laki, walaupun kemungkinan menyerang sangat kecil

sekali yaitu 1:100. CA mammae adalah salah satu jenis kanker yang juga menjadi

penyebab kematian terbesar kaum wanita di dunia, termasuk Indonesia (Mulyani dan

Rinawati, 2013).

B. Etiologi

CA mammae tidak seperti kanker leher rahim (serviks) yang dapat diketahui

etiologi dan perjalanan penyakitnya secara jelas, CA mammae belum dapat

dijelaskan. Akan tetapi, banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa factor

yang berhubungan dengan peningkatan risiko atau kemungkinan untuk terjadinya CA

mammae, faktor-faktor tersebut disebut faktor risiko. Wanita yag memiliki faktor

risiko belum tentu wanita tersebut pasti akan menderita CA mammae, tetapi faktor

tersebut akan meningkatkan kemungkinan untuk terkena CA mammae. Faktor risiko

yang utama, berhubungan dengan keadaan hormonal (estrogen dominan) dan genetik.

Penyebab terjadinya keadaan estrogen dominan karena beberapa faktor risiko di

bawah ini dan dapat digolongkan berdasarkan :

a. Faktor demografik

1. Jenis kelamin
Insiden CA mammae pada wanita dibandingkan pria lebih 100:1 dari

Umumnya, 1 dari 9 wanita akan menderita CA mammae sepanjang hidupnya

(Pamungkas, 2011).

2. Usia

Semakin tua usia seorang wanita, maka semakin tinggi risiko untuk

menderita CA mammae. Kategori usia yang paling berisiko terkena CA

mammae yaitu pada usia 50-69 tahun (Mulyani & Rinawati, 2013). Secara

anatomi dan fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan

bertambahnya usia, kurang dari 25% CA mammae terjadi sebelum

manupause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor jauh sebelum

terjadinya perubahan klinis(Utami, 2012).

CA mammae merupakan penyakit yang dikaitkan dengan

adanyapaparan hormon, sehingga CA mammae lebih banyak ditemukan pada

wanita usia tua karena wanita yang berusia tua akan mengalami paparan

hormon lebih panjang dibanding dengan wanita usia muda (Utami, 2012).

3. Ras

Wanita kulit putih lebih kecil kemungkinan terkena CA mammae

dibanding wanita Afrika-Amerika. Hal ini dikarenakan wanita Afrika-

Amerika memiliki pertumbuhan tumor yang lebih cepat(Pamungkas, 2011).

4. Status pernikahan

Wanita yang menikah pada usia dimana 30 tahun dan melahirkan anak

pertama pada usia diatas 35 tahun memiliki risiko yang lebih besar terkena

CA mammae, karena pada periode diantara usia menarche sampai usia

kehamilan pertama terjadi ketidakseimbangan hormon dan jaringan

payudarasangat peka akan hal itu. Sehingga periode ini merupakan

permulaan dariperkembangan CA mammae (Rasjidi, 2009).

b. Faktor genetic
Mutasi yang paling banyak terjadi pada CA mammae adalah pada gen

BRCA 1 dan BRCA 2. Sel yang normal, gen ini membantu mencegah

terjadinya kanker dengan jalan menghasilkan protein yang dapat mencegah

pertumbuhan abnormal. Wanita dengan mutasi pada gen BRCA 1 dan BRCA

2, mempunyai peluang 80% untuk berkembang menjadi CA mammae selama

hidupnya. Perlu diketahui bahwa CA mammae dan ovarium mempunyai

hubungan yang dekat secara genetik. Wanita dengan mutasi pada gen BRCA

1 dan BRCA 2, tidak hanya berisiko untuk CA mammae saja, tetapi juga

mempunyai peluang yang sama untuk terjadinya kanker ovarium (Rasjidi,

2010).

Rasjidi (2009) menyatakan pada masyarakat umum yang tidak dapat

memeriksa gen dan faktor proliferasinya, maka riwayat kanker pada keluarga

merupakan salah satu faktor risiko terjadinya CA mammae adalah:

1) Tiga atau lebih keluarga dari sisi keluarga yang sama terkena CA

mammae atau ovarium.

2) Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena CA mammae atau

ovarium usia di bawah 40 tahun.

3) Adanya keluarga dari sisi yang sama terkena CA mammae dan ovarium.

4) Adanya riwayat CA mammae bilateral pada keluarga.

5) Adanya riwayat CA mammae pada pria dalam keluarga.

c. Konsumsi alcohol

Hubungan antara peningkatan risiko CA mammae dengan konsumsi alkohol

lebih kuat diperoleh pada wanita pasca menopause. Beberapa penelitian

menemukan bahwa konsumsi alkohol akan meningkatkan jumlah estrogen pada

urin dan mulut, dimana hyperinsulinemia akan merangsang faktor pertumbuhan

pada jaringan payudara (insulin-likegrowth factor) (Rasjidi, 2010).

d. Kurang aktivitas fisik


Penelitian dari women’shealthinitiative menemukan bahwa aktivitas fisik

pada wanita menopause sekitar 30 menit per harinya dapat menurunkan 20%

risiko CA mammae pada wanita dengan berat badan normal. Namun, aktivitas

fisik yang dikombinasikan dengan diet sehat dapat menurunkan berat badan

sehingga pada akhirnya dapat menurunkan jumlah risiko CA mammae dan

penyakit lainnya (Mulyani & Rinawati, 2013).

e. Pola makan yang tidak sehat

Menurut Utami (2012), konsumsi lemak yang berlebih diperkirakan sebagai

salah satu faktor risiko terjadinya CA mammae. Wanita dengan berat badan

berlebih memiliki risiko CA mammae lebih besar setelah menupause. Hal ini

dikarenakan, setelah menupause ovarium akan berhenti menghasilanesterogen

dan esterogen akan dihasilkan oleh jaringan lemak. Apabila seorang wanita

mempunyai jaringan lemak yang berlebih setelah menupause akan meningkatkan

produksi esterogen yang berlebih juga yang dapat meningkatkan perkembangan

sel CA mammae (Pamungkas, 2011).

C. Manefestasi klinis

Manifestasi Klinis pada klien dengan Ca Mammae adalah :

1. Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara

2. Payudara tidak simetris/mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai

timbul pembengkakan

3. Adanya perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar puting susu,

mengkerut seperti jeruk perut dan adanya ulkus pada payudara

4. Adanya perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan, panas

5. Ada cairan yang keluar dari puting susu

6. Ada rasa sakit

7. Adanya ulkus

8. Pemukaan kulit seperti kulit jeruk

9. Ada pembengkakan di daerah payudara


10. Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah

diobati, serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam

11. Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain.

(Moorhead,dkk, 2013)

D. Penatalaksanaan

a. Pembedahan

1. Mastektomi radikal yang dimodifikasi

Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot

pectoralis mayor. Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun otot

pectoralis minor bisa jadi diangkat atau tidak diangkat.

2. Mastektomi total

Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan

otot pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan

otot dinding dada tidak diangkat.

3. Lumpektomi/tumor

Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak turut

diangkat. Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara

normal yang berada di sekitar tumor tersebut.

4. Wide excision / mastektomi parsial.

Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal,

Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot

pectoralis mayor.

b. Radioterapi

Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak

jarang pula merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping


kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi

pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorokan.

c. Kemoterapi

Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar

dalam aliran darah. Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang

nafsu makan, kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.

d. Manipulasi hormonal.

Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker

yang sudah bermetastase. Dapat juga dengan dilakukan bilateral

oophorectomy. Dapat juga digabung dengan therapi endokrin

lainnya.

e. Biopsi

Prosedur pengambilan sampel jaringan dari benjolan atau

tumor di payudara untuk mendeteksi adanya kelainan atau

gangguan pada pasyudara. Prosedur ini juga dilakukan untuk

mengevaluasi apakah benjolan tersebut bersifat ganas atau kanker.

E. Patofisiologi

Proses terjadinya CA mammae dan masing-masing etiologi antara

lain obesitas, radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga dengan

mengkonsumsi zat-zat karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan

epitel payudara dan dapat menyebabkan CA mammae. CA mammae

berasal dari jaringan epithelial, dan paling sering terjadi pada system

duktal. Mula-mula terjadi hyperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel


atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma insitu dan

menginvasistroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh

dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk

dapat diraba( kira-kira berdiameter 1 cm ). Pada ukuran itu, kira- kira

seperempat dari CA mammae telah bermetastase. Kebanyakan dari kanker

ditemukan jik asudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri. Gejala

kedua yang paling sering terjadi adalah cairan yang keluar dari

muaraduktus satu payudara, dan mungkin berdarah. Jika penyakit telah

berkembang lanjut, dapat pecahnya benjolan-benjolan pada kulit

ulserasi(AzarinaKhoirun, 2017.)

Karsinomain flamasi, adalah tumor yang tumbuh dengan cepat

terjadi kirakira 1-2% wanita dengan CA mammae gejala-gejalanya mirip

dengan infeksi payudara akut. Kulit menjadi merah, panas, edematoda,

dan nyeri. Karsinoma ini menginfasi kulit dan jaringan limfe. Tempat

yang paling sering untuk metastase jauh adalah paru, pleura, dantulang

(AzarinaKhoirun, 2017).

Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung

kejaringan sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah.

Bedah dapat mendatangkan stress karena terdapat ancaman terhadap

tubuh, integritas dan terhadap jiwa seseorang. Rasa nyeri sering

menyertai upaya tersebut pengalaman operatif di bagi dalam tiga tahap

yaitu preoperatif, intra operatif dan posoperatif. Operasi ini merupakan

stressor kepada tubuh dan memicu respon neuron endokrin eresponter diri
dari system saraf simpati yang bertugas melindungi tubuh dari ancaman

cidera. Bila stress terhadap system cukup gawat atau kehilangan banyak

darah, maka mekanisme kompensasi dari tubuh terlalu banyak beban dan

syock akan terjadi. Anestesi tertentu yang di pakai dapat menimbulkan

terjadinya syock.

Respon metabolisme juga terjadi. Karbohidrat dan lemak di

metabolism untuk memproduksi energi. Protein tubuh pecah untuk

menyajikan suplai asam amino yang di pakai untuk membangun jaringan

baru. Intake protein yang di perlukan guna mengisi kebutuhan protein

untuk keperluan penyembuhan dan mengisi kebutuhan untuk fungsi yang

optimal. CA mammae tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ

yang deket maupun yang jauh antara lain limfogen yang menjalar

kekelenjar limfe aksilasis dan terjadi benjolan, dari sel epidermis penting

menjadi invasi timbul krusta pada organ pulmo mengakibatkan ekspansi

paru tidak optimal.

1. Anatomi Payudara
Payudara dewasa terletak pada setiap sisi sternum dan meluas

setinggi antara costa kedua dan keenam secara vertikal dan antara tepi

sternum sampai dengan linea aksilaris media secara horizontal.Payudara

terletak pada fascia superficialis dinding rongga dada di atas musculus

pectoralis major dan dibuat stabil oleh ligamentum suspensorium

(Prawirohardjo & Winkjosastro, 2011).

Ukuran diameter payudara berkisar sekitar 10 – 12 cm, dan

ketebalan antara 5 sampai 7 cm (Prawirohardjo & Winkjosastro,2011). Pada

akhir kehamilan berat sekitar 400 – 600 gram, sedangkan berat payudara

pada masa menyusui dapat mencapai 600 – 800 gram (Fikawati, Syafiq &

Karima, 2015).
Jaringan payudara juga dapat berkembang sampai ke aksila yang

disebut axillary tail of spence.Bentuk payudara biasanya kubah (dome) yang

bervariasi antara bentuk konikal yang nulipara hingga bentuk pendulous

yang multipara (Prawirohardjo & Winkjosastro,2011).

Payudara terbagi menjadi tiga bagian utama, yaitu korpus, areola,

dan papilla.Papilla dan areola adalah gudang susu yang mempunyai

pengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Pada daerah ini terdapat ujung –

ujung saraf peraba yang penting pada proses refleks saat menyusui. Areola

merupakan daerah berpigmen yang mengelilingi puting susu. Pada daerah

areola terdapat beberapa minyak yang dihasilkan oleh kelenjar

Montgomery. Kelenjar ini bekerja untuk melindungi dan meminyaki puting

susu selama menyusui (Fikawati, Syafiq & Karima, 2015).

Struktur payudara terdiri dari tiga bagian yaitu kulit, jaringan

subkutan, dan corpus mammae.Corpus mammae terdiri dari parenkim dan

stroma.Parenkim merupakan suatu struktur yang terdiri dari duktus

laktiferus (duktus), duktulus (duktuli), lobus, dan alveolus.Struktur duktulus

dan duktus berpusat ke arah papilla (Fikawati, Syafiq & Karima, 2015).

Adapun pembuluh darah payudara (Moore & Dalley, 2013), ialah:

a. Suplai arterial payudara:

1) Cabang mammaria medial cabang – cabang perforantes dan cabang

– cabang intercostalis anterior pada arteria thoracica interna, yang

berasal dari arteria subclavia.


2) Arteria thoracica lateral dan arteria thoracoacromialis, cabang–

cabang arteria axillaris.

3) Arteria intercostalis posterior, cabang – cabang aorta thoracica

pada spatium intercostale II, III, dan IV.

4) Drainase vena payudara terutama ke vena axillaris, tetapi terdapat

beberapa drainase ke vena thoracica interna. Selain itu, drainase

limfatik payudara penting karena perannya pada metastasis sel –

sel kanker.Limf berjalan dari putting, areola, dan lobuli glandulae

ke plexus lymphaticus subareolar. Dari plexus ini (Moore &

Dalley, 2013):

b. Selain itu, drainase limfatik payudara penting karena perannya pada

metastasis sel – sel kanker.Limf berjalan dari putting, areola, dan lobuli

glandulae ke plexus lymphaticus subareolar. Dari plexus ini (Moore &

Dalley, 2013):
a. Sebagian bersar limf (> 75%), terutama dari quadran payudara lateral,

bermuara ke nodi lymphatici axillares, pada awalnya ke nodus anterior

atau pectoralis untuk sebagian besar bagian.Namun, beberapa limf dapat

bermuara secara langsung ke nodi lympatici axillaris lain atau bahkan ke

nodi lympatici cervicalis profunda inferior, supraclavicularis,

deltoperctoralis, atau interpectoralis.

b. Sebagian besar limf yang lain, terutama dari quadran payudara medial,

bermuara ke nodi lymphatici parasternalis atau ke payudara kontralateral,

sedangkan limf dari quadran inferior (Smeltzer & Bare, 2010) dapat

berjalan ke sebelah dalam nodi lymphatici abdominal (nodi lymphatici

phrenicus inferior subdiaphragmatik)

Limf dari kulit payudara, kecuali putting dan areola, bermuara ke nodi

lymphatici infraclaviculares, cervicales profunda inferior, dan axillares ipsilateral

dan juga ke dalam nodi lymphatici parasternalis kedua sisi.

Limf dari nodi axillaries bermuara ke dalam nodi lmphatici claviculares

(infraclaviculares dan supraclaviculares) dan kemudian bermuara ke dalam

truncus subclavius, yang juga mendrainase limf dari ekstremitas atas.Limf dari

nodi parasternalis masuk truncus bronchomediastinal, yang mendrainase limf dari

viscera thoraks. Terminasi truncus lymphaticus tersebut berbeda – beda; secara

tradisional, truncus tersebut dijelaskan sebagai suatu penyatuan satu sama lain dan

dengan truncus jugularis, yang mendrainase kepala dan leher untuk membentuk

ductus lymphaticus dextra pendek pada sisi kanan atau masuk terminasi pada

ductus thoracicus pada sisi kiri.


Untuk persarafan payudara berasal dari cabang kutaneus anterior dan

lateral nervi intercostales IV – VI. Rami primer anterior T 1 – T 11 disebut nervi

intercostales. Rami communicantes menghubungkan setiap ramus anterior dengan

truncus symphaticus. Cabang – cabang nervi intercostales berjalan melalui fascia

profunda yang menutupi musculus pectoralis major untuk mencapai kulit, yang

meliputi payudara pada jaringan subkutan yang menutupi otot tersebut. Cabang

nervi intercostales membawa serabut sensorik ke kulit payudara dan serabut

simpatis ke pembuluh darah pada payudara dan otot polos pada kulit di atasnya

dan putting (Moore & Dalley, 2013).

Stadium klinis berdasarkan klasifikasi TNM (Tumor size, Node, &

Metastasis) kanker payudara berdasarkan American Joint Committee on Cancer

Staging Manual 6th edition (dikutip oleh Rasjidi, 2010), yaitu:

Stadium 0 : tahap sel kanker payudara tetap di dalam kelenjarpayudara, tanpa

invasi ke dalam jaringan payudara normal yang berdekatan


Stadium I : tumor dengan ukuran 2 cm atau kurang dan batas yang jelas (kelenjar

getah bening normal).

Stadium II A : tumor tidak ditemukan pada payudara tapi sel – sel kanker

ditemukan di kelenjar getah bening ketiak, atau tumor dengan

ukuran 2 cm atau kurang dan telah menyebar ke kelenjar getah

bening ketiak, atau tumor yang lebih besar dari 2 cm tapi tidal lebih

besar dari 5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening

ketiak. tumor yang lebih besar dari 2 cm, tetapi tidak ada yang lebih

besar dari 5 cm dan telah menyebar ke kelenjar getah bening yang

berhubungan dengan ketiak, atau tumor yang lebih besar dari 5 cm

tapi belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.

Stadium III A : tidak ditemukan tumor di payudara. Kanker ditemukan di

kelenjar getah bening ketiak yang melekat bersama atau dengan


struktur lainnya, atau kanker ditemukan di kelenjar getah bening di

dekat tulang dada, atau tumor dengan ukuran berapa pun dimana

kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak, terjadi

pelekatan dengan struktur lainnya, atau kanker di temukan di

kelenjar getah bening di dekat tulang dada

Stadium III B : tumor dengan ukuran tertentu dan telah menyebar ke dinding dada

dan / atau kulit payudara dan mungkin telah menyebar ke kelenjar

getah bening ketiak yang berlengketan dengan struktur lainnya,

atau kanker mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening di

dekat tulang dada. Kanker payudara inflamatori (berinflamasi)

dipertimbangkan paling tidak pada tahap tulang dada


III B

Stadium IV : kanker telah menyebar atau metastase ke bagian lain dari tubuh.

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium meliputi:

a. Morfologi sel darah dilakukan pemeriksaan untuk eritrasit, leukosit

dan trombosit.

b. Pemeriksaan LED (Laju edapan darah) dilakukan untuk memantau

keberadaan radang atau infeksi didalam tubuh.

c. Tes fal marker (CEA) dalam serum/plasma dilakukan untuk

mengetahui adanya tumor.

d. Pemeriksaan sitologi dilakukan untuk mendeteksi CA mammae

dengan cai Diran antara selaput pembungkus paru (Cairan pluera).


e. Pemeriksaan sitologi cairan pleura adalah salah satu cara mendeteksi

adanya sel kanker.

f. pemeriksaan momanografi dilakukan untuk menemukan kanker insito

yang kecil yang tidak dapat dideteksi dengan pemeriksaan fisik.

g. Pemeriksaan Scan (Ca, MRI, galfum). Ultra sound dilakulan untuk

tujuan diagnostik,identifikasi metastatic, dan respon pengobatan.

h. Pemeriksaan biopsy (aspirasi dan eksisi) dilakukan untuk diagnosis

banding dan menggambarkan pengobatan.

i. Pemeriksaan penanda tumor dilakukan Untuk zat yang dihasilkan dan

disekresi dalam serum,dapat menambah dalam mendiagenosis kanker

tetapi lebih bermanfaat sebagai prognosis.

j. Reseptor esterogen/progesteron assay yang dilakukan pada jaringan

payudara untuk memberikan informasi tentang manipulasi hormonal.

k. Selain tes diagnostik diatas, maka dilakukan juga tes skrining kimia,

elektrolit, tes hepar, hitung sel darah untuk mendeteksi adanya sel

kanker, foto thoraks dilakukan untuk menggambarkan secara

radiografi organ pernafasan yang terdapat didalam rongga dada.

l. USG (ultrasonografi) dilakukan untuk menampilkan gambaran atau

citra dari kondisi bagian dalam tubuh dan digunakan untuk

membedakan kista (kantong berisi cairan) dengan benjolan padat.

m. Pemeriksaan mammografi digunakan sinar X dengan meletakan

semacam piringan pada payudara untuk menemukan daerah abnormal

pada payudara untuk menemukan daerah abnormal pada payudara.


n. Pemeriksaan staging dilakukan untuk menentukan stadium kanker

sebagai panduan pengobatan dan menentukan prognosis.

o. Pemeriksaan SADARI (periksa payudara sendiri) dilakukan dengan

menggunakan tangan dan penglihatan untuk memeriksa adanya

kelainan pada payudara. Jika dilakukan secara rutin, seorang wanita

akan dapat menemukan benjolan pada payudara

G. Edukasi Nutrisi

Tidak dapat dipungkiri kalau terapi selama pengobatan kanker dapat

memengaruhi pola makan dan status gizi pasien. Namun, pemberian

asupan nutrisi yang bergizi dan seimbang selama dan setelah pengobatan

kanker dapat membuat pasien merasa lebih baik dan tetap kuat. Beberapa

komponen makanan yang penting diberikan bagi pasien kanker untuk

membantu penyerapan nutrisi makanan dan meningkatkan sistem

kekebalan tubuh pasien selama menjalani pengobatan:

1. Karbohidrat

Karbohidrat sangat dibutuhkan oleh penderita kanker karena dapat

memberikan energi yang diperlukan tubuh selama pengobatan. contoh

sumber karbohidrat adalah roti, gandum utuh, beras merah, produk

sereal, kacang kering, kacang polong, dan lentil.

2. Protein

Asam amino yang terkandung dalam protein berguna untuk

pertumbuhan, perbaikan jaringan tubuh, dan pemeliharaan sistem

kekebalan tubuh. Protein juga membantu tubuh untuk membuat sel,


hormon, dan enzim. Beberapa makanan yang mengandung protein

seperti daging tanpa lemak, ikan, susu, telur, dan yogurt dapat

mengganti dan memperbaiki sel tubuh yang rusak karena

penggerogotan sel kanker.

3. Air

Sebagai komponen penting dalam tubuh, air dan cairan berfungsi

untuk mengatur suhu tubuh, menyalurkan nutrisi ke bagian tubuh yang

membutuhkan, dan membantu mengeluarkan kotoran. Air merupakan

pilihan terbaik untuk membantu tubuh dalam mempertahankan jumlah

cairan yang memadai. Jika tubuh tidak mendapatkan cairan yang

cukup selama pengobatan kanker, pasien kanker akan mengalami

dehidrasi, apalagi jika disertai dengan muntah dan diare. Tanyakan

kepada dokter untuk mengetahui berapa banyak air yang dibutuhkan

untuk mencegah dehidrasi serta jenis cairan dan minuman seperti apa

yang boleh dikonsumsi selama pengobatan.

4. Vitamin

Sebagai senyawa kimia alami yang penting untuk kesehatan, vitamin

membantu tubuh menciptakan energi dari karbohidrat, lemak, dan

protein. Vitamin juga dibutuhkan untuk memperbaiki jaringan tubuh

yang rusak, menjaga sistem imun tubuh, serta menjaga kekuatan

tulang, mata, kulit, kuku, dan rambut. Sumber utama vitamin dapat

ditemukan dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari, seperti buah

dan sayuran.
Bahan Makanan Dianjurkan Tidak dianjurkan

Sumber karbohidrat Nasi, roti, mie, macaroni, da hasil

olahan tepung seperti cake, tarcis,

pudding, dan pastry, dodol, ubi,

karbohidrat sederhana seperti gula

pasir

Sumber Protein Daging sapi, ayam, ikan, Di masak dengan banyak minyak

telur,susu dan hasil olah seperti atau kelapa atau santan kental,

keju dan yougurt custard dan es dibakar

krim

Sumber protein nabati Semua jenis kacang-kacangan dan Di masak dengan banyak minyak

olahan seperti tempe, tahu dan atau kelapa atau santan kental,

pindakas dibakar

Sayuran Semua jenis sayur terutama jenis Di masak dengan banyak minyak

B, seperti bayam, buncis, daun atau kelapa atau santan kental,

singkong, kacang panjang, labu dibakar

siam, dan wortel rebus, dikukus

dan tumis

Buah-buahan Semua jenis buah lemak segar,

buah kaleng, buang kering, jus

buah.
Lemak dan minyak Minyak goreng, mentega, Santan Kental

margarine, santan encer, salad

dressing

Minuman Soft drink, madu, sirup, the dan Minuman rendah energi

kopi encer

Bumbu Bumbu Bumbu yang tajam seperti cabe dan

merica

5. Mineral

Tubuh membutuhkan mineral untuk membantu metabolisme

karbohidrat dan lemak hingga menjadi energi. Selain itu, mineral

bersama vitamin juga berfungsi untuk membantu meningkatkan sistem

kekebalan tubuh. Asupan mineral didapatkan dari jenis makanan

nabati dan hewani, antara lain seperti makanan mengandung kalsium,

sayur-sayuran seperti brokoli, makanan laut, kacang-kacangan, dan

lain sebagainya.

Selama pengobatan kanker, umumnya pasien akan kehilangan berat

badan dan mengalami kondisi seperti mual, hilang nafsu makan, dan

lain-lain. Konsultasikan dan mintalah rujukan pada dokter Anda serta

dokter spesialis gizi klinik untuk membantu Anda membuat rencana

pola makan terbaik untuk menunjang kebutuhan Anda dan/atau orang

terkasih selama menjalani pengobatan kanker.

Tabel 2.1 1 Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan


BAB II

TINJAUAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Pengkajian

a. Riwayat Kesehatan Sekarang Biasanya klien masuk ke rumah

sakit karena merasakan adanya benjolan yang menekan

mammae, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras,

bengkak dan nyeri.


b. Riwayat Kesehatan Dahulu Adanya riwayat tumor mammae

sebelumnya atau ada kelainan pada mammae, kebiasaan makan

tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian dada

sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada,

ataupun mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker

ovarium atau kanker serviks.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga yang mengalami ca

mammae berpengaruh pada kemungkinan klien mengalami ca

mammae atau pun keluarga klien pernah mengidap penyakit

kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.

(Herdman & Kamitsuru, 2018)

d. Pemeriksaan Fisik

1) Kepala : Normal, kepala tegak lurus, tulang kepala

umumnya bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan

oksipital dibagian posterior.

2) Rambut : Biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak

terlalu berminyak.

3) Mata : Biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata.

Mata anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.

4) Telinga : Normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada

tanda-tanda infeksi dan tidak ada gangguan fungsi

pendengaran.
5) Hidung : Bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri

tekan.

6) Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.

7) Leher : Biasanya terjadi pembesaran KGB.

8) Dada : Adanya kelainan kulit berupa peau d’orange, dumpling,

ulserasi atau tanda-tanda radang.

9) Hepar : Biasanya tidak ada pembesaran hepar.

10) Ekstremitas: Biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.

(Herdman & Kamitsuru, 2018)

1. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon

a. Persepsi dan Manajemen

Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa

pada mammaenya kerumah sakit karena menganggap itu hanya

benjolan biasa.

1) Nutrisi – Metabolik

Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia,

muntah dan terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat

mengkonsumsi makanan mengandung MSG.

2) Eliminasi

Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami

melena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.

3) Aktivitas dan Latihan


Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan lathan

klien terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.

4) Kognitif dan Persepsi

Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga

kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun

motorik.

5) Istirahat dan Tidur

Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.

6) Persepsi dan Konsep Diri

Mammae merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau

kehilangan akibat operasi akan membuat klien tidak percaya diri,

malu, dan kehilangan haknya sebagai wanita normal.

7) Peran dan Hubungan

Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan

dalam melakukan perannya dalam berinteraksi social.

8) Reproduksi dan Seksual

Biasanya akan ada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada

tingkat kepuasan.

9) Koping dan Toleransi

Stress Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan,

denial dan keputus asaan.

10) Nilai dan Keyakinan


Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya

dengan lapang dada. (Herdman & Kamitsuru, 2018)

B. Diagnosis Keperawatan

Masalah 1 : Nyeri Kronik

1. Definisi

Nyeri kronik merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang

dirasakan seseorang berkaitan dengan adanaya kerusakan jaringan

actual atau fungsional dengan Konset mendadak atau lambat,

berintensitas ringan hingga berat, menetap, yang berlangsung lebih

dari 3 bulan (PPNI, 2017)

2. Penyebab

Penyebab terjadinya nyeri kronis dapat berupa adanya kondisi

musculoskeletal kronis, kerusakan system saraf, penekanan saraf,

gangguan fungsi metabolic, Riwayat posisi bekerja status,

tekanan emosional, adanya Riwayat penganiayaan,

penyalahgunaan obat, dan terjadninya gangguan imunitas.

3. Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif : Mengeluh merasakan nyeri, merasa depresi

Objektif : Pasien tampak meringis, gelisah, dan tidak mampu

menyelesaikan aktivitas.

4. Gejala dan Tanda Minor

Subjektif : Pasien merasa takut mengalamu cedera berulang


Objektif : bersikap protektif, waspada, anoreksi, pola tidur berubah,

focus menyempit dan terkadang hanya berfokus pada diri sendiri.

5. Kondisi klinis terkait

a. Kondisi kronis

b. Infeksi

c. Cedera medulla spinalis

d. Kondisi pasca trauma

e. Tumor

Masalah 2 : Nyeri Akut

1. Definisi

Nyeri kronik merupakan pengalaman sensorik atau emosional

yang dirasakan seseorang berkaitan dengan adanaya kerusakan

jaringan actual atau fungsional dengan onset mendadak atau

lambat, berintensitas ringan hingga berat, menetap, yang

berlangsung kurang dari 3 bulan (SDKI, 2016)

2. Penyebab

Nyeri akut dapat disebabkan oleh agen pencedera fisiologis,

kimiawi, maupun agen fisik. Agen pencedera dapat berupa

inflamasi, iskemia atau adanya neoplasma; agen kimiawi dapat

berupa terbakar atau teriritasi bahan kimia iritan; dan agen fisik

dapat berupa amputasi, prosedur operasi, trauma atau Latihan fisik

yang berlebihan.

3. Gejala dan tanda mayor


Subjektif : Mengelih nyeri

Objektif : tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi

nadi meningkat dan mengalami kesulitan tidur.

4. Gejala dan Tanda Minor

Objektif : Tekanan darah meningkat, perubahan pola napas,

perubahan nafsu makan, proses berfikir terganggu, menarik diri,

mengalami diaphoresis, serta hanya berfokus pada diri sendiri.

5. Kondisi klinis terkait

a. Kondisi pembedahan

b. Cedera traumatis

c. Infeksi

d. Sindrom coroner akut

e. Glaucoma

Masalah 3 : Ansietas

1. Defenisi : Kondisi emosional pengalaman subjektif individu

terhadap objektif yangtidak jelas dan spesifik akibat antisipasi

bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan

untuk menghadapi ancaman

2. Penyebab :

a. Krisis situasional

b. Kebutuhan tidakter penuhi

c. Kekhawatiran mengalami kegagalan

d. Ancaman terhadap kematian


e. Krisis maturasional

f. Ancaman terhadapkonsep diri

g. Disfusi sistem keluarga

h. Hubungan orangtua anak tidak memuaskan

i. Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)

j. Penyalaunaan Zat

k. Terpapar bahayalingkungan (mis,toksin,polutan,and lain-lain)

l. Kurang terpapar informasi

3. Gejala dan tanda mayor

Subjektif : Merasa bingnung,merasa khawatir dengan akibat dari

kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi

Objektif : Tampak gelisah, Tampak tegang, Sulit tidur

4. Gejala dan tanda minor

Subjektif : Mengeluh pusing, Anoresia, Palpitasi, Merasa tidak

berdaya

Objektif : Frekuensi napas meningkat, Frekuensi nadi

meningkat,tekanan darah meningkat, Diaforesis, muka

tapakpucat, suara bergetar,kontak mata buruk Sering berkemih,

Berorirntasi pada masa lalu.

5. Kondisi klinis terkait

a. Penyakit kronis progresif (mis,kanker, penyakit autoimun)

b. Penyakit akut

Masalah 4 : Gangguan Bobilitas Fisik


1. Definisi

Keterbatasan dalam gerakan fisik dari suatu atau lebih ekstremitas

secara mandiri

2. Penyebab

a. Kerusakan integrasi struktur tulang

b. Perubahan metabolism

c. Ketidak bugaran fisik

d. Penurunan kendali otot

e. Penurunan massa otot

f. Keterlambatan perkembangan

g. Kekakuan sendih

h. Kontraktur

i. Mainutrisi

j. Gangguan musculoskeletal

k. Gangguan neuromuskeletar

3. Gejala dan Tanda Mayor

Subjek : Mengeluh sulit menggerakan ekstermitas

Objektif: Kekuatan ototmenurun dan rentanggerak (ROM)

menurun

4. Gejala dan Tanda Minor

Subjektif : Nyerisaat bergerak,enggan melakukanpenggerakan,

merasa cemas saat bergerak


Objektif : Sendi kaku, gerakan tidak terkordinasi,

gerakanterbatas,fisik lemah

5. Kondisi klinis terkait: Stroke,cedera medulla

spinalis,trauma,frakur,osteoarthritis, ostemalasia, keganasan

C. Intervensi Keperawatan

Perencanaan yang dapat dilakukan pada pasien mengalami nyeri dapat

berupa (PPNI, 2018, 2019):

Masalah 1 : Nyeri Kronik

Manajemen Nyeri

a. Tujuan dan Kriteria Hasil

Tujuan : Nyeri Berkurang

Kriteria Hasil :

1) Keluhan nyeri menurun

2) Meringis dapat menurun

3) Gelisah dapat menurun

4) Sikap protektif dapat menurun

b. Intervensi keperawatan dan rasional

Observasi

1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi kualitas dan

intensitas nyeri.

Rasional : mengetahui lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi

kualitas dan intensitas nyeri dari pasien.

2) Identifikasi skala nyeri


Rasional : mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan pasien.

3) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri

Rasional : mengetahui hal-hal yang dapat memperberat ataupun

memperingan nyeri yang dirasakan pasien.

4) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.

Rasional : mengetahui seberapa besar rasa nyeri mempengaruhi

kualitas hidup pasien.

Terapeutik

1) Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

(misalnya : Terapi Pijat, Kompres Hangat/Dingin, Hypnosis,

relaksasi napas dalam)

Rasional : mengurangi tingkat nyeri pasien/mengalihkan

pasien dari rasa nyerinya.

2) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri.

Rasional : Mengurangi risiko factor yang dapat memperberat

nyeri.

3) Fasilitasi Istirahat dan Tidur

Rasional : mengalihkan dan memenuhi kebutuhan istirahat

pasien.

Edukasi

1) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri

Rasional : memberikan informasi terkait nyeri yang dirasakan

pasien
2) Jelaskan strategi mengatasi nyeri

Rasional : membantu pasien mengatasi saat nyeri muncul

4) Anjurkan untuk memonito nyeri secara mandiri.

Rasional : pasien dapat mengetahui sendiri karakteristik,

penyebab, lokasi saat nyeri muncul.

5) Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

Rasional : memudahkan pasien untuk mengontrol nyeri dengan

cara sederhana.

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian analgetic, jika perlu.

Rasional : mengurangi/menghilangkan rasa nyeri yang

dirasakan pasien

Masalah 2 : Nyeri Akut

Manajemen Nyeri

1. Tujuan dan Kriteria Hasil

Tujuan : Nyeri Berkurang

Kriteria Hasil :

a. Keluhan nyeri menurun

b. Meringis dapat menurun

c. Gelisah dapat menurun

d. Sikap protektif dapat menurun

2. Intervensi keperawatan dan rasional

Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi kualitas dan

intensitas nyeri.

Rasional : mengetahui lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi

kualitas dan intensitas nyeri dari pasien.

2) Identifikasi skala nyeri

Rasional : mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan pasien.

3) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri

Rasional : mengetahui hal-hal yang dapat memperberat

ataupun memperingan nyeri yang dirasakan pasien.

4) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.

Rasional : mengetahui seberapa besar rasa nyeri

mempengaruhi kualitas hidup pasien.

Terapeutik

1) Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

(misalnya : Terapi Pijat, Kompres Hangat/Dingin, Hypnosis,

relaksasi napas dalam)

Rasional : mengurangi tingkat nyeri pasien/mengalihkan

pasien dari rasa nyerinya.

2) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri.

Rasional : Mengurangi risiko factor yang dapat memperberat

nyeri.

3) Fasilitasi Istirahat dan Tidur


Rasional : mengalihkan dan memenuhi kebutuhan istirahat

pasien.

Edukasi

1) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri

Rasional : memberikan informasi terkait nyeri yang dirasakan

pasien

2) Jelaskan strategi mengatasi nyeri

Rasional : membantu pasien mengatasi saat nyeri muncul

3) Anjurkan untuk memonito nyeri secara mandiri.

Rasional : pasien dapat mengetahui sendiri karakteristik,

penyebab, lokasi saat nyeri muncul.

4) Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

Rasional : memudahkan pasien untuk mengontrol nyeri dengan

cara sederhana.

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian analgetic, jika perlu.

Rasional : mengurangi/menghilangkan rasa nyeri yang

dirasakan pasien.

Masalah 3 : Ansietas

Tingkat Ansietas

1. Tujuan dan Kriteria Hasil

Tujuan : Tingkat Ansietas Menurun

Kriteria Hasil :
a. Perilaku gelisah menurun

b. Perilaku tegang menurun

2. Intervensi keperawatan dan rasional

Observasi :

a. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah

b. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan

c. Memonitortanda-tanda ansietas

Terapeutik :

a. Ciptakan suasana teraupetikuntukmenumbuhkan kepercsyaan

b. Temanipasien untuk mengurangi kecemasan jika

memungkinkan

c. Pahamisituasi yang membuat ansietas

d. Dengarkan dengan penuhperhatian

e. Gunakanpendekatanyangtenang dan menyakinkan

f. Monivasi mengidentifkasi situasi yang memicu kecemasa

Edukasi :

a. Jelaskanprosedur termasuk senasai yang mungkin dialami

b. Informasikan secara faktul mengenai diagnose, pengobatan

dan prognosi

c. Anjurkkan keluraga untuk tetap bersama pasien

d. Latihan kegiatan pengalihan untukmengurangi keteganggan

e. Lati tenik relaksasi


Masalah 4 : Gangguan mobilisasi fisik

Tingkat Pengetahuan

1. Tujuan dan Kriteria Hasil

Tujuan : Tingkat Pengetahuan Menurun

Kriteria Hasil :

a. Verbalisasi minat dalam belajar meningkat

b. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik

meningkat

c. Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang

sesuai dengan topic meningkat

d. Perilakusesuai denganpengetahuan meningkat

2. Intervensi keperawatan dan rasional

Observasi

a. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya


b. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik

a. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam


meningkatkan pergerakan
Edukasi

a. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi


b. Anjurkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
(ROM)
DAFTAR PUSTAKA

Mulyasari Ad, 2017. Analisis Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Rsu.

Bahteramas Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017. Jurnal

Penelitian. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Halu Oleo.

Chabira Suharda. 2019. Hubungan Posttraumatic Growth Terhadap Kualitas

Hidup Pasien Ca. Mammae Di Rsud Kota Makassar Tahun 2019.

Skripsi.Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri

Alauddin Makassar

Ihda Fadila. (2020). Jenis Obat Dan Pengobatan Kanker Payudara Yang Dapat

Direkomendasikan Dokter.

Moorhead,Dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification, 5 Th Edition.

Singapura: Elsevier Inc.

Dos Remedios, M. D. (2019) Asuhan Keperawatan Ca Mammae Di Ruang

Cempaka Prof. Dr. Wz Johannes Kupang (Doctoral Dissertation, Poltekes

Kemenkes Kupang).

Azarinakhoirun, 2017.Efek Radioterapi Terhadap Produksi Sel Darah Pada

Penderita Ca Mammae Dan Ca Cervix

Https://Dharmais.Co.Id/News/285/Kanker-:-Nutrisi-Pada-Pasien-Kanker

Almatsier.2008.Penuntun Diet Edisi Terbaru.Pt Gramedia Pustaka: Jakarta

Erb’s, K. &. (2015). Fundamental of Nursing (3rd ed.). Pearson Australia Group.
IASP. (2012). International Study of Pain (IASP).

Mardana, I. ., & Aryasa, T. (2017). Penilaian Nyeri. Fakultas Kedokteran


Universitas Udayana. http://simdos.unud.ad.id

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1. DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1. DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.

Risnah, R., Musdalifah, M., Amal, A. A., Nurhidayah, N., & Rasmawati, R.

(2022). Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia (M.

Irwan (ed.)). CV. Trans Info Media.

Chabira Suharda. "Hubungan Posttraumatic Growth Terhadap Kualitas Hidup

Pasien Ca. Mammae Di Rsud Kota Makassar Tahun 2019".Skripsi. Makassar:

Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Uin Alauddin Makassar, 2019.

Herdman, H., & Kamitsuru, S. 2018. Nanda-I Diagnosis Keperawatan Definisi

Dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.L
DI RUANG PERAWATAN LONTARA 3 BEDAH TUMOR
RSUP WAHIDIN SUDIROHUSODO

Oleh:
Sri Wahyuni,S,Kep
70900121033

CI LAHAN CI INTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XIX


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2022
PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

HARI/TANGGAL : Selasa, 05 April 2022


JAM PENGKAJIAN : 14:30
PENGKAJI : Sri wahyuni
RUANG : Lontara 3 (Bedah Tumor) belakang
I. IDENTITAS
A. PASIEN
1. Nama : Ny. L
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Umur : 39 tahun
4. Agama : Kristen
5. Status Perkawinan : Kawin
6. Pekerjaan : IRT
7. Pendidikan terakhir : SD
8. Alamat : Dusun buapul luwu timur
9. No. CM : 9717677
10. Diagnostik Medis : Ca Mammae
11. Tgl masuk RS : 30 Maret 2022
B. PENANGGUNGJAWAB
1. Nama : Martinus
2. Umur: : 40 tahun
3. Pendidikan : SD
4. Pekerjaan : Wiraswasta
5. Alamat : Dusun buapul luwu timur
II. RIWAYAT KEPERAWATAN
A. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN
1. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri
b. Kronologi penyakit saat ini (dimulai kapan klien sakit, riwayat pengobatan,
respon terhadap pengobatan, perjalanan pengobatan/perawatan di RS saat ini).
Pasien mengatakan awalnya ada benjolan kecil dipayudara lama kelamaan
membesar dan sakit disertai dengan nyeri dan langsung dibawah ke dokter untuk
berobat dan sudah melakukan perobatan 2 tahun, seharusnya pasien di
sarankanoleh dokter untuk kemoterapi tetapi pasien tada peduli karnamenggap
dirinya sudah sembuh dan akhirnya pasien merasakan kembali kesakitan nyeri
terhadap payudaranya dan akhirnya pasiendi rawat kembali dengan keluhan nyeri
dikepala dan ekstremitas sebelah kanan lemah sehingga sulit digerakan
c. Pengaruh penyakit terhadap pasien
pasien merasa nyeri dan cemas karena harus dikemoterapi
d. Apa yang diharapkan pasien dari pelayanan kesehatan
Pasien mengatakan sudah cukup puas dengan pelayanan kesehatan. Hanya saja,
pasien berharap agar tenaga kesehatan bisa lebih ramah lagi terhadap pasien
2. Riwayat Penyakit Masa Lalu
a. Penyakit masa anak-anak
Pasien mengatakan tidak pernah sakit ketika masih kanak-kanak
b. Imunisasi
Pasien mengatakan bahwa ia lupa tentang riwayat imunisasinya
c. Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi
d. Pengalaman sakit/dirawat sebelumnya
Pasien mengatakan bahwa ia perna dirawat sebelunya dengan adanya benjolan
dipayudara sehingga pasien di rawat di Rs Wahidin
e. Pengobatan terakhir
Pasien perna melakukan pengobatan terakhir di Rs wahidin 2 tahun yang laluh
B. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
1. Genogram

3
9

39

: Laki-laki : Meninggal : Garis perkawinan : Serumah

: Perempuan : Klien : Garis keturunan

G1: Pasien mengatakan bahwa ayah dan ibunya masi hidup

G2: Pasien mengatakan ia anak pertama dari tujuh bersaudara

G3: Pasien mengatakan bahwa ia memiliki 3 orang anak


a. Dengan siapa klien tinggal dan berapa jumah keluarga?
Pasien mengatakan bahwa ia tinggal dengan suaminya dan anak-anaknya
b. Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa?
Pasien mengatakan bahwa suami dan anak-anaknya dalam keadaan sehat
c. Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit menular atau menurun?
Pasien mengatakan bahwa tidak ada memiliki riwayat penyakit
d. Bagaimana efek yang terjadi pada keluarga bila salah satu anggota keluarga
sakit?
Pasien mengatakan bahwa jika ada anggota keluarga yang sakit maka ia akan
membawanya ke rumah sakit
C. PENGKAJIAN BIOLOGIS
1. RASA AMAN DAN NYAMAN
a. Apakah ada rasa nyeri? Di bagian mana? jelaskan secara rinci: PQRST.
-P: Pasien mengatakan nyeri
-Q: Pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk, memberat ketika duduk
-R: Pasien mengatakan nyeri pada pada kepala
-S: Pasien mengatakan nyeri skala 4 NRS
-T:
∙ Frekuensi: 3-4 kali dalam sehari

∙ Durasi: 5-10 menit


-Pasien tampak meringis
b. Apakah mengganggu aktifitas?
Pasien mengatakan nyeri sampai mengganggu aktivitasnya karna haya bisa
berbaring saja
c. Apakah yang dilakukan untuk mengurangi/menghilangkan nyeri?
Pasien hanya bisa meringis ketika nyerinya muncul
d. Apakah cara yang digunakan untuk mengurangi nyeri efektif?
Tidak efektif
e. Apakah ada riwayat pembedahan?
-Post operasi ca mammae
2. AKTIVITAS ISTIRAHAT-TIDUR
a. Aktivitas
1) Apakah klien selalu berolah raga? Jenis OR?

Pasien mengatakan bahwa ia tidak pernah olah raga


2) Apakah klien menggunakan alat bantu dalam beraktifitas?

Keluarga klien mengatakan dalam aktifitas pasien hanya di bantu keluarga


3) Apakah ada gangguan aktifitas?

Keluarga klien mengatakan hanya sulit melakukan aktifitas akibat nyeri yang
di rasa pada kepala dan lemah pada ekstremitas sebelah kanan
4) Berapa lama melakukan kegiatan perhari? Jam berapa mulai kerja?
Keluarga klien mengatakan sebelum sakit pasien bisa melakukankegiatan dalam
seharian dimulai dari pagi dengan membersihkan rumah setelah sakit klien hanya
berbaring di rumah sakit
5) Apakah klien mampunyai keterampilan khusus?
Klienmengatakan tidak mengetahui keterampilan khusus yang dia miliki
6) Bagaimana aktifitas klien saat sakit sekarang ini? Apakah perlu bantuan?
Ya, karna pasien mengalami kelemahan ekstremitas sebelah kanan sehingga
membutukan bantuan
b. Istirahat
1) Kapan dan berapa lama klien beristirahat?
Klien mengatakan pasien beristirahat di siang hari pada pukul 13.30
2) Apa kegiatan untuk mengisi waktu luang?
Klien mengatakan sebelum sakit apabilah ada waktu luang pasien menonton
TV atau duduk-duduk di teras rumah saat dirawat di RS pasien hanya
berbaring ditempat tidur
3) Apakah klien manyediakan waktu khusus untuk istirahat?
Klien mengatakan klien menyiapkan waktu istirahatan di siang hari dan
malam hari
4) Apakah pengisian waktu luang sesuai hoby?
Iya karena klien menyukai menonton
5) Bagaimana istirahat klien saat sakit sekarang ini?
Klien mengatakan pada saat dirawat di RS lebih banyak beristirahat
c. Tidur
1) Bagaimana pola tidur klien? (jam, berapa lama, nyenyak/tidak?)
Klien mengatakan sebelun sakit dia tidur 2 X sehari yaitu siang dan malam
pagi biasanya 1-2 jam dan malam 6-7 jam. Dan setelah mengalami sakit klien
mengatakan sering terbangun akibat nyeri yang di rasadan sulit untuk
bernapas
2) Apakah kondisi saat ini menganggu klien?
Ya, Karena klien sering terbangun daritidurnya sehingga dia tidak dapat tidur
dengan nyenyak
3) Apakah klien terbiasa menggunakan obat penenang sebelum tidur?
Klien mengatakan tidakperna menggunakan obat penenang sebelum tidur
4) Kegiatan apa yang dilakukan menjelang tidur?
Pasien mengatakan tidak ada kegiatan menentu saat ingin tidur
5) Bagaimana kebiasaan tidur?
Pasien mengatakan biasa tidur di malam hari
6) Berapa jam klien tidur? Bagaimana kualitas tidurnya ?
Klien mengatakan sebelum sakit tidurnya pada siang hari bisa 2-3 jam
sedangkan malam 6-7 jam pada saat klien mengalami sakitan klien
mengatakan sulit untuk tidur siang hari ± 1 jam dan malam 1-2 jam
7) Apakah klien sering terjaga saat tidur?
Klien mengatakan sering terbangun akibat nyeri yang dirasakan
8) Pernahkan mengalami gangguan tidur? Jenisnya?
Klien mengatakan tidak pernahmengalamigangguantidur sebelumnya
9) Apa hal yang ditimbulkan akibat gangguan tersebut?
Klien mengatakan pusing akibat sering terbangun

3. CAIRAN
a. Berapa banyak klien minum perhari? Gelas?
Keluarga klien mengatakan klien bisa menghabiskan 2-3 aqua gelas dalam 1 hari
b. Minuman apa yang disukai klien dan yang biasa diminum klien?
Klien mengatakan minuman yang disukai yaitu teh, dan untuk sekarang klien
hanya minum air mineral
c. Apakah ada minuman yang disukai/ dipantang?
Klien mengatakan sukaminum teh dan tidak ada minuman yang dipantangi
d. Apakan klien terbiasa minum alkohol?
Klien mengatakan tidak pernah minum minuman yang alkohol
e. Bagaimana pola pemenuhan cairan perhari?
Klien mengatakan ia rajin minum air mineral perhari
f. Ada program pembatasan cairan?
Klien mengatkan tidakada program pembatasan cairan
g. Bagaimana balance cairan klien ?
4. NUTRISI
a. Apa yang biasa di makan klien tiap hari?
Klien mengatakan klien biasa makan nasi putih, lauk pauk dan sayur
b. Bagaimana pola pemenuhan nutrisi klien? Berapa kali perhari?
Kluarga klien mengatakan klien makan 3X sehari dan porsimakan selalu
dihabiskan
c. Apakah ada makanan kesukaan, makanan yang dipantang?
Pasien mengatakan suka memakan coto, namun sudah dikurangi karena
hipertensinya
d. Apakah ada riwayat alergi terhadap makanan?
Klien mengatakan tidakada alergi terhadap makanan
e. Apakah ada kesulitan menelan? Mengunyah?
Klien mengatakan tidakada kesulitan menelan dan mengunyah
f. Apakah ada alat bantu dalam makan? Sonde, infus.
Klien terpasang infus
g. Apakah ada yang menyebabkan gangguan pencernaan?
Klien mengatakan tidakada gangguan pencernaan
h. Bagaimana kondisi gigi geligi klien? Jumlah gigi? Gigi palsu? Kekuatan gigi?
Klien mengatakan tidak memiliki gigi palsu
i. Adakah riwayat pembedahan dan pengobatan yang berkaiatan dengan
sistem pencernaan?
Klien mengatakan tidakada riwayat pembedahan yang berkaitan
dengan system pencernaan
j. Adakah program DIET bagi klien ? Jenis ? Bila ada, jelaskan secara RINCI
Klien mengatakan tidak ada program diet
5. ELIMINASI: URINE DAN FESES
a. Eliminasi feses:
1) Bagaimana pola klien dalam defekasi? Kapan, pola dan karakteristik feses?

Klien mengatakan sebelum sakit frekuensi BAB 1 X sehari BAB klien padat
danberwarna kecoklatan klien mengatakan selama di RS belum perna BAB
2) Apakah terbiasa menggunakan obat pencahar?

Klien mengatan tidak pernah menggunakan obat pelancar


3) Apakah ada kesulitan?

Klien mengatakan tidak ada kesulitan dalam BAB


4) Usaha yang dilakukan klien untuk mengatasi masalah?

Klien mengatakan tidak melakukan apapun dalam mengatasi masalah BAB


nya
5) Apakah klien mengguankan alat bantu untuk defeksi?

Klienmengatakan tidakmenggunakanalat bantu untuk defekasi


b. Eliminasi Urine:
1) Apakah BAK klien teratur?

Klien mengatakan BAK lancar


2) Bagaimana pola frekuensi, waktu, karakteristik serta perubahan yang terjadi
dalam miksi?
Klien mengatakan sebelum sakit BAK lancer BAK 4-8 X/ hari berwarna
kekuningan dan berbaukhas urin
3) Bagaimana perubahan pola miksi klien?

Klienmengatakan tidakada perubahan pada pola miksi


4) Apakah ada riwayat pembedahan, apakah menggunakan alat bantu dalam
miksi?
Klien mengatakan ada riwayat pembedahan dan tidak menggunakan alat
bantu dalam miksi
5) Berapa volume air kemih?
Klienmengatakan tidak mengetahui pasti volume urinnya
6) Bila menggunakan alat bantu sudah berapa lama?

Klien mengatakan tidakmenggunaka alat bantu


6. KEBUTUHAN OKSIGENASI DAN KARBONDIOKSIDA
a. Pernafasan
1) Apakah ada kesulitan dalam bernafas? Bunyi nafas? Dypsnue?
Tidak. Pernafasan 20 kali permenit
2) Apakah yang dilakukan klien untu mengatasi masalah?
Tidak ada masalah
3) Apakah klien mengguanakan alat bantu pernafasan? (Ya, jelaskan apa
jenisnya)
Klien tidak menggunakan alat bantu pernafasan
4) Posisi yang nyaman bagi klien?
Klien mengatakan posisi yang nyaman dirasakan yaitu berbaring
5) Apakah klien terbiasa merokok? Obat – obatan untuk melancarkan
pernafasan?
klien mengatakan tidak merokok
6) Apakah ada alergi terhadap debu, obat- obatan dll?
klien mengatakan tidak ada alergi
7) Apakah klien pernah dirawat dengan gangguan pernafasan?
Klien mengatakan tidak pernah
8) Apakah klien pernah punya riwayat gangguan pernafasan dan mendapat
pengobatan? ( Ya, apa jenis obat, bepara lama pemberiannya? Kapan?)
Klien mengatakan tidak pernah punya riwayat gangguan pernafasan
b. Kardiovaskuler
1) Apakah klien cepat lelah?
Pasien mengatakan tidak cepat lelah
2) Apakah ada keluhan berdebar- debar? Nyeri dada yang menyebar?
Pusing? Rasa berat didada?
Klien mengatakan tidak ada keluhan
3) Apakah klien mengguankaan alat pacu jantung?
Klien mengatakan tidak pernah menggunakan alat pacu jantung
4) Apakah klien mendapat obat untuk mengatasi gangguan kardiovaskuler?
Klien mengatakan tidak ada
7. PERSONAL HYGIENE
a. Bagaimana pola personal hygiene? Berapa kali mandi, gosok gigi dll?
Pasien mandi dan gosok gigi minimal 2 kali sehari, selama sakit klien hanya
dilap menggunakan tissue basah 1 X sehari yaitu pagi saja. Belum pernah
menggosok gigi
b. Berapa hari klien terbiasa cuci rambut?
Pasien mengatakan mencuci rambutnya 3-4 kali dalam seminggu, pada saat sakit
belum mencuci rambut
c. Apakah klien memerlukan bantuan dalam melakukan personal hygiene?
Pasien mengatakan perlu bantuan dalam personal hygiene
8. SEX
a. Apakah ada kesulitan dalam hubungan seksual?
b. Tidak dikaji
c. Apakah penyakit sekarang mempengaruhi / mengguangggu fungsi seksual?
Tidak dikaji
D. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL
1. Psikologi
a. Status Emosi.
1) Apakah klien dapat mengekspresikan perasaannya?

Pasien mengatakan tidak percaya diri apa yang dialami saat ini
2) Bagaimana suasana hati klien?

Sedih
3) Bagaimana perasaan klien saat ini?

Pasien mengatakan perasaannya sedih


4) Apa yang dilakukan bila suasana hati sedih, marah, gembira?

Haya terdiam
b. Konsep diri:
1) Bagaimana klien memandang dirinya?

Pasien mengatakan tidak percaya diri karna penyakit yang dialami


2) Hal-hal apa yang disukai klien?

Pasien suka membantu orang lain


3) Apakah klien mampu mengidentifikasi kekuatan, kelemahan yang ada
pada dirinya?
-Ya. Pasien mengatakan bahwa fisiknya kuat
4) Hal-hal apa yang dapat dilakukan klien saat ini?

Pasien mengatakan sebelum sakit pasien dapat melakukan segala hal sendiri,
pada saat sakit klien tidak dapat melakukan aktivitas
2. Hubungan Sosial
a. Apakah klien mempunyai teman dekat?
Ya. Pasien mempunyai banyak sahabat seumurannya
b. Siapa yang dipercaya klien?
Suami, orang tua , anak, dan sahabat-sahabatnya
c. Apakah klien ikut dalam kegiatan masyarakat?
Klienmengatakan tidakikut dalam kegiatan masyarakat
d. Apakah pekerjaan klien sekarang? Apakah sesuai kemampuan?
Ya. Pasien mengatakan bekerja sebagai ibu rumah tangga yang bisa melakukan
pekerjaan yang di rumah
3. Spiritual
a. Apakah klien menganut satu agama?
Tidak
b. Saat ini apakah klien mengalami gangguan dalam menjalankan ibadah?
Ya. Karna pasien tidak bisa ke gereja untuk beribadah
c. Bagaimana hubungan antara manusia dan Tuhan dalam agama
Pasien mengatakan bahwa hubungannya dengan Tuhan bagus, karena setiap
saat ia selalu bedoa
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. KEADAAN UMUM
1. Kesadaran: CM, GCS: E4M6V5
2. Kondisi klien secara umum
Baik
3. Tanda-tanda vital
-TD: 130/85
-N: 103 x/i
-P: 20 x/i
-S: 36,5 ˚C
4. Pertumbuhan fisik: TB,BB,postur tubuh.antropometri
-TB:160 cm
-70 Kg
-IMT: 27,3
5. Keadaan kulit: wana, tekstur, kelaianan kulit.
-Warna kulit sawo matang
-Turgor kulit elastis
B. PEMERIKSAAN CEPALO KAUDAL
1. Kepala
a. Bentuk, keadaan kulit, pertumbuhan rambut.
-Bentuk kepala bulat merata, terdapat ada nyeri dikepalayang dirasakan yang
secara tiba-tiba, tidak ada massa, tidak ada lesi atau kotoran
-Keadaan kulit kepala bersih dan tidak ada ketombe
-Rambut kusam
b. Mata: kebersihan, penglihatan, pupil, reflek, sklera, konjungtiva
-Tidak ada massa atau pembengkakan
-Pupil isokor, refleks kanan kiri mengikuti cahaya, ukuran 2,5 cm kanan kiri
-Konjungtiva tidak anemis
-Sklera tidak ikterik
c. Telinga: bentuk, kebersihan, sekret, fungsi dan nyeri telinga?
- Simetris
- Bersih dan tidak ada serumen atau cairan telinga
- Fungsi telinga baik menggunakan tes berbisik
d. Hidung: fungsi, polip,sekret, nyeri?
Penciuman baik, tidak ada polip atau sumbatan, tidak ada secret
e. Mulut: kemampuan bicara, keadaan bibir, selaput mukosa, warna lidah, gigi (
letak, kondisi gigi), oropharing (bau nafas, suara parau, dahak)
-Kemampuan bicara baik dan lancar
-Keadaan bibir normal dan tidak ada kelainan
-Letak gigi rata atau tidak bersusun, kondisi bersih dan putih
2. Leher
Bentuk, gerakan, pembesaran thyroid, kelenjar getah bening, tonsil, JVP, Nyeri
telan?
- Refleks menelan
-Tidak ada pembesaran thyroid
-Tidak ada kelenjar getah bening
-Tidak ada distensi vena jugularis
-Tonsil normal, berwarna merah muda dan tidak bengkak
-Tidak ada nyeri tekan
3. Dada
a. Inspeksi: Bentuk dada, kelainan bentuk, retraksi otot dada, pergerakan selama
pernafasan, jenis pernafasan.
Bentuk dada simetris, tidak ada kelainan bentuk dada, tidak ada retraksi dinding
dada, jenis pernafasan dada
b. Auskultasi: Suara pernafasan, Bunyi jantung, suara abnormal yang ditemui
Tidak dikaji
c. Perkusi: batas jantung dan paru? Dullness.
Tidak dikaji
d. Palpasi: simetris?nyeri tekan? Massa? Pernafasan (kedalaman, kecepatan), ictus
kordis.
Simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
4. Abdomen
a. Inspeksi: simetris?, contour, warna kulit, vena, ostomy.
Simetris, tidak ada lesi, tidak ada massa, warna kulit kecoklatan
b. Auskultasi: bunyi perstaltik normal
c. Perkusi: Udara. Cairan, massa/ tumor?
Tidak dikaji
d. Palpasi: batasjantung danparu ditandai dengan jantung saat diperkusi terdengar
redup dan paru terdengar sonor
e. Genitalia, Anus dan Rektum
Pada anus dan rectum normal, tidak terdapat lesi, tidak tedapat pembengkakan.
f. Ekstermitas
1) Atas: alat ekstermitas lengkap simestris tidak ada edema tidak ada lukadan
hanya lemah singga susah untuk di gerakan
2) Bawah: kelengkapan, edema perifer, kekuatan otot, bentuk kaki, varices,
gerakan otot, gerakan panggul, luutut, pergelangan kaki dan jari-jari.
Ekstermitas bawah lengkap, tidak ada kelainan jari, tonus otot lemah, gerak
terbatas karna kelemahan pada ekstermitas sebelah kanan Kekuatan 3
3) Kekuatan otot
3 4
3 4
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal Test Hasil Hasil Normal Satuan

30-03-2022HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
13,1 4.00-10.0 10^3/UI
WBC
4,41 4.00-6.00 10^6/UI
RBC
41 12,0=16.00 Gr/dl
HGC
94 37.0-48.0 %
MCV
32 80.0-97.0 FL
MCH
34 26.5-33.5 Pg
MCHC
297 31.5-35.0 Gr/dl
PLT
RDW-SD 150-400 10^3/ui
37.0-54.0 FL
12,9
RDW-CV 10.0-15,0
14,0
PDW 10.0-8.0 FL
8,4
MPV 6.50-11.0 FL

P-LCR 13.0-43.0 %
0,25
PCT 0.15-0.50 %
82,6
NEUT 52.0-75.0 %
13.7
LYMPH 20.00-40.0 %
3.1
MONO 2.00-8.00 10^3/UI
0.2
EO 1.00-3.00 10^3/UI
0.4
BASO 0.00-0.10 10^3/UI

RET 0.00-0.10 Mm

LED I (L<10.P<20)
LED Jam II
KIMIA DARAH 329
140 Mg/dl
Glukosa
GDS 21 10-50 Mg/dl
Fungsih ginjal 0.59 L(<1.3),P(<1.1) Mg/dl
Ureum
kreatinin 24 <38 U/L
Fungsi hati 60 <41 U/L
SGOT 3.8 3.5-5.0 Gr/dl
SGPT
Albumil 136 136-145 Mmol/l

Elektrolit 39 3.5-5.1 Mmol/l

Natrium 103 97-111 Mmol/l

Kalium
klorida

V. TERAPI YANG DIBERIKAN


Obat Dosis Waktu Rute Tujuan
Ceftriaxone 500 gr /12 jam intravena Sebagai eredatic
(menghambat
pertumbuhan bakteri atau
membunuh bakteri). Obat
ini juga digunakan untuk
mencegah infeksi pada
luka operasi
Paracetamol 500 mg /12 jam oral Antipiretik untuk
meredahkan sakit kepala
akut
Dexamethasone 5 mg /24 jam intravena Sebagai anti inflamasi
(peradangan)
gabapentin 180 mg /12 jam oral Digunakan untuk ereda
nyeri
fentanyl 3 cc / jam intravena Analgetic untuk Pereda
rasa nyeri yang dapat
digunkan meredakan rasa
sakit
FORMAT KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif Data Objektif


- Pasien mengeluh nyeri - Pasien tampak meringis
- P: Pasien mengatakan nyeri - Kekuatan otot
- Q: Pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk- 3 4
tusuk,
- R: Pasien mengatakan nyeri pada kepala dan 3 4
kelemahan ekstermitas sebelah kanan lemah
- S: Pasien mengatakan nyeri skala 7 NRS - Post operasi Ca mamae 2 tahun
- T: yang laluh
∙ Frekuensi: 3-4 kali dalam sehari - Klien mengatakan takut tentang
∙ Durasi: 5-10 menit rencana melakukan kemoterapi
- Klien mengatakan nyeri terasa di
kepala dan lemah ekstermitas
bagian kanan terasa lemah
TD: 130/85
-N: 103 x/i
-P: 20 x/i
-S: 36,5 ˚C
KATEGORISASI DATA
Kategorisasi dan Sub Kategorisasi Data Subjektif dan Objektif
Fisiologis Respirasi DO:
RR: 20 x/menit
Sirkulasi DO:

- TD: 130/85
- N: 103 x/i
Nutrisi dan Cairan
Eliminasi
Aktivitas dan Istirahat

Neurosensory
Reproduksi dan
Seksualitas
Psikologis Nyeri dan Kenyamanan DS:
- Pasien mengeluh nyeri
- P: Pasien mengatakan nyeri
- Q: Pasien mengatakan nyeri seperti
tertusuk-tusuk,
- R: Pasien mengatakan nyeri pada
kepala dan kelemahan ekstermitas
sebelah kanan lemah
- S: Pasien mengatakan nyeri skala 4
NRS
- T:
∙ Frekuensi: 3-4 kali dalam sehari
∙ Durasi: 5-10 menit
-
DO:
- Pasien tampak meringis
- Skala nyeri 7 NRS
- Post operasi Ca Mammae
- S: 36,5 ˚C
Integritas Ego
Pertumbuhan dan
Perkembangan
Perilaku Kebersihan Diri
Penyuluhan dan
Pembelajaran
Relasional Interaksi Sosial
Lingkungan Keamanan dan Proteksi
DO:
- Post operasi Ca mammae
- Pemberian antibiotik
∙ Ceftriaxone
∙ Dexamethasone
FORMAT ANALISA DATA

No. Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1. Nyei akut dibuktikan dengan Linfoma maligna Nyeri Akut
DS:
- Pasien mengeluh nyeri mengenai nodus limfa
- P: Pasien mengatakan nyeri
- Q: Pasien mengatakan nyeri
seperti tertusuk-tusuk, agen cedera biologi
- R: Pasien mengatakan nyeri
pada kepala dan kelemahan
ekstermitas sebelah kanan Nyeri
lemah
- S: Pasien mengatakan nyeri
skala 4 NRS
- T:
∙ Frekuensi: 3-4 kali dalam
sehari
∙ Durasi: 5-10 menit
-
DO:
- Pasien tampak meringis
- Skala nyeri 4 NRS
S: 36,5 ˚C
2. Ansietas dibuktikan dengan limfoma malign Ansietas
DS :
- Klien mengatakan takut
tentang rencana melakukan Kurang pengetahuan
kemoterapi
DO :
Cemas
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak meringis

3. Gangguan mobilitas fisik Faktor predispodidi dan Gangguan mobilitas


dibuktikan dengan resiko tinggi Hiperplasia
DS : pada sel mammae fisik
- Klien mengatakan nyeri
terasa di kepala dan lemah
ektermitas bagian kanan Mobilisasi
terasa lemah
DO : Tidak mampu beraktifitas

- Kekuatan otot
3 4
Kehilangan daya otot
3 4
- Klien tampak meringis
Penurunan otot

Perubahan sistem
muskuloskeletar

Gangguan Mobisasi fisik


PATOFISIOLOGI DAN PENYIMPANGAN KDM

Faktor predispodidi dan resiko


tinggi Hiperplasia pada sel mammae

Mobilitas
Mendesak sel syaraf Mammae asimetik

Tidak mampu Kurang pengetahuan


beraktifitas
Interuksi sel saraf

Kehilangan daya otot


Cemas
Nyeri
Penurunan daya otot

Pererubahan sistem
muskuloskeletar

Gangguan Mobilitas
Fisik
PERUMUSAN PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN
No Diagnosis Keperawatan
.
1. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor dibuktikan dengan:
DS:
- Pasien mengeluh nyeri
- P: Pasien mengatakan nyeri
- Q: Pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk,
- R: Pasien mengatakan nyeri pada kepala dan kelemahan ekstermitas sebelah
kanan lemah
- S: Pasien mengatakan nyeri skala 7 NRS
- T:
∙ Frekuensi: 3-4 kali dalam sehari
∙ Durasi: 5-10 menit
-
DO:
- Pasien tampak meringis
S: 36,5 ˚C
2 Anseitas dibuktikan dengan
DS :
- Klien mengatakan takut tentang rencana melakukan kemoterapi
DO :

- Pasien tampak gelisah


- Pasien tampak meringis

3 Gangguan mobilitas fisik dibuktikan dengan


DS :
- Klien mengatakan nyeri terasa di kepala dan lemah ektermitas bagian kanan
terasa lemah
DO :

- Kekuatan otot
3 4
3 4
- Klien tampak meringis
FORMAT DIAGNOSIS KEPERAWATAN

No. Diagnosis Keperawatan Tanggal Ditemukan Tanggal Teratasi


1. Nyeri kronis berhubungan dengan 05 April 2022 06 April 2022
infiltrasi tumor dibuktikan dengan:
DS:
- Pasien mengeluh nyeri
- P: Pasien mengatakan nyeri
- Q: Pasien mengatakan nyeri
seperti tertusuk-tusuk,
- R: Pasien mengatakan nyeri pada
kepala dan kelemahan ekstermitas
sebelah kanan lemah
- S: Pasien mengatakan nyeri skala
7 NRS
- T:
∙ Frekuensi: 3-4 kali dalam sehari
∙ Durasi: 5-10 menit
-
DO:
- Pasien tampak meringis
S: 36,5 ˚C
2. Anseitas dibuktikan dengan 05 April 2022 06 April 2022
DS :
- Klien mengatakan takut
tentang rencana melakukan
kemoterapi
DO :

- Pasien tampak gelisah


- Pasien tampak meringis

3 Gangguan mobilitas fisik dibuktikan 05 April 2022 06 April 2022


dengan
DS :
- Klien mengatakan nyeri terasa
di kepala dan lemah
ektermitas bagian kanan
terasa lemah
DO :

- Kekuatan otot
3 4
3 4
- Klien tampak meringis
No Diagnosis Keperawatan Rencana Tindakan Keperawatan
. Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. DS: Tujuan: Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
Pasien mengeluh nyeri intervensi selama 2X24 Observasi Observasi
P: Pasien jam, diharapkan tingkat - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, -Untuk mengetahu
mengatakan nyeri
nyeri menurun dengan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri umum klien
Q: Pasien
mengatakan nyeri Kriteria hasil: - Identifikasi skala nyeri
seperti tertusuk-tusuk, - Untuk me
a. Keluhan nyeri menurun - Identifikasi respon nyeri non verbal
R: Pasien
mengatakan nyeri pada b. Meringis menurun - Identifikasi faktor yang memperberat dan tindakan selanjutnya
kepala dan kelemahan c. Frekuensi nadi membaik memperingan nyeri - Untuk memudah
ekstermitas sebelah
d. Pola napas membaik -Identifikasi pengetahuan dan keyakinan pemberian intervens
kanan lemah
S: Pasien e. Tekanan darah membaik tentang nyeri - Untuk me
mengatakan nyeri skala -Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas dilakukan intervensi
4 NRS
T: hidup
∙ Frekuensi: 3-4 kali -Monitor keberhasilan terapi -Mengetahui perse
dalam sehari
komplementer yang sudah diberikan mengenai nyeri
∙ Durasi: 5-10 menit
-Monitor efek samping analgetik -Mengetahui seja
DO: nyeri mempengaru
Pasien tampak meringis hidup klien
Skala nyeri 4 NRS
Teraupetik aktivitas sehari-hari
Post operasi Ca
Mammae - Berikan teknik non farmakologis untuk -Memantau sejau
S: 36,5 ˚C mengurangi rasa nyeri (terapi relaksasi keberhasilan tera
napas dalam ) diberikan
-Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri -Untuk mengetah
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri samping pemberian
Teraupetik
Edukasi -Untuk
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu menurunkan nyeri
nyeri -Untuk m
- Jelaskan strategi meredakan nyeri terjadinya memperb
- Anjurkan memonitor nyeri secara -Untuk menentuka
mandiri meredakan nyeri
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk Edukasi
mengurangi rasa nyeri - Pendidikan keseh
Kolaborasi meningkatkan p
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika klien
perlu - Meningkatkan pe
- kolaborasi pemberian agen atau prosedur klien
FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
FORMAT IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Diagnosis Keperawatan Waktu Implementasi Tindakan Keperawatan


.
1. DS: Rabu, 05 April S : Pasien mengatakan nyeri pada kepala d
2022 kelemahan ekstermitas sebelah kanan
- Pasien mengeluh nyeri
- P: Pasien mengatakan nyeri 08:30 WITA O : Masalah nyeri belum teratasi
pada kepala
- Q: Pasien mengatakan nyeri P : Intervensi lanjut
seperti tertusuk-tusuk, Manajemen Nyeri
- R: Pasien mengatakan nyeri
Observasi
pada kepala dan kelemahan
ekstermitas sebelah kanan 08.33 a. Identifikasi skala nyeri
lemah Hasil: Skala nyeri 7
- S: Pasien mengatakan nyeri
Teraupetik
skala 7 NRS
- T: 09.35 a. Berikan teknik non farmakologis untu
∙ Frekuensi: 3-4 kali dalam mengurangi rasa nyeri
sehari
∙ Durasi: 5-10 menit Hasil: Relaksasi nafas dalam
- Edukasi
DO: 08.38
a. Jelaskan teknik nonfarmakologis untu
- Pasien tampak meringis mengurangi rasa nyeri
- Post operasi Ca Mammae
S: 36,5 ˚C Hasil : pasien dan keluarga mengerti Tekn
Relaksasi Napas Dalam
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
- kolaborasi pemberian agen atau prosedur untu
Kamis 06 april meminimalkan absorpsi obat dan meningkatk
2022
ekresi obat
12.00

2. DS: Rabu, 05 April S: Klien mengatakan nyeri terasa di kepala dan


2022 lemah sebelah kanan sehingga sulit di gerakan
- Klien mengatakan nyeri
terasa di kepada dan lemah 09:40 WITA
ektremitas sebelah kana O : Klien tampak tidak bisa duduk dan berdiri,
sehingga sulit digerakan kekuatan otot melemah
DO:
S : Masalah gangguan mobilitas fisik belum terata

3 4 P : Intervensi Lanjut
3 4
Dukungan Mobilisasi

- Pasien tampak Observasi


meringis
a. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fis
lainnya
Hasil : terdapat nyeri pada bagian punggun
bangian bawah menjalar ke kedua kaki d
kaki tidak bisa digerakkan
b. Monitor kondisi umum selama melakuk
mobilisasi
Hasil : klien tidak bisa melakuk
mobilisasi
Terapeutik

a. Libatkan keluarga untuk membantu pasi


dalam meningkatkan pergerakan (RO
Pasif)
Hasil : keluarga klien memperhatikan ca
melakukan ROM pasif pada pasien
Edukasi

a. Anjurkan mobilisasi sederhana yang har


dilakukan (ROM)
Hasil : keluarga (anak) klien mengerti ca
membantu pergerakan klien

3. DS : Rabu, 05 April Observasi


2022
- Klien mengatakan takut a. Identifikasi kemampuan
tentang rencana
melakukan kemoterapi 10 : 00 mengambil keputusan
DO :
Hasil : Klien belum bisa mengambil keputusan
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak meringis b. Monitor tanda-tanda anseitas
(verbal dan nonverbal)
Hail : Klien tampak gelisah

Trapeutik

a. Ciptakan suasana
trapeutikuntuk menumbuhkan
kepercayaan
Hasil : klien mampu ciptakan kepercayan lebih
meningkat

b. Temani pasien untuk menguran


kecemasan, jika memungkinkan
Hasil : Klien mampu mengurangi kecemasanya

c. Pahami situasi yangmembuat anseitas


Hasil : Klien mampu mengotrol kecemasanya

d. Gunakan pendekatan yang tenang d


menyakinkan
Hasil : Klien dapat di tenangkan

e. Motivasi mengidentifikasi situasi yan


memicu kecemasan
Hail : Klien mampu mendekarkan dengan baik
motivasi yang di berikan

Edukasi

a. Jelaskan prosedur, terasuk sensa


yang mungkin dialami
Hasil : Klien mengerti prosedur yang di jelaskan
b. Informasikan secara factu
mengenal
diagnosis,pengobatan,danprognosis
Hasil : Klien paham mengenai penyakitnya

c. Anjurkan keluarga untuk tet


bersama pasien
Hasi : keluarga Pasien selalu dampingi pasien

d. Anjurkan mengungkapkan
perasaandan peresepsi
Hasil : Klien mampu mengungkapkan perasaanya
FORMAT EVALUASI KEPERAWATAN
No Diagnosis Keperawatan Waktu Evaluasi (SOAP/SOAPIER)
.
1. DS: Kamis, 06 April e. S : Klien mengatakan nyeri terasa di kepada dan
2021 lemah ektremitas sebelah kana sehingga sulit
- Pasien mengeluh nyeri
digerakan
- P: Pasien mengatakan 14:30 WITA
f. O : klien tampak meringis
nyeri pada kepala
g. A : masalah Nyeri akut belum teratasi
- Q: Pasien mengatakan
h. P : Intervensi Lanjutan
nyeri seperti tertusuk-
Manajemen Nyeri
tusuk,
- R: Pasien mengatakan Observasi
nyeri pada kepala dan
kelemahan ekstermitas a. Identifikasi skala nyeri
sebelah kanan lemah
- S: Pasien mengatakan Hasil : skala nyeri 4(NRS)
nyeri skala 4 NRS Terapeutik
- T:
∙ Frekuensi: 3-4 kali a. Berikan teknik non farmakologis untuk
dalam sehari
mengurangi rasa nyeri (kombinasi terapi
∙ Durasi: 5-10 menit
- relaksasi napas dalam)
DO: Edukasi
- Pasien tampak meringis
Jelaskan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
- Skala nyeri 4 NRS
- Post operasi Ca Mammae rasa nyeri
S: 36,5 ˚C

2 DS: S : klien mengatakan tidak dapat menggerakkan


i. Klien mengatakan nyeri kedua kakinya kurang lebih dalam 5 bulan terakhir
terasa di kepada dan
lemah ektremitas sebelah O : klien tampak tidak bisa berdiri dan berjalan,
kana sehingga sulit kekuatan otot lemah
digerakan
DO: A : masalah gangguan mobilitas fisik belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan
3 4
3 4 Dukungan Mobilisasi
Pasien tampak meringis Observasi

a. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik


lainnya
b. Monitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
Terapeutik

a. Libatkan keluarga untuk membantu pasien


dalam meningkatkan pergerakan (ROM Pasif)
Edukasi

Anjurkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan


(ROM)
3 Anseitas S : Klien mengatkan takut tentang rencana melakukan
DS : kemoterapi

- Klien mengatakan O : Klien tampak gelisah


takut tentang rencana
melakukan P : Intervensi Lanjut
kemoterapi
DO : Reduksi Anseitas
- Pasien tampak gelisah
Observasi
- Pasien tampak
meringis
c. Identifikasi kemampuan
mengambil keputusan
Hasil : Klien belum bisa mengambil keputusan

d. Monitor tanda-tanda anseitas


(verbal dan nonverbal)
Hail : Klien tampak gelisah

Trapeutik

a. Ciptakan suasana
trapeutikuntuk menumbuhkan
kepercayaan
Hasil : klien mampu ciptakan kepercayan lebih
meningkat

b. Temani pasien untuk mengurangi


kecemasan, jika memungkinkan
Hasil : Klien mampu mengurangi kecemasanya

c. Pahami situasi yangmembuat anseitas


Hasil : Klien mampu mengotrol kecemasanya

d. Gunakan pendekatan yang tenang dan


menyakinkan
Hasil : Klien dapat di tenangkan

e. Motivasi mengidentifikasi situasi yang


memicu kecemasan
Hail : Klien mampu mendekarkan dengan baik
motivasi yang di berikan

Edukasi

a. Jelaskan prosedur, terasuk sensasi


yang mungkin dialami
Hasil : Klien mengerti prosedur yang di jelaskan

b. Informasikan secara factual


mengenal
diagnosis,pengobatan,danprognosis
Hasil : Klien paham mengenai penyakitnya

c. Anjurkan keluarga untuk tetap


bersama pasien
Hasi : keluarga Pasien selalu dampingi pasien

d. Anjurkan mengungkapkan
perasaandan peresepsi
Hasil : Klien mampu mengungkapkan perasaanya
DAFTAR PUSTAKA
Mulyasari Ad, 2017. Analisis Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Rsu. Bahteramas Kota
Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017. Jurnal Penelitian. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Halu Oleo.
Chabira Suharda. 2019. Hubungan Posttraumatic Growth Terhadap Kualitas Hidup Pasien Ca.
Mammae Di Rsud Kota Makassar Tahun 2019. Skripsi.Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Ihda Fadila. (2020). Jenis Obat Dan Pengobatan Kanker Payudara Yang Dapat
Direkomendasikan Dokter.
Moorhead,Dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification, 5 Th Edition. Singapura: Elsevier Inc.
Dos Remedios, M. D. (2019) Asuhan Keperawatan Ca Mammae Di Ruang Cempaka Prof. Dr.
Wz Johannes Kupang (Doctoral Dissertation, Poltekes Kemenkes Kupang).
Azarinakhoirun, 2017.Efek Radioterapi Terhadap Produksi Sel Darah Pada Penderita Ca
Mammae Dan Ca Cervix
Https://Dharmais.Co.Id/News/285/Kanker-:-Nutrisi-Pada-Pasien-Kanker
Almatsier.2008.Penuntun Diet Edisi Terbaru.Pt Gramedia Pustaka: Jakarta
Chabira Suharda. "Hubungan Posttraumatic Growth Terhadap Kualitas Hidup Pasien Ca.
Mammae Di Rsud Kota Makassar Tahun 2019".Skripsi. Makassar: Fakultas Kedokteran Dan
Ilmu Kesehatan Uin Alauddin Makassar, 2019.
Herdman, H., & Kamitsuru, S. 2018. Nanda-I Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi
2018-2020. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai