Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH RADIOLOGI

“BREAST IMAGING”

Disusun Oleh :
(Naura Thifal Baihaqi)
(6130019075)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2022
DAFTAR ISI
Pendahuluan...........................................................................................................
Pembahasan...........................................................................................................
Penutup..................................................................................................................
BAB 1

1. LATAR BELAKANG

Tumor payudara merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama bagi


perempuan di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, tumor payudara merupakan
penyakit tumor yang paling sering dialami wanita dan merupakan penyebab kedua
kematian akibat tumor. Di Indonesia, angka kejadian tumor ganas payudara cukup
tinggi, sedangkan angka kematian relative tidak banyak berubah, walaupun telah
banyak kemajuan yang dicapai dalam diagnosa dan pengobatan. Baik pengobatan
secara bedah, hormonal, radioterapi dan kemoterapi. Oleh karena itu, diagnose dini
keganasan pada payudara akan banyak memegang peranan penting dalam
memperbaiki prognosis. Untuk itu diperlukan pemeriksaan klinis, pemeriksaan
penunjang radiologi dan pataologi anatomi yang saling menunjang untuk dapat
menegakkan diagnosis secara tepat dan cepat.

Penyebabnya tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor resiko yang


menyebabkan seorang wanita menjadi lebih mungkin menderita kanker payudara.
Beberapa faktor resiko tersebut adalah: (1) Usia,
seperti pada banyak jenis kanker, insidensi menurut usia naik sejalan dengan
bertambahnya usia. (2) Keluarga, dari epidemiologi tampak bahwa kemungkinan
untuk menderita kanker payudara dua sampai tiga kali lebih besar pada wanita yang
ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara. Kemungkinan ini
lebih besar bila ibu atau saudara kandung itu menderita kanker bilateral atau
pramenopause. Wanita yang pernah ditangani karsinoma payudaranya, memang
mempunyai resiko tinggi mendapat karsinoma di payudara lain. (3)
Hormonal,pertumbuhan kanker payudara sering dipengaruhi oleh perubahan
keseimbangan hormon. Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif wanita,
terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormonal pada kehamilan, tampaknya
meningkatkan peluang tumbuhnya sel-sel yang secara genetik telah mengalami
kerusakan dan menyebabkan kanker. (4). RiwayatMenstruasi, menarke (menstruasi
pertama) sebelum usia 11 tahun, menopause setelah usia 55 tahun, kehamilan
pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil. Semakin dini menarke,
semakin besar resiko menderita kanker payudara. Demikian pula dengan
menopause ataupun kehamilan pertama. Semakin lambat menopause dan
kehamilan pertama, semakin besar resiko menderita kanker payudara. (5).
Riwayatpemakaiankontrasepsi Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya
kanker payudara, yang tergantung pada usia, lamanya pemakaian dan faktor
lainnya. Belum diketahui berapa lama efek pil akan tetap ada setelah pemakaian pil
dihentikan. Terapi sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun tampaknya
juga sedikit meningkatkan resiko kanker payudara dan resikonya meningkat jika
pemakaiannya lebih lama. (6). Obesitaspascamenopause Beberapa penelitian
menyebutkan obesitas sebagai factor resiko kanker payudara kemungkinan karena
tingginya kadar estrogen pada wanita yang obesitas. (7). Pemakaianalkohol
Pemakaian alkohol lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko terjadinya
kanker payudara. (8). Bahankimia
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai
estrogen (yang terdapat pada pestisida dan produk industri lainnya) mungkin
meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara. (9). Penyinaran,pemaparan
terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada masa kanak-kanak bisa
meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.

Indikasi pemeriksaan mamografi : Rasa tidak enak /tidak nyaman pada


payudara. Riwayat resiko tinggi: menderita kanker Cancer phobia,Pembesaran
KGBmeragukan, Metastase tanpa diketahui primernya.

Peranan radiologi dalam mendiagnosis tumor payudara. Ada beberapa


modalitas yang digunakan dalam mendiagnosis tumor payudara. Yang paling
umum dan sering adalah pemeriksaan mamografi dan ultrasonografi. Walaupun
ada pada kasus-kasus tertentu kita juga bisa menggunakan MRI (Magnetic
Resonance Imaging) untuk melihat kelainan pada payudara.

1. TUJUAN
a. Mengetahui anatomi mammae
b. Mengetahui gambaran Ca mammae yang sering terjadi dan mengancan
kematian
c. Mengetahui modalitas peran pemeriksaan imaging pada mammae
BAB 2
PEMBAHASAN

3.1 ANATOMI

Payudara terdiri dari glandula mammaria, kulit, dan jaringan ikat yang terkait.
Glandula mammaria merupakan modifikasi glandula sebacea yang terletak di
dalam fascia superficialis, anterior dari musculi pectoralis dan dinding anterior
thorax (Gambar 3.1).

Glandula mammaria terdiri dari ductus dan lobuli sekretorius. Ini mengumpul,
membentuk yang berisi 15-20 ductus lactiferi yang masing-masing alirannya
menuju puting payudara. Puting payudara dikelilingi oleh daerah kulit berwarna
gelap, yang disebut areola mammae (Gambar 3.1).

Ductus dan lobuli glandula mammaria tersebut dikelilingi oleh suatu stroma
jaringan ikat yang berkembang dengan baik. Pada regio tertentu, stroma ini
memadat, membentuk suatu ligamentum yang jelas yaitu ligamenta suspensoria
mammaria, yang bersinambungan dengan dermis kulit dan menyangga payudara.

Pada wanita yang tidak menyusui, komponen predominan payudara adalah


jaringan lemak, sedangkan pada wanita menyusui jaringan glandula lebih dominan
dibanding jaringan lemaknya.

Payudara terletak di atas fascia profundus musculus besar regiones pectorales


dan sekitarnya. Selapis jaringan ikat kendor (spatium retromammaria)
memisahkan payudara dari fascia profundus dan memungkinkan sedikit pergerakan
terhadap struktur-struktur di bawahnya (Drake, 2018)
Gambar 3.1 Payudara (Drake, 2018).

3.2 PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Pada umumnya ada 3 jenis pemeriksaan untuk skrining kanker payudara,


yaitu: mammografi, Ultrasonografi danMRI

3.2.1 Mammografi

Mammografi adalah jenis pencitraan sinar-X dosis rendah khusus untuk


membuat gambar payudara secara detail. Mammografi saat ini merupakan metode
berbasis populasi terbaik untuk mendeteksi kanker payudara pada tahap awal.
Mammografi dapat menunjukkan mikrokalsifikasi yang lebih kecil dari 100 μm;
sering menunjukkan lesi sebelum teraba dengan pemeriksaan payudara klinis (± 1-
2 tahun sebelum ditemukan dengan pemeriksaan payudara sendiri/SADARI).1
Skrining dengan mammografi pada wanita berusia 50-74 tahun diperkirakan dapat
mengurangi risiko kematian akibat kanker payudara sebesar 30% dan 17% pada
wanita usia 40-49 tahun.7

Ada 2 jenis pemeriksaan mammografi, yaitu skrining dan diagnostik.


Mammografi skrining dilakukan pada wanita asimtomatik, sedangkan mammografi
diagnostik dilakukan pada wanita yang bergejala (misalnya, benjolan payudara atau
cairan dari puting yang ditemukan selama pemeriksaan sendiri atau ditemukan
kelainan saat skrining dengan mammografi). Pemeriksaan mammografi diagnostik
digunakan untuk menentukan ukuran dan lokasi tepat dari kelainan payudara, untuk
menggambarkan jaringan di sekitarnya,an menggambarkan kelenjar getah bening,
namun kekurangannya lebih rumit, memakan waktu, dan mahal dibandingkan
mammografi skrining. Wanita dengan implan payudara atau riwayat kanker
payudara biasanya memerlukan mammografi diagnostik.

Gambar 3.2 Pemeriksaan mammografi

NALISPemeriksaan mammografi sebagai skrining disarankan dilakukan sebelum


usia 50 tahun. American Cancer Society (ACS) menyarankan pemeriksaan
mammografi dilakukan pada usia 40-45 tahun dan diulang setiap tahun pada usia
50 tahun ke atas. Pada wanita yang memiliki faktor risiko seperti riwayat karsinoma
mammae pada keluarga, mammografi disarankan dilakukan sejak usia 25 tahun dan
diulang setiap tahun sejak usia 30 tahun.8 Di Indonesia, mammografi belum
termasuk dalam program pencegahan kanker nasional, namun tetap merupakan
metode skrining yang direkomendasikan. Meskipun mammografi menjadi
pendekatan paling hemat biaya untuk skrining kanker payudara, tes ini memiliki
sensitivitas 76,5% dan spesifisitas 87,1% untuk wanita berusia kurang dari 40
tahun. Sebagai perbandingan, sensitivitas dan spesifisitas untuk mammografi pada
wanita usia 75-79 tahun masing-masing adalah 88,4% dan 93,5%.8

Saat ini, mammografi merupakan pemeriksaan skrining yang dianjurkan


sebagai pilihan pertama meskipun memiliki beberapa keterbatasan, yaitu
sensitivitas untuk kanker payudara turun signifikan dengan meningkatnya
kepadatan payudara, sedangkan risiko kanker payudara lebih tinggi pada wanita
dengan payudara padat. Status hormonal tidak berpengaruh signifikan terhadap
efektivitas skrining terlepas dari kepadatan payudara. Walaupun mammografi
menggunakan ion radiasi dosis rendah, pemeriksaan ini mungkin masih dapat
membahayakan pasien. Hal lain yang sering terjadi adalah overdiagnosis dan false
positive akibat dari mikrokalsifikasi jinak. Namun, secara umun mammografi
merupakan pilihan skrining yang utama dan terjangkau, walaupun memiliki
beberapa kekurangan, pemeriksaan ini dianggap tetap menguntungkan
dibandingkan kekurangannya.

3.2.2 Ultrasonografi

Ultrasonografi umumnya digunakan untuk membantu pemeriksaan klinis


atas lesi mencurigakan yang terdeteksi pada mammografi atau pemeriksaan fisik.
Sebagai perangkat skrining, ultrasonografi dibatasi oleh sejumlah faktor, terutama
oleh kegagalan mendeteksi mikrokalsifikasi dan spesifisitas yang buruk (34%).
Ultrasonografi merupakan metode yang relatif murah dan efektif untuk
membedakan massa payudara kistik dan non-invasif, dari massa payudara padat
yang biasanya memerlukan biopsi. Ultrasonografi juga dapat memberikan
informasi sifat dan luasnya massa padat serta lesi payudara lainnya. Meskipun
mammografi adalah alat skrining yang efektif, cara ini sering kurang sensitif untuk
mendeteksi kanker pada jaringan payudara padat, pada kasus ini ultrasonografi
mungkin dapat berguna bila dilakukan secara teliti (Amera, 2019).
Gambar 3.3 USG mammae

Automated Breast Ultrasound System (ABUS) merupakan jenis


pemeriksaan ultrasonografi baru dan diyakini memiliki hasil yang lebih spesifik
dibanding USG konvensional. ABUS dapat mendeteksi massa lebih baik dibanding
USG konvensional, namun spesifisitas dan sensitivitas dalam mendeteksi
karsinoma mammae tidak ada berbeda signifikan (Baron, 2019) ABUS sudah
diakui oleh FDA sebagai alat bantu skrining kanker payudara, khususnya pada
wanita dengan jaringan payudara padat. ABUS diindikasikan sebagai tambahan
pada mammografi standar untuk wanita dengan mamogram negatif, tidak ada gejala
kanker payudara, dan tidak ada intervensi payudara sebelumnya seperti
pembedahan atau biopsy (JM Seely,2018).
Gambar 3.4 USG mammae

3.2.3 MRI

Keterbatasan mammografi dan ultrasonografi menjadikan MRI sebagai salah


satu sarana untuk mendeteksi kanker payudara pada wanita berisiko tinggi dan
wanita yang lebih muda. Kombinasi teknik MRI dengan kontras T1, T2, dan 3-D
terbukti sangat sensitif (mendekati 99% bila dikombinasikan dengan mammografi
dan pemeriksaan klinis payudara) terhadap perubahan ganas payudara. (Amera,
2019).Sebanyak 69% Ca mammae kurang dari 1 mm rata-rata 0,8 mm dapat
dideteksi dengan MRI. DCIS nonkalsifiksi dapat dideteksi sebanyak 10-15% dari
yang tidak terdeteksi dengan X-ray mammogram (Amera, 2019).
Kegunaan breast MRI/ MRI mammae :

• characterization of lesions
• discrimination between benign and malignant breast lesions
• preoperative staging
• tumor size estimation
• detection of the invasive component in DCIS lesions
• detection of additional tumor foci in the ipsilateral and contralateral
breast
• to improve breast cancer surgery
• to document response in patients treated with neoadjuvant chemotherapy
• abbreviated MRI protocols are being used for screening purposes in high-
risk patients like those with BRCA gene mutation showing that it detects
most breast cancers at an early stage 13
• superior to mammography when assessing patients with dense breast
parenchyma to detect additional occult cancer foci

MRI telah terbukti menjadi alat skrining tambahan yang penting untuk
wanita dengan mutasi BRCA1 atau BRCA2, mengidentifikasi kanker pada tahap
awal. Namun, kelemahan utama MRI adalah biaya; diperkirakan mencapai 10x
pemeriksaan mammografi. Selain itu, MRI juga memiliki spesifisitas buruk (26%)
yang menyebabkan seringnya false positive dan overdiagnosis (Amera, 2019). Pada
tabel tercantum perbandingan usulan mammografi U.S. Preventive Services Task
Force (USPSTF), American Cancer Society (ACS), dan International Agency for
Research on Cancer berdasarkan CDC (CDC,2018).

Gambar 3.5 Menunjukkan breast Ca dengan lipoma.(Radwiski, 2010)


Tabel.3.1 Perbandingan usulan mammografi U.S. Preventive Services Task Force (USPSTF), American Cancer Society
(ACS), dan International Agency for Research on Cancer

International Agency for Research


on Cancer
USPSTF 2016 14
ACS 2015 6

201516
Mammografi usia 40-44 tahun
Wanita usia 40-49 Mammografi pada usia ini merupakan Disarankan karena belum ada
merupakan pilihan, namun usia
tahun dengan keputusan individu, namun diharapkan data tentang kerugian
45-49 tahun disarankan setiap 1
risiko sedang setiap 2 tahun mammografi pada usia ini
tahun
Wanita usia 50-74 Wanita 50-54 disarankan setiap Disarankan pada usia 50-69
tahun dengan Dilakukan pemerikasaan setiap 2 tahun tahun, sedangkan usia 55 atau tahun, selanjutnya tidak
risiko sedang lebih disarankan per 2 tahun disarankan
Wanita usia di atas Dilakukan bila dipercayai memiliki
Dilakukan selama keadaan fisik
75 tahun dengan manfaat lebih besar dibanding Tidak direkomendasikan
masih mendukung
risiko sedang kerugiannya (paparan radioaktif)
Belum ada data akurat untuk
Wanita dengan Tidak ada data untuk mendukung
mendukung penolakan MRI atau USG Belum ada data pasti untuk
densitas payudara atau menolak pemeriksaan
pada wanita yang memiliki hasil menolak MRI setiap tahun
padat skrining
mammografi negatif
Wanita dengan Wanita dengan mutasi BRCA1 atau Beberapa penelitian
Disarankan skrining pada usia 40 tahun
faktor risiko yang BRCA2 disarankan melakukan menunjukkan manfaat MRI dan
jika memiliki faktor risiko di keluarga
lebih tinggi mammografi dan MRI setiap tahun mammografi pada usia dini

Gambar 3.6 MRI menunjukkan invasive lobular carcinoma (Radswiki,2010)


BAB 3
PENUTUP

KESIMPULAN

Hingga saat ini belum ada guideline yang disepakati secara internasional,
namun skrining imaging utama yang direkomedasikan untuk kanker payudara
adalah mammografi; pemeriksaan ini sebaiknya dibantu dengan USG/ABUS atau
MRI pada wanita risiko tinggi atau pada wanita dengan densitas payudara padat.

SARAN

Melakukan pemeriksaan SADARI dan ikuti guideline screening untuk


wanita sesuai guideline yang ada agar terhindar dari tumor paayudara yang tidak
diinginkan dengan rutin melakukan minimal pemeriksaan mammografi.
DAFTAR PUSTAKA

Amera Abd Elsalam Mostafa MAE. Automated breast ultrasound (ABUS) as a


screening tool: Initial experience. Egyptian J Radiol Nuclear Med. 2019;50(1):1-6.

Baron RM, Drucker KM, Lagdamen LM, Cannon MM, Mancini CM, Fischer-
Cartlidge ED. Breast cancer screening: A review of current guidelines.
2018;118(7):34-41.

CDC. [Internet]. 2018 [cited 2020]. Available from:


https://www.cdc.gov/cancer/breast/pdf/breastcancerscreeningguidelines.pdf .

JM. Seely M, T Alhassan M. Screening for breast cancer in 2018. Current


Oncology. 2018;25(1):115-24.

Lowdermilk D.L., Shanon E.P., Irene M. B. Maternity and Women’s Healthy


Care. 2000

Pavani Chalasani MM, Chief Editor: John V Kiluk MF. Breast cancer clinical
presentation. [Internet]. 2020 [cited 2020]. Available from:
https://emedicine.medscape. com/article/1947145-clinical.

Radswiki, T., Baba, Y. Breast MRI. Reference article, Radiopaedia.org. (accessed


on 12 May 2022) https://doi.org/10.53347/rID-12182

Anda mungkin juga menyukai