SKENARIO 1
DISUSUN OLEH:
Tutor:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2022
SKENARIO 1
Seorang laki-laki berusia 68 tahun datang ke klinik diantar oleh keluarganya dengan keluhan
sering lupa untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti makan dan memakai pakaian
STEP 1 (Seeking Information)
Kata Kunci :
1. Seorang laki-laki berusia 68 diantar oleh keluarganya
2. sering lupa untuk melakukan kegiatan sehari-hari
Diagnosis Banding :
1. Demensia Alzeimer
2. Demensia vascular
3. Penyakit Parkinson
4. Demensia Lewy Bodies
5. Delirium
STEP 2 DAN 3 (Define Problem and Digging Information)
Anamnesis
1. Apa keluhan yang sedang dirasakan? Keluhan lupa kegiatan sehari-hari
2. Keluhan dirasakan dirasakan berapa lama? 5 bulan yang lalu
3. Apakah ada gangguan komunikasi? Tidak ada data
4. Bisa diceritakan kronologis? Tidak ada data
5. Apakah keluhan tersebut semakin lama semakin memberat? Tidak ada data
6. Apakah keluhan lain? Pasien memiliki riwayat lumpuh pada lengan dan tungkai kanan
sejak 2 tahun yang lalu
7. Apakah ada riwayat trauma? Tidak ada data
8. Bagaimana pola hidup sehari-hari pasien? Tidak ada data
9. Apakah ada perubahan prilaku pasien? Tidak ada data
10. Apakah dalam sehari-hari untuk kegiatan apakah di bantu oleh orang lain? Tidak ada
data
11. Apakah mengonsumsi obat-obatan? Tidak ada data, ada riwayat hipertensi sejak 10
tahun yang lalu dan tidak rutin control.
12. Apakah dari kelurga ada yang memiliki riwayat hipertensi? Tidak ada data
13. Apakah mengonsumsi alcohol/merokok? Tidak ada data
14. Apakah pasien sering merasa gelisah? Tidak ada data
15. Sapakah sering berhalusianasi dan berbicara sendiri? Tidak ada data
16. Keluarga berencana meninggalkan pasien ke panti jompo karena kondisi seperti itu dan
meminta rekomendasi dokter
Pemeriksaan Fisik
1. GCS (tidak ada data)
2. Ttv:
Tekanan darah 150/90, nadi 96, term 36,5. RR 22kali
3. Pemeriksaan neurologis (motoric ekstremitas atas dan bawah +2/+4)
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan lipid (tidak ada data)
2. Pemeriksaan darah lengkap (Hb: 12, Le: 5000, tro: 300.00)
3. MMSE (11)
Hipotesis awal
Laki-laki usia 68 tahun dengan keluhan sering lupa melakkan kegiatan sehari-hari sejak 5 bulan yang
lalu, mengalami lumpuh pada lengan dan tungkai kanan sejak 2 bulan yang lalu. Memiliki riwayat
hipertemsi 10 tahun yang lalu serta didapatkan hasi pemeriksaan fisik dengan tekanan darah 150/90
mmHg, nadi 96, term, 36,5 RR 22kali, pemeriksaan neurologis motoric ekstremitas atas dan bawah
+2/+4, pemeriksaan penunjang didapatkan Hb: 12, Le: 5000, tro: 300.00. diduga mengalami dimensia
vascular post stoke.
STEP 4: TPL-PPL
TPL PPL
Anamnesis:
1. Keluhan utama sering lupa pada kegiatan
sehari-hari sejak 5 bulan lalu 1. Demensia Alzeimer
2. memiliki riwayat lumpuh pada lengan dan 2. Demensia vascular
tungkai kanan sejak 2 tahun yang lalu 3. Penyakit Parkinson
3. riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu 4. Demensia Lewy Bodies
dan tidak rutin control. 5. Delirium
4. Keluarga berencana meninggalkan pasien ke
panti jompo karena kondisi seperti itu dan
meminta rekomendasi dokter
Pemeriksaan Fisik:
1. Vital Sign
Tekanan darah: 150/90 mmHg
HR: 96×/menit
Term: 36,5⁰C
RR: 22×/menit
2. Pemeriksaan neurologis: motoric ekstremitas
atas dan bawah +2/+4
Pemeriksaan Penunjang:
1. Pemeriksaan darah lengkap:
Hb: 12, Le: 5000, tro: 300.00
2. MMSE: 11
POMR
Etiologi Demensia
Ada beberapa faktor resiko penyebab demensia antara lain peningkatan usia
seseorang di atas 65 tahun, genetik, trauma kepala, kurangnya pendidikan, lingkungan
(keracunan alumunium), penyakitpenyakit tertentu (hipertensi sistolik, sindrom down,
stroke serta gangguan imunitas), tekanan darahtinggi, (Buss, 2013).
Menurut (Bambang, 2018) penyebab demensia dikelompokkan ke 3 kelompok
yaitu:
a. Degenerasi neuron otak meliputi Penyakit Alzaimer, Pick, Parkinson, Huntington
dan stroke
b. Gangguan otak bersifat akuisiter antara lain:Demensia Vaskular, Sklerosis Multiple,
Tumor Otak, Trauma, Hidrosefalus dll.
c. Kelompok lainnya meliputi gangguan metabolisme seperti intoksikasi bahan kimia,
intoksikasi obat-obatan, alkoholik, malnutrisi, lalu yang tergolong infeksi seperti HIV
(AIDS), neurosifilis, meningitis, ensefalitis, serta kelompok depresi mayor.
Klasifikasi Demensia
Merupakan sindrom akibat penyakit otak, bersifat kronik progresif, ditandai dengan
kemunduran fungsi kognitif multipel, yaitu fungsi memori, aphasia, apraksia, agnosia,
dan fungsi eksekutif. Kesadaran pada umumnya tidak terganggu. Adakalanya disertai
gangguan psikologik dan perilaku. Berdasarkan etiologinya Demensia dibedakan
menjadi:
a. demensia pada Penyakit Alzheimer
b. demensia Vaskular
c. demensia pada Penyakit Pick
d. demensia pada Penyakit Creutfeld-Jacob
e. demensia pada penyakit Huntington
f. demensia pada Penyakit Parkinson
g. demensia pada Penyakit HIV/AIDS Demensia tipe Alzheimer prevalensinya paling
besar (50-60%), disusul Demensia Vaskular (20-30%). (PPDGJ-III)
Epidemiologi
Insiden demensia Alzheimer di seluruh dunia meningkat dengan cepat dan saat ini
diperkirakan mendekati 46,8 atau 50 juta orang yang didiagnosis dengan demensia di
dunia, 20,9 juta di Asia Pasifik (Alzheimer’s Disease International, World Health
Organization, 2017), ada sekitar 10 juta kasus baru setiap tahun. Di Indonesia sendiri,
diperkirakan ada sekitar 1.2 juta orang dengan demensia pada tahun 2016, yang akan
meningkat menjadi 2 juta di 2030 dan 4 juta orang pada tahun 2050 (WHO, 2017).
Faktor Risiko
Menurut (Andika, 2020) menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor risiko demensia
diantaranya:
a. Usia: Demensia umumnya terjadi pada orang yang berusia di atas 65 tahun.
Risiko demensia meningkat secara signifikan seiring dengan bertambahnya usia.
b. Riwayat keluarga: Orang yang memiliki riwayat kesehatan keluarga yang
pernah menderita demensia memiliki faktor risiko yang lebih besar.
c. Jenis kelamin: Demensia lebih sering terjadi pada Wanita daripada laki-laki.
d. Gaya hidup: Orang yang menderita tekanan darah tinggi (hipertensi), kadar
kolesterol yang tinggi, penderita diabetes mellitus, Stroke, obesitas, depresi,
epilepsi, merokok, dan sering terkena polusi sehingga terjadi intoksikasi zat
kimia.
e. Gangguan kognitif: Orang dengan gangguan kognitif karena berbagai macam
gangguan atau faktor lainnya memiliki faktor risiko yang lebih tinggi terkena
demensia di tahun-tahun selanjutnya.
f. Tingkat pendidikan: Penelitian telah menunjukkan bahwa orang dengan tingkat
pendidikan yang lebih rendah memiliki faktor risiko yang lebih tinggi terkena
demensia.
d) Pemeriksaan MMSE
Alat skrining kognitif yang biasa digunakan adalah pemeriksaan status mental
mini atau Mini-Mental State Examination (MMSE). Pemeriksaan ini berguna
untuk mengetahui kemampuan orientasi, registrasi, perhatian, daya ingat,
kemampuan bahasa dan berhitung. (Aninda,2018)
4. MMM Diagnosis banding demensia vascular
Pada demensia vaskular, penyakit vaskular menghasilkan efek fokal atau difus pada
otak dan menyebabkan penurunan kognitif. Penyakit serebrovaskular fokal terjadi
sekunder dari oklusi vaskular emboli atau trombotik. Area otak yang berhubungan
dengan penurunan kognitif adalah substansia alba dari hemisfer serebral dan nuklei
abu-abu dalam, terutama striatum dan thalamus.
Mekanisme demensia vaskular yang paling banyak adalah infark kortikal multipel,
infark single strategi dan penyakit pembuluh darah kecil.
a) Demensia multi-infark: kombinasi efek dari infark yang berbeda
menghasilkan penurunan kognitif dengan menggangu jaringan neural.
b) Demensia infark single: lesi area otak yang berbeda menyebabkan
gangguan kognitif yang signifikan. Ini dapat diperhatikan pada kasus
infark arteri serebral anterior, lobus parietal, thalamus dan satu girus.
c) Penyakit pembuluh darah kecil menyebabkan 2 sindrom major,
penyakit Binswanger dan status lakunar. Penyakit pembuluh darah
kecil menyebabkan perubahan dinding arteri, pengembangan ruangan
Virchow-Robin dan gliosis parenkim perivaskular.
d) Penyakit lakunar disebabkan oleh oklusi pembuluh darah kecil dan
menghasilkan lesi kavitas kecil di otak akibat dari oklusi cabang arteri
penetrasi yang kecil. Lakunae ini ditemukan lebih sering di kapsula
interna, nuklei abu-abu dalam, dan substansia alba. Status lakunar
adalah kondisi dengan lakunae yang banyak, mengindikasikan adanya
penyakit pembuluh darah kecil yang berat dan menyebar.
e) Penyakit Binswanger (juga dikenal sebagai leukoencephalopati
subkortikal) disebabkan oleh penyakit substansia alba difus. Pada
penyakit ini, perubahan vaskular yang terjadi adalah fibrohialinosis
dari arteri kecil dan nekrosis fibrinoid dari pembuluh darah otak yang
lebih besar.
PATOGENESIS
1. Infark multiple
Demensia multi infark merupakan akibat dari infark multipel dan bilateral. Terdapat
riwayat satu atau beberapa kali serangan stroke dengan gejala fokal seperti
hemiparesis/hemiplegi, afasia, hemianopsia. Computed tomography imaging (CT Scan)
otak menunjukkan hipodensitas bilateral disertai atrofi kortikal, kadang-kadang
disertai dilatasi ventrikel.
2. Infark lakunar
Lakunar adalah infark kecil, diameter 2-15 mm, disebabkan kelainan pada small
penetrating arteries di daerah diencephalon, batang otak dan sub kortikal akibat dari
hipertensi Pada sepertiga kasus, infark lakunar bersifat asimptomatik. Apabila
menimbulkan gejala, dapat terjadi gangguan sensorik, transient ischaemic attack,
hemiparesis, atau ataksia. Bila junlah lakunar bertambah maka akan timbul sindrom
demensia, sering disertai pseudobulbar palsy. Pada derajat yang berat terjadi lacunar
state. CT Scan otak menunjukkan hipodensitas multipel dengan ukuran kecil, dapat
juga tidak tampak pada CT Scan otak karena ukurannya yang kecil atau terletak di
daerah batang otak. Magnetic resonance imaging (MRI) otak merupakan pemeriksaan
penunjang yang lebih akurat untuk menunjukkan adanya lacunar terutama di daerah
batang otak (pons).
Strategic single infarct dementia merupakan akibat lesi iskemik pada daerah kortikal
atau sub kortikal yang mempunyai fungi penting. Infark girus angularis menimbulkan
gejala afasia sensorik, aleksia, agrafia, gangguan memori, disorientasi spasial dan
gangguan konstruksi. Infark daerah distribusi arteri-serebri posterior menimbulkan
gejala amnesia disertai agitasi, halusinasi visual, gangguan visual dan kebingungan.
Infark daerah distribusi arteri serebri anterior menimbulkan abulia, afasia motorik dan
apraksia. Infark lobus parietalis menimbulkan gangguan kognitif dan tingkah laku
yang disebabkan gangguan persepsi spasial. Infark pada daerah distribusi arteri
paramedian thalamus menghasilkan thalamic dementia.
4. Sindrom Binswanger
6. Hipoperfusi
Demensia dapat terjadi akibat iskemia otak global karena henti jantung, hipotensi berat,
hipoperfusi dengan/tanpa gejala oklusi karotis, kegagalan autoregulasi arter serebral,
kegagalan fungi pemafasan. Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan lesi vaskular di
otak yang multipel.
7. Perdarahan
Demensia dapat terjadi karena lesi perdarahan seperti hematoma subdural kronik,
gejala sisa dari perdarahan sub arachnoid dan hematoma serebral. Hematoma multipel
berhubungan dengan angiopati amiloid serebral idiopatik atau herediter.
8. Mekanisme lain
• Etiologi Stroke
Penyebab stroke dibagi menjadi 3, yaitu menurut Kimberly A. J. Bilotta et.al (2011)
adalah:
➢ Trombosis serebral
• Penyebab stroke paling sering
• Obstruksi pembuluh darah di pembuluh ekstraserebral
• Kemungkinan terjadi di area intraserebral
➢ Emboli serebral
• Penyebab utama stroke yang kedua
• Riwayat penyakit jantung reumatik
• Endokarditis
• Penyakit valvular pascatraumatik
• Aritmia jantung
• Pasca pembedahan jantung terbuka
➢ Perdarahan serebral
• Penyebab utama stroke yang ketiga
• Hipertensi kronis
• Aneurisma serebral
• Malformasi arteriovenosa (Nafi’ah, 2021).
• Klasifikasi Stroke
e. Sistem Vertebrobasiler :
• Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstremitas.
• Meningkatnya refleks tendon.
• Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh.
• Gejala-gejala sereblum seperti gemetar pada tangan (tremor), kepala
berputar (vertigo).
• Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia).
• Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara sehingga pasien
sulit bicara (disatria).
• Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran secara
lengkap (strupor), koma, pusing, gangguan daya ingat, kehilangan daya
ingat terhadap lingkungan (disorientasi)
• Gangguan penglihatan, seperti penglihatan ganda (diplopia), gerakan arah
bola mata yang tidak dikehendaki (nystagmus), penurunan kelopak mata
(ptosis), kurangnya daya gerak mata, kebutaan setengah lapang pandang
pada belahan kanan atau kiri kedua mata (hemianopia homonim)
• Gangguan pendengaran.
• Rasa kaku di wajah, mulut, atau lidah.
2. Stroke Emboli
• Defisit neurologis dalam waktu yang sangat singkat yakni < 5 menit (47-74%
kasus)
• Penurunan kesadaran pada saat onset dalam (19-31% kasus)
• Defisit hemisfer yang luas (kalau infarknya luas),
• Didapat Pasien penyebab berikut dan atau faktor risiko :
✓ Jantung (Arterial fibrilasi, kelainan katub dan lain-lain)
✓ Vascular (stenosis arteri klinis)
✓ Darah (hiperkoagulabilitas)
3. Stroke Perdarahan Intraserebral
Perdarahan intraserebral berlaku secara mendadak. Setengah daripada jumlah
penderita mengeluh serangan dimulai dengan nyeri kepala yang berat dan sering
sewaktu melakukan aktivitas. Namun pada penderita yang usianya lebih lanjut nyeri
kepalanya lebih ringan atau tidak ada. Gejala disfungsi menggambarkan perkembangan
yang terus memburuk daripada perdarahan. Gejala klinis stroke ICH meliputi
kelemahan atau kelumpuhan setengah badan, kesemutan, hilang sensasi atau mati rasa
setengah badan. Selain itu, setengah orang juga mengalami sulit berbicara atau bicara
pelo, mulutnya merot ke samping, merasa bingung, masalah penglihatan, mual, muntah,
kejang dan kehilangan kesadaran secara umum.
Pemeriksaan fisik :
• Penurunan kesadaran.
• Gangguan bicara dan memahami (dysarthria & afasia).
• Tekanan darah meningkat.
Pemeriksaan Neurologi :
• Gangguan n.VII dan n. XII central
• Kelemahan atau kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh
• Hemihiparestesi
• Reflek fisiologis pada sisi lumpuh meningkat
Obat untuk penyakit Alzheimer yang memperbaiki fungsi kognitif dan gejala perilaku dapat
juga digunakan untuk pasien demensia vaskular. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk
mengurangi gejala pada dimnesia vaskular pasca stroke adalah:
a. Memperbaiki memori
The Heart and Stroke Foundation of Canada mengusulkan beberapa cara untuk
mengatasi defisit memori dengan lebih baik.
• Membawa nota untuk mencatat nama, tanggal, dan tugas yang perlu dilakukan. Dengan ini
stres dapat dikurangkan.
• Melatih otak dengan mengingat kembali kegiatan sepanjang hari sebelum tidur.
• Menjauhi distraksi seperti Tv/Radio jika mencoba berkonsentrasi.
• Tidak tergesa-gesa mengerjakan sesuatu hal baru.
b. Diet
Penelitian di Rotterdam mendapati terdapat peningkatan risiko demensia vascular
berhubungan dengan konsumsi lemak total.
➢ Diet DASH
Beberapa studi intervensi gizi, the Trials of Hypertension Prevention (TOHP) dan Dietary
Approach to Stop Hypertension (DASH) mendemostrasikan keberhasilan pencegahan
hipertensi dan menurunkan tekanan darah orang dengan tekanan darah normal-tinggi. Pada
studi TOHP, ditargetkan berat badan berkurang 4,5 kg atau juga dengan pembatasan sodium
(target harian 80 mmol atau 80 mEq) menurunkan insidensi hipertensi. Akan tetapi, perubahan
perilaku tidak dikaji lebih lanjut. Sementara penelitian dengan DASH menunjukkan bahwa diet
tinggi buah-buahan, sayuran, dan produk susu nonlemak serta rendah rendah lemak total, dapat
menurunkan SBP rata-rata 6-11 mm Hg. Diet secara total lebih efektif daripada hanya diet
dengan penambahan sayur dan buah. Faktor hipertensi merupakan salah satu penyebab VaD
yang signifikan, sehingga memodifikasi hipertensi dapat memberikan efek yang cukup drastis
bagi penurunan insidensi demensia vaskular.
➢ Diet Mediteranian
Pola makan ala Mediterania bukan hanya mencegah penyakit kardiovaskular dan kanker tetapi
juga bisa mempertahankan fungsi daya ingat dan mengurangi risiko penyakit demensia yang
menyebabkan pikun.Pola makan ala Mediterania lebih mengutamakan makanan nabati,
minyak zaitun, serta asam lemak omega-3. Pola makan ini juga rendah lemak jenuh seperti
yang banyak ditemukan pada produk susu dan daging merah.
Selain itu, risiko demensia lebih tinggi di antara individu yang overweight dan obesitas. Ada
hubungan positif antara indeks massa tubuh pada orang dewasa dan munculnya AD dan VD di
kemudian hari dengan risiko 5 kali lipat lebih tinggi dari VD pada subjek obesitas dan dua kali
risiko di antara individu yang overweight, terlepas dari faktor vaskular.20
c. Efek Immunomodulator
Efek imunomodulator, termasuk imunisasi aktif menggunakan vaksin dan imunisasi
pasif dengan antibodi chimerik, juga telah dievaluasi sebagai strategi terapeutik pada
AD. Imunisasi aktif hingga saat ini termasuk penggunaan konjugat tau peptida atau
penggunaan sintetik prefibrillisasi (Aβ). Tau adalah fosfoprotein dengan 85 situs
fosforilasi. Penargetan yang selektif dari masing-masing situs dengan Tingkat folat,
vitamin B6 dan vitamin B12 yang rendah juga berhubungan dengan peningkatan
homosisteine yang merupakan faktor risiko stroke.
Beberapa hal yang harus dilakukan pada kasus stroke akut adalah:
Lakukan intubasi bila pasien tidak sadar atau Glasgow Coma Scale di bawah 8. Pastikan
jalan napas pasien aman jika intubasi tidak dapat dilakukan
Jika pasien mengalami hipoksia (saturasi oksigen di bawah 94%), berikan oksigen.
Mulai dari pemberian 2 liter per menit menggunakan nasal kanuldan tingkatkan hingga
4 liter per menit sesuai kondisi pasien
Dapat dilakukan elevasi kepala 30 derajat, tetapi penelitian terbaru mempertanyakan
posisi kepala mana yang lebih baik, apakah elevasi kepala atau tidak.
Otonomi (autonomy) berasal dari bahasa Yunani “autos” yang berarti sendiri
dan “nomos” yang berarti peraturan atau pemerintahan atau hukum. Awalnya otonomi
dikaitkan dengan suatu wilayah dengan peraturan sendiri atau pemerintahan sendiri
atau hukum sendiri. Namun, otonomi juga digunakan pada suatu kondisi individu yang
maknanya bermacam-macam seperti memerintah sendiri, hak untuk bebas, pilihan
pribadi, kebebasan berkeinginan dan menjadi diri sendiri. Makna utama otonomi
individu adalah aturan pribadi atau perseorangan dari diri sendiri yang bebas, baik
bebas dari campur tangan orang lain maupun dari keterbatasan yang dapat menghalangi
pilihan yang benar, seperti karena pemahaman yang tidak cukup. Seseorang yang
dibatasi otonominya adalah seseorang yang dikendalikan oleh orang lain atau seseorang
yang tidak mampu bertindak sesuai dengan hasrat dan rencananya.
Terdapat berbagai pendapat tentang penerapan prinsip otonomi. Meskipun
demikian, secara umum ada beberapa cara menerapkan prinsip otonomi, khususnya
dalam praktek kedokteran.
Cara-cara tersebut antara lain :