Epidemiologi CA Cervix
2018: kasus → 570.000
kematian akibat ca cervix → 311.000
85 % terjadi di negara berkembang (zhang, et.al, 2020)
Indonesia:
• kanker terbanyak ke dua yang menyerang pada wanita usia 15- 40
tahun
• kanker terbanyak kedua yang mengakibatkan kematian pada
wanita→ 19,2%
(kemenkes RI, 2019)
Patofisiologi CA Cervix
Kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV tipe tertentu yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Virus HPV memiliki beberapa tipe,
akan tetapi hanya virus HPV 16 dan 18 yang menyebabkan 71% kasus
kanker serviks di dunia.
Infeksi virus HPV dapat terjadi pada sebagian besar wanita yang
aktif secara seksual. Tetapi, biasanya sekitar 90% infeksi virus HPV
dapat hilang dengan sendirinya dalam beberapa bulan sampai 2 tahun.
Hal ini menandakan bahwa infeksi virus HPV dapat sembuh total atau
menjadi laten di sel basal dan berpotensi menjadi reaktivasi.
Sementara itu, sekitar 10% sisanya menjadi persisten dan dapat
berkembang menjadi lesi pra kanker yang ditandai dengan perubahan
histopatologi, yaitu lesi CIN (cervical intraepithelial neoplasia) derajat
2 dan 3 dalam waktu 3 tahun setelah infeksi. (Bhatla et al, 2021)
Patogenesis CA CERVIX
HPV merupakan penyebab utama terjadinya kanker serviks. HPV dapat
menyebabkan infeksi pada sel epitel serviks karena adanya abrasi atau luka
pada jaringan epitel.
Alur :
► HPV masuk melalui sel basal yang mengalami abrasi (Sel-sel epitel pada
bagian basal merupakan sel-sel epitel yang belum matang dan masih
terus berproliferasi) → ekspresi gen HPV → replikasi sel lambat → belum
muncul perubahan abnormal sel
► Sel penjamu matur → replikasi gen HPV meningkat → gen yang
mengkode onkoprotein mulai diproduksi → terjadi perubahan abnormal
sel & diproduksi virus baru yang sangat cepat. (Evriarti & Yasmon, 2019)
DIAGNOSIS CA SERVIKS
► Penunjang diagnostik dapat berupa kolposkopi, biopsi terarah, dan
kuretas endoservikal.
► Skrining : Pap Smear, Tes IVA, HPV DNA
Prognosis
Prognosis kanker serviks bergantung pada seberapa dini kasus ini
terdiagnosis dan dilakukan terapi yang adekuat. Terapi yang tidak adekuat
baik tindakan pembedahan maupun radiasi akan mengurangi tingkat
keberhasilan terapi.
Secara umum digunakan 5 year survival dimana pada
► stadium 1 angka persentase 5 year survival lebih dari 90%
► stadium 2 angka persentase 5 year survival 60-80%
► stadium 3 angka persentase 5 year survival perkiraan adalah 50%
► stadium 4 angka persentase 5 year survival kurang dari 30%.
Komplikasi
Akibat Ca Servix:
1. Karsinoma In Situ
Pilihan terapi pada kasus karsinoma in situ mencakup:
► Konisasi
► Histerektomi bagi pasien post reproduktif
► Radioterapi internal bagi pasien yang tidak dapat menjalani
pembedahan
2. Stadium I
Pilihan terapi pada stadium IA adalah:
► Histerektomi total
► Histerektomi radikal dimodifikasi dengan limfadenektomi
► Trachelectomy radikal
► Radioterapi intrakavitas
► Konisasi
3. Stadium IB dan IIA
Pilihan terapi pada stadium IB dan IIA adalah:
► Histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis bilateral dengan atau
tanpa terapi radiasi pelvis total dan kemoterapi
► Trachelectomy radikal
► Kemoterapi neoadjuvan
► Radioterapi saja
► Intensity Modulated Radiation Therapy (IMRT)
► Radioterapi diikuti kemoterapi