Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN KASUS: TERAPI RADIASI PADA CARSINOMA

SERVIKS
Muhammad Daniel
Kelompok Dokter Muda 122 (Periode 14 Agustus-01 September 2023), Fakultas Kedokteran Universitas
Mulawarman, Program Studi Profesi Dokter

Abstrak

Karsinoma serviks atau kanker serviks merupakan keganasan di daerah leher rahim,
yang terjadi apabila sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tidak
terkendali Salah satu penyebab kanker serviks disebabkan oleh adanya infeksi Human
Papillomavirus (HPV) sub tipe onkogenik, terutama pada sub tipe 16 dan 18 yang
merupakan penyebab tersering pada kanker tersebut. Pada laporan kasus ini, penulis
meninjau kasus kanker serviks dari seorang wanita berusia 40 tahun pasca kuretase.
Terapi radiasi menggunakan sinar-x energi tinggi untuk membunuh sel kanker.
Tergantung pada stadium karsinoma serviks, terapi radiasi dapat digunakan sebagai
bagian dari pengobatan utama

Kata kunci: Kanker serviks, Terapi Radiasi, Serviks, Radioterapi

Pendahuluan

Karsinoma serviks atau kanker serviks merupakan keganasan di daerah leher rahim,
yang terjadi apabila sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tidak
terkendali (1). Salah satu penyebab kanker serviks disebabkan oleh adanya infeksi
Human Papillomavirus (HPV) sub tipe onkogenik, terutama pada sub tipe 16 dan 18
yang merupakan penyebab tersering pada kanker tersebut (2). Dalam 30 tahun
terakhir, terjadi peningkatan proporsi wanita muda yang terkena kanker serviks
berkisar 10% sampai 40% (3). Penderita kanker serviks biasanya tidak menunjukkan
gejala apapun pada stadium awal (4). Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan klinik/penunjang. Terapi radiasi menggunakan
sinar-x energi tinggi untuk membunuh sel kanker. Tergantung pada stadium karsinoma
serviks, terapi radiasi dapat digunakan sebagai bagian dari pengobatan utama (5).

Ilustrasi Kasus

Seorang perempuan berusia 40 tahun yang datang ke poli radioterapi dengan keluhan
nyeri disertai perdarahan pada daerah kewanitaan. Pasien datang dengan rujukan dari
dokter kandungan untuk dilakukan terapi radiasi. Pada anamnesis didapatkan bahwa
keluhan pasien sudah berlangsung sekitar 1 tahun dengan riwayat perdarahan sejak
bulan 8 2022, selama ini pasien hanya mengobati menggunakan obat herbal dan anti
nyeri. Keluhan tak kunjung membaik sehingga pasien memutuskan untuk
memeriksakan diri ke puskesmas dan mendapatkan rujukan ke dokter spesialis
kandungan. Pasien memiliki 2 orang anak dengan riwayat keguguran sebanyak 2 kali.
Pasien pertama kali haid diusia 11 tahun. Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan dokter
kandungan didapatkan adanya upnormalitas dari serviks dan diputuskan untuk
dilakukan kuretase. Setelah kuretase dilakukan pemeriksaan histopatologi. Pada
pemeriksaan fisik, tekanan darah tercatat sebesar 107/60 mmHg, nadi 73 x/menit, suhu
36,1°C, dan respiratory rate (RR) 16 x/menit.

Pada pemeriksaan patologi anatomi didapatkan jaringan abu-abu tidak beraturan


ukuran 0,6cc. Pada pameriksaan mikroskopis potongan jaringan serviks dengan
neoplasma didapatkan sel malignant terdiri dari sel epitel squamous anaplastik. Sel
tersebut tersusun berkelompok membentuk sarang-sarang yang tumbuh diantara
stroma dan area nekrosis luas. Pada kesimpulan pemeriksaan didapatkan invasive non
keratinizing squamous cell carsinoma. Pada pemeriksaan patologi klinik didapatkan
nilai hemoglobin rendah dengan hasil 6.1 nilai rujukan 12-16.

Pasien ini, perencanaan radioterapi dilakukan untuk menargetkan area inguinal sebelah
kiri dengan perluasan area sinar menggunakan CT-Simulator. Namun, perlu
diperhatikan bahwa prosedur ini berpotensi mengenai organ sehat yang sensitif di
sekitarnya, khususnya testis pasien, yang dapat meningkatkan risiko infertilitas. Dalam
menghadapi situasi ini, pasien memilih untuk menunda terapi radiasi untuk sementara
waktu, karena keinginannya untuk memiliki keturunan. Pasien akan kembali untuk
mengonfirmasi kesediaannya menjalani terapi setelah mempertimbangkan faktor-faktor
ini. Meskipun terapi radiasi ditunda, pemeriksaan fisik yang komprehensif tetap
dilakukan sebagai bagian dari persiapan terapi yang akan datang.

Diskusi

Karsinoma serviks atau kanker serviks merupakan keganasan di daerah leher rahim,
yang terjadi apabila sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tidak
terkendali. Serviks adalah ujung rahim (rahim) yang lebih rendah dan sempit.Leher
rahim menghubungkan rahim ke vagina (jalan lahir). Kanker serviks biasanya
berkembang perlahan seiring berjalannya waktu. Sebelum kanker muncul di serviks,
sel-sel serviks mengalami perubahan yang disebut displasia, di mana sel-sel abnormal
mulai muncul di jaringan serviks. Seiring waktu, jika tidak dihancurkan atau
dihilangkan, sel-sel abnormal dapat menjadi sel kanker dan mulai tumbuh dan
menyebar lebih dalam ke leher rahim dan sekitarnya (1).

Salah satu penyebab kanker serviks disebabkan oleh adanya infeksi Human
Papillomavirus (HPV) sub tipe onkogenik, terutama pada sub tipe 16 dan 18 yang
merupakan penyebab tersering pada kanker tersebut. Faktor risiko terjadinya kanker
serviks antara lain yaitu aktivitas seksual pada usia muda (< 16 tahun), berhubungan
seksual dengan multipartner atau bergonta-ganti pasangan, merokok, paritas tinggi dan
rendah, sosial ekonomi rendah, penyakit menular seksual (2).

Kanker serviks merupakan salah satu penyebab utama kematian akibat kanker di
kalangan wanita. Dalam 30 tahun terakhir, terjadi peningkatan proporsi wanita muda
yang terkena kanker serviks berkisar 10% sampai 40%. Pada tahun 2018 kanker
serviks menempati urutan keempat sebagai kanker yang paling sering didagnosis dan
penyebab keempat kematian akibat kanker pada wanita dengan perkiraan 570.000
kasus dan 311.000 kematian. Kematian akibat anker serviks sering terjadi di negara
terbelakang atau berkembang (sekitar 85%) dengan tingkat kematian 18 kali lebih
tinggi di negara berpengasilan rendah dan menengan dibanding negara kaya (2,3).

Penderita kanker serviks biasanya tidak menunjukkan gejala apapun pada stadium
awal. Apabila telah terjadi keganasan, gejala yang umum ditimbulkan adalah
perdarahan per vagina, perdarahan kontak atau massa vagina (jarang terjadi), keluhan
nyeri ketika melakukan hubungan seksual dan keputihan. Pada stadium lanjut,
metastasis dapat ditemukan di abdomen, paru, dan di tempat lain (4).

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


klinik/penunjang. Anamnesis meliputi pertanyaan tentang infeksi menular seksual
sebelumnya, jumlah pasangan seumur hidup, riwayat infeksi HPV sebelumnya, riwayat
human immunodeficiency virus, penggunaan tembakau, dan apakah pasien pernah
mendapatkan vaksinasi HPV sebelumnya. Wanita harus ditanya tentang pola
menstruasi dan perdarahan abnormal, keputihan yang terus-menerus, iritasi, atau lesi
serviks yang diketahui. Pemeriksaan fisik harus mencakup evaluasi menyeluruh
terhadap genitalia eksterna dan interna. Pada wanita dengan kanker serviks, temuan
pemeriksaan mungkin termasuk serviks yang rapuh, lesi. Pemeriksaan klinik meliputi
inspeksi, kolposkopi, biopsi serviks, sistoskopi, rektoskopi, USG, BNO-IVP, foto toraks
dan bone scan, CT scan atau MRI, serta PET scan. Kecurigaan metastasis ke kandung
kemih atau rektum harus dikonfirmasi dengan biopsi dan histologic.

Terapi radiasi menggunakan sinar-x energi tinggi untuk membunuh sel kanker.
Tergantung pada stadium karsinoma serviks, terapi radiasi dapat digunakan sebagai
bagian dari pengobatan utama. Untuk beberapa stadium karsinoma serviks, pengobatan
yang diutamakan adalah radiasi saja atau pembedahan yang diikuti dengan radiasi.
Adapula, terapi radiasi dan kemo yang diberikan bersamaan yang disebut kemoradiasi.
Kemoterapi dengan atau tanpa radiasi merupakan dasar pengobatan pasien dengan
kanker serviks yang berulang dan/atau metastasis. Kemoterapi secara harfiah berarti
penggunaan bahan kimia untuk menghambat sel ganas dengan sedikit menimbulkan
efek samping bagi sel pejamu. Kemoterapi diberikan secara intravena atau oral dengan
menggunakan obat-obatan sitostatik. Dalam beberapa tahun terakhir, regimen
kemoterapi kombinasi antara dua dan tiga agen semakin banyak digunakan untuk
pasien dengan kasus berulang atau metastasi (5, 6, 7)

Terdapat 2 teknik radiasi, yaitu radiasi eksterna dan radiasi internal. Radioterapi
eksternal, atau teleterapi, menggunakan sumber radiasi dari mesin yang terletak di luar
tubuh. Radioterapi internal, disebut juga brakiterapi, menggunakan radiasi yang berasal
dari bahan radioaktif ditempatkan di dalam vagina, dekat lokasi kanker (8).
jenis terapi radiasi yang saat ini digunakan untuk mengobati kanker serviks adalah
external beam radiation therapy (EBRT), intensity-modulated radiotherapy (IMRT), dan
brachytherapy (internal RT). EBRT bertujuan untuk sinar radiasi energi tinggi dari luar
tubuh ke dalam tumor dan merupakan bentuk yang paling umum radioterapi yang
digunakan dalam mengobati kanker. IMRT, bentuk yang lebih maju dari radioterapi,
melibatkan manipulasi radiasi foton dan proton untuk menyesuaikan dengan bentuk
tumor dan digunakan untuk keduanya tumor kanker dan non-kanker. Seperti IMRT,
brakiterapi menyelamatkan jaringan terdekat dengan mengirimkan radiasi dosis tinggi
ke tumor atau implan radioaktif dimasukkan di lokasi tumor. Menurut data dari
American Cancer Society, sekitar 90% dari pasien dengan karsinoma serviks stadium
awal (stadium I dan II) yang diobati dengan radioterapi mengalami kesembuhan (9).

Pada stadium IB2, IIA1, dan IIA2 dengan keterlibatan vagina lebih dari 2 cm, radioterapi
menjadi pengobatan yang lebih tepat, karena kejadian metastasis kelenjar getah bening
meningkat secara signifikan (> 35%). Pembedahan tidak dianjurkan jika adanya
kecurigaan metastase kelenjar getah bening, jika hal tersebut terjadi lebih disarankan
untuk langsung dilakukan radioterapi (10).

Kesimpulan

Karsinoma serviks merupakan bentuk keganasan di daerah leher rahim, yang umunya
memberikan gejala perdarahan per vagina yang abnormal. Pasien Nn. A didiagnosis
awal dengan karsinoma serviks stadium IIB pada bulan Mei 2023 kemudian dirujuk ke
poli radioterapi dan didiagnosis karsinoma serviks stadium IIA pada bulan Juni 2023.
Gejala awal yang dialami pasien adalah perdarahan pervaginam yang berlangsung
setelah melakukan hubungan seksual. Selanjutnya, setelah dilakukan biospsi pasien A
merasakan keluar cairan sedikit kuning dari vagina, tidak berbau. Untuk sekarang
pasien tidak merasakan keluhan apapun. Karsinoma serviks yang diderita pasien masih
belum jelas penyebabnya. Tatalaksana yang dapat diberikan pada Nn. A dapat dilakukan
sekarang adalah dengan radioterapi.

Daftar Pustaka

1. PDQ Cancer Information Summaries [Internet]. Bethesda (MD). (2023). Cervical Cancer
Treatment: Patient Version. In National Cancer Institute . National Cancer Institute .
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK82221/
2. Zhang, S., Xu, H., Zhang, L., & Qiao, Y. (2020). Cervical cancer: Epidemiology, risk factors
and screening. Chinese Journal of Cancer Research, 32(6), 720–728.
3. Bray, F., Ferlay, J., Soerjomataram, I., L Siegel, R., A Torre, L., & Jemal, A. (2018). Global
cancer statistics 2018: GLOBOCAN estimates of incidence and mortality worldwide for
36 cancers in 185 countries. CA: A Cancer Journal for Clinicians, 68(6), 394–424.
4. Fowler, J.R., Maani, E.V., Dunton, C.J., & Jack, B.W. (2022). Cervical Cancer. [Updated
2022 Nov 2]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022
Jan-. Available from: [https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431093/]
5. Alam A, Farooq U, Singh R, Dubey V, Kumar S, Kumari R, et al. Chemotherapy Treatment
and Strategy Schemes: A Review. Open Access J Toxicol. 2018;2(5).
6. American Cancer Society. Cervical Cancer Radiation Therapy | Cervical Cancer
Radiation Treatment [Internet]. 2020 [cited 2023 Feb 26]. Available from:
https://www.cancer.org/cancer/cervical-cancer/treating/radiation.html
7. Kodaira T, Makita C. NCCN Patients Nasopharyngeal cancer. Otolaryngol - Head Neck
Surg. 2019;89(13):1074–9.
8. World Health Organization. (2014). Comprehensive Cervical Cancer Control a Guide to
Essential Practice.
9. Burmeister, C.A., Khan, S.F., Schafer, G., Mbatani, N., Adams, T., Moodley, J., Prince, S.
(2022). Cervical Cancer Therapies: Current Challenges and Future Perspectives.
Available from: https://doi.org/10.1016/j.tvr.2022.200238
10. Rendiville W, & Sankaranarayanan R. (2017). Surgical management of early invasive
cervical cancer. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK568385/

Anda mungkin juga menyukai