Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny.

W
DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT KASIH IBU
TANGGAL 17 APRIL 2023 S/D 19 APRIL 2023

OLEH KELOMPOK 3

1. ANNA MONICA VARANI (2014201003)


2. AYU DIAH UTAMI DEWI (2014201005)
3. AYU MIRAH SAVITRI (2014201006)
4. I KADEK KRISHNA DWIMARTOPAZ KORY (2014201015)
5. IDA AYU MEIKA ANJALI (2014201022)
6. LUH METHA ARISKA PUSPITA (2014201028)
7. LUH PUTU JUNI ANTARI (2014201029)
8. MADE YUNI ANTARI (2014201032)
9. NI KADEK DWI INTARI (2014201037)
10. NI KADEK NITA YULIANTI (2014201040)
11. NI KADEK SINTIA AYU ASTUTI (2014201041)
12. NI KOMANG AYU RESTUNINGSIH (2014201043)
13. NI KADEK TIYA YUNADI NINGSIH (2014201042)
14. NI LUH ITA ANGGRENI (2014201045)
15. NI PUTU OKTALIA LESTARI (2014201051)
16. NI PUTU RIRIN MELIYANINGSIH (2014201053)
17. PANDE PUTU NOVITA SINTA RAHAYU (2014201055)
18. PUTU ESA ANIKA PERMATASARI (2014201056)
19. NI PUTU DIAN NANDITA PUTRI (2014201057)

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

TAHUN AJARAN 2023/2024


A. TINJAUAN TEORI
1. DEFINISI
Kanker serviks adalah kanker dengan angka kejadian nomor empat terbanyak yang
terjadi pada wanita diseluruh dunia dan kanker yang paling sering pada negara
berpenghasilan rendah (Mustafa dkk, 2016). Kanker serviks merupakan suatu
keganasan yang disebabkan oleh adanya pertumbuhan sel-sel epitel serviks yang
tidak terkontrol (Mirayashi, 2013). Menurut Setiawati (2014) kanker serviks 99,7%
disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV) onkogenik yang menyerang rahim.
Kanker serviks merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim
(serviks), yaitu bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina
(Hartati dkk., 2014). Berdasarkan pemaparan tersebut kanker serviks atau yang
dikenal juga dengan sebutan kanker leher rahim merupakan kanker ganas yang
tumbuh dileher rahim yang disebabkan oleh Human Papiloma Virus.

2. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui secara pasti,
tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker
serviks yaitu :
1) HPV (Human papilloma virus)
HPV adalah virus penyebab kutil genetalis (Kandiloma akuminata) yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah
HPV tipe 16, 18, 45, dan 56.
2) Merokok
Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh
untuk melawan infeksi HPV pada serviks.
3) Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini.
4) Berganti-ganti pasangan seksual.
5) Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia di
bawah 18 tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah dengan
wanita yang menderita kanker serviks.
6) Pemakaian DES (Diethilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah
keguguran (banyak digunakan pada tahun 1940-1970).
7) Gangguan sistem kekebalan
8) Pemakaian Pil KB.
9) Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun.
10) Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan pap
smear secara rutin). (Nurarif, 2016).

3. PATOFISIOLOGI
Perkembangan dari infeksi HPV onkogenik akan mejadi kanker serviks jika
infeksi ini menetap di beberapa sel yang terdapat di serviks (sel epitel pipih atau
lonjong di zona transformasi serviks). Sel-sel ini sangat rentan terhadap infeksi
HPV, dan jika sel ini telah terinfeksi maka ia akan berkembang melampui batas
wajar atau abnormal dan akan mengubah susunan sel di dalam serviks.
Perkembangan sel abnormal pada epitel serviks dapat berkembang menjadi
prakanker yang disebut Cervical Intraepithelial Neoplasia (CIN).
Jika memperhatikan infeksi HPV onkogenik ini secara persisten, maka akan
ditemukan tiga pola utama pada prakanker dimulai dengan infeksi pada sel serta
perkembangan sel-sel abnormal hingga dapat berlanjut menjadi intraepithelial
neoplasia dan pada akhirnya menjadi kanker serviks. Dari serviks HPV sampai
terjadinya kanker ini memerlukan waktu cukup lama, sekitar 20 tahun. Tahapan
perkembangan sel-sel abnormal hingga menjadi kanker serviks adalah, sebagai
berikut :
1) Cervical Intraepithelial Neoplasia I (CIN I) atau Grade Squamous Intraepithelial
Lesions (GSILs). Dalam tahap ini, terjadi perubahan yaitu sel yang terinfeksi
HPV onkogenik akan membuat partikel-partikel virus baru.
2) Cervical Intraepithelial Neoplasia II (CIN II) atau High Grade Squmous
Intraepithelial Lesions (HSILs). Dalam tahap ini, sel-sel semakin menunjukan
gejala abnormal prakanker.
3) Cervical Intraepithelial Neoplasia III (CIN III). Dalam tahap ini, lapisan
permukaan serviks dipenuhi dengan sel-sel abnormal dan semakin menjadi
abnormal.
4) Infeksi persisten dengan HPV onkogenik dapat berkembang atau menunjukan
kehadiran lesi prakanker, seperti CIN I, CIN II, CIN III dan Carcinoma In Situ
(CIS).
5) Kanker serviks yang semakin invasive yang berkembang dari CIN III.

4. KOMPLIKASI
“Kanker Serviks”, (2015) menyatakan, komplikasi kanker serviks bisa disebabkan
oleh karena efek daari pemberian terapi dan akibat dari stadium lanjut.
1) Komplikasi dari efek pemberian terapi kanker
a) Menopause dini
Menopause dini terjadi akibat ovarium diangkat melalui operasi atau karena
ovarium rusak akibat efek samping radioterapi. Gejala yang timbul akibat
kondisi ini adalah vagina kering, menstruasi berhenti atau tidak keluar,
menurunnya libido, sensasi rasa panas dan berkeringat berlebihan meski di
malam hari, dan osteoporosis.
b) Penyempitan vagina Pengobatan dengan radioterapi pada kanker serviks
sering kali menyebabkan penyempitan vagina.
c) Limfedema atau penumpukan cairan
Limfedema adalah pembengkakan yang umumnya muncul pada tangan atau
kaki karena sistem limfatik yang terhalang. Sistem limfatik berfungsi untuk
membuang cairan berlebihan dari dalam jaringan tubuh. Gannguan pada
sistem ini menyebabkan penimbunan cairan pada organ tubuh. Penimbunan
inilah yang menyebabkan pembengkakan.
d) Dampak emosional
Didiagnosis kanker serviks dan menghadapi efek samping pengobatan bisa
memicu terjadinya depresi. Tanda-tanda depresi adalah merasa sedih, putus
harapan, dan tidak menikmati hal-hal yang biasanya disukai.

2) Akibat dari kanker serviks stadium lanjut

a) Nyeri akibat penyebaran kanker Nyeri akan muncul ketika kanker sudah
menyebar ke saraf, tulang, atau otot.
b) Pendarahan berlebihan Pendarahan berlebihan terjadi jika kanker menyebar
hingga ke vagina, usus, atau kandung kemih.
c) Penggumpalan darah setelah pengobatan Kanker bisa membuat darah
menjadi lebih kental dan cenderung membentuk gumpalan. Risiko
penggumpalan darah meningkat setelah menjalani kemoteapi dan istirahat
pasca operasi.
d) Produksi cairan vagina yang tidak normal Cairan vagina bisa berbau tidak
sedap akibat kanker serviks stadium lanjut
e) Gagal ginjal Kanker serviks pada stadium lanjut akan menekan ureter,
menyebabkan terhalangnya aliran urin untuk keluar dari ginjal sehingga urin
terkumpul di ginjal (hidronefrosis). Hidronefrosis parah bisa merusak ginjal
sehingga kehilangan seluruh fungsinya.
f) Fistula Fistula adalah terbentuknya sambungan atau saluran abnormal antara
dua bagian dari tubuh. Fistula pada kasus kanker serviks terbentuk antara
kandung kemih dan vagina, sehingga mengakibatkan urin keluar melalui
vagina.
5. MANIFESTASI KLINIS
Pada tahap awal dan pra kanker biasanya tidak akan mengalami gejala. Gejala akan
muncul setelah kanker menjadi kanker invasif. Secara umum gejala kanker serviks
yang sering timbul (Malehere, 2019) adalah :
1) Perdarahan pervagina abnormal
Perdarahan dapat terjadi setelah berhubungan seks, perdarahan setelah
menopause, perdarahan dan bercak diantara periode menstruasi, dan periode
menstruasi yang lebih lama atau lebih banyak dari biasanya serta perdarahan
setelah douching atau setelah pemeriksaan panggul. Pendarahan aktif diluar
masa menstruasi.
2) Keputihan
Cairan yang keluar mungkin mengandung darah, berbau busuk dan mungkin
terjadi antara periode menstruasi atau setelah menopause.
3) Nyeri panggul
Nyeri panggul saat berhubungan seks atau saat pemeriksaan panggul.
4) Nyeri saat berhubungan seksual
5) Trias
Berupa back pain, oedema tungkai dan gagal ginjal merupakan tanda kanker
serviks tahap lanjut dengan keterlibatan dinding panggul yang luas.

6. KLASIFIKASI
Klasifikasi kanker seviks atau stadium pada kanker serviks adalah sebagai berikut :
1) Stadium 0
Pertumbuhan sel kanker pertama kali yang masih berkembang hanya sebatas
pada sel epitel, tidak terdapat invasi.
2) Stadium I
Karsinoma telah berkembang sampai ke bagian serviks meskipun ada
penyebarab ke korpus uteri.
3) Stadium Ia
Karsinoma mikroinvasif, apabila membran basalis sudah rusak dan sel
karsinogen telah masuk ke dalam stoma lebih dari 1 mm, sel-sel kanker tidak ada
pada pembuluh limfa atau pembuluh darah.
4) Stadium Ib
Secara klinis telah diduga adanya tumor yang histologis yang menunjukkan
invasi serviks uterus.
5) Stadium II
Sel kanker telah menyebar diluar serviks hingga ke vagina (bukan sepertiga
bagian bawah ) atau pada daerah servikal di salah satu sisi atau kedua sisi.
6) Stadium IIa
Terjadi perluasan hanya di bagian vagina saja, parametrium masih belum terkena
sel kanker.

7) Stadium IIb
Perluasan ke parametrium, uni atau bilateral tetapi belum ke dinding panggul
8) Stadium III
Sel Kanker telah menyebar ke sepertiga bagian bawah vagina atau kesalah satu
atau kedua dinding panggul. Penyakit nodus limfe yang terlihat dan pada dinding
panggul tidak merata. Urogram IV menunjukkan satu atau kedua ureter
terhalangt oleh sel kanker
9) Stadium IIIa
Meluas sampai ke sepertiga bagian distal vagina, sedangkan perluasan ke
parametrium tidak ditangani.
10) Stadium IIIb
Penyebaran sudah sampai pada dinding panggul, tidakditemukan daerah bebas
infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul ( frozen pelvic ) atau proses pada
tingkatan klinik I dan II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal.
11) Stadium IV
Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa rektum
dan atau kandang kemih (dibuktikan secara histologik ) atau telah terjadi
metastasis keluar paanggul atau ketempat - tempat yang jauh.
12) Stadium Iva
Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi mukosa
rektrum dan atau kandung kemih.
13) Stadium IVb
Telah terjadi penyebaran jauh atau telah keluar dari rongga panggul

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang kanker serviks meliputi inspeksi, kolposkopi, biopsi
serviks, sistoskopi, rektoskopi, ultrasonography (USG), BNO-IVP, foto toraks dan
bone scan, CT scan atau MRI, PET scan. Kecurigaan metastasis ke kandung kemih
atau rektum harus dikonfirmasi dengan biopsi dan histologik. Konisasi dan
amputasi serviks dianggap sebagai pemeriksaan klinik. Khusus pemeriksaan
sistoskopi dan rektoskopi dilakukan hanya pada kasus dengan stadium IB2 atau
lebih (Kemenkes RI, 2016).
Stadium kanker serviks didasarkan atas pemeriksaan klinik oleh karena itu
pemeriksaan harus cermat bila perlu dilakukan dalam narkose. Stadium klinik ini
tidak berubah bila kemudian ada penemuan baru. Keraguan dalam penentuan
diagnose maka dipilih stadium yang lebih rendah (Kemenkes RI, 2016).
Pemeriksaan lain yang dilakukan antara lain :
1. IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
Proses skrining dengan IVA ini merupakan pemeriksaan yang paling
disarankan oleh Departemen Kesehatan. Sesuai dengan namanya IVA
dilakukan untuk memeriksa leher rahim yakni dengan cara melihat langsung
(dengan mata telanjan) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan
asetat 3-5%. Apabila setelah pulasan terjadi perubahan warna asam asetat yaitu
tampak bercak putih, maka kemungkinan ada kelainan tahap prakanker serviks.
Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada
serviks (Wijaya, 2010).
2. Tes Pap Smear
Tes ini adalah metode untuk mendeteksi sejak dini munculnya lesi prakanker
serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat, tidak sakit dan dengan biaya
yang terjangkasu serta hasil yang akurat. Pemeriksaan Pap Smear ini dilakukan
saat tidak sedang masa menstruasi, biasanya 10-20 setelag hari pertama masa
menstruasi. Sebelum dilakukan tes ini 2 hari sebelumnya yang bersangkutan
dihimbau untuk tidak menggunakan pembersih vagina karena nantinya cairang
atau zat yang terkandung didalamnya bisa menyembunyikan sel-sel abnormal.
Pemeriksaan Pap Smear dilakukan di atas kursi periksa kandungan oleh dokter
atau bidan yang sudah ahli dengan menggunakan alat untuk membantu
membuka kelamin wanita. Ujung leher rahim diusap dengan spatula untuk
mengambil cairan yang mengandung sel-sel dinding leher rahim. Usapan ini
kemudian diperiksa jenis sel-selnya di bawah mikroskop.

3. PENATALAKSANAAN
 Penatalaksanaan Medis
Menurut (Wijaya, 2010) ada berbagai tindakan klinis yang bisa dipilih untuk
mengobati kanker serviks sesuai dengan tahap perkembangannya masing-
masing, yaitu:
a) Stadium 0 (Carsinoma in Situ)
Pilihan metode pengobatan kanker serviks untuk stadium 0 antara lain:
1) Loop Electrosurgical Excision Procedure (LEEP) yaitu presedur eksisi
dengan menggunakan arus listrik bertegangan rendah untuk
menghilangkan jaringan abnormal serviks,
2) Pembedahan Laser
3) Konisasi yaitu mengangkat jaringan yang mengandung selaput lendir
serviks dan epitel serta kelenjarnya,
4) Cryosurgery yaitu penggunaan suhu ekstrem (sangat dingin) untuk
menghancurkan sel abnormal atau mengalami kelainan,
5) Total histerektomi ( untuk wanita yang tidak bisa atau tidak
menginginkan anak lagi)
6) Radiasi internal (untuk wanita yang tidak bisa dengan pembedahan).
b) Stadium I A
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IA meliputi :
1) Total histerektomi dengan atau tanpa bilateral salpingoophorectomy
2) Konisasi yaitu mengangkat jaringan yang mengandung selaput lendir
serviks dan epitel serta kelenjarnya,
3) Histerektomi radikal yang dimodifikasi dan penghilangan kelenjar getah
bening,
4) Terapi radiasi internal.
c) Stadium I B
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IB meliputi:
1) Kombinasi terapi radiasi internal dan eksternal,
2) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening,
3) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening diikuti
terapi radiasi dan kemoterapi
4) Terapi radiasi dan kemoterapi.
d) Stadium II
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium II meliputi:
1) Kombinasi terapi radiasi internal dan eksternal serta kemoterapi,
2) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening
3) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening diikuti
terapi radiasi dan kemoterapi,
e) Stadium II B
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium II B meliputi terapi radiasi
internal dan eksternal yang diikuti dengan kemoterapi.
f) Stadium III
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium III meliputi terapi radiasi
internal dan eksternal yang dikombinasikan dengan kemoterapi.
g) Stadium IV A
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IV A meliputi terapi radiasi
internal dan eksternal yang dikombinasikan dengan kemoterapi.
h) Stadium IV B
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IVB meliputi:
1) Terapi radiasi sebagai terapi paliatif untuk mengatasi gejala- gejala yang
disebabkan oleh kanker dan untuk meningkatkan kualitas hidup
2) Kemoterapi
3) Tindakan klinis dengan obat-obatan anti kanker baru
atau obat kombinasi.

 Penatalaksanaan Keperawatan
Asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks meliputi pemberian
edukasi dan informasi untuk meningkatkan pengetahuan klien dan mengurangi
kecemasan serta ketakutan klien. Perawat mendukung kemampuan klien dalam
perawatan diri untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah komplikasi
(Reeder, 2013).
Perawat perlu mengidentifikasi bagaimana klien dan pasangannya memandang
kemampuan reproduksi wanita dan memaknai setiap hal yang berhubungan
dengan kemampuan reproduksinya. Apabila terdiagnosis kanker, banyak wanita
merasa hidupnya lebih terancam. Perasaan ini jauh lebih penting dibandingkan
kehilangan kemampuan reproduksi. Intervensi keperawatan kemudian
difokuskan untuk membantu klien mengekspresikan rasa takut, membuat
parameter harapan yang realistis, memperjelas nilai dan dukungan spiritual,
meningkatkan kualitas sumber daya keluarga dan komunitas, dan menemukan
kekuatan diri untuk menghadapi masalah (Reeder, 2013).
B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
1. PENGKAJIAN
1) Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
sukubangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomer register,
diagnosis medis.
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti pendarahan
intra servikal dan disertai keputihan yang menyerupai air dan berbau
(Padila, 2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya
datang dengan keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan,
dan anemia.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Menurut (Diananda, 2008) biasanya pasien pada stadium awal tidak
merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu
stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan yang berbau busuk,
perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, rasa nyeri disekitar
vagina, nyeri pada panggul. Pada pasien kanker serviks post kemoterapi
biasanya mengalami keluhan mual muntah berlebihan, tidak nafsu makan,
dan anemia.
c) Riwayat penyakit dahulu
Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat kesehatan dahulu
seperti riwayat penyakit keputihan, riwayat penyakit HIV/AIDS (Ariani,
2015).
d) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling
mempengaruhi karena kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan genetika.
Keluarga yang memiliki riwayat kanker didalam keluarganya lebih
berisiko tinggi terkena kanker dari pada keluarga yang tidak ada riwayat di
dalam keluarganya (Diananda, 2008).
3) Data Khusus
a. Riwayat Obstetri dan Ginekologi
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan kanker serviks
yang perlu diketahui adalah:
1) Keluhan haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab kanker
serviks tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami
atropi pada masa menopose. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau
terjadi pendarahan diantara siklus haid adalah salah satu tanda gejala
kanker serviks.
2) Riwayat kehamilan dan persalinan
Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karna kanker serviks
terbanyak pada wanita yang sering partus, semakin sering partus
semakin besar resiko mendapatkan karsinoma serviks (Aspiani, 2017).
b. Pola Aktivitas
1) Kelemahan atau keletihan akibat anemia.
2) Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari.
3) Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas
dan keringat malam.
4) Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan dan
tingkat stress yang tinggi (Mitayani, 2009).
4) Integritas ego
Gejala yang mucul dapat berupa faktor stress, menolak diri atau menunda
mencari pengobatan, keyakinan religious atau spiritual, masalah tentang lesi
cacat, pembedahan, menyangkal atau tidak mempercayai diagnosis dan
perasaan putus asa (Mitayani, 2009).
5) Eliminasi
Perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi, urinalis, misalnya nyeri
(Mitayani, 2009).
6) Makan dan Minum
Kebiasaan diet yang buruk, misalnya rendah serat, tinggi lemak, adiktif, bahan
pengawet (Mitayani, 2009).
7) Neurosensori
Gejala yang muncul dapat berupa pusing, sinkope (Mitayani, 2009).
8) Nyeri dan Kenyamanan
Gejala yang muncul dapat berupa adanya nyeri dengan derajat bervariasi,
misalnya ketidaknyamanan ringan sampai nyeri hebat sesuai dengan proses
penyakit (mitayani, 2009).
9) Keamanan
Gejala : pemajanan zat kimia toksik, karsinogen. Tanda : demam, ruam kulit,
ulserasi. (Mitayani, 2009).

10) Seksualitas
Perubahan pola seksual, keputihan(jumlah, karakteristik, bau), perdarahan
sehabis senggama (Mitayani, 2009).
11) Integritas sosial
Ketidaknyamanan dalam bersosialisasi, perasaan malu dengan lingkungan,
perasaan acuh (Mitayani, 2009).
12) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Biasanya pasien akan terlihat lemah.
b) Kepala
Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami
rambut rontok dan mudah tercabut.
c) Wajah
Konjungtiva anemis akibat perdarahan.
d) Leher
Adanya pembesaran kelenjar getah bening pada stadium lanjut.
e) Abdomen
Adanya nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah akibat tumor
menekan saraf lumbosakralis.
f) Ekstermitas
Nyeri dan terjadi pembengkakan pada anggota gerak (kaki).
g) Genitalia
Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami sekret berlebihan,
keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi (Brunner, 2013). Pada
pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami
perdarahan pervaginam.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko pendarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi
(trombositopenia)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder (imunosupresi)
3. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
4. Gangguan Integritas kulit berhubungan dengan efek samping terapi radiasi
5. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh.
6. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas fisik
8. Nyeri akut berhubungan dengan pendarahan.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
1 Resiko pendarahan berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 Resiko perdarahan :
gangguan koagulasi (trombositopenia) jam diharapkan tingkat perdarahan menurun Kriteria 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
Hasil : 2. Monitor nilai hematokrit/hemoglobin
1. Tekanan darah membaik sebelum dan sesudah kehilangan darah
2. Hemoglobin membaik 3. Pertahankan bedrest selama perdarahan
3. Hematocrit membaik 4. Anjurkan meningkatkan asupan makanan
dan Vitamin K
5. Kolaborasi pemberian pengontrol obat
pendarahan
2 Resiko infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan 1. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah
ketidakadekuatan pertahanan tubuh pasien mampu mengontrol resiko proses infeksi dengan dilakukan untuk setiap pasien
sekunder (imunosupresi)
kriteria hasil : 2. Batasi jumlah pengunjung
1. Mengidentifikasi faktor resiko infeksi 3. Ajarkan cara cuci tangan bagi tenaga kesehatan
2. Mengenali faktor resiko individu terkait infeksi 4. Anjurkan pasien mengenai teknik mencuci
3. Mengetahui perilaku yang berhubungan dengan tangan dengan tepat
resiko infeksi 5. Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan
4. Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi pada saat memasuki dan meninggalkan ruangan
5. Memonitor perilaku diri yang berhubungan pasien
dengan resiko infeksi 6. Gunakan sabun antimikroba
6. Memonitor faktor di lingkungan yang 7. Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan
berhubungan dengan resiko infeksi perawatan pasien
7. Mencuci tangan 8. Lakukan tindakan-tindakan pencegahan yang
8. Mempertahankan lingkungan yang bersih bersifat universal
9. Pakai sarung tangan steril dengan tepat
10. Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
11. Berikan terapi antibiotik yang sesuai
12. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan
gejala infeksi
13. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
bagaimana menghindari infeksi
3 Hipertermi berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 Perawatan Demam
peningkatan laju metabolisme
jam diharapkan hipertermi pasien menurun dengan 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya
kriteria hasil : 2. Monitor warna kulit dan suhu
1. Tingkat pernafasan tidak terganggu 3. Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan
2. Melaporkan kenyamanan setelah suhu tubuh kehilangan cairan yang tak dirasakan
turun 4. Berikan obat atau cairan IV (misalnya: antipiretik,
3. Suhu tubuh normal agen antibakteri dan agen anti menggigil)
4. Tidak terganggu intake makanan 5. Dorong komsumsi cairan
5. Tidak terganggu intake cairan 6. Tingkatkan sirkulasi udara
6. Tingkat energi tidak terganggu
Pengaturan Suhu
1. Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, sesuai
kebutuhan
2. Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi, sesuai
kebutuhan
3. Monitor suhu dan warna kulit
4. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat
4 Gangguan Integritas kulit berhubungan Setelah dilakukan yaitu tindakan keperawatan selama Integritas kulit/jaringan :
dengan efek samping terapi radiasi 3x24 jam maka diharapkan gangguan integritas kulit/ 1. Monitor warna dan suhu kulit
jaringan meningkat. Kriteria hasil : 2. Monitor kulit untuk adanya ruam dan lecet
9. Perfusi jaringan membaik 3. Periksa kulit dan selaput lendir terkait dengan
10. Kemerahan menurun adanya kemerahan, kehangatan ekstrim, edema
11. Jaringan nekrosis menuru dan drainase
4. Ajarkan diet makanan
5. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkn asupan makanan
5 Disfungsi seksual berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 Konseling Seksual
perubahan struktur tubuh 1. Bina hubungan saling percaya
jam diharapkan disfungsi seksual membaik dengan
kriteria hasil : 2. Berikan informasi tentang fungsi seksual
12. Pasien dan pasangan dapat mempertahankan 3. Bantu pasien mengenali realita situasi
hubungan Kesehatan
13. Pasien dapat mengenali realita situasi kesehatan 4. Bantu pasien dalam mengekspresikan
dan fungsi seksual perasaannya
14. Pasien dapat melaporkan perasaan berharga 5. Libatkan pasangan dalam konseling seksual,
dalam hidup 6. Motivasi pasien agar selalu mendekatkan diri
15. Pasien mampu menunjukkan rasa berserah pada pada Tuhan
Tuhan 7. Gunakan humor untuk meringankan
kecemasan, Sediakan privasi.
6 Perfusi perifer tidak efektif berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 Periksa sirkulasi perifer
dengan penurunan konsentrasi jam diharapkan perfusi perifer efektif dengan kriteria 1. Identifikasi faktor resiko gangguan pada
hemoglobin.
hasil : sirkulasi
16. Tekanan systole dan diastole dalam rentang 2. Monitor adanya panas, kemerahan nyeri atau
normal bengkak ekstermitas
17. Tidak ada ortostatik hipertensi 3. Catat hasil lab Hb dan Ht
4. Lakukan hidrasi
5. Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang
tindakan pemberian tranfusi darah
6. Kolaborasi pemberian tranfusi Darah
7 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 Aktivitas fisik :
imobilitas fisik jam diharapkan intoleransi aktivitas meningkat. Kriteria 1. Monitor kelelahan fisik
Hasil : 2. Monitor pola dan jam tidur
7. Keluhan lelah menurun 3. Lakukan latihan rentang gerak pasif/aktif
8. Saturasi oksigen dalam rentang normal 4. Libatkan keluarga dalam melakukan aktifitas, jika
9. Frekuensi nadi dalam rentang normal (60-100 perlu
kali/menit) 5. Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
10. Dispnea saat beraktifitas dan setelah beraktifitas 6. Anjurkan keluarga untuk memberikan penguatan
menurun (16-20 kali/menit) positif
7. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
8 Nyeri kronis berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 Manajemen Nyeri :
pendarahan. jam maka tautan nyeri meningkat. Dengan Kriteria Hasil 1. Identifikasi factor pencetus dan pereda nyeri
: 2. Monitor kualitas nyeri
4. Melaporkan nyeri terkontrol meningkat 3. Monitor lokasi dan penyebaran nyeri
5. Kemampuan mengenali onset nyeri 4. Monitor intensitas nyeri dengan
meningkat menggunakan skala
6. Kemampuan menggunakan teknik 5. Monitor durasi dan frekuensi nyeri
nonfarmakologis meningkat 6. Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk
7. Keluhan nyeri penggunaan analgesic mengurangi rasa nyeri
menurun 7. Fasilitasi istirahat dan tidur
8. Meringis menurun 8. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
9. Frekuensi nadi membaik 9. Anjurkan menggunakan analgetik secara
10. Pola nafas membaik tepat
10. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
4. IMPLEMENTASI
Implementesi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan disesuaikan (Potter & Perry, 2005). Langkah- langkah
yang diperlukan dalam pelaksanaan adalah sebagai berikut :
a. Mengkaji ulang pasien
Fase pengkajian ulang terhadap komponen implementesi memberikan
mekanisme bagi perawat untuk menentukan apakah tindakan keperawataan
yang diusulkan masih sesuai.
b. Menelah dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan yang ada sebelum
memulai perawatan. Perawat menelah rencana asuhan dan membandingkannya
dengan data pengkajian untuk memvalidasi diagnosa keperawatan yang
dinyatakan dan menentukan apakah intervensi keperawatan yang paling sesuai
untuk situasi klinis saat itu. Jika status pasien telah berubah dan diagnosa
keperawatan dan intervensi keperawatan harus dimodifikasi.

5. EVALUASI
Evaluasi menurut Potter & Perry (2005) yaitu membandingkan data subjek dan
objek yang dikumpulkan dari pasien, perawat lain, dan keluarga untuk
menentukan tingkat keberhasilan dalam memenuhi hasil yang diharapkan yang
ditetapkan selama perencanaan. Langkah-langkah evaluasi dari proses
keperawatan mengukur respon pasien terhadap tindakan keperawatan dan
kemajuan pasien kearah tujuan. Tujuan asuhan keperawatan untuk membantu
pasien menyelesaikan masalah kesehatan aktual, mencegah kekambuhan dari
masalah potensial dan mempertahankan status sehat. Evaluasi terhadap asuhan
menetukan apakah tujuan ini telah terlaksana. Aspek lain dari evaluasi mencakup
pengukuran kualitas asuhan keperawatan yang diberikan dalam lingkungan
perawatan kesehatan (Potter & Perry, 2005).
WOC
DAFTAR PUSTAKA

GAMBARAN KASUS
C. TINJAUAN KASUS
1. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal 17 April 2023 pukul 08.00 WITA
di Rumah Sakit Kasih Ibu dengan metode observasi, wawancara, pemeriksaan
fisik dan dokumentasi (rekam medis)

2. PENGUMPULAN DATA
a) Identitas Pasien
Pasien Penanggung Jawab
(Suami Pasien)
Nama : Ny. W Tn. A
Umur : 45 tahun 48 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Laki-laki
Status Perkawinan : Kawin Kawin
Suku/Bangsa : Bali/WNI Bali/WNI
Agama : Hindu Hindu
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Karyawan Swasta
Alamat : Jl. Merdeka No. XX Jl. Merdeka No. XX
Nomor Telepon :- 0853 3795XXXX
Nomor Register : 301865 -
Tanggal MRS : 17 April 2023 -

b) Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama masuk rumah sakit
Ny W datang ke UGD pada tanggal 17 April 2023 dengan keluhan
pendarahan tidak berhenti selama kurang lebih 1 tahun.
2) Keluhan utama saat pengkajian
Pasien ganti pembalut 10x/sehari saat pertama kali datang ke RS pasien
mengeluh sakit pada perut bagian bawah kanan, pasien mengeluh sakit
saat berhubungan seksual dan terkadang saat berhubungan seksual
terdapat pengeluaran darah. Pasien belum pernah melakukan
pemeriksaan IVA maupun vaksin HPV. Pemeriksaan fisik didapat KU
Pucat, akral dingin. TD : 130/70 mmhg, S: 36,5 C , RR: 24 x/m , N : 84
x/m dan pengeluaran darah pada vagina.
3) Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan mengalami pendarahan tidak berhenti selama
kurang lebih 1 tahun, pasien mengeluh sakit pada perut bagian bawah
kanan dengan skala nyeri 5 (dalam rentang 0-10), nyeri dirasakan
seperti diremas, nyeri hilang timbul, dan nyeri memberat apabila
melakukan aktivitas seksual, pasien mengeluh sakit saat berhubungan
seksual dan terkadang saat berhubungan seksual terdapat pengeluaran
darah. Dokter mendiagnosa medis pasien mengalami penyakit kanker
serviks.
4) Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
5) Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga.
6) Genogram

c) Pola Kebiasaan
1) Bernafas
Sebelum Pengkajian: saat pengkajian pasien mengatakan sebelum sakit
pasien tidak memiliki gangguan pada pernafasannya
Saat Pengkajian: ❒√ t.a.k (tidak ada keluhan), □ sesak saat menarik
nafas
2) Makan dan Minum
Sebelum Pengkajian : saat pengkajian pasien mengatakan biasanya
makan 3xsehari yaitu dengan menu vegetarian & minum sebanyak 1500
cc
Saat Pengkajian : frekuensi makan (2x/hari), jenis makanan (nasi),
makanan pantangan (tdak ada), alergi makanan (tidak ada), porsi makan
sehari (1 porsi), minuman yg biasa diminum (air 1000cc), alcohol
(……gelas/hari), merokok (… bgks/hari), jumlah minum sehari (8
gelas/hari)
3) Eliminasi
Sebelum Pengkajian: saat pengkajian pasien mengatakan tidak
mengalami gangguan BAB, pasien BAB 1 kali sehari dengan
konsistensi lembek, warna kuning, bau khas feses. Pasien mengatakan
tidak mengalami gangguan BAK, pasien BAK 6 kali (±150 cc) sehari
dengan warna agak kuning dan bau khas urine.
Saat Pengkajian : BAB frekuensi (1x/hari), ❒ teratur, □ tidak teratur
konsistensi (lembek),Warna (kuning kecoklatan),Bau (khas feses)□ ada
darah/lendir , □ konstipasi/obstipasi BAK frekuensi (5x/hari), warna
(kuning),Bau (khas urine), jumlah/volume (100cc/kencing),❒√ lancar,
□ seret, □ darah, □ nyeri saat kencing,
4) Gerak dan Aktivitas
Sebelum Pengkajian : saat pengkajian Pasien mengatakan tidak
mengalami gangguan dalam gerak dan beraktivitas
Saat Pengkajian : jenis kegiatan utama tiduran, aktivitas yang biasa
dilakukan duduk dan berbaring, aktivitas yang tidak bisa dilakukan
bekerja, penyebab tidak bisa beraktivitas karena dirawart
5) Istirahat dan Tidur
Sebelum Pengkajian : saat pengkajian pasien mengatakan tidak
mengalami gangguan dalam istirahat dan tidur
Saat Pengkajian : jumlah jam tidur (8jam/hari),tidur siang
(2jam/hari)
6) Kebersihan Diri
Sebelum Pengkajian : pasien mengatakan biasanya a mandi 2 kali sehari
dengan menggunakan sabun di kamar mandi, biasanya melalukan cuci
rambut setiap 3 hari sekali, dengan menggunakan shampoo, dan
menggosok gigi pada pagi hari dan malam hari memakai pasta gigi, dan
menggati pakaian setiap selesai mandi.
Saat Pengkajian : Mandi, frekuensi (2x/hari), tempat (kamar
mandi),❒ √ memakai sabun,Cuci rambut, frekuensi (1x/hari), ❒
memakai shampoo, Pemeliharaan mulut dan gigi, frekuensi sikat gigi
(2x/hari, □ sebelum, ❒ sesudah makan), ❒ memakai pasta gigi.
Berpakaian, frekuensi ganti baju (2x/hari) Kebersihan kuku: ❒ bersih,
□ kotor, keadaan kuku:□ panjang, ❒ pendek, Kemampuan
membersihkan diri □ mandiri, ❒ dibantu (oleh suami)
7) Pengaturan Suhu Tubuh
Sebelum Pengkajian : saat pengkajian pasien mengatakan tidak pernah
mengalami peningkatan suhu tubuh
Saat Pengkajian : □ perasaan panas, □ berkeringat, □ kemerahan
8) Rasa Nyaman
Sebelum Pengkajian : saat pengkajian pasien mengeluhkan rasa sakit
pada perut bagian kanan bawah
Saat Pengkajian : □ Merasa tidak nyaman gatal, area gatal ( ) □
Merasa tidak nyaman nyeri, skala nyeri( ), intensitas nyeri ( ), kualitas
nyeri ( ), Lokasi nyeri (di kulit perut), waktu (1 menit ), penyebab nyeri
penyakit kulit yang diderita
9) Rasa Aman
Sebelum Pengkajian: saat pengkajian pasien mengatakan sebelum sakit
rasa amannya tidak tergangu
Saat pengkajian pasien mengatakan tidak mengalami gangguan rasa
aman
10) Data Sosial
Sebelum Pengkajian: pasien mengatakan adalah seorang istri
Saat Pengkajian : jenis keluarga (inti), peran dalam keluarga (istri),
pengambil keputusan dalam keluarga suami Keharmonisan keluarga :
❒√ harmonis, □ tidak harmonis.
Hubungan dengan tetangga ❒√ baik, □ kurang baik, Lingkungan rumah
: kondisi lingkungan rumah baik Kemampuan ekonomi keluarga cukup.
Hubungan dengan pasien lain baik Hubungan dengan perawat baik
11) Rekreasi dan Produktivitas
Sebelum Pengkajian : saat pengkajian pasien mengatakan belum
memiliki prestasi dan tidak ada gangguan pada produktifitasnya
Saat Pengkajian : Prestasi yang pernah dicapai tidak ada. Pengaruh
pekerjaan terhadap penyakit - Pengaruh penyakit terhadap produktivitas
12) Prestasi
Sebelum Pengkajian : saat pengkajin pasien mengatakan sering rekreasi
1 bulan sekali
Saat Pengkajian : Hobi pasien memasak
13) Belajar
Sebelum Pengkajian : saat pengkajian pasien mengatakan kurang
mengerti dengan pendarahan dan rasa sakit yang dialaminya
Saat Pengkajian : Hal-hal yang perlu dipelajari berhubpendarahan dan
rasa sakit yang di alaminyaungan dengan.Pemahaman pasien terhadap
penyakitnya pasien paham tentang penyakitny
14) Ibadah
Sebelum Pengkajian : saat pengkajian pasien mengatakan melakukan
ibadah 2 x sehari
Saat Pengkajian : Agama /kepercayaan yg dianut hindu. Kebiasaan
beribadah Puja trisandya

d) Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran :  composmentis/sadar penuh, □ somnolen, □
koma
Bangun Tubuh : □ kurus,  sedang, □ gemuk
Postur Tubuh :  tegak, □ lordosis, □ kifosis, □ skoliosis,
Cara Berjalan :  lancar terkoordinir, □ terganggu,
Gerak Motorik :  normal, □ tergangu,
Keadaan Kulit
Warna : □ normal, □ ikterus, □ sianosis,  pucat/anemis
Turgor : □ elastis,  kurang elastis, □ jelek
Kebersihan :  bersih, □ kurang bersih, □ kotor
Luka :  tidak ada
Gejala Kardinal :
TD : 130/70 mmhg
N : 84 x/menit
S : 36,5oC
RR : 24 x/menit
Ukuran lain BB : 55 kg
TB : 159 cm
LL : 20 cm
2) Kepala
Kulit kepala :  bersih, □ kotor □ ketombe, □ kutu
Rambut :  rontok, □ jagung, □ merah
Nyeri tekan :-
Luka :-
3) Mata
Konjungtiva : □ merah muda,  anemis/pucat, □ ikterus/kuning
Sklera :  putih, □ icterus
Kelopak mata : □ oedema, □ benjolan, □ lingkaran hitam
Data lainnya : normal
Pupil :  reflek pupil baik, □ pupil isokor,
4) Hidung
Penciuman :  Baik, □ Terganggu
Nyeri : □ nyeri tekan, □ Sinusitis, Lokasi: -,
Data lainnya : normal
Luka :  Tidak ada,
5) Telinga
Keadaan :  Bersih, □ Secret, □ Darah
Nyeri :  tidak nyeri, □ nyeri tekan
Pendengaran, :  baik/normal, □ terganggu
Pemeriksaan :  test rinne : Simetris antara kanan dan kiri
 test webber: Simetris antara kanan dan kiri
6) Mulut
Mukosa bibir :  pucat,  kering
Gusi :  tidak berdarah, □ berdarah
Gigi :  gigi lengkap,  gigi bersih
Lidah :  bersih, □ kotor,
Tonsil :  normal
7) Leher
Inspeksi
Keadaan :  baik/normal
Palpasi : □ kelenjar limfe membesar, □kelenjar parotis membesar,
□Pembengkakan kelenjar tiroid, □deviasi trakea, □teraba massa/tumor
Data lainnya: normal
8) Thorax
a) Inspeksi
 Bentuk :  simetris, □ asimetris
 Gerakan dada:  bebas, □ terbatas, □ retraksi dada, □ palpitasi
 Payudara :  simetris, □ asimetris
b) Palpasi
 Pengembangan dada :  simetris, □ asimetris
 Vibrasi tactile premitus :  simetris, □ asimetris
 Nyeri tekan: -
c) Perkusi
 Suara paru :  Sonor/resonan, □ dullnes, □ hypersonor
d) Auskultasi
 Suara paru :  vesikuler/normal, □ ronchi, □ wheezing □ rales
 Suara jantung:  Regular, □S1-S2 tunggal, □ Murmur, □ Gallop
9) Abdomen
a) Inspeksi
 Pemeriksaan : □ distensi abdomen, □ ascites, data lainnya: normal
 Luka,  tidak ada, □ ada, Lokasi: -
b) Auskultasi
 Peristaltic usus: 18x/menit
c) Palpasi : □ hepatomegali, □ apendiksitis, □ distensi abdomen, □
ascites, □massa,  nyeri tekan, lokasi: perut bawah bagian kanan
d) Perkusi :  tympani, □ dullnes, □ hipertympani

10) Genetalia
Keadaan : □ Bersih, □ Keputihan,  Darah
Letak Uretra :  Normal, □ Epispadia, □ Hipospadia
Prosedur invasife :  Tidak, □ Ya,

11) Anus
Keadaan :  Bersih, □ Hemoroid

12) Ekstremitas
a) Ektremitas Atas
 pergerakan bebas, □ deformitas, □ Oedema, □ Sianosis pada ujung
kuku, □Clubbing finger,  CRT 2 detik, □ Luka,  Terpasang
infuse: di tangan kiri
b) Ektremitas Bawah
 pergerakan bebas, □ deformitas, □ Oedema, □ Sianosis pada ujung
kuku, □Clubbing finger, □ CRT 2 detik
c) Kekuatan Otot
444 444
444 444

e) Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium

No Hari/Tgl/Jam Jenis Pemeriksaan Lab Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan

1 Senin/17 April Eritrosit 4.46 10^6/uL 4.06 – 5.20


2023/10.00
Hemoglobin 11.5 g/dL 12.3 – 15.3
WITA
Hematokrit 10.5 % 11.5 – 15.5
MCH 38.9 pg 35.0 – 45.0
MCV 29.5 fL 27.0 – 32.0
MCHC 78.1 g/dL 80.0 – 99.0
Leukosit 23.80 ribu/mm3 4.00 – 11.00
Trombosit 570,0 ribu/mm3 150.000-450.000

2) Pemeriksaan IVA
Hasil pemeriksaan IVA positif (+)

f) Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. Data Subyektif : Pendarahan Nyeri kronis
1. Pasien mengeluh sakit
pada perut bagian bawah
kanan
2. Pasien mengatakan sakit
perut sudah lama
dirasakan (kurang lebih
1 tahun)
Data Obyektif :
1. Pasien tampak meringis
kesakitan
2. Setelah dikaji
didapatkan hasil PQRST
P : Nyeri saat
beraktivitas
Q : Nyeri seperti
tertusuk-tusuk
R : Nyeri pada bagian
perut kanan bawah
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri dirasakan
hilang timbul
2. Data Subyektif : Pendarahan Resiko syok hipovolemik
1. Pasien mengeluh
pendarahan terjadi
kurang lebih 1 tahun
2. Pasien mengatakan
sudah mengganti
pembalut 10x saat
pertama datang ke RS
Data Obyektif :
1. Pasien tampak tidak
nyaman
3. Data Suyektif : Kurang terpapar informasi Defisit pengetahuan
1. Pasien mengatakan
belum pernah
melakukan pemeriksaan
IVA
2. Pasien mengatakan
belum pernah
melakukan vaksin HPV
Data Obyektif :
1. Pasien tampak
kebingungan saat
ditanya mengenai
riwayat penyakitnya
4. Data Subektif : Perubahan fungsi atau Disfungsi seksual
1. Pasien mengeluh sakit struktur tubuh
saat berhubungan
seksual
2. Pasien mengeluh
terkadang ada
pengeluaran darah saat
berhubungan seksual
Data Obyektif :
1. -

g) Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai


dengan pasien mengeluh sakit pada perut bagian bawah kanan
dengan skala nyeri 5 (dalam rentang 0-10)

2. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan kekurangan volume


cairan

3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar


informasi ditandai pasien mengatakan belum pernah melakukan
pemeriksaan VIA

4. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh


ditandai dengan pasien mengeluh sakit saat berhubungan seksual
h) Intervensi

No Diagnosa Tujuandan kriteria hasil Intervensi


1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan a. Observasi reaksi
dengan agen pencedera keperawatan selama 3 x 24 jam, nonverbal ketidaknyamanan.
fisik ditandai dengan maka diharapkan nyeri yang b. Lakukan pengkajian
pasien mengeluh sakit dirasakan pasien berkurang nyeri komprehensif
pada perut bagian bawah yang ditandai dengan indikator: termasuk karakterisitik,
kanan dengan skala nyeri a. Melaporkan nyeri berkurang durasi, frekuensi, kualitas
5 (dalam rentang 0-10) dari skala 5 (sedang) menjadi dan faktor presipitasi.
DS : skala 1 (ringan). c. Ajarkan teknik non
1. Pasien mengeluh sakit b. Memperlihatkan tehnik farmakologis : tekni
pada perut bagian bawah relaksasi secara individual yang relaksasi napas dalam, dan
kanan efektif distraksi
2. Pasien mengatakan c. Mampu mengontrol nyeri d. Kolaborasi pemberian
sakit perut sudah lama (tahu penyebab analgetik, jika perlu
dirasakan nyeri, mampu menggunakan
(kurang lebih 1 tahun) teknik nonfarmakologi untuk
DO : mengurangi nyeri, mencari
1. Pasien tampak meringis bantuan)
kesakitan d. Melaporkan bahwa nyeri
2. Setelah dikaji berkurang dari skala 5 (sedang)
didapatkan hasil PQRST menjadi skala 1 (ringan).
P : Nyeri saat beraktivitas
Q : Nyeri seperti tertusuk-
tusuk
R : Nyeri pada bagian
perut kanan bawah
S : Skala nyeri 5
T : Nyeri
dirasakan hilang timbul

2 Resiko syok hipovolemik


berhubungan dengan
kekurangan volume cairan
3
i) Implementasi
j) Evaluasi

DAFTAR PUSTAKA
PPNI (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Diagnosa
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai