PENDAHULUAN
1.1 Kasus IV
LUMPUH SEBELAH
Tn. Amat 65 tahun, seorang pensiunan guru dibawa ke UGD puskesmas terdekat oleh
keluarganya karena tiba-tiba jatuh ketika akan ke kamar mandi. Hasil pemeriksaan dokter
menunjukkan kesadaran agak menurun, aphasia, tekanan darah 190/120 mmHg, nadi
100x/menit, kekuatan otot ekstremitas kanan menurun, refleks dalam batas normal. Ternyata
Tn. Amat mempunyai riwayat TIA sebelumnya. Dokter menanyakan mengenai diet dan
aktivitas Tn. Amat sehari-hari kepada keluarganya serta menanyakan apakah ia pernah
memeriksakan diri di posyandu lansia dekat rumahnya. Dokter memberikan tindakan awal
dan segera merujuk ke rumah sakit terdekat.
Status Neurologi
Anamnese Pribadi
Nama : Tn. Amat Alamat :-
Jenis kelamin : Laki-laki Status : Menikah
Usia : 65 tahun Pekerjaan : Pensiunan Guru
Suku bangsa :- Tanggal masuk : -
Agama :- Tanggal keluar :
1
Riwayat Perjalanan Penyakit
Anamnesis Penyakit
Keluhan utama : Kesadaran agak menurun
RPS : Hal ini dialami setelah tiba-tiba jatuh ketika akan ke kamar mandi.
RPD : TIA
Anamnesis Keluarga
Faktor herediter :
Faktor familer :
Lain-lain : tidak dijumpai
Anamnesis Sosial
Kelahiran dan pertumbuhan :
Imunisasi :
Pendidikan :
Pekerjaan : pensiunan guru
Perkawinan dan Anak : menikah
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
Sensorium : somnolen
Tekanan darah : 190/120 mmHg
Frekuensi nadi : 100 kali/menit
Frekuensi nafas :
Temperatur :
Kulit dan Selaput Lendir :
Kelenjar Getah Bening :
Persendian :
Siriraj Stroke Score :
Genitalia
Toucher : tidak dilakukan pemeriksaan
Diagnosa
Diagnosa fungsional : Hemiparese dextra
Diagnosa etiologi : Hemorrhage
Diagnosa anatomi :
Diagnosa kerja : Hemiparese sinistra e.c Stroke hemoragik
Diagnosa banding :
1. Trauma kapitis
2. Infeksi
Penatalaksanaan :
Tirah baring
Turunkan tensi
Rehabilitasi ekstremitas
Rencana pemeriksaan :
Darah rutin
KGD 2 jam PP
Elektrolit
Renal Function Test
Liver Function Test
Ureum, kreatin
EKG
Head CT Scan
1.3 Mendefinisikan/Menegaskan Problem
1. Apa yang menyebabkan pasien tiba-tiba jatuh ketika akan ke kamar mandi?
2. Bagaimana hubungan riwayat TIA dengan keluhan pasien?
3. Apa hubungan diet dan aktivitas pasien dengan keluhan pasien?
4. Apa yang menyebabkan kekuatan otot ekstremitas kanan pasien menurun?
5. apa yang menyebabkan pasien aphasia?
6. Apa yang menyebabkan pasien mengalami penurunan kesadaran?
7. Apakah tindakan awal yang diberikan dokter pada kasus ini?
8. Mengapa refleks pasien dalam batas normal?
9. Apakah TIA dapat terjadai pada orang normal?
10. Apa saja peran posyandu lansia pada kasus ini?
11. Bagaimana cara merujuk pasien pada kasus ini?
12. Bagaimana tindakan stabilisasi pada kasus ini?
13. Apakah definisi stroke?
14. Bagaimana epidemiologi stroke?
15. Apa saja etiologi dan faktor resiko stroke?
16. Apa saja klasifikasi stroke?
17. Bagaimana patofisiologi stroke?
18. Bagaimana gambaran klinis stroke?
19. Apa saja pemeriksaan fisik, neurologis (refleks) dan pemeriksaan penunjang pada
stroke?
20. Bagaimana kriteria diagnosis stroke?
21. Bagaimana komplikasi dan prognosis pada stroke?
22. Bagaimana penatalaksanaan stroke?
1. karena pada stroke hemoragik terdapat penurunan kesadaran jika terjadi perdarahan
intraserebral.
2. Karena riwayat TIA merupakan faktor resiko stroke yang tidak bisa dimodifikasi.
3. Diet tinggi karbohidat atau lemak dan aktivitas fisik yang kurang juga merupakan
faktor resiko terjadinya stroke terutama stroke iskemik.
4. Karena terjadi kerusakan atau lesi pada hemisfer otak kiri.
5. Karena terjadi kerusakan nervus kranialis XII (nervus hipoglosus)
6. Karena kurangnya asupan oksigen di otak akibat dari stroke.
7. Terapi ABC (Airway, Breathing, Cardiovascular), terapi cairan dan elektrolit, terapi
antihipertensi perlahan/hiperglikemia.
8. Jika lesi UMN maka refleksnya meninggi (refleks babinski +), jika lesi LMN
refleksnya justru menurun atau tidak ada (refleks babinski -)
9. Orang dengan tekanan darah normal dapat mengalami TIA jika memiliki faktor
resiko seperti: riwayat penyakit jantung, anggota keluarga yang pernah mengalami
stroke atau tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes, obesitas, merokok.
10. Pemeriksaan aktivitas sehari-hari, periksa BB, TB, tekanan darah, cek glukosa darah,
proteinuria, dan adanya penyuluhan-penyuluhan dan konseling untuk masyarakat
serta pengobatan ringan oleh tenaga kesehatan.
11. Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang medik untuk menentukan diagnosa utama dan diagnosa
banding. Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus
berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO). Untuk pasien
gawat darurat harus didampingi petugas Medis/Paramedis yang
kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien.
12. Menstabilkan tekanan darah dengan pemberian obat antihipertensi perlahan jika
tekanan darah sistolik > 220 mmHg, jika kurang dari 220 mmHg dapat dilakukan
diet dan tanpa obat. Menstabilkan kadar glukosa darah jika hipergliemia, stabilkan
cairan dengan pemberian infus.
13. Stroke adalah suatu defisit neurologis mendadak sebagai akibat iskemik atau
hemoragik sirkulasi saraf otak.
14. Di AS, stroke mrp penyebab kematian ke-3 setelah jantung dan kanker, di Indonesia
stroke termasuk penyebab kematian utama. Di dunia penyaki cardiovaskuler seperti
jantung koroner dan stroke berada diurutan kedua penyebab kematian tertinggi di
dunia. Secara umum, 85% kejadian stroke adalah stroke oklusif, 15% adalah stroke
hemoragik.
15. Etiologi berdasarkan klasifikasi stroke. Faktor resiko: usia, jenis kelamin, ras,
genetik, hipertensi, DM, dislipidemia, merokok, kontrasepsi oral, dll
16. Stroke secara umum terbagi 2, yaitu: stroke hemoragik dan stroke non hemoragik.
17. Patofisiologi stroke secara umum karena menurunnya aliran darah ke otak yang
disebabkan oleh adanya penyumbatan (trombus, emboli) maupuan karena
perdarahan intraserebral atau subaraknoid, jika > 6 menit akan terjadi infark (umbra-
penumbra).
18. Tanda peringatan stroke yaitu: Kelemahan mendadak terutama pada satu sisi tubuh,
Sulit untuk berbicara atau memahami pembicaraan, Gangguan penglihatan di satu
mata atau keduanya, kesulitan berjalan secara tiba-tiba, pusing, kehilangan
keseimbangan atau koordinasi, atau sakit kepala yang berat secara tiba-tiba dengan
tidak diketahui penyebabnya, tiba-tiba mengalami kebingungan.
19. Pemeriksaan fisik: sistem pembuluh darah, jantung, retina, ekstremitas. Pemeriksaan
neurologis: fungsi visual, pem.pupil, pem.sensai kornea dan wajah, pem.fungsi
motorik dan sensorik, pem.fungsi serebelum. Pemeriksaan penunjang: laboratorium,
EKG, CT-scan/MRI, sinar-X thoraks, pungsi lumbal.
20. Kriteria diagnosis dilihat dari gambaran klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
neurologis, dan pemeriksaan penunjang.
21. Komplikasi akut: gangguan jantung, gangguan respirasi, infeksi, kejang, stroke
berulang. Komplikasi kronis: dekubitus, inkontinensia, gangguan psikologis.
Prognosis stroke bergantung pada luas dan letak lesi, usia onset, dan gangguan
kesadaran.
22. Tatalaksana stroke: tindakan evaluasi awal (ABC, cairan & elektrolit, hipertensi,
hiperglikemia), rehabilitasi, follow up, pencegahan stroke recurrent.
Epidemiolo
Definis gi Faktor
i Resiko
Posyandu Etiolo
Lansia gi
Prognosi STROK Klasifikas
s E i
Komplikasi Patofisiolo
gi
Penatalaksanaan Diagnosis Manifestasi
Klinis
BAB II
PEMBAHASAN
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih dari 24 jam,
berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena trauma maupun infeksi.3
2.2 Epidemiologi Stroke
Stroke merupakan kegawatan neurologi yang serius dan menduduki peringkat yang
tinggi sebagai penyebab kematian. Di amerika serikat, stroke menduduki peringkat ke-3
sebagai penyebab kematian setelah penyakit jantung dan kanker. Di inggris stroke merupakan
penyakit ke-2 setelah infark miokard akut. Di perancis stroke disebut sebagai “serangan otak
(attaque cerebrale)” yang menunjukkan analogi kedekatan syok dengan serangan jantung.2,6
Berdasarkan data dari seluruh dunia, penyakit jantung koroner dan stroke adalah
penyebab kematian tersering pertama dan kedua dan menempati urutan kelima dan keenam
sebagai penyebab kecacatan. Karena kecacatan yang terjadi setelah stroke dapat sangat
merugikan, dan karena perempuan lebih besar kemungkinannya daripada pria, maka the
National Stroke Association memutuskan untuk memprioritaskan pendidikan tentang faktor
resiko dan perawatan darurat, khususnya untuk perempuan.6
Stroke dapat dibagi menjadi dua kategori utama yaitu, stroke hemoragik dan stroke
iskemik.
A. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik merupakan 15-20% dari semua stroke, dapat terjadi apabila lesi
vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang
subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak. Stroke hemoragik juga dapat disebabkan
karena pemakaian kokain atau amfetamin, karena zat-zat ini dapat menyebabkan hipertensi
berat dan perdarahan intraserebrum atau subaraknoid.6
Stroke hemoragik dapat dibagi menjadi dua subtipe, yaitu perdarahan intraserebral
(PIS) yaitu perdarahan yang langsung ke jaringan otak atau disebut juga sebagai perdarahan
parenkim otak, dan perdarahan subaraknoid (PSA) yang terjadi di ruangan subarachnoid
(antara arachnoid dan piameter).6
Perdarahan Intraserebral (PIS)
Perdarahan intraserebral paling sering terjadi akibat cedera vaskular yang dipicu oleh
hipertensi dan ruptur salah satu dari banyak arteri kecil yang menembus ke dalam jaringan
otak. Stroke yang disebabkan oleh perdarahan intraserebrum paling sering terjadi saat pasien
terjaga dan aktif. Karena lokasinya berdekatan dengan arteri-arteri dalam, ganglia basalis dan
kapsula interna sering menerima beban terbesar tekanan dan iskemia pada stroke tipe ini.
Biasanya perdarahan di bagian dalam jaringan otak menyebabkan defisit neurologik fokal
yang cepat dan memburuk secara progresif dalam beberapa menit sampai kurang dari 2 jam.
Tanda khas pertama pada keterlibatan kapsula interna adalah hemiparesis kontralateral dari
letak perdarahan.6
Stroke Lakunar
Infark lakunar merupakan infark yang terjadi setelah oklusi aterotromborik atau hialin-
lipid salah satu dari cabang-cabang penetrans sirkulus Wilisi, arteria serebri media, atau
arteria vertebralis dan basilaris. Teradapat 4 sindrom lakunar: hemiparesis motorik murni
akibat infark di kapsula interna posterior, hemiparesis motorik murni akibat infark pars
anterior kapsula interna, stroke sensorik murni kibat infark talamus, dan hemiparesis ataksik
atau disartria serta gerakan tangan atau lengan yang canggung akibat infark pons basal.6
Stroke Embolik
Asal stroke embolik dapat suatu arteri distal atau jantung (stroke kardioembolik).
Trombus mural jantung merupakan sumber tersering: infark miokardium, fibrilasi atrium,
penyakit katup jantung, katup jantung buatan, dan kardiomiopati iskemik. Stroke yang terjadi
akibat embolus biasanya menimbulkan defisit neurologik mendadak dengan efek maksimum
sejak awitan penyakit, biasanya serangan terjadi saat pasien beraktivitas.6
Stroke Kriptogenik
Stroke kriptogenik adalah stroke iskemik akibat sumbatan mendadak pembuluh
intrakranial besar tetapi tanpa penyebab yang jelas. Namun, sebagian besar stroke yang
kausanya tidak jelas pada pasien yang profil klinisnya tidak dapat dibedakan dari mereka
yang mengidap aterotrombosis.6
Tidak dapat Dapat dimodifikasi & terdokumentasi Dapat dimodifikasi & kurang
dimodifikasi dengan baik terdokumentasi
TIA (Transient Ischemic
Usia Migren
Attack)
Jenis
Hipertensi Konsumsi alkohol
kelamin
BBLR Diabetes Hiperkoagulabilitas
Obstructive Sleep
Ras Atrial Fibrilasi
Apnea
Faktor Patent Foramen Ovale Peningkatan
Genetik lipoprotein
Stenosis arteri carotis Penyalahgunaan obat-
asimptomatik obatan
Sickle Cell Disease Inflamasi dan infeksi
Dislipidemia
Obesitas & distribusi lemak
tubuh
Merokok
Kontrasepsi oral
A. Stroke Hemoragik
Perdarahan intraserebral hipertensif
Perdarahan subaraknoid
- Ruptura aneurisma sakular
- Trauma kepala
- Ruptura malformasi arteriovena (AVM)
Penggunaan kokain, amfetamin
B. Stroke Iskemik
Trombosis
Atreosklerosis
Vaskulitis: arteritis temporalis, poliartritis nodosa
Gangguan darah: polisitemia, hemoglobinopati (penyakit sel sabit)
Embolisme
Hipertensi
kronis
Proses degeneratif
pd otot & unsur Marah, mengejan,
elastik ddg arteri
aneuri aktivitas yg
sma mengeluarkan
lonjakan byk
Ruptura
energi.
tekanan darah
aneurisma
Perdara sistemik
han Pelepasan agen
Efek toksik ↑
vasokonstriktor
darah TIK
Iskemia (Serotonin,
InfluksPG, &
global darah)
Ca+
Influks vasosp
Ca+ asme
Nekrosis Iskemia
neuron fokal
B. Stroke Iskemik2
Aterotro CBF < 10 ml/100
mbosis,E mg/menit
Hipoksia
mboli seliske
otak O2 dan Oksidasi
mik↓
ATP glukosa ↓ anaerobpd
Asidosis
Kegagalan pompa Na- otak
Asam
Influks Na + Cl K-ATPase
Depolarisasi laktat
Denaturasi
dan H2O
Edema membran
sel dan Pelepasan glutamat protein, influks
osmolisis
Nekrosis ke ekstrasel
Aktivasi reseptor Ca2+, edema
glutamat glial, produksi
Depolarisasi
(ionotropik) radikal bebas
membran
Influks ion K, Na, Ca
dlm
Ca >>neuron
aktivasi
nuclear
Kerusakanenzym
membran sel &
Kematian
struktur neuron
sel
B. Stroke Iskemik
B. Pemeriksaan Fisik
♦ Sistem pembuluh perifer. Lakukan asukultasi pada arteria karotis untuk mencari
adanya bising dan periksa tekanan darah di kedua lengan untuk diperbandingkan.
♦ Jantung, lakukan pemeriksaan aukultasi jantung untuk mencari murmur dan
disritmia, serta EKG.
♦ Retina, lakukan pemeriksaan ada tidaknya cupping diskus optikus, perdarahan
retina, kelainan diabetes.
♦ Ekstremitas, lakukan evaluasi ada tidaknya sianosis dan infark sebagai tanda-tanda
embolus perifer.
♦ Pemeriksaan neurologik untuk mengetahui letak dan luasnya suatu stroke.6
- Fungsi visual, dengan pemeriksaan lapang pandang dan tes konfrontasi
- Pemeriksaan pupil dan refleks cahaya
- Pemeriksaan doll’s eye phenomenon (jika tidak ada kecurigaan cedera leher)
- Sensasi, dengan memeriksa sensai kornea dan wajah terhadap benda tajam
- Gerakan wajah mengikuti perintah atau sebagai respon terhadap stimuli
noxious (menggelitik hidung)
- Fungsi faring lingual, dengan mendengarkan dan mengevaluasi cara bicara
dan memeriksa mulut.
- Fungsi motorik dengan memeriksa gerakan pronator, kekuatan, tonus,
kekuatan gerakan jari tangan atau jari kaki.
- Fungsi sensoris, dengan cara memeriksa kemampuan pasien untuk mendeteksi
sensoris dengan jarum, rabaan, vibrasi, dan posisi (tingkat level gangguan
sensibilitas pada bagian tubuh sesuai dengan lesi patologis di medulla spinalis,
sesuai dermatomnya)
- Fungsi serebelum, dengan melihat cara berjalan penderita dan pemeriksaan
disdiadokokinesis
- Ataksia pada tungkai, dengan meminta pasien menyentuh jari kaki pasien ke
tangan pemeriksa
- Refleks asimetri (contoh: refleks fisiologis anggota gerak kanan meningkat,
yang kiri normal)
- Refleks babinski.2
C. Pemeriksaan penunjang
Analisis laboratorium: urianalisi, HDL, LED, panel metabolik dasar (Na, K, Cl,
bikarbonat, glukosa, nitrogen urea darah, dan kreatinin), profil lemak serum, dan
serologi untuk sifilis.
Pemeriksaan sinar-X toraks untuk mendeteksi pembesaran jantung dan infiltrat
paru yang berkaitan dengan gagal jantung kongestif.
Pungsi lumbal untuk mendeteksi kemungkinan terdapt darah di LCS pada stroke
hemoragik, terutama pada perdarahan subaraknoid.
USG karotis untuk mendeteksi gangguan aliran darah karotis dan kemungkinan
memperbaiki kausa stroke.
CT-scan merupakan gold standard untuk diagnosis stroke. CT-scan kepala untuk
membedakan stroke perdarahan intraserebral atau stroke infark.
Angiografi serebrum untuk mendeteksi lesi ulseratif, stenosis, displasia
fibromuskular, fistula arteriovena, vaskulitis, dan pembentukan trombus di
pembuluh besar.
Transcranial Doppler (TCD) untuk menilai aliran darah kolateral dan CBF total di
aspek anterior dan posterior sirkulus Wilisi.2,6
D. Sistem Skoring
Ya
Ketiganya
Penurunan atau
Tidak2 PENDERITA
Dengan Stroke
PENURUNAN
dari
kesadaran (+)
(-) Algoritma
KESADARAN Stroke
STROKEatau tanpaiskemik
AKUT perdarahan
akut
ketiganya ada(-)
Nyeri kepala (+)
(+) NYERI KEPALA
Refleks Babinski GadjahREFLEKS
Mada atau
intraserebral
stroke
(-)
(+) BABINSKI infark
2.9 Diagnosis Banding Stroke
Gejala neurologis fokal yang terjadi mendadak seperti pada stroke memiliki diagnosis
banding yang luas, seperti:
1) Penyakit sistemik atau kejang, yang menyebabkan perburukan stroke yang pernah
dialami
2) Kejang epileptik atau kejang non konvulsif
3) Lesi struktural intracranial: hematoma subdural, tumor otak, MAV
4) Ensefalopati metabolic/toksik: hipoglikemia, hiperglikemia non-ketotik, hiponatremia,
Wernicke-Korsakoff syndrome, ensefalopati hepatic, intoksikasi obat dan alkohol,
septikemia.
5) Fungsional/non-neurologis
6) Migren hemiplegik
7) Ensefalitis atau abses otak
8) Cedera kepala
9) Lesi saraf perifer
10) Hypertensive encephalophaty
11) Multiple sclerosis
12) Penyakit Creutzfeldt-Jakob
13) Penyakit Wilson’s2
Komplikasi akut
Peningkatan tekanan darah, merupakan kompensasi sebagai upaya mengejar pasokan
darah di tempat lesi. Jika tekanan darah tidak terlalu tinggi (>220/130 mmHg) tidak
perlu diturunkan, karena akan turun sendiri setelah 48 jam. Pada pasien hipertensi
kronik tekanan darah juga tidak perlu dirturunkan segera.
Peningkatan kadar gula darah, sebagai kompensasi atau akibat mekanisme stress.
Gangguan jantung, baik sebagai penyebab maupun sebagai komplikasi.
Gangguan respirasi, baik akibat infeksi maupun akibat enekanan di pusat napas.
Infeksi dan sepsis merupakan komplikasi stroke yang serius
Gangguan ginjal dan hati
Gangguan cairan, elektrolit, asam dan basa.
Ulcer stress, yang sering menyebabkan terjadinya hematemesis dan melena.5
Komplikasi kronis
Akibat tirah baring lama di tempat tidur bisa terjadi pneumonia, dekubitus,
inkontinensia serta berbagai akibat imobilisasi lain.
Rekurensi stroke
Gangguan sosial-ekonomi
Gangguan psikologis.5
2.11 Prognosis
Prognosis stroke berdasarkan tipe dan luas serangan, usia dari onset stroke, tingkat
kesadaran. Setelah serangan sekitar sepertiga pasien kembali pulih kembali, sepertiga fatal
dan sepertiganya lagi megalami kecacatan jangka panjang. Angka kematian untuk perdarahan
intraserebrum hipertensif sangat tinggi (mendekati 50%). Perdarahan di ruang supratentorium
memiliki prognosis baik apabila volume darah sedikit, namun perdarahan dalam ruang
infratentorium di daerah pons atau serebelum memiliki prognosis yang jauh lebih buruk
karena cepatnya timbul tekanan pada struktur-struktur vital di batang otak. Perdarahan yang
masif dan ekstravasasi yang cepat dalam ruang subaraknoid lapisan meningen memiliki
angka kematian yang tinggi (50%) pada bulan pertama setelah perdarahan.6
Tindakan/Penanganan Awal
1) Jalan nafas (Airway)
Usahakan agar jalan nafas bebas dari hambatan, baik akibat hambatan yang terjadi
akibat benda asing maupun sebagai akibat stroke. Tanda obstruksi jalan nafas: stridor
(mendengkur, noring), napas cuping hidung, retraksi trakea, retraksi thoraks, tidak terasa
udara ekspirasi. Penanganan: pasien dapat diberikan gastric suction dan intubasi untuk
melindungi jalan napas dari aspirasi isi lambung.5,6
2) Pernapasan (Breathing)
Pada kasus stroke mungkin terjadi akibat gangguan di pusat napas (akibat stroke) atau
oleh karena komplikasi infeksi di saluran napas. Pedoman konsensus mengharuskan
monitoring saturasi O2 dan mempertahankannya di atas 95% (94-98%). Pada pasien dengan
penyakit paru kronis saturasi oksigen berkisar antara 88-92%. Pada pasien stroke yang
mengalami gangguan pengendalian respiratorik atau peningkatan TIK, kadang diperlukan
untuk melakukan ventilasi.5,6
3) Fungsi Kardiovaskular
Pasien dengan resiko tinggi untuk stroke biasanya memiliki penyakit kardiovaskular
yang telah ada, sehingga pemeriksaan EKG penting dilakukan untuk mengevaluasi bukti
adanya iskemia jantung akut dan fibrilasi atrial. Status koagulasi menyeluruh termasuk kadar
fibrinogen perlu diperiksa dan kalau mungkin dikoreksi. Keadaan hiperviskositas (hematokrit
yang terlalu tinggi pada PPOM) perlu diturunkan secara moderat, sedangkan keadaan
obstruksi parunya perlu siperbaiki.5,6
5) Hiperglikemia
Insulin IV dapat digunakan untuk mempertahankan kadar gula darah yang normal.
Pemberian insulin dimulai dengan 40 ml/jam dan periksa kembali kadar glukosa dalam 1
jam. Pada malam hari, turunkan kecepatan insulin menjadi 20 ml/jam (kecuali jika memang
sudah lebih rendah).2
6) Manajemen hipertensi
Terapi hipertensi berat tidak boleh dilakukan penurunan mendadak tekanan darah arteri
karena dapat menyebabkan penurunan perfusi lokal yang berbahaya. Dimulai terapi
antihipertensi diindikasikan pada pasien dengan stroke yang memiliki diseksi aorta, infark
miokard akut, gagal jantung, gagal ginjal akut, atau ensefalopati hipertensif dan pasien yang
mendapat terapi trombolitik dengan tekanan darah 180/105 mmHg atau lebih. Manajemen
terapi dilakukan tanpa obat, kecuali bila mean arterial blood pressure lebih dari 140 mmHg
atau tekanan sistolik lebih dari 220 mmHg.2
Rehabilitasi awal adalah salah satu pertimbangan dalam manajemen stroke akut.
Tujuan perawatan suportif awal adalah untuk memulihkan fungsi neurologis melalui tindakan
fisioterapi dan teknik-teknik lain seperti terapi wicara bila terdapat gangguan bicara dan
menelan. Setelah pasien bisa berjalan sendiri, terapi fisik dan okupasi perlu diberikan, agar
pasien bisa kembali mandiri. Pendekatan psikologis terutama berguna untuk memulihkan
kepercayaan diri pasien yang biasanya sangat menurun pasca stroke.2,6
Berbagai terapi yang dapat diberikan untuk mencegah serangan ulang pada pasien
stroke iskemik dan infark antara lain aspirin, ticlopidin, clopidogrel, dipiridamol, cilostazol,
glycoprotein (GP) IIb/IIIa antagonis. Obat tersebut mengurangi resiko relatif terjadinya
stroke, infark miokard, atau kematian rata-rata 22%.2
b. Prosedur Administratif:
1. Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan.
2. Membuat catatan rekam medis pasien.
3. Memberikan Informed Consernt (persetujuan/penolakan rujukan)
4. Membuat surat rujukan pasien rangkap 2 (form R/1/a terlampir).
Lembar pertama dikirim ke tempat rujukan bersama pasien yang
bersakutan. Lembar kedua disimpan sebagai arsip.
5. Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien.
6. Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin
komunikasi dengan tempat tujuan rujukan.
7. Pengiriman pasien ini sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan
administrasi yang bersangkutan.1
Anamnesa :
Pem. Fisik :
Riwayat Ibu :
(khusus Neonatal)
Pem. Penunjang :
Diagnosa Klinis :
………………………………………………………………..........
Mohon kesediaan dokter untuk mengirim surat balasan rujukan (R/1/b) kepada kami apabila
penderita ini telah sembuh atau keluar dari perawatan dokter. Atas perhatiannya disampaikan
terima kasih.
(___________________________) (_______________________________)
Dari Puskesmas /Polindes/RS* ………….…...
* = coret yg tidak perlu. Telp/HP*: ……………………………………….
2.13 Peran Posyandu Lansia
Pada saat kegiatan pelayanan posyandu lansia, sering digunakan sistem 5 meja, yaitu:
Meja 1: Pendaftaran
Mendaftarkan lansia, kader mencatat lansia tersebut, kemudia perserta yang sudah
terdaftar dibuku register langsung menuju meja selanjutnya.
Meja 2: Pengukuran Tinggi, Berat dan Tekanan darah
Kader melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, dan tekanan darah.
Meja 3: Pencatatan (pengisian Kartu Menuju Sehat)
Kader melakukan pencatatan di KMS lansia meliputi: indeks massa tubuh, tinggi
badan, berat badan, tekanan darah.
Meja 4: Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan perorangan berdasarkan KMS dan pemberian makana tambahan.
Meja 5 Pelayanan Medis
Pelayanan oleh tenaga professional yaitu petugas dari puskesmas/kesehatan meliputi
kegiatan pemeriksaan dan pengobatan ringan.4
3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa stroke merupakan suatu defisit
neurologis mendadak yang disebabkab oleh menurunnya aliran darah ke otak akibat adanya
sumbatan karena emboli atau trombus di pembuluh darah atau karena perdarahan
intraserebral atau subaraknoid, dengan gambaran klinis kelemahan mendadak terutama pada
satu sisi tubuh, sulit untuk berbicara atau memahami pembicaraan, gangguan penglihatan di
satu mata atau keduanya, kesulitan berjalan secara tiba-tiba, pusing, kehilangan
keseimbangan atau koordinasi, atau sakit kepala yang berat secara tiba-tiba dengan tidak
diketahui penyebabnya, dan tiba-tiba mengalami kebingungan. Stroke dapat didiagnosis
dengan gambaran klinis, pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan penunjang.
Stroke dalam waktu singkat dapat menyebabkan kematian, oleh karena itu harus
dilakukan penatalaksanaan dengan segera, agar dapat mencegah perluasan lesi/infark yang
terjadi di otak. Selain itu, juga dilakukan rehabilitasi untuk memperbaiki fungsi motorik.
Selain dilakukan tatalaksana dini juga dilakukan tindakan pencegahan agar tidak terjadi
serangan ulang stroke. Stroke dapat menimbulkan berbagai komplikasi baik akut maupun
kronis. Prognosis stroke bergantung pada lokasi dan luas lesi, usia saat onset, dan tingkat
kesadaran.
DAFTAR PUSTAKA
2. Gofir, Abdul. Manajemen Stroke Evidence Based Medicine. Editor: Dwi YH, Agus
BU, Indera. Edisi 2. Pustaka Cendekia Press. Jakarta. 2011.
3. Setyopranoto, Ismail. Stroke: Gejala dan Penatalaksanaan. Kepala Unit Stroke RSUP
Dr Sardjito/ Bagian Ilmu Penyakit Saraf, FK UGM. Jakarta. 2011.
6. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Jilid 2. Editor: Huriawati Hartanto. EGC. Jakarta. 2005.
7. Yayan A. Israr. Stroke. Pekanbaru: SMF Saraf RSUD Arifin Achmad/FK UNRI.
Pekanbaru. 2008.