Anda di halaman 1dari 96

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI SMA AL-HASRA

BOJONGSARI BARU KOTA DEPOK PADA

TAHUN 2022

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Menyelesaikan Pendidikan

Program Diploma III Kebidanan Politeknik Kartini Jakarta

SALSA APRILIA

170620026

POLITEKNIK KARTINI JAKARTA

PROGRAM DIII KEBIDANAN JAKARTA

2022

1
LEMBAR

JUDUL : GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI

TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN

DI SMA AL-HASRA BOJONGSARI BARU KOTA DEPOK

PADA TAHUN 2022

PENYUSUN : SALSA

APRILIA NIM : 1706.20.026

Jakarta, Agustus

2022 Menyetujui :

Pembimbing

Hastin Catur Wulansari, SE, S.ST, M.SC, MBA

i
LEMBAR

JUDUL : GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI

TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN

DI SMA AL-HASRA BOJONGSARI BARU KOTA DEPOK

PADA TAHUN 2022

PENYUSUN : SALSA

APRILIA NIM : 1706.20.026

Penguji I, Penguji II,

Sumarti S. SiT, M.Kes Hastin Catur Wulansari, SE, S.ST, M.SC, MBA

Mengetahui,

PJS Direktur Politeknik Kartini Jakarta

Kurniawan Satriyo Nugroho, SE, MM

ii
POLITEKNIK KARTINI JAKARTA
PROGRAM DIPLOMA III KEBIDANAN
KARYA TULIS ILMIAH, TAHUN 2022

SALSA APRILIA
170620026
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PERSONAL
HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI SMA AL-HASRA BOJONGSARI
BARU KOTA DEPOK PADA TAHUN 2022
ABSTRAK
Keputihan (flour albus, leucorrhea, white discharge) adalah cairan yang keluar
dari saluran reproduksi perempuan (vagina) (Nurhayati, 2013). Personal Hygiene
adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang
untuk kesejahteraan fisik dan psikis, pemenuhan kebersihan pribadi yang
diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan dan kesehatan (Tarwoto,
2014). Menurut Ayu (2010) merupakan suatu tindakan untuk menjaga kebersihan
organ genetalia eksternal yang dilakukan untuk menjaga kesehatan dan mencegah
menjaga kebersihan, termasuk menjaga kebersihan organ secara umum. Tujuan
umum ini adalah untuk mengetahui “Gambaran Pengetahuan Remaja Putri
Tentang Personal Hygiene Dengan Keputihan Di SMA Al-Hasra Bojongsari Baru
Kota Depok Pada Tahun 2022”. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian
Cross Sectional. Dimana data variabel bebas (independent) dan variabel
tergantung (dependen) di kumpulkan atau diukur dalam waktu yang bersamaan
(Notoatmodjo, 2014). Alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam
penelitian ini berupa lembar kuesioner dimana hal-hal yang bersifat tertutup dapat
diperoleh hasil bahwa kebersihan pribadi pada remaja putri dengan kejadian
keputihan di Kelas X IPS SMA AL-Hasra Kota Depok tahun 2022 dari jumlah 75
responden sebanyak 42 responden (56%) yang berpengetahuan kurang baik dan
33 responden (44%) yang berpengetahuan baik.
Kata kunci : Remaja, Personal Hygiene, Keputihan
Perpustakaan :16 (2012-2022)

iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Salsa Aprilia

Tempat/ Tanggal Lahir : Bogor, 23 April

2002 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Bangsa : Indonesia

Status : Mahasiswi

Alamat : Kp. Tegal Kopi RT. 002/10, Ciadeg,

Cigombong, Bogor

Pendidikan

1. SDN Ciadeg 03, Lulus Tahun 2012

2. SMPN 01 Cigombong, Lulus Tahun 2017

3. SMKS Bina Husada Bogor, Lulus Tahun 2020

4. Diploma III Kebidanan Politeknik Kartini Jakarta (Sekarang)

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini dengan judul “Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Personal

Hygiene Dengan Keputihan Di SMA AL-Hasra Bojongsari Baru Kota Depok

Pada Tahun 2022”.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi Tugas

akhir sebagai salah satu syarat kelulusan Politeknik Kartini Jakarta. Penulis

menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis

Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Hj. Kartini, S.SiT, M.Kes selaku pendiri Politeknik Kartini Jakarta dan RS

Kartini

2. Bapak Kurniawan Satriyo Nugroho, SE, MM selaku Direktur Politeknik

Kartini Jakarta.

3. Ibu Sumarti, S.SiT, M.Kes selaku Wakil Direktur I Bidang Akademik

Politeknik Kartini Jakarta.

4. Ibu Ferinita Kartikasari, SE, MARS Selaku Wakil Direktur II Bidang Non

Akademik II Politeknik Kartini Jakarta.

5. Ibu Hastin Catur Wulansari, SE, S.ST, M.SC, MBA selaku pembimbing

Karya Tulis Ilmiah yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran,

bimbingan serta

v
dengan penuh kesabaran memebrikan masukan serta atahan bagi penulis

dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Para Dosen dan Staff Politeknik Kartini Jakarta yang telah banyak

memberikan bantuan dan masukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Ibu Antik Handayani, S.Pd selaku Kepala Sekolah Di SMA AL-Hasra Kota

Depok yang telah memberikan izin kepada saya untuk melakukan penelitian di

lingkungan sekolah.

8. Kedua orang tua saya Bapak Asep Syaripudin dan Ibu Uun Unasih yang selalu

memberikan dukungan, doa serta motivasi terbaik dalam segala hal kepada

penulis. Semoga senantiasa mendapatkan lindungan dan keselamatan dari

Allah SWT di dunia hingga akhirat kelak.

9. Teman-teman dan sahabat yang selalu memberikan support dalam pengerjaan

laporan Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan Karya Tulis

Ilmiah ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa laporan Karya Tulis Ilmiah ini Masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun demi kesempurnaan laporan Karya Tulis Ilmiah ini.

Jakarta, 17 Agustus 2022

Penulis

vi
vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii

ABSTRAK.............................................................................................................iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.............................................................................iv

KATA PENGANTAR............................................................................................v

DAFTAR ISI.........................................................................................................vii

DAFTAR TABEL...................................................................................................x

DAFTAR BAGAN................................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................6

1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................6

1.2.1 Tujuan Umum.....................................................................6

1.2.2 Tujuan Khusus....................................................................6

1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................7

1.5 Ruang Lingkup.............................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan...................................................................................10

2.1.1 Pengertian.......................................................................10

2.1.2 Tingkat Pengetahuan......................................................11


viii
2.1.3 Pengukuran Pengetahuan...............................................12

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan...........13

2.1.5 Cara Memperoleh Pengetahuan.....................................16

2.1.6 Kategori Pengetahuan....................................................17

2.2 Remaja.......................................................................................17

2.2.1 Definisi Remaja..............................................................17

2.2.2 Tahap Remaja................................................................18

2.2.3 Pertumbuhan Dan Perkembangan Remaja.....................20

2.3 Personal Hygiene.......................................................................21

2.3.1 Definisi Personal Hygiene.............................................21

2.3.2 Jenis-jenis Personal Hygiene.........................................22

2.3.3 Tujuan Personal Hygiene...............................................22

2.3.4 Hal - Hal Yang Perlu Diperhatikan................................24

2.3.5 Dampak Yang Sering Timbul Pada Masalah Personal

Hygiene..........................................................................27

2.4 Hygiene Genetalia......................................................................27

2.4.1 Pengertian Hygiene Genetalia........................................27

2.4.2 Manfaat Hygiene Genetalia...........................................28

2.4.3 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Hygiene

Genetalia........................................................................28

2.4.4 Dampak Yang Sering Timbul Pada Masalah Personal

Hygiene..........................................................................29

2.4.5 Cara Merawat Hygiene Genetalia..................................29


ix

2.5 Keputihan...................................................................................32

2.5.1 Pengertian.......................................................................32
2.5.2 Klasifikasi Keputihan.....................................................34

2.5.3 Penyebab Keputihan......................................................36

2.5.4 Jenis Keputihan..............................................................39

2.5.5 Tanda Gejala Keputihan.................................................40

2.5.6 Pencegahan Keputihan...................................................40

2.5.7 Pengobatan Keputihan...................................................43

2.5.8 Komplikasi Keputihan...................................................46

2.5.9 Pemeriksaan Keputihan..................................................46

2.6 Perilaku Kebersihan...................................................................47

2.7 Kerangka Teori..........................................................................51

BAB III TINJAUAN KASUS

3.1 Kerangka Konsep..........................................................................52

3.2 Variabel Penelitian........................................................................53

3.3 Definisi Operasional......................................................................54

3.4 Ruang Lingkup Penelitian.............................................................57

3.5 Rancangan Penelitian....................................................................57

3.6 Pengolahan dan Analisis Data.......................................................60

3.7 Etika Penelitian..............................................................................63

3.8 Jadwal Penelitian...........................................................................65

x
BAB IV GAMBARAN UMUM, HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian....................................... 66

4.2 Hasil Penelitian....................................................................... 68

4.3 Pembahasan ............................................................................ 73

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ........................................................................... 78

5.2 Saran ...................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ....................................................... 54

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ............................................................ 65

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Remaja

Putri Tentang Personal Hygiene Dengan Keputihan

Berdasarkan Pengetahuan Di Kelas X IPS SMA AL-Hasra

Kota Depok Pada Bulan Juni-Juli Tahun 2022 ................ 69

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Remaja

Putri Personal Hygiene Dengan Keputihan Berdasarkan

Usia di Kelas X IPS SMA AL-Hasra Kota Depok Pada

Bulan Juni-Juli Tahun 2022 ............................................ 70

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Remaja

Putri Tentang Personal Hygiene Dengan Keputihan

Berdasarkan Perilaku Di Kelas X IPS SMA AL-Hasra

Kota Depok Pada Bulan Juni-Juli Tahun 2022 ................ 71

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Personal

Hygiene Pada Remaja Putri Dengan Keputihan

Berdasarkan Sumber Informasi Di Kelas X IPS SMA

AL-

Hasra Kota Depok Pada Bulan Juni-Juli Tahun 2022 ...... 72

xii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ...................................................................... 51

Bagan 3.1 Kerangka Konsep .................................................................... 52

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keputihan adalah keluarnya cairan berlebihan dari jalan lahir atau

vagina. Keputihan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu keputihan normal

(fisiologis) dan keputihan abnormal (patologis). Keputihan fisiologis terdiri

dari atas cairan yang kadang-kadang berupa mucus yang mengandung banyak

epitel dengan leukosit yang jarang sedangkan keputihan patologis terdapat

banyak leukosit. Penyebab paling penting dari keputihan patologis ialah

infeksi. Isi cairan mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-

kuningan sampai hijau, seringkali lebih kental dan berbau.

(Rembang & Kapantow, 2013).

Salah satu bagian terpenting bagi kesehatan adalah kesehatan

reproduksi. Kesehatan reproduksi adalah kondisi sehat secara menyeluruh

baik kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang

berkaitan dengan fungsi, peran dan proses reproduksi yang dimiliki oleh

remaja. Hal ini harus menjadi perhatian semua kalangan remaja putri karena

wanita sangat rentan terkena penyakit infeksi salah satunya adalah keputihan

yang akan terus menggangu kenyamanan dalam organ reproduksi. Kesehatan

reproduksi remaja adalah kondisi sehat, sejahtera fisik, mental dan sosial.

Informasi tentang kesehatan reproduksi, untuk dapat melakukan hal yang

akan menjadi fungsi dan proses reproduksinya (Efendi & Makfadli, 2013).

1
2

Keputihan atau yang dikenal dengan istilah medisnya Flour Albus

adalah cairan yang berlebihan yang keluar dari vagina. Vagina memproduksi

cairan untuk menjaga kelembapan, mem bersihkan dari dalam, dan menjaga

keasaman vagina karena banyak mengandung bakteri menguntungkan. Cairan

keputihan yang normal itu berwarna putih jernih, bila menempel pada pakaian

dalam akan berwarna putih jernih, bila menempel pada pakaian dalam akan

berwarna kuning terang, konsisten seperti lendir, encer atau kental

(Keos Iriant, 2015).

Menurut (WHO, 2014) masalah Kesehatan mengenai reproduksi

wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban penyakit yang

menyerang pada wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan 75%

sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%.

Untuk angka kejadian masalah Kesehatan reproduksi yang ada di

ASEAN sebanyak 76% yang mengalami keputihan. Berdasarkan data statistik

tahun 2009 jumlah remaja putri yaitu 2,9 juta jiwa berusia 15-24 tahun 68%

mengalami keputihan patologi (BKKBN, 2013).

Data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI)

menunjukan bahwa wanita yang rentan mengalami keputihan yaitu wanita

yang berusia 15-24 tahun. Berdasarkan penelitian tentang Kesehatan

reproduksi yang dilakukan menunjukan bahwa sekitar 75% wanita didunia

mengalami keputihan minimal satu kali dan 45% diantaranya mengalami

keputihan sebanyak 2 kali atau bahkan lebih (BKKBN, 2013).


3

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan

karena negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur

mudah berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Gejala

keputihan juga dialami oleh wanita yang belum nikah atau remaja putri yang

berumur 15-24 tahun yaitu sekitar 31,8%. Hal ini menunjukan remaja lebih

beresiko terjadinya keputihan (Faiz, 2015).

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada data kesehatan reproduksi

angka kejadian keputihan di Indonesia terjadi peningkatan setiap tahunnya

hingga 70% dan didapatkan data sebanyak 50% remaja putri Indonesia yang

mengalami keputihan (Prandnyandari, Surya & Aryani, 2019).

Menurut data statistik di Provinsi Jawa Barat wanita yang mengalami

keputihan sebesar 27,60% dari total jumlah penduduk di Jawa Barat adalah

usia remaja dan usia wanita subur yang berusia 10-24 tahun, berdasarkan

sensus penduduk tahun 2014, wanita yang mengalami keputihan sebesar

29,48% dari jumlah penduduk keseluruhan (Dinas Kesehatan, 2015).

Sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali

dalam hidupnya dan 25% diantaranya mengalami dua kali atau lebih. Hal ini,

dikarenakan Indonesia merupakan daerah tropis sehingga membuat keadaan

tubuh atau berkembang dan menyebabkan bau tidak sedap terutama pada

bagian lipatan- lipatan tubuh seperti ketiak dan lipatan organ genetalia pada

perempuan (Karyati, 2013).

Membersihkan vagina merupakan cairan yang di gunakan dalam

proses pembersihkan vagina biasanya mengandung antiseptik. Penggunaan

pembersih
4

(antiseptik) vagina hendaknya dipilih yang memiliki pH kurang lebih sama

dengan Ph vagina sekitar 4,5. Pembersih (antiseptik) memang dapat

digunakan untuk mematikan candida albcans, salah satu penyebab keputihan.

Pemakaian pembersih (antiseptik) dapat menggangu keseimbangan keasaman

Ph vagina. Apabila keasaman vagina ini berubah akan mengakibatkan

tumbuhnya jamur, kuman-kuman yang akibatnya bisa terjadi infeksi yang

meyebabkan keputihan yang berbau, gatal dan menimbulkan

ketidaknyamanan (Suyandari, 2013).

Pengetahuan kesehatan reproduksi sangat penting bagi wanita

khususnya keputihan agar mereka mengetahui bagaimana menghadapi

keputihan yang dialaminya, pada wanita yang kurang pengetahuan dan

informasi tentang kesehatan alat genitalia akan berdampak pada perilakunya

dalam menjaga kebersihan alat genetalia, karena pengetahuan dan perilaku

perawatan yang baik merupakan faktor penentu dakam memelihara

kebersihan alat genetalia, perilaku personal hygiene sangat mempengaruhi

untuk terjadinya keputihan (Rahayu, 2013).

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia kejadian

keputihan banyak disebabkan oleh bakteri kandidosis vulvovaginitis

dikarenakan banyak perempuan yang tidak mengetahui membersihkan daerah

vagina, penyebab lainya adalah vaginitis bacterial dan trichomonas vaginalis.

Khusus di Indonesia data yang ada dari wanita yang mengalami keputihan

sulit untuk di dapat, hal ini dapat dimaklumin karena sedikit sekali wanita

yang memeriksakan masalah alat reproduksinya (Depkes RI, 2014).


5

Upaya pencegahan keputihan yang dapat diberikan seperti konseling,

memberikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan menyediakan

pelayanan peduli remaja yang dapat memenuhi kebutuhan Kesehatan remaja

termasuk pelayanan untuk kesehatan reproduksi (Pusdatin, 2015).

Remaja tumbuh untuk mencapai kematangan dan perubahan termasuk

perubahan fisik, psikologis dan hormonal. Dan perkembangan yang dikenal

sebagai masa pubertas. Masa pubertas pada remaja putri terjadi karena

perubahan dan peningkatan hormone LH (Luteinizing Hormone) dan FSH

(Follicle-stimulating Hormone), yang mengakibatkan kematangan pada

bagian vagina. Oleh sebab itu, pada remaja putri perlu memperhatikan

kesehatan (Sibagariang, 2016).

Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat yang menyangkut

system, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh seorang remaja.

Organ reproduksi adalah salah satu oragan tubuh yang sensitif dan harus

mendapatkan perawatan khusus. Masalah yang sering dialami dan paling

berisiko menjadi persoalan bagi seorang remaja khususnya wanita adalah

keputihan (Pradnyandari, Surya & Aryana, 2019).

Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan penelitian dengan

cara wawancara pada remaja putri SMA AL-Hasra Kota Depok pada bulan

Juli dari hasil wawancara yang di dapatkan, terdapat 4 remaja (40%)

berpengetahuan baik dan 6 remaja (60%) berpengetahuan kurang mengenai

masalah keputihan pada remaja putri.


6

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dalam penelitian

ingin mengetahui lebih lanjut “Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang

Personal Hygiene Dengan Keputihan Di SMA Al-Hasra Kota Depok Pada

Tahun 2022”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian

ini adalah “Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Personal

Hygiene Dengan Keputihan Di SMA Al-Hasra Kota Depok Pada Tahun

2022”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum ini adalah untuk mengetahui “Gambaran

Pengetahuan Remaja Putri Tentang Personal Hygiene Dengan

Keputihan Di SMA Al-Hasra Bojongsari Baru Kota Depok Pada Tahun

2022”.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri tentang

personal hygiene pada siswi di SMA Al-Hasra Kota Depok pada

Tahun 2022.

b. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri tentang

personal hygiene Berdasarkan Usia pada siswi di SMA Al-Hasra

Kota Depok pada Tahun 2022.

c. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri tentang

personal hygiene Berdasarkan Perilaku pada siswi di SMA Al-

Hasra Kota Depok pada Tahun 2022.


7

d. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri tentang

personal hygiene Berdasarkan Sumber Informasi pada siswi di SMA

Al-Hasra Kota Depok pada Tahun 2022.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Remaja Putri

Hasil penelitian ini memberikan informasi mengenai

pengetahuan tentang personal hygiene dengan kejadian keputihan pada

siswi dalam mengenai keputihan sehingga siswi dapat menjaga dan

memelihara kesehatanya khususnya kebersihan daerah organ

kewanitaan.

1.4.2 Bagi Instansi Sekolah

Sebagai salah satu alternatif program UKS dalam

mengembangkan program Pendidikan Kesehatan reproduksi remaja

serta dapat dijadikan dasar untuk menyediakan fasilitas air bersih

disekolah yang mendukung terhadap pencegahan keputihan.

1.4.3 Bagi Bidan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi Bidan

dalam melakukan program kunjungan ke sekolah untuk memberikan

Pendidikan Kesehatan reproduksi pada siswi, khususnya mengenai

keputihan dan cara pencegahan atau menyikapinya.

1.4.4 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

remaja putri tentang pencegahan dan penanganan keputihan serta


8

perawatan organ reproduksi yang baik dan aman untuk kesehatan

kewanitaanya.

1.4.5 Bagi Keluarga/ Orang Tua

Orang tua mampu mengaplikasikan dan memberitahu tentang

cara kebersihan reproduksinya pada putrinya tanpa harus malu untuk

mengatakanya.

1.4.6 Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan pengetahuan serta memperoleh

pengalaman dalam menelitian tentang hubungan pengetahuan dan

perilaku personal hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri.

1.4.7 Bagi Dinas Kesehatan Kota

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukkan dalam

meningkatkan pelayanan kesehatan remaja melalui penyelenggaraan

promosi kesehatan reproduksi untuk anak sekolah.


9

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan tugas akhir

Program Diploma III Kebidanan Politeknik Kartini Jakarta, dimana peneliti

ingin mengatahui pengetahuan remaja putri tentang “Gambaran Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Personal Hygiene Dengan Keputihan Di SMA AL-

Hasra Bojongsari Baru Kota Depok Pada Tahun 2022” karena dari studi

pendahuluan yang dilakukan peneliti diketahui masih banyak remaja putri

yang kurang mengetahui tentang personal hygiene dengan keputihan.

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari kuesioner dengan

mengolah data menggunakan Accidental Sampling dan metode penelitian

deskriptif dengan desain cross sectional. Sample dalam penelitian ini adalah

75 remaja putri di SMA Al-Hasra Bojongsari Baru Kota Depok pada Tahun

2022.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Pengertian

Pengetahuan atau knowledge adalah hasil penginderaan manusia

atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui panca indra yang

dimilikinya. Panca indra manusia guna penginderaan terhadap objek

yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Pada

waktu penginderaan untuk menghasilkan pengetahuan tersebut

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Pengetahuan seseorang sebagian besar diperoleh melalui indra

pendengaran dan indra penglihatan (Notoatmodjo, 2014).

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setalah

orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek yang terjadi

melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan

sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh

intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar manusia

diperoleh melalui mata dan telinga (A Wawan dan Dewi M, 2016).

Tingkat pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentukanya tindakan seseorang (oven behavior). Dari pengalaman

dan

10
1

penelitian ternyata perilaku yang disadari oleh pengetahuan (A Wawan

dan Dewi M, 2016).

Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa kaingin tahuan melalui

proses sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu.

Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam terbentuknya

perilaku terbuka atau open behavior (Donsu, 2017).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut (Sulaiman, 2015) tingkat pengetahuan terdiri dari 4

macam, yaitu pengetahuan desktiptif, pengetahuan kausal, pengetahuan

normatif dan pengetahuan esensial.

Sedangkan menurut (Daryanto dalam Yuliana 2017), pengetahuan

seseorang terhadap objek mempunyai instensitas yang berbeda beda,

dan menjelaskan bahwa ada enam tingkatan pengetahuan yaitu sebagai

berikut :

1. Pengetahuan (Knowledgei)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (ingatan). Seseorang

dituntut untuk mengetahui fakta tanpa dapat menggunakanya.

2. Pemahaman (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu, tidak sekedar

dapat menyebutkan, tetapi harus dapat menginterpretasikan secara

benar tentang objek yang diketahui.


1

3. Penerapan (Application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek

tersebut dapat menggunakan dan mengaplikasikan prinsip yang

diketahui pada situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan

dan memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen

yang terdapat dalam suatu objek.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Sintesis menunjukan

suatu kemampuan seseorang untutk merangkum atau meletakkan

dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki.

6. Penilaian (Evaluation)

Yaitu suatu kemampuan seseorang untuk melakukan

penilaian terhadap suatu objek tertentu didasarkan pada suatu

kriteria atau norma – norma yang berlaku dimasyarakat.

2.1.3 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang berisi pertanyaan sesuai materi yang ingin diukur dari

subyek penelitian atau responden yang sesuai dengan tingkat


1

pengetahuan yang diukur disesuaikan dengan tingkatnya (Notoatmojo,

2014).

Menurut (Budiman, 2013), pengetahuan seseorang dapat

dikelompokan menjadi dua kelompok apabila respondennya adalah

masyarakat umum, yaitu :

a. Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya >50%

b. Tingkatnya pengetahuan kategori kurang baik jika nilainya ≤ 50%.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMP Plus Fitriyani

di desa Ngroto Kecamatan Pujon Kabuputen Malang pada bulan

November oleh (Helmy, 2016) diperoleh bahwa pengetahuan remaja

putri tentang keputihan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki kategori

yang tidak baik sebesar 23 responden (46%) tentang personal hygiene.

Tidak ada responden yang memiliki pengetahuan baik tentang personal

hygiene. Sedangkan, untuk yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak

14 responden (28%) dan kurang baik 13 responden (26%).

2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut (Fitria dalam Yuliana, 2017) faktor-faktor yang

mempengaruhi adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi proses dalam belajar, semakin

tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah seseorang

tersebut untuk menerima sebuah informasi. Peningkatan

pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan


1

tetapi dapat diperoleh juga pada pendidikan non formal.

Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek tertentu. Semakin

banyak aspek positif terhadap objek tersebut, pendidikan tinggi

seseorang didapatkan informasi baik dari orang lain maupun media

massa. Semakin banyak informasi yang masuk, semakin banyak

pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

2. Media Massa/ sumber informasi

Informasi yang diperoleh baik dari Pendidikan formal

maupun non formal dapat memberikan pengetahuan jangka pendek

(immediate impact), sehingga menghasilkan perubahan dan

peningkatan pengetahuan. Kemajuan teknologi menyediakan

bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi

pengetahuan masyarakat tentang informasi baru. Sarana

komunikasi seperti televisi, radio, surat, kabar, majalah, penyuluhan

dan lain-lain yang mempunyai pengaruh besar terhadap

pembentukan opini dan kepercayaan orang.

3. Sosial Budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau tidak. Status

ekonomi seseorang juga akan menentukan ketersediaan fasilitas

yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial

ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseoranng.


1

4. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu

baik lingkungan fisik, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh

terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang

berada pada lingkungan tersebut. Hal tersebut terjadi karena adanya

interaksi timbal balik yang akan direspon sebagai pengetahuan.

5. Pengalaman

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman pribadi

ataupun pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu

cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan.

6. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Bertambahnya usia akan semakin berkembang pola pikir dan daya

tangkap seseorang sehingga pengetahuan yang diperoleh akan

semakin banyak.

Kategori usia :

a) Masa Balita : 0-5 Tahun

b) Masa Kanak-Kanak : 5-11 Tahun

c) Masa Remaja Awal : 12-16 Tahun

d) Masa Remaja Akhir : 17-25 Tahun

e) Masa Dewasa Awal : 26-35 Tahun

f) Masa Dewasa Akhir : 36- 45 Tahun

g) Masa Lansia Awal : 46- 55 Tahun


1

h) Masa Lansia Akhir : 65- Sampai Atas.

1.2.5 Cara Memperoleh Pengetahuan

(Departemen Kesehatan RI, 2014) menyatakan bahwa pengetahuan

yang dimiliki seseorang berbeda-beda, tergantung diri cara

memperolehnya, cara yang digunakan untutk memperoleh pengetahuan

yaitu :

a. Melalui Pendidikan

Pendidikan yang dimaksud adalah Pendidikan formal maupun

non formal. Pengetahuan yang diperoleh dari Pendidikan formal

yaitu melalui bangku sekolah dari sekolah dasar sampai perguruan

tinggi sedangkan pengetahuan dari penelitian informal misalnya

melalui kursus pelatihan dan seminar.

b. Melalui Media Cetak dan Elektornik

Semakin maju teknologi, semakin banyak informasi yang

bisa diperoleh seperti dari koran, majalah, radio, televisi, internet

dan media lainya.

c. Petugas Kesehatan

Pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang kesehatan juga

dapat diperoleh langsung melalui tenaga kesehatan. Proses ini

umunya dilakukan dengan bertanya langsung pada petugas

kesehatan maupun mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan.


1

d. Melalui Teman

Pengetahuan yang dimiliki seseorang juga bisa diperoleh

temannya. Merasakan manfaat dari suatu ide bagi dirinya, maksa

seseorang akan menyebarkan ide tersebut pada orang lain.

1.2.6 Kategori Pengetahuan

(Rahmawati, 2013) menyatakan bahwa kategori tingkat

pengetahuan dapat ditentukan dengan kriteria :

a. Baik : bila skor ≥ median

b. Kurang : bila skor < median

2.2 Remaja

2.2.1 Definisi Remaja

Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat

pertama kali ia menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya sampai

saat ia mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2018).

Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya

daerah setempat. WHO membagi kurun usia dalam 2 bagian, yaitu

remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Batasan usia

remaja, Indonesia usia 11-24 tahun dan belum menikah.

(Sarwono, 2018).

Remaja atau dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti

tumbuh kearah kematangan. Remaja adalah seseorang yang memiliki

rentang usia 10-19 tahun. Remaja adalah masa dimana tanda-tanda


1

seksual sekunder seseorang sudah berkembang dan mencapai

kematangan seksual. Remaja juga mengalami kematangan secara fisik,

psikologis maupun sosial. Berdasarkan pendapat diatas dapat

disimpulkan bahwa remaja yaitu individu yang berusia 11-12 tahun

sampai 20-21 tahun. Dimana remaja merupakan masa transisi dari masa

kanak-kanak ke masa dewasa. Masa dimana individu tersebut

mengalami perubahan-perubahan secara fisik, ,maupun psikologis, serta

masa dimana individu tersebut dituntut untuk bertanggung jawab.

(WHO, 2014)

2.2.2 Tahap Remaja

Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja sangat cepat,

baik fisik maupun psikologis. Perkembangan remaja laki-laki biasanya

berlangsung usia 11 sampai 16 tahun, sedangkan pada remaja

perempuan berlangsung pada usia 10 sampai 15 tahun. Perkembangan

pada anak perempuan lebih cepat dibandingkan anak laki-laki karena

dipengaruhi oleh hormon seksual. Perkembangan berpikir pada remaja

juga tidak terlepas dari kehidupan emosionalnya yang labil

(Proverawati dalam Ngafif, 2013).

Pematangan secara fisik merupakan salah satu proses pada remaja

adanya perkembangan tanda-tanda seks sekunder seperti haid pada

perempuan dan mimpi basah atau ejakulasi pada laki-laki pematangan

remaja bervariasi sesuai dengan perkembangan psikososial pada setiap

individu, misalnya bersikap tidak ingin bergantungan pada orang tua,


1

ingin mengembangkan keterampilan secara interaktif dengan

kelompoknya dan mempunyai tanggung jawab pribadi dan sosial

(Soetijiningsih, 2017).

Menurut (Marmi, 2013) ada tiga tahap perkembangan remaja, yaitu

1) Masa Remaja awal atau dini (early adolescence) umur 11- 13 tahun.

Dengan ciri-ciri khas : ingin bebas, lebih dekat dengan teman

sebaya, mulai berfikir abtsrak dan lebih banyak memeperhatikan

keadaan tubuhnya.

2) Masa Remaja Pertengahan (middle adolescence) umur 14-16 tahun.

Dengan ciri khas : mencari indentitas diri, timbul keinginan untuk

berkencan, berkhayal tentang seksual, mempunyai rasa cinta yang

mendalam.

3) Masa Remaja lanjut (late adolescene) umur 17-20 tahun. Dengan

ciri khas : mampu berpikir krtitis abstrak, lebih selektif dalam

mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat

mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan dirinya. Tahapan

ini mengikuti pola yang konsisten untuk masing masing individu.

Walaupun setiap tahap mempunyai ciri tersendiri tetapi tidak

mempunyai batas yang jelas, karena proses tumbuh kembang

berjalan secara berkesinambungan.


2

2.2.3 Pertumbuhan Dan Perkembangan Remaja

Pertumbuhan adalah perubahan yang menyangkut segi kuantitatif

yang ditandai dengan peningkatan dalam ukuran fisik dan dapat diukur.

Fungsi fisiologis dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan gizi.

Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua organ penting, yaitu hipotalamus

dan hipofisis, ketika organ ini bekerja ada tiga kelenjar yang dirangsang

yaitu: kelenjar gondok, kelenjar anak ginjal, kelenjar organ reproduksi

(Kusmiran, 2016).

Perkembangan adalah perubahan yang meyangkut aspek kualitatif

dan kuantitatif. Terdapat dua konsep perkembangan remaja yaitu nature

dan mature konsep nature mengatakan bahwa masa remaja adalah masa

badai dan tekanan. Periode perkembangan ini individu banyak

mengalami gejolak dan tekanan karena perubahan yang terjadi dalam

dirinya. Sedangkan konsep nature mengatakan tidak semua remaja

mengalami masa badai dan tekanan, hal tersebut tergantung pada pola

asuhan dan lingkungan dimana remaja itu tinggal.

(Kusmiran, 2016)

Perkembangan pada hakikatnya adalah usaha penyesuaian diri,

yaitu secara aktif mengatasi stress dan mecari jalan keluar baru dari

berbagai masalah. Dalam penyesuaian remaja terdiri dari tiga tahap

perkembangan remaja :

1) Masa Remaja Awal (10-12 Tahun), ciri khasnya :

a) Lebih dekat dengan teman sebaya


2

b) Ingin bebas

c) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuh dan mulai berfikir

abstrak

2) Masa Remaja Tengah (13-15 Tahun), ciri khasnya :

a) Mencari identitas diri

b) Timbulnya keinginan untuk kencan

c) Punya rasa cinta yang mendalam

d) Mengembangkan kemampuan berfikir abstrak

e) Berkhayal tentang aktivitas seks

3) Masa Remaja Akhir (16-19 Tahun), ciri khasnya :

a) Pengungkapan kebebasan diri

b) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya

c) Punya citra jasmin diri

d) Dapat mewujudkan rasa citra

e) Mampu berfikir asbtrak (Kumiran, 2016).

2.3 Personal Hygiene

2.3.1 Definisi Personal Hygiene

Personal Hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara

kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan

psikis, pemenuhan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan

individu, keamanan dan kesehatan (Tarwoto, 2014).


2

Kata hygiene dari istilah “Hygeia” yang memiliki arti “Dewi

Kesehatan”. Kebersihan dapat didefinisikan sebagai “Ilmu pengetahuan

yang terkait dengan pelestarian dan promosi Kesehatan”.

(Lal & G, 2016)

2.3.2 Jenis-jenis Personal Hygiene

Menurut (Wartono , 2014), jenis-jenis personal hygiene yaitu :

1. Perawatan kulit kepala dan rambut

2. Perawatan mata

3. Perawatan hidung

4. Perawatan telinga

5. Perawatan kuku kaki dan tangan

6. Perawatan genetalia

7. Perawatan kulit seluruh tubuh

8. Perawatan tubuh secara keseluruhan.

2.3.3 Tujuan Personal Hygiene

Ada beberapa tujuan dalam personal hygiene menurut

(Yuni, 2015), yaitu adalah sebagai berikut :

1) Meningkatkan derajat Kesehatan

2) Memlihara kebersihan diri

3) Memperbaiki personal hygiene

4) Pencegahan penyakit

5) Meningkatkan percaya diri

6) Menciptakan keindahan
2

Menurut (Wartonah, 2014) ada beberapa faktor pertisipasi yang

dapat menyebabkan seseorang kurang perawatan diri. Faktor-faktor

tersebut dapat berasal dari berbagai stressor antara lain :

a. Body Image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi

kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga

individu tidak peduli terhadap kebersihannya.

b. Praktik Sosial

Pada anal selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka

kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene

c. Status Sosial-Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun,

pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya

memerlukan uang untuk menyediakanya.

d. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting, karena

pengetahuan yang baik dapat meningkatkan Kesehatan. Kendati

demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup. Seseoranh harus

termotivasi untuk memelihara perawatan diri. Sering kali

pembelajaran tentang penyakit atau kondisi yang mendorong

individu untuk meningkatkan personal hygiene (Tarwoto, 2014).


2

2.3.4 Hal - Hal Yang Perlu Diperhatikan

Menurut (Potter dan Pery, 2016) hal-hal yang diperlukan

diperhatikan dalam personal hygiene :

1. Perawatan kulit

Kulit merupakan organ yang aktif yang berfungsi pelindung

sekresi, ekskresi, pengetahuan temperature dan sensasi. Kulit

memiliki tiga lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan subkutan.

Epidesmins (lapisan luar) disusun beberapa lapisan tipis dari sel

yang mengalami tahapan berbeda dari maturasi, melindungi

jaringan yang berada di bawahnya terhadap kehilangan cairan.

Dermis merupakan lapisan kulit yang tebal yang terdiri dari ikatan

kolagen dan serabut untuk mendukung epidermis.

Wajah merupakan bagian yang paling sensitive bagi seorang

remaja putri. Menjaga kebersihan rambut sangatlah penting karena

kulit kepala lebih berminyak dan berkeringat sehingga akan

memudahkan timbulnya ketombe dan mikroorganisme lainya.

Kebersihan tubuh sangatlah penting diperhatikan, dan sebaiknya

mandi 2x sehari, dengan sabun mandi biasa, pada saat mandi organ

reproduksi luar perlu cermat dibersihkan. Lapisan subkutan terdiri

dari pembuluh darah, saraf, limfe, dan jaringan lemak berfungsi

sebagai insulator panas bagi tubuh.


2

2. Perawatan kulit kepala dan rambut serta seluruh tubuh

Wajah merupakan bagian yang paling sensitive bagi seorang

remaja terutama remaja putri. Menjaga kebersihan rambut

sangatlah penting karena kulit kepala lebih berminyak dan

berkeringat sehingga akan memudahkan timbulnya ketombe dan

mikoorganisme lainya. Kebersihan tubuh sangatlah penting

diperhatikan, dan sebaiknya mandi 2x sehari dengan sabun mandi

biasa, pada saat mandi organ reproduksi luar perlu cermat

dibersihkan.

3. Mandi

Mandi adalah bagian perawatan personal hygiene total.

Mandi dapat dikategorikan sebagai pembersihan atau terapeutik.

Mandi di tempat tidur yang lengkap diperlukan bagi individu

dengan ketergantunga total dan memerlukan personal hygiene total.

Keluasan mandi individu dan metode yang digunakan untuk mandi

berdasarkan pada kemampuan fisik individu dan kebutuhan tingkat

hygiene yang diperlukan.

4. Perawatan mulut

Perawatan mulut membantu memperhatikan status kesehatan

mulut, gigi, gusi dan bibir. Menggosokan membersihkan gigi dari

partikel-partikel makanan, plak, dan bakteri, memassage gusi, dan

mengurangi ketidak nyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa

yang tidak nyaman. Beberapa penyakit yang muncul akibat

perawatan gigi dan mulut yang buruk adalah karies, radang gusi

dan
2

sariawan. Perawatan mulut yang baik memberikan rasa sehat dan

selanjutnya menstimulasi nafsu makan.

5. Perawatan genetalia

a) Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh daerah

kewanitaan.

b) Mencuci bagian luar organ seksual setiap buang air kecil dan

buang air besar, membasuh dari arah depan kebelakang.

c) Menggunakan air yang mengalir untuk membersihkan organ

reproduksi.

d) Mengganti celana dalam sehari 2x, memakai pakaian dalam

berbahan katun untuk mempermudah penyerapan keringat.

e) Membiasakan mencukur rambut disekitar daerah kemaluan

untuk menghindari tumbuhnya bakteri yang menyebabkan gatal

pada daerah genetalia.

f) Pemakaian pantyliner setiap hari secara terus menerus tidak

dianjurkan. Pantyliner sebiaknya hanya digunakan pada saat

keputihan banyak saja dan jangan memilih pantyliner yang

berparfum karena dapat menimbulkan iritasi kulit.

g) Mengeringkan daerah kewanitaan setelah BAK dan BAB

menggunakan tissue.

h) Menghindari pemakaian celana dalam sari satin ataupun bahan

sintetik lainya karena menyebabkan organ intim menjadi panas

dan lembab.
2

i) Tidak menggunakan celana yang terlalu kuat.

j) Pemakaian pembilas vagina secukupnya.

2.3.5 Dampak Yang Sering Timbul Pada Masalah Personal Hygiene

a. Dampak Fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena

tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan

fisik yang sering terjadi adalah gangguan integrasi kulit, gangguan

membrane, mukosa mulut, infeksi pada dan telinga dan gangguan

fisik pada kuku.

b. Dampak Psikologis

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene

adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan

mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan

interaksi sosial (Tarwoto & Wartonah, 2014).

2.4 Hygiene Genetalia

2.4.1 Pengertian Hygiene Genetalia

Menurut (Ayu, 2010) merupakan suatu tindakan untuk

memelihara kebersihan organ genetalia eksternal yang dilakukan untuk

mempertahankan kesehatan dan mencegah infeksi kebiasaan menjaga

kebersihan, termasuk kebersihan organ-organ seksual atau reproduksi,

merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan tubuh secara umum.

Kebersihan di area vagina sering diabaikan kaum hawa, padahal jika

berlarut-larut akan lebih rentan terinfeksi virus berbahaya.


2

2.4.2 Manfaat Hygiene Genetalia

Alat reproduksi merupakan salah satu organ tubuh yang sensitif dan

memerlukan perawatan yang baik merupakan faktor penentu dalam

memelihara kesehatan reproduksi. Manfaat perawatan hygiene

genetalia, antara lain (Siswono, 2011) :

1) Untutk mencegah terjadinya infeksi pada vulva dan menjaga

kebersihan vulva.

2) Untuk kebersihan perineum dan vulva.

3) Menjaga vagina dan daerah sekitar tetap bersih dan nyaman

4) Mencegah muncul keputihan, bau tak sedap dan gatal-gatal.

5) Mencegah agar Ph vagina tetap normal (3-4).

6) Membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada disekitar vulva

diluar vagina.

7) Mencegah rangsangan tumbuhnya jamur, bakteri, protozoa.

2.4.3 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Hygiene Genetalia

1) Pengetahuan terhadap kebersihan genetalia

2) Sikap dalam menjaga kebersihan genetalia

3) Status sosio - ekonomi

4) Kebudayaan

5) Sanitasi lingkungan

6) Kebersihan diri.
2

2.4.4 Dampak Yang Sering Timbul Pada Masalah Personal Hygiene

a. Dampak Fisik

Banyak gangguan kesehatan yang di derita seseorang karena

tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan

fisik yang sering terjadi adalah gangguan integrasi kulit, gangguan

membrane mukosa mulut, infeksi pada dan telinga, dan gangguan

fisik pada kuku.

b. Dampak Psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene

adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan di cintai dan

mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan

interaksi sosial (Tarwoto & Wartonah, 2014).

2.4.5 Cara Merawat Hygiene Genetalia

Menjaga kesehatan berawal dari menjaga kebersihan. Hal ini juga

berlaku bagi kesehatan organ-organ seksual. Cara memelihara organ

intim tanpa kuman dilakukan sehari-hari dimulai bangun tidur dan

mandi pagi. Alat reproduksi dapat terkena sejenis jamur atau kutu yang

dapat menyebabkan rasa gatal atau tidak nyaman apabila tidak dirawat

kebersihanya.

Mencuci vagina dengan air kotor, pemeriksaan dalam yang tidak

benar, penggunaan pembilas vagina yang berlebihan, pemeriksaan yang

tidak hygienes dan adanya benda asing dalam vagina dapat

menyebabkan keputihan yang abnormal. Keputihan juga bisa timbul

karena pengobatan
3

abnormal, celana yang tidak menyerap keringat dan penyakit menular

seksual (Kusmiran, 2012).

Beberapa cara merawat organ reproduksi remaja putri adalah

sebagai berikut :

1) Mencuci bagian luar organ seksual setiap buang air kecil atau air

besar, membasuh dari arah depan kebelakang.

2) Menggunakan air bersih untuk membasuh organ reproduksi. Air

yang digunakan untuk membasuh harus bersih, yakni air mengalir

yang langsung dari keran. Penelitian menguak air dalam bak atau

ember ditoilet umum mengandung 70% jamur candida albicans.

Sedangkan air yang mengalir dari keran toilet umum mengandung

kurang lebih 10-20% jenis jamur yang sama.

3) Mengganti celana dalam sehari 2-3 kali, memakai pakaian dalam

berbahan katun untuk mempermudah penyerapan keringat.

4) Tidak menggunakan handuk secara berganti.

5) Tidak menggunakan celana dalam secara berganti.

6) Membiasakan diri mencukur rambut sekitar daerah kemaluan 7 hari

sekali maksimal 40 hari sekali untuk mengurangi kelembaban gatal

pada daerah genetalia.

7) Penggunaan pantyliner sebaiknya digunakan antara dua sampai tiga

jam. Penggunaan pantyliner setiap hari ternyata justru dapat

mengakibatkan infeksi bakteri, jamur, serta jerawat atau bisul pada

daerah genetalia, ini terjadi karena pantyliner membuat daerah


3

kewanitaan makin lembab. Meskipun lapisan atas pantyliner

memiliki daya serap untuk mejaga hygienitas daerah kewanitaan,

akan tetapi bagian dasar dari pantyliner ini terbuat dari plastic,

sehingga kulit tidak bisa bernafas lega karena kurangnya sirkulasi

udara. Jadi sebaiknya jangan menggunakan pantyliner terlalu

sering. (Andriyani, 2013) mengemukakan beberapa tips merawat

organ

kewanitaan, yakni :

1) Selalu mencuci tangan sebelum menyentuh vagina

2) Membersihkan vagina dengan cara membasuh bagian diantara

vulva (bibir vagina) secara hati-hati menggunakan air bersih dan

sabun yang lembut setiap habis buang air kecil, buang air besarbdan

Ketika mandi.

3) Kebersihan daerah kewanitaan juga bisa dijaga dengan sering

mengganti pakaian dalam, minimal sehari dua kali disaat mandi.

4) Pada saat haid, gunakan pembalut berbahan yang lembut,

menyerap keringat dengan baik, tidak mengandung bahan yang

bisa membuat alergi (misalnya parfum atau gel) dan merekat

dengan baik pada celana dalam.

5) Jangan gunakan spray (semprotan) vagina, karena mengubah

keseimbangan PH vagina dan memicu infeksi.

6) Hindari menggunakan handuk atau waslap milik orang lain untuk

mengeringkan vagina.

7) Hindari celana ketat dan ganti pakaian setelah olahraga.


3

8) Mencukur sebagian dari rambut kemaluan untuk menghindari

kelembaban yang berlebihan didaeraah vagina.

9) Jika mengalami keputihan berupa cairan berwarna, berbau, bahkan

mulai menimbulkan keluhan yang menggangu seperti gatal dan

rasa terbakar pada kemaluan, segera periksa dokter.

2.5 Keputihan

2.5.1 Pengertian

Keputihan (flour albus, leucorrhea, white discharge) adalah cairan

yang keluar berlebihan dari saluran reproduksi perempuan (vagina)

(Nurhayati, 2013).

Didalam alat genital wanita terdapat kemanisme pertahanan tubuh

berupa bakteri yang menjaga kadar keasaman pH vagina. Normanya

angka keasaman vagina berkisar antara 3,8-4,2 sebagian besar, hingga

95% adalah akibat bakteri lactobacillus dan selebihnya adalah bakteri

pathogen (yang menimbulkan penyakit). Biasanya seketika ekosistem

didalamnya keadaan seimbang, bakteri pathogen tidak akan

menggangu. Masalah baru timbul ketika kondisi asam ini lebih besar

dari 4,2 bakteri- bakteri lactobacillus gagal menandingi bakteri

pathogen dan akhirnya terjadi keputihan. Keputihan dapat bersifat

fisiologis atau patologis, keputihan dikatakan patologis bila diikuti

dengan perubahan bau dan umumnya disertai dengan rasa gatal, bau,

edema genital, panas dan lain- lain (Mumpuni, 2013).


3

Flour albus muncul karena infeksi yang diakibatkan oleh

mikroorganisme, sehingga muncul peradangan pada alat kelamin dan

gangguan keseimbangan hormone. Flour albus juga bisa muncul karena

kelelahan dan stress (Handari, 2014).

Keputihan adalah cairan yang keluar selain darah dari vagina di

luar dari kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal

setempat. Dalam keadaan biasa, cairan ini tidak sampai keluar, namun

belum tentu bersifat patologis. Pengertian yang lain dari keputihan

adalah:

1. Setiap cairan yang keluar dari vagina selain darah. Dapat berupa

secret, transudasi atau eksudat dari organ lesi di saluran genital.

2. Cairan normal vagina yang berlebihan, jadi hanya meliputi sekresi

dan trasudasi yang berlebihan tidak termasuk eksudat.

(Kusmiran, 2014).

Dapat menyimpulkan bahwa leukorea merupakan keluarnya

cairan yang bukan darah dari vagina dan menunjukan gejala-gejala

klinis dari penyakit infeksi yang menimbulkan keluhan subyektif pada

penderita (Bahari, 2014).

Leukorea berasal dari kata leuco yang berarti benda putih yang

disertai dengan akhiran rrhea yang berarti aliran atau cairan yang

mengalir. Leukorea atau flour albous atau keputihan atau vaginal

discharge merupakan semua pengeluaran dari kemaluan yang bukan

darah (Sarwono, 2015).


3

Leukorea adalah keluarnya cairan dari vagina selain darah haid

yang dalam keadaan normal dipengaruhi oleh hormone, berwarna putih

encer, tidak berbau dan tidak gatal (Kasdu, 2015).

Flour albus merupakan semua pengeluaran dari kemaluan yang

bukan darah. Flour albus merupakan salah satu tanda dari proses

ovulasi yang terjadi di dalam tubuh. Selain itu, flour albus juga

merupakan salah satu tanda dari suatu penyakit (Marhaeni, 2016).

2.5.2 Klasifikasi Keputihan

Ada dua jenis keputihan yaitu keputihan normal (fisiologis) dan

keputihan tidak normal (patologis).

1) Keputihan normal (Fisiologis)

Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang

menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16

menstruasi. Keputihan yang fisiologis terjadi akibat pengaruh

hormone estrogen dan progesterone yang dihasilkan selama proses

ovulasi. Setelah ovulasi, terjadi peningkatan vaskularisasi dari

endometrium yang menyebabkan endometrium menjadi sembab.

Kelenjar endometrium menjadi berkelok-kelok dipengaruhi oleh

hormone estrogen dan progesterone dari korpus luteum sehingga

mensektreasikan cairan jernih yang dikenal dengan keputihan.

Hormone estrogen dan progesterone juga menyebabkan

lender servik menjadi lebih encer sehingga timbul keputihan

selama proses ovulasi. Pada servik estrogen menyebabkan mucus

menipis dan basa


3

sehingga dapat meningkatkan hidup serta gerak sperma, sedangkan

progesterone menyebabkan mucus menjadi tebal, kental, dan pada

saat ovulasi menjadi elastis. Keputihan fisiologis terdiri atas cairan

yang kadang-kadang berupa mucus mengandung banyak epitel

dengan leukosit yang jarang. Ciri-ciri dari keputihan fisiologis

adalah cairan berwarna bening, kadang-kadang putih kental, tidak

berbau, dan tanpa disertai dengan keluhan rasa gatal, nyeri, dan

terbakar serta jumlahnya sedikit (Marhaeni, 2016).

2) Keputihan tidak normal (Patologis)

Keputihan abnormal dapat terjadi pada semua infeksi alat

kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut Rahim,

jaringan penyangga dan pada infeksi karena penyakit memular

seksual). Ciri-ciri keputihan patologi adalah terdapat banyak

leukosit, jumlahnya banyak, timbul terus menerus, warnanya

berubah (biasanya kuning, hijau, abu-abu dan menyerupai susu),

disertai dengan keluhan (gatal, panas, dan nyeri) serta berbau

(apek, amis, dan busuk) (Marhaeni, 2016).

2.5.3 Penyebab Keputihan

Keputihan bukan merupakan penyakit tetapi hanya suatu gejala

penyakit, sehingga penyebab yang pasti perlu ditetapkan. Oleh karena

itu untuk mengetahui adanya suatu penyakit perlu dilakukan berbagai

pemeriksaan cairan yang keluar dari alat genetalia tersebut

(Mumpuni, 2013).
3

Menurut (Mumpuni, 2013), penyebab keputihan secara umum

adalah :

1) Kurangnya pengetahuan tentang personal hygiene

2) Memakai celana dalam yang ketat dari bahan sintetis

3) Memakai pantyliner (pembalut mini) dan jarang menggantinya

4) Membilas vagina yang salah satu yaitu dari depan ke belakang

5) Sering bertukar celana dalam atau handuk dengan orang lain

6) Kelelahan yang amat sangat

7) Mengalami stress

8) Memakai sembarangan sabun untuk membasuh vagina

9) Tidak menjalani pola hidupnya sehat (makan tidak teratur, tidak

pernah olahraga, kurang tidur).

10) Lingkungan sanitasi yang kotor

11) Hormone yang tidak seimbang

12) Penggunaan obat antibiotik dalam jangka lama bisa menyebabkan

sistem imunitas pada tubuh wanita, dan obat antibiotik biasanya

dapat menimbulkan keputihan.

Selain penyebab diatas keputihan juga disebabkan oleh bakteri,

jamur.

1) Bakteri (Kuman)

a) Gonococcus

Bakteri ini menyebabkan penyakit akibat hubungan

seksual, yang paling sering ditemukan yaitu gonore. Pada laki-


3

laki penyakit ini menyebabkan kecing nanah, sedangkan pada

perempuan menyebabkan keputihan.

b) Chlamydia trachomatis

Keputihan yang ditimbulkan oleh bakteri ini tidak begitu

banyak dan lebih encer bila dibandingkan dengan penyakit

gonore.

c) Gardnerella vaginalis

Keputihan yang timbul oleh bakteri ini berwana putih

keruh keabu-abuan, agak lengket dan berbau amis seperti ikan

disertai rasa gatal dan panas pada vagina.

2) Jamur Candida

Candida merupakan penghuni normal rongga mulut, usus

besar dan vagina. Bila jamur candida divagina terdapat dalam

jumlah banyak dapat menyebabkan keputihan yang dinamakan

candidosis vaginalis. Gejala yang timbul sangat bervariasi,

tergantung dari berat dan ringanya infeksi. Vairan yang keluar

biasanya kental, berwarna putih susu, dan bergumpal seperti susu

pecah disertai rasa gatal yang hebat dan berbau asam.

3) Parasit

Parasit ini menimbulkan penyakit yang dinamakan

trikomoniasiasi. Infeksi akut akibat parasit ini menyebabkan

keputihan yang ditandai oleh banyaknya keluar cairan yang encer,

berwarna kuning kehijauan, berbuih menyerupai air sabun, dan


3

baunya tidak enak. Meskipun dibilas dengan air, cairan ini tetap

keluar. Keputihan akibat parasit ini tidak begitu gatal namun vagina

tampak merah, nyeri bila ditekan, dan pedih bila kencing. Kadang-

kadang terlihat bintik-bintik perdarahan seperti buah strawberry.

Bila keputihan sangat banyak dapat timbul iritasi dilipatan paha

dan sekitar bibir vagina. Parasit lain dapat menyebabkan keputihan

adalah cacing kremi. Cacing tersebut biasanya menyerang anak 2-8

tahun. Infeksi ini akibat bermain ditanah atau dipenjalaran cacing

dari lubang dubur ke vagina.

4) Virus

Keputihan akibat infeksi virus sering disebabkan oleh virus

Herpes Simplex (VHS) tipe 2 dan Human Papilomi Virus (HPV).

Infeksi HPV telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker

serviks dan vulva. Sedangkan Virus Herpes Simplex tipe 2 dapat

menjadi faktor pendamping.

2.5.4 Jenis Keputihan

Menurut (Shadine, 2012) keputihan dibagi menjadi 2 yaitu,

keputihan fisiologis dan patologis :

1) Jenis keputihan fisiologis biasanya sering terjadi saat masa subur,

serta saat sesudah dan sebelum menstruasi. Biasanya saat kondisi-

kondisi tersebut sering terdapat lender yang berlebihan itu adalah

hal normal dan biasanya tidak menyebabkan rasa gatal serta tidak
3

berbau. Keputihan fisiologis atau juga banyak disebut keputihan

normal memiliki ciri-ciri :

a) Cairan keputihanya encer

b) Cairan yang keluar berwarna krem atau kuning

c) Cairan yang keluar tidak berbau

d) Tidak menyebabkan gatal

e) Jumlah cairan yang keluar terbilang sedikit.

2) Keputihan jenis patologis disebut juga sebagai keputihan tidak

normal. Jenis keputihan ini sudah termasuk kedalam jenis penyakit.

Keputihan patologis dapat menyebabkan berbagai efek dan hal ini

akan sangat menggangu bagi kesehatan wanita pada umumnya dan

khususnya kesehatan daerah kewanitaan. Keputihan patologis

memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a) Cairanya bersifat kental

b) Cairan yang keluar memiliki warna putih seperti susu, atau

berwarna kuning atau hijau.

c) Keputihan patologis menyebabkan rasa gatal

d) Biasanya menyisakan bercak-bercak pada celana dalam

e) Jumlah cairanya yang keluar sangat banyak.

2.5.5 Tanda Gejala Keputihan

Tanda gejala yang lain yaitu gatal pada organ intim, rasa terbakar

dan panas, kemerahan daerah organ intim bagian luar, nyeri saat

berkemih dan nyeri saat hubungan intim (Kusmiran, 2012).


4

2.5.6 Pencegahan Keputihan

Keputihan normal atau fisiologis tidak perlu diobati tetapi yang

harus diwaspadai. Keputihan yang harus diwaspadai yaitu keputihan

patologis yang jika dirasa mulai menggangu seperti munculnya rasa

gatal dan nyeri maka harus segera dikonsultasikan ke dokter sebab,

gangguan ini dapat menyebabkan kemandulan dan kanker (Prayitno,

2014).

Menurut (Mahaeni, 2016) cara pencegahan keputihan antara lain:

1. Menjaga kebersihan alat kelamin

Alat kelamin yang dibersihkan dari belakang ke depan, dapat

meningkatkan resiko masuknya bakteri kedalam vagina, masuknya

kuman ke dalam vagina menyebabkan infeksi, sehingga dapat

menyebabkan keputihan. Cara membersihkan yang benar adalah

dengan cara membersihkan dari arah depan ke belakang sehingga

kuman yang berada di anus tidak dapat masuk ke dalam vagina.

2. Menjaga kebersihan pakaian dalam

Pakaian dalam yang tidak disetrika dapat menjadi alat

perpindahnya kuman dari udara ke dalam alat kelamin. Bakteri,

jamur, dan parasite dapat mati dengan pemanasan sehingga

menyetrika pakaian dalam menghindari infeksi kuman melalui

pakian dalam.

3. Menghindari celana ketat

Celana ketat dapat meyebabkan alat kelamin menjadi hangat

dan lembab. Alat kelmain yang lembab dapat meningkatkan


4

kolonisasi dari bakteri jamur, dan parasite. Peningkatan kolonisasi

dari kuman tersebut dapat meningkatkan infeksi yang bisa memicu

keputihan, maka dihindari memakai celana ketat terlalu lama.

4. Menghindari sabun pembersih vagina

Produk sabun pembersih vagina dapat membunuh flora

normal dalam vagina. Ekosistem dalam vagina terganggu karena

produk pemberih vagina bersifat bas sehingga menyebabkan kuman

dapat berkembang dengan baik. Produk pembersih vagina yang

digunakan harus sesuai dengan pH normal vagina, yaitu 3.8-4,2 dan

sesuai dengan petunjuk dokter.

5. Sering mengganti pembalut

Mengganti pembalut minimal 3-4 kali sehari dapat

menghindari kelembaban.

6. Mengelolas stress

Stress dapat meningkatkan hormone adrenalin yang

menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pembuluh darah yang

sempit menyebabkan aliran estrogen ke vagina terhambat sehingga

dengan menghindari stress dapat mengurangi keputihan.

7. Menjaga kesehatan secara umum dengan cukup tidur, berolahraga,

melepaskan tekanan emosi.

8. Yang utama dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan pribadi

(personal wallness), terutama wooden reproduksi.


4

9. Mengomsumsi makanan sehat. Makanan sangat berpengaruh pada

kesehatan, termasuk kesehatan vagina. Mengomsumsi makanan

yang sehat dan cairan yang cukup, dapat menjaga kesehatan

reproduksi sekaligus mencegah keputihan yang tidak normal.

Contoh personal hygiene bisa dilakukan untuk mencegah

datangnya keputihan yaitu usahakan vagina senantiasa kering dan tidak

lembab, karena keadaan basah memudahkan terjangkitnya infeksi dari

luar, selalu mencuci tangan sebelum menyentuh vagina, mandi dengan

teratur dengan membasuh vagina dengan air hangat dan basuh yang

lembut, praktekkan cara menyeka yang benar yaitu dari arah depan ke

belakang, hindari penggunaan handuk milik orang lain untuk

mengeringkan vagina, selalu gunakan celana dalam yang bersih dan

terbuat dari bahan katun, jangan menggunakan alat pembersih kimiawi

tertentu karena merusak keasaman vagina yang berfungsi

menumbuhkan bakteri atau kuman yang masuk, demikian juga tidak

diperbolehkan menggunakan deodorant atau spray, cairan pembasuh

(douches), sabun yang keras, serta tisu yang berwarna dan parfum,

perawatan sistem reproduksi dengan mencukur sebagian dari rambut

kemaluan secara teratur, jangan menggunakan alat- alat bantuan untuk

masturbasi, karena hal ini bisa menyebabkan robekannya selaput dara

dan infeksi pada vagina (Putri & Saputra, 2018).


4

2.5.7 Pengobatan Keputihan

Pengobatan keputihan sangat bergantung kepada penyebabnya.

Untuk keputihan akibat infeksi, mutlak diperlukan anti infeksi. Obat

keputihan tersedia dalam berbagai bentuk yaitu : gel, krim, lotion, tablet

vagina, suppositoria dan tablet oral.

(Sari & Amalia, 2013)

Menurut (Bahari, 2012) pengobatan keputihan terdiri dari :

A. Pengobatan Modern

Jika penyebab keputihan adalah infeksi, ada beberapa

tindakkan pengobatan modern yang bisa dilakukan. Diantaranya :

1. Obat-obatan

Berikut berbagai jenis obat yang bisa digunakan mengatasi

keputihan

a) Asiklovir digunakan untuk mengobati keputihan yang

disebabkan oleh virus herpes.

b) Podovilin 25% digunakan untuk mengobati keputihan yang

disebabakan oleh kondiloma.

c) Larutan asam Thrikloro-Asetat 40-5% atau salep Asam

Salisilat 20-40% (digunakan dengan cara dioleskan)

d) Metronidazole digunakan untuk mengobati keputihan yang

disebabkan oleh bakteri Comonas Vaginalis dan Gardnerella.


4

e) Nistatin, miconazole, klotrimazelo dan friconazelle.

Digunakan untuk mengobati keputihan yang disebabkan oleh

jamur Candida Albican.

2. Larutan Antiseptik : larutan antiseptik hanya berfungsi

membersihkan cairan keputihan yang keluar dari vagina, larutan

ini tidak bisa membunuh penyebab infeksi ataupun

menyembuhkan keputihan yang diakibatkan oleh penyebab

lainya.

a) Hormon Estrogen : Hormon estrogen yang diberikan

biasanya berbentuk tablet dan krim. Pemberian hormon ini

dilakukan terhadap penderita yang sudah memasuki masa

menopause atau lanjut usia.

b) Operasi kecil perlu dilakukan jika penyebab keputihan adalah

tumor jinak, misalnya papilloma.

c) Pembedahan metode pengobatan ini dilakukan jika penyebab

keputihan adalah kanker serviks atau kanker kandungan

lainya. Selain itu, metode pengobatan ini juga dilakukan

dengan mengacu pada stadium kankernya.

3. Pengobatan Tradisional

Menurut (Nay, Citrawati & Lestari, 2019) metode

pengobatan tradisional dilakukan dengan memanfaatkan

beberapa jenis tumbuhan obat yang dapat ditemui dengan mudah

dialam sekitar, berikut ini :


4

a) Daun sirih : nama ilmiah daun sirih adalah Piper betle L.

daun sirih mengandung minyak asiri yang terdiri dari

berbagai senyawa seperti : kavikol, sineol, metal kavikol,

eugenol, eugenol metal eter dan kavibetol. Selain itu juga

daun sirih mengandung tannin, gula dan amilun. Daun sirih

mempunyai efek farmakologi seperti meredakan batuk, anti

radang, merangsang saraf pusat, meredakan sifat

mendengkur, mecegah ejakulasi premature, keputihan,

menghentikan pendarahan. Adapun cara yang bisa dilakukan

dengan membuat ramuan untuk keputihan yaitu siapkan daun

sirih segar 10 lembar kemudian daun sirih direbus 2,5 liter

air. Dalam kondisi hangat air rebusan daun sirih dipakai

untuk mencuci liang kemaluan.

b) Kunyit : kunyit adalah salah satu obat alami keputihan yang

termasuk dalam jenis umbi- umbian. Kunyit terdiri dari dua

jenis yaitu kunyit putih dan kuning, tetapi yang paling sering

digunakan adalah kunyit kuning. Kunyit mengandung

senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut lurluminoid yang

terdiri dari kurkumin, desmetoksikumin dan

bisdesmetoksikurkumin dan zat-zat manfaat lainya. Adapun

cara yang digunakan untuk membuat ramuan untuk keputihan

yaitu ambil 2 rimpang kunyit, satu genggam daun beluntas,

satu genggam buah asam dan satu potong gula aren.


4

Selanjutnya semua bahan direbus secara bersamaan dengan 1

liter air sampai mendidih kemudian disaring. Air rebusan ini

dapat dikonsumsi 1 gelas per hari.

2.5.7 Komplikasi Keputihan

1) Kemandulan

2) Hamil diluar kandungan

3) Gejala awal dari kanker Rahim

4) Infeksi saluran kencing

5) Gangguan haid

6) Depresi

7) Infertile

8) Endometris

9) Radang panggul dan salpingitis (Barokah, 2017).

2.5.8 Pemeriksaan Keputihan

Menurut (Bahari, 2012), sebelum melakukan tindakan pengobatan,

perlu dilakukan langkah-langkah pemeriksaan guna mengetahui

penyebab keputihan. Berbagai langkah-langkah pemeriksaan tersebut

dilakukan berdasarkan usia, keluahan yang dirasakan, sifat-sifat cairan

yang keluar, kaitanya dengan menstruasi, ovulasi, serta kehamilan.

Pemeriksaan bisa dilakukan secara langsung dengan melihat vagina,

muara kandung kemih, anus dan lipatan pada paha. Bisa juga dilakukan

pemeriksaan di laboratorium yang memadai dengan cara mengambil


4

sample cairan keputihan dan sample darah. Adapun pemeriksaan dalam

dilakukan dengan menggunakan speculum. Untuk melakukan

pemeriksan lanjutan, bisa dilakukan tindakan biopsi, yaitu dengan cara

mengambil sel-sel yang lepas dengan cara mengeroknya dari selaput

lender Rahim.

2.6 Perilaku Kebersihan

Perilaku Kesehatan menurut (Notoatmojdo, 2014) adalah suatu respon

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan

sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta

lingkungan lebih terinci perilaku kesehatan mencakup :

1) Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana

manusia merespon baik secara pasif maupun aktif (tindakan).

2) Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respon seseorang

terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan

modern atau tradisional.

3) Perilaku terhadap makanan

4) Perilaku terhadap lingkungan adalah respon seseorang terhadap

lingkungan sebagai determinan kesehatan lingkungan.

2.6.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan

(Notoatmodjo, 2014) menjelaskan dalam pembentukan dan atau

perubahan, perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari

dalam dan luar individu itu sendiri seperti :

1) Faktor intern yang mencakup


4

Pengetahuan, persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya yang

berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar.

2) Faktor ekstern yang mencakup

Lingkungan sekitar, baik fisik atau non fisik seperti iklim,

manusia, sosial ekonomi, kebudayaan dan sebagainya.

2.6.2 Domain Perilaku Kesehatan

Seperti yang dikutip (Notoatmodjo, 2014), mengungkapkan bahwa

sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut

proses berurutan yakni :

1) Kesadaran (Awareness)

Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

terlebih dahulu terhadap stimulus objek.

2) Tertarik (Interest)

Dimana orang mulai tertarik pada stimulus.

3) Evaluasi (Evaluation)

Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih

baik.

4) Mencoba (Trail)

Dimana orang telah memulai mencoba perilaku baru.

5) Menerima (Adoption)

Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.


4

Menurut (Notoatmodjo, 2014) dalam perkembang selanjutnya

oleh para ahli pendidikan, dan untuk kepentingan pengukuran hasil

pendidikan perilaku kesehatan dibagi menjadi 3 domain yaitu :

1) Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan hal ini terjadi setelah

orang melakukan penginderan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2014).

2) Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus

atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan

emosi yang bersangkutan (senang tidak senang, setuju- tidak setuju,

baik- tidak baik) (Notoatmodjo, 2014).

3) Tindakan atau Praktik

Respon akhir atau respon lebih jauh setelah sikap akibat dari

stimulus objek yang diketahui untuk mewujudkan sikap menjadi

suatu perbuatan nyata diperlakukan faktor pendukung atau suatu

kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas.

(Notoatmodjo, 2014)

Setelah seseorang mengetehui stimulus atau objek kesehatan,

kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang


5

diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau

memperaktikan apa yang diketahui atau disikapinya (di nilai baik).

Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan. Atau dapat juga

dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior) (Notoatmodjo, 2014).

Secara teori perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru itu

mengikuti tahap-tahap yang telah disebutkan diatas, yakni melalui

proses perubahan : pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), praktik

(practice) atau “KAP”. Beberapa penelitian telah membuktikan hal itu,

namun penelitian lainya juga membuktikan bahwa proses tersebut tidak

selalu seperti teori diatas (KAP), bahkan didalam praktik sehari-hari

terjadi sebaiknya. Artinya, seseorang telah berperilaku positif,

meskipun pengetahuan dan sikap masih negatif. Untuk memperoleh

data pabrik atau perilaku yang paling akurat adalah melalui pengamatan

(observasi). Namun juga dapat dilakukan melalui wawancara dengan

pendekatan (recall) atau mengingat kembali periksa yang telah

dilakukan oleh responden beberapa waktu yang lalu (Notoatmodjo,

2014).
5

2.7 Kerangka Teori

Kerangka teori adalah serangkaian teori yang menunjang tema atau

topik penelitian yang diterapkan oleh penelitian. Beberapa teori yang

mendukung tersebut digunakan sebagai dasar pengembangan kerangka

penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2014).

Berdasarkan urian pada tinjauan Pustaka, disusun suatu kerangka teori

sebagai berikut :

Variable Independen Variabel Dependen

Faktor Internal :

1. Usia
2. Pendidikan Pengetahuan
3. Pekerjaan

Faktor Eksternal

4. Sosial Budaya
dan Ekonomi
5. Lingkungan

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Notoatmodjo,S 2014. Metodologi Penelitian Kesehatan

Jakarta : Rineka Cipta


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

3.1.1 Pengertian Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi

hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainya

atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah

yang ingin diteliti (Notoatmojo, 2018).

Kerangka konsep pada penelitian ini mengacu pada teori yang

dikemukakan oleh Notoatmojo. Dengan teori yang sudah dijelaskan

maka penulis membuat penelitian tentang gambaran pengetahuan

remaja putri tentang kejadian keputihan. Adapun kerangka konsep

sebagai berikut :

Variabel Independent Variabel Dependen

1. Usia
2. Perilaku Pengetahuan
3. Sumber Informasi

Gambar 3.1

Kerangka

Konsep

52
5

3.2 Variabel Penelitian

Menurut (Notoatmodjo, 2014) variabel adalah suatu yang digunakan

sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan

penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu.

Menurut (I Made, 2019), macam-macam variabel dalam penelitian

dapat dibedakan menjadi :

1. Variabel Independen : Variabel ini sering disebut sebagai variabel

stimulasi, predicator, antercedent. Dalam Bahasa Indonesia sering

disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan

variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahanya

atau timbulnya variabel dependen (terkait).

2. Variabel Dependen : Sering disebut sebagai variasi output, kriteria,

konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel

terkait. Variabel terkait merupakan variabel yang dipengaruhi atau

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.


5

3.3 Definisi Operasional

Definisi opersional variabel adalah uraian batasan variabel yang

dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan.

(Notoatmodjo, 2018).

Tabel 3.1

Definisi Operasional

Cara Alat Hasil Skala


No Variabel Definisi Operasional
Ukur Ukur Ukur Ukur
1. Pengetahuan Pengetahuan adalah Mengisi Kuesioner 0=Kurang Ordinal
hasil dari tahu, dan ini kuesioner Baik, jika
terjadi setelah orang nilainya
melakukan ≤ 50% dari
pengindaraan 20
terhadap suatu obyek pertanyaan
tertentu
(Notoatmodjo, 2014). 1 =Baik,
Jika
nilainya
> 50% dari
20
pertanyaan
2. Usia Usia mempengaruhi Mengisi Kuesioner 0 =Remaja Ordinal
daya tangkap dan kuesioner Awal
pola pikir seseorang. (11-16
Bertambahnya usia tahun)
akan semakin
berkembang pola
5

pikir dan daya 1 =Remaja


tangkap seseorang Akhir
sehinga pengetahuan (17-20
yang diperoleh akan tahun)
semakin banyak.
Remaja awal adalah
masa transisi atau
masa peralihan dari
masa kanak-kanak
menuju kemasa
dewasa (Moh Ali &
Moh Asroni, 2016).
Remaja akhir ialah
masa Ketika
seseorang individu
berada pada usia 17-
18 tahun (Moh Ali &
Moh Asroni, 2016).

3. Perilaku Perilaku kebersihan Mengisi Kuesioner 0 = Buruk Ordinal


adalah suatu kuesioner (Jika
pemahaman sikap dan nilainya
praktik yang ≤50% dari
dilakukan oleh 10
seseorang untuk pertanyaan)
meningkatkan derajat
kesehatan, 1 =Baik
memelihara (Jika
kebersihan diri, nilainya
meningkatkan rasa >50% dari
percaya diri,
5

meningkatkan 10
kepercayaan diri dan pertanyaan)
mencegah timbulnya
penyakit. Perilaku
kebersihan
merupakan
pemeliharaan
kebersihan dan
kesehatan individu
yang dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari
sehingga terhindar
dari gangguan alat
reproduksi dan
mendapatkan
kesejahteraan fisik
dan psikis serta
meningkatkan derajat
kesehatan (Sandriana,
2014).
4. Sumber Sumber informasi Mengisi Kuesioner 0 =Non Ordinal
Informasi adalah keseluruhan kuesioner media
makna, dan dapat (Orang
diartikan sebagai terdekat,
pemberitahuan Keluarga,
seseorang adanya Teman,
informasi baru Tenaga
mengenai hal-hal Kesehatan,
tersebut Perawat,
(Notoatmodjo, 2014). Bidan)
5

1= Media
(Cetak,
Koran, TV,
Internet,
Elektronik)

3.4 Ruang Lingkup Penelitian

3.4.1 Lokasi Penelitian

Lokasi yang diambil adalah di SMA Al-Hasra Jalan Raya

Bojongsari No. 22, Jl. Raya Parung - Ciputat No. Km 24, Bojongsari

Baru, Kec. Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat 16516.

3.4.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian yaitu jangka waktu yang dibutuhkan penulis

untuk memperoleh data penelitian yang dilaksanakan. Penelitian ini

dilakukan pada tanggal 15 Agustus bulan Juni - Juli tahun 2022.

3.5 Rancangan Penelitian

3.5.1 Jenis /Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional.

Dimana data variabel bebas (independent) dan variabel terikat

(dependen) di kumpulkan atau di ukur dalam waktu yang bersamaan

(Notoatmodjo, 2014).

Metode penelitian ini digunakan untuk mendapatkan gambaran

pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene dengan kejadian


5

keputihan di SMA Al-Hasra Bojongsari Baru Kota Depok pada tahun

2022.

3.5.2 Populasi dan Sample

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti (Notoatmodjo, 2018).

Menurut (Noor, 2017) bahwa populasi dugunakan untuk

menyebut seluruh elemen/ anggota dari suatu wilayah yang

menjadi sasaran penelitian atau merupakan keseluruhan

(universum) dari objek penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah 91 siswi kelas X IPS di

SMA AL-Hasra Bojongsari Baru Kota Depok pada tahun 2022.

2. Sample

Sample adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek

yang dinilai dan dianggap mewakili seluruh populasi

(Notoatmodjo, 2018).

1) Kriteria Sample

Sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah 75

orang responden remaja putri di SMA Al-Hasra Bojongsari Baru

Kota Depok pada tahun 2022. Menurut (Notoatmodjo, 2018) ada

dua kriteria sample, yaitu :

a) Kriteria Inklusi
5

Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subjek

penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan

diteliti, yaitu :

1. Remaja putri kelas X IPS SMA Al-Hasra Bojongsari Baru

Kota Depok.

2. Putri remaja kelas X IPS SMA Al-Hasra Bojongsari Baru

Kota Depok yang sehat jasmani dan rohani.

3. Putri remaja kelas X IPS SMA Al-Hasra Bojongsari Baru

Kota Depok yang bersedia menjadi informan.

b) Kriteria Ekslusi

Kriteria Ekslusi adalah menghilangkan atau

mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria insklusi namun

tidak dapat diikuti sertakan dalam penelitian.

Adapun kriteria ekslusi adalah :

1. Remaja putri kelas XII IPS di SMA Al-Hasra SMA Al-Hasra

Bojongsari Baru Kota Depok.

2. Remaja putri kelas XII IPS SMA Al-Hasra Bojongsari Baru

Kota Depok yang sedang sakit jasmani dan rohani.

4. Remaja putri kelas XII IPS SMA Al-Hasra Bojongsari Baru

Kota Depok yang menolak menjadi responden.

3. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel dari penelitian ini adalah

Sampling insidental/ Accidental Sampling. Sampling adalah

Teknik
6

penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja pasien

yang secara kebetulan bertemu dengan penelitian dapat digunakan

sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu

cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2016).

3.5.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan dan menggunakan teknik dengan membagikan

kuesioner secara langsung. Teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah data primer. Data primer adalah data yang diambil langsung dari

responden (Notoatmodjo, 2018).

Untuk mencari gambaran pengetahuan remaja putri tentang

personal hygiene dengan keputihan yang didapatkan langsung dari

responden di SMA Al-Hasra Kota Depok.

3.5.4 Instrument Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data dengan cara apapun selalu diperlukan

suatu alat yang disebut instrument pengumpulan data. Penelitian ini

menggunakan instrument kuesioner (Notoatmodjo, 2018).

Alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini

berupa lembar kuesioner dimana pertanyaan bersifat tertutup.

Pertanyaan yang disusun berdasarkan variabel - variabel yang diteliti.

3.6 Pengelolahan dan Analisa Data

3.6.1 Pengolahan Data

Proses pengolahan data menurut (Notoatmodjo, 2018) terdapat

langkah - langkah sebagai berikut :


6

A. Mengedit Data

Editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekkan dan

perbaikan isian formulir atau kuesioner.

B. Enry

Data, yakni jawaban - jawaban dari masing masing

responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukan

kedalam program atau software computer.

C. Coding

Coding adalah memberikan kode pada setiap variabel dengan

tujuan untuk memudahkan dalam mengelola data dengan cara

manual sesuai dengan definisi operasional.

D. Tabulating

Adalah data yang sudah terkumpul kemudian dihitung dan

diolah sesuai dengan alternatif jawaban responden sehingga dapat

diketahui.

E. Cleaning

Cleaning adalah apabila semua data dari setiap data atau

responden selesai dimasukkan. Perlu di cek kembali untuk melihat

kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan - kesalahan kode,

ketidak lengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan

pembetulan atau koreksi.


6

3.6.2 Analisis Data


Jenis analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah

analisis univariate (Analisa deskriptif) yang bertujuan untuk

menunjukan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel

penelitian (Notoatmodjo, 2018).

Setelah data dioleh, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis

karena tanpa analisis pengolahan data tidak akan ada maknanya.

Menganalisis data tidak sekedar mendeskripsikan dan menginter

presentasikan data yang telah diolah. Keluaran akhir dari analisis data

kita harus memperoleh makna atau arti dari hasil penelitian tersebut :

Tujuan dilakukan analisis data adalah :

a. Memperoleh gambaran dari hasil penelitian yang telah dirumuskan

dalam tujuan penelitian.

b. Memperoleh kesimpulan secara umum dari penelitian, yang

merupakan kontribusi dan pengembangan ilmu yang bersangkutan.

Karena dalam penelitian ini menggunakan satu variabel jadi

analisis yang digunakan analisis univariat. Analisis univariat atau

sering disebut juga dengan analisis desktiptif bertujuan untutk

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel

penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung jenis datanya.

Untutk data numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median,

standar deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini hanya

menghasilkan distribusi frekuensi atau presentase dari tiap variabel

(Notoatmodjo, 2014).
6

Analisis univariat dalam penelitian ini adalah dengan mencari

presentase sesuai dengan tujuan penelitian.

Rumus untuk mencari presentasi adalah :

𝑓
𝑃= × 100%
𝑁
Keterangan :

P : Presentase responden dengan kategori tertentu

F : Jumlah responden dengan kategori tertentu

X : Jumlah masing-masing variabel yang

didapat N: Jumlah keseluruhan responden

100% : Bilangan konstanta

(Sibagaring, 2010).

3.7 Etika Penelitian

Subjek penelitian ini adalah manusia sehingga dalam melakukan

penelitian, seorang peneliti harus berpedoman pada etika penelitian, terdapat

empat prinsip yang harus dipegang teguh dalam pelaksanaan penelitian

(Notoatmodjo, 2014).

1. Ethical Consent

Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari

pihak SMA Al-Hasra Bojongsari Baru Kota Depok.

2. Informed Consent

Setiap responden yang terlibat dalam penelitian ini di persetujuan

agar responden dapat mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta

manfaatnya selama proses penilaian ini berlangsung dengan


6

menggunakan lembar penjelasan untuk mengikuti penelitian (PSP).

Responden menandatangani persetujuan jika tersedia menjadi

responden, dan jika menolak diteliti maka peneliti tidak memaksa dan

tetap menghormati hak responden.

3. Confidentialy

Penelitian menjamin kerahasiaan informasi yang telah

dikumpulkan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang

dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh penelitian, hanya kelompok

data tertentu yang akan diliputi dalam penelitian.

4. Benefit

Penelitian ini berusaha memaksimalkan manfaat penelitian dan

meminimalkan kerugian yang timbul akibat penelitian ini.

5. Justice

Responden yang ikut dalam penelitian ini diperlukan adil dan

diberi hak yang sama.


6

3.5.7 Jadwal Penelitian

Tabel 3.2

Jadwal Penelitian

Agustus
Juni 2022 Juli 2022
PENYUSUNAN 2022
I II III IV I II III IV I

Judul

Bab I
Pendahuluan

Bab II
Tinjauan Teori
Kerangka Teori
Bab III
Metode Penelitian
DO

Pengambilan Data

Bab IV
Hasil Penelitian
Pembahasan
Bab V
Kesimpulan
Saran
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

4.1.1 Keadaan Demografis

SMA AL-Hasra terletak di Jl. Raya-Parung Km. 24, Bojongsari

Baru, Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat 16516. Terletak dilokasi

yang strategis dan mudah terjangkau oleh transportasi umum.

4.1.2 Fasilitas SMA AL-Hasra Kota Depok

Untuk menunjang proses kegiatan belajar mengajar dibutuhkan

suasana yang nyaman, lingkungan yang asri, fasilitas yang memadai

seperti Gedung Sekolah yang baik, Toilet yang bersih, Lapangan

Olahraga yang memadai, Kantin yang sehat, Laboratorium dengan

peralatan yang lengkap, serta kelas yang nyaman. Di SMA AL-Hasra

memiliki masjid yang cukup besar sehingga mampu menampung

seluruh perserta didik untuk melaksanakan kegiatan keagamaan seperti

Sholat Dhuha, Tadarus bersama, Shalat berjamaah serta kegiatan

keagaaman yang lainya.

1. Gedung

2. Masjid

3. Lapangan Olahraga

4. Kantin AL-Hasra

5. Toilet/WC

66
6

6. Ruang Kelas

7. Laboratorium Biologi

8. Laboratorium Kimia

9. Laboratorium Fisika

10. Laboratorium Multimedia

11. Laboratorium KKPI

12. Laboratorium Musik

13. Ruang UKS

14. Ruang OSIS

15. Ruang Konseling

16. Perpustakaan

17. Lahan Parkir

18. Tempat Cuci Tangan

4.1.3 Visi Dan Misi

a) Visi

Mewujudkan lulusan yang berkepribadian islami, berprestasi

dan berwawasan global.

b) Misi :

1) Meningkatkan kompentensi tenaga pendidik di bidang

keislaman, Profesional dan Bahasa Asing.

2) Menerapkan kurikulum nasional dan kurikulum ciri khas

sekolah dengan keislaman, Bahasa Asing, Sains, Teknologi.


6

3) Memenuhi sarana dan prasarana sekolah yang menunjang

kegiatan pembelajaran sesuai standar BNSP.

4) Membangun network berskala Internasiona (SMA Al-Hasra).

4.2 Hasil Penelitian

Berikut ini disajikan dan hasil penelitian yang telah diperoleh

peneliti dan akan dibahas dari masing-masing variabel yang diteliti dalam

bentuk tabel distribusi.

4.2.1 Analisis Univariat

Analisa Univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran

variabel yang diteliti yaitu meliputi variabel dependen yaitu

pengetahuan remaja putri tentang keputihan, sedangkan variabel

independen seperti Usia, Perilaku, Dan Sumber Infomasi.


6

4.2.2 Variabel
Dependen

4.2.2.1 Pengetahuan

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang


Personal Hygiene Dengan Keputihan Berdasarkan Pengetahuan
Di Kelas X IPS SMA AL-Hasra Kota Depok
Pada Tahun 2022

No Pengetahuan Frekuensi Presentase

1. Kurang 42 56%

2. Baik 33 44%

Total 75 100%

Berdasarkan tabel 4.1 diatas diperoleh hasil bahwa pengetahuan

personal hygiene pada remaja putri dengan kejadian keputihan

berdasarkan pengetahuan di Kelas X IPS SMA AL-Hasra Kota Depok

tahun 2022 dari jumlah 75 responden sebanyak 42 responden (56%) yang

berpengetahuan kurang baik dan 33 responden (44%) yang

berpengetahuan baik.
7

4.2.3 Variabel Independen

4.2.3.1 Usia

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Personal


Hygiene Dengan Keputihan Berdasarkan Usia di Kelas X IPS
SMA AL-Hasra Kota Depok Pada
Tahun 2022

No Usia Frekuensi Presentase

1. Remaja Awal 60 80%

2. Remaja Akhir
15 20%

Total 75 100%

Berdasarkan tabel 4.2 diatas diperoleh hasil bahwa pengetahuan personal

hygiene pada remaja putri dengan kejadian keputihan berdasarkan usia di Kelas X

IPS SMA AL-Hasra Kota Depok tahun 2022 dari jumlah 75 responden terdapat

remaja awal sebanyak 60 responden (80%) dan yang remaja akhir sebanyak 15

responden (20%).
7

4.2.3.2 Perilaku

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang


Personal Hygiene Dengan Keputihan Berdasarkan Perilaku
Di Kelas X IPS SMA AL-Hasra Kota Depok
Pada Tahun 2022

No Perilaku Frekuensi Presentase

1. Baik 27 36%

2. Buruk 48 64%

Total 75 100%

Berdasarkan tabel 4.3 diatas diperoleh hasil bahwa pengetahuan personal

hygiene pada remaja putri dengan kejadian keputihan berdasarkan perilaku di

Kelas X IPS SMA AL-Hasra Kota Depok tahun 2022 dari jumlah 75 responden

yang berperilaku baik sebanyak 27 responden (36%) dan responden yang

berperilaku buruk sebanyak 48 responden (64%).


7

4.2.3.3 Sumber Infomasi

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Personal Hygiene


Pada Remaja Putri Dengan Keputihan Berdasarkan Sumber
Informasi
Di Kelas X IPS SMA AL-Hasra Kota Depok
Pada Tahun 2022

No Sumber Informasi Frekuensi Presentase

1. Media 20 26,7%

2. Non Media 55 73,3%

Total 75 100%

Berdasarkan tabel 4.4 diatas diperoleh hasil bahwa pengetahuan personal

hygiene pada remaja putri dengan keputihan berdasarkan informasi di Kelas X

IPS SMA AL-Hasra Kota Depok tahun 2022 dari jumlah 75 responden yang

menggunakan media sebanyak 20 responden (26,7%) dan yang dari non media 55

responden (73,3%).
7

4.3 Pembahasan

4.3.1 Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Personal Hygiene

Dengan Keputihan Di Kelas X IPS SMA AL-Hasra Bojongsari

Baru Kota Depok Pada Tahun 2022

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dari 75 responden sebanyak

42 responden (56%) yang berpengetahuan kurang dan sebanyak 33

responden (44%) yang berpengetahuan baik.

Pengetahuan adalah suatu hasil tau dari manusia atas

penggabungan atau kerja sama antar suatu subjek yang mengetahui dan

objek yang diketahui. Segenap apa yang diketahui tentang suatu objek

tertentu (Surya Sumantri dalam Nurroh 2017). (Menurut Notoatmodjo

Dalam Yuliana 2017).

Menurut (Budiman, 2013) tingkat pengetahuan dikelompokkan

menjadi 2 kelompok apabila respondenya adalah masyarakat umum,

yaitu :

1) Tingkat pengetahuan kategori baik nilainya > 50%

2) Tingkat pengetahuan kategori kurang baik nilainya ≤ 50%.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan SMP Plus Fitriyani

didesa Ngroto Kecamatan Pujon Kabuputen Malang pada bulan

November oleh (Helmi, 2016) diperoleh bahwa pengetahuan remaja

putri tentang keputihan berdasarkan pengetahuan yang memiliki

kategori yang tidak baik sebesar 23 responden (46%) tentang personal

hygiene. Tidak ada responden yang memiliki pengetahuan baik

tentang personal
7

hygiene sedangkan untuk memiliki pengetahuan cukup sebanyak 14

responden (28%) dan kurang baik 13 responden (26%).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari 75

responden sebagian besar remaja putri Kelas X IPS di SMA AL-Hasra

Kota Depok berpengetahuan kurang menurut hasil penelitian ini masih

ada remaja di SMA AL-Hasra Kota Depok yang kurang mengetahui

remaja tentang keputihan. Maka dari itu perlu adanya peningkatan

pengetahuan remaja putri yang mengalami keputihan dan pentingnya

pengetahuan tentang keputihan untuk mencegah penyakit seperti kanker

serviks.

4.3.2 Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Personal Hygiene

Dengan Keputihan Berdasarkan Usia Di Kelas X IPS SMA AL-

Hasra Bojongsari Baru Kota Depok Pada Tahun 2022

Dari hasil yang diperoleh bahwa dari jumlah 75 responden

terdapat remaja awal sebanyak 60 responden (80%) dan yang remaja

pertengahan sebanyak 15 responden (20%).

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai berulang tahun. Semakin tinggi usia seseorang maka semakin

bijaksana dan banyak pengalaman yang telah dijumpai dan dikerjakan

untuk memiliki pengetahuan. Usia mempengaruhi daya tangkap dan

pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin

berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan

yang diperolehnya semakin membaik (Notoatmodjo, 2014).


7

Berdasarkan batasan tersebut kementrian kesehatan juga

membagi rentang tersebut menjadi 3 kategori usia remaja yaitu masa

remaja awal dengan rentang usia 10-13 tahun, remaja pertengahan 14-

16 tahun, dan remaja akhir yaitu usia 17-19 tahun.

(Kemenkes RI, 2011)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh SMP Plus

Fitriyani di desa Ngroto Kecamatan Pujon Kabuputen Malang pada

bulan November (Helmy, 2016) diperoleh bahwa pengetahuan remaja

putri tentang pengetahuan berdasarkan usia diketahui bahwa responden

yang paling banyak pada usia 13 tahun yaitu sebanyak 24 responden

(48%). Terdapat 3 responden (6%) yang berumur 15 tahun.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari 75

responden di Kelas X IPS SMA AL-Hasra Bojongsari Baru Kota

Depok sebagian besar berusia remaja awal. Menurut hasil penelitian ini

bahwa remaja awal akan lebih berperan aktif dalam kehidupan sosial,

usia responden juga tidak bisa dijadikan acuan untuk mengetahuan

tinggi atau rendahnya pengetahuan seseorang.

4.3.3 Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Personal Hygiene

Dengan Keputihan Berdasarkan Perilaku Di Kelas X IPS SMA-AL

Hasra Bojongsari Baru Kota Depok Pada Tahun 2022

Dari hasil yang diperoleh bahwa dari jumlah 75 responden

remaja putri yang berperilaku baik sebanyak 50 responden (66,7%) dan

yang berperilaku buruk sebanyak 25 responden (33,3%).


7

Perilaku kebersihan adalah suatu pemahaman, sikap dan praktik

yang dilakukan oleh seseorang untuk meningkatkan derajat kesehatan,

memelihara kebersihan diri, meningkatkan rasa percaya diri, dan

mencegah timbulnya penyakit. Perilaku kebersihan merupakan

pemeliharaan kebersihan dan kesehatan individu yang dilakukan dalam

kehidupan sehari-hari sehingga terhindar dari gangguan alat reproduksi

dan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikis serta meningkatkan

derajat kesehatan (Sandriana, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari 75

responden di Kelas X IPS SMA AL-Hasra Bojongsari Baru Kota Depok

bahwa banyak remaja yang berperilaku baik yaitu 27 responden (36%)

dan sedikit remaja yang berperilaku buruk yaitu 48 responden (64%)

karena banyak pengetahuan yang kurang dipahami oleh remaja putri

sehingga perilaku sehari-hari belum diaplikasikan. Maka dibutuhkan

beberapa metode oleh kepala sekolah untuk meningkatkan pengetahuan

siswi dapat mengaplikasikan pengetahuanya dalam kehidupan sehari-

hari dengan baik dan benar.

4.3.3 Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Personal Hygiene

Dengan Keputihan Berdasarkan Sumber Infomasi Di Kelas X IPS

SMA AL-Hasra Bojongsari Baru Kota Depok

Dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa dari 75 responden

remaja putri yang menggunakan media sebanyak 20 respnden (26,7%)

dan yang menggunakan non media sebanyak 55 responden (73,3%).


7

Sumber informasi adalah keseluruhan makna, dan dapat

diartikan sebagai pemberitahuan seseorang adanya informasi baru

mengenai hal- hal tersebut (Notoatmodjo, 2014).

Sumber informasi dapat diperoleh dari :

1. Media, terdiri dari :

a. Media cetak yang terdiri dari koran, majalah, leaflet.

b. Media elektorik, terdiri dari televisi, radio, film.

2. Non Media, terdiri dari :

a. Orang terdekat seperti keluarga ataupun temen.

b. Tenaga kesehatan seperti dokter, bedan, perawat, dll.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Halimah,

2017) tersebut menunjukan bahwa mayoritas yaitu 29 responden (58%)

pernah mengakses atau mengetahui media promosi kesehatan terkait

personal hygiene organ reproduksi dan terdapat 21 responden (42%)

yang belum pernah mengakses media promosi tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari 75

responden di Kelas X IPS SMA AL-Hasra Bojongsari Baru Kota Depok

bahwa sebagian besar sumber informasi berasal dari non media. Remaja

putri yang masih kurang mendapatkan informasi mengenai keputihan

sebagai mempengaruhi pengetahuan remaja putri tentang keputihan.

Seseorang yang menggunakan sumber informasi berasal dari media dan

non media dapat menambahkan pengetahuannya.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian ini, tentang Gambaran Pengetahuan

Personal Hygiene Pada Remaja Putri Dengan Keputihan Di Kelas X IPS SMA

AL-Hasra Bojongsari Baru Kota Depok pada tahun 2022. Penelitian

mengambil sampel 75 responden. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan

sebagai berikut.

1. Distribusi frekuensi pengetahuan personal hygiene pada remaja putri

dengan keputihan berdasarkan pengetahuan di Kelas X IPS SMA AL-

Hasra Bojongsari Baru Kota Depok Tahun 2022 dari 75 responden

sebanyak 42 responden (56%) yang berpengetahuan kurang dan 33

responden (44%) yang berpengetahuan baik.

2. Distribusi frekuensi pengetahuan personal hygiene pada remaja putri

dengan keputihan berdasarka usia di Kelas X IPS SMA AL-Hasra

Bojongsari Baru Kota Depok Tahun 2022 dari jumlah 75 responden

terdapat remaja awal sebanyak 60 responden (80%) dan yang remaja akhir

sebanyak 15 responden (20%).

3. Distribusi frekuensi pengetahuan personal hygiene pada remaja putri

dengan keputihan berdasarkan perilaku di Kelas X IPS SMA AL-Hasra

Bojongsari Baru Kota Depok Tahun 2022 dari jumlah 75 responden yang

berperilaku baik sebanyak 27 responden (36 %) dan yang berperilaku

buruk sebanyak 48 responden (64%).

78
7

4. Distribusi frekuensi pengetahuan personal hygiene pada remaja putri

dengan keputihan berdasarkan sumber informasi di Kelas X IPS SMA Al-

Hasra Bojongsari Baru Kota Depok Tahun 2022 dari jumlah 75 responden

yang menggunakan media sebanyak 20 responden (26,7%) dan yang

menggunakan non media sebanyak 55 responden (73,3%).

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan pada institusi agar lebih banyak lagi memberikan

informasi, teori terbaru dan teori yang lebih mendalam tentang

keputihan kepada mahasiswa sehingga dapat disosialisasikan secara

langsung dimasyarakat, sehingga keputihan dapat berjalan sesuai

tujuan. Diharapkan dapat menambah bahan bacaan atau pustaka yang

terbaru sehingga dapat membantu dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah

berikutnya.

5.2.2 Bagi Lahan Peneliti

Dengan adanya penelitian ini diharapkan lahan peneliti dapat

mensosialisasikan tentang keputihan baik itu dengan memberikan

penyuluhan, atau dengan menyebar pamlet, spanduk yang berkaitan

dengan keputihan agar masyarakat sekitar mengetahui pentingnya

keputihan bagi kesehatan. Sehingga mereka bersedia melakukan

pencegahan dan perawatan terhadap genetalia.


8

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam melihat

keterikatan antara teori yang telah didapat dengan kenyataan yang ada

dilapangan serta diharapkan peneliti selanjutnya mengadakan penelitian

dengan metode yang berbeda dan mengembangkan variabel penelitian

sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih baik lagi.

5.2.4 Bagi Responden

Diharapkan remaja putri lebih memperhatikan kesehatan genetalia

serta lebih banyak mencari tau mengenai keputihan baik itu melalui

media atau non media dan jangan malas untuk memperhatikan

kesehatan genetalia atau menanyakan seputar keputihan ketenaga

kesehatan.
8

DAFTAR PUSTAKA

A Potter & Perry, A. G. 2015. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,


Proses Dan Praktik, Edisi 4, Volume. 2. Jakarta: EGC

Aldriana, Nana, And Erry Haryanti (2018). "Gambaran Pengetahuan Remaja


Puteri Tentang Keputihan Di Pesantren Hasanatul Barokah Kecamatan
Tambusai." Jurnal Martenity And Neonatal 6.2: 294-294.

Astuti, Sri, & Hartinah (2016). “Gambaran Penegatahuan, Sikap Dan Perilaku
Remaja Putri Dalam Penanganan Keputihan Di Desa Cilayung”. Jurnal
System Kesehatan 2.1.

Ayu, Kusuma Wardani 2017. Hubungan Pengetahuan Kebersihan Genetalia


Eksternar Dengan Kejadian Flour Albus Atau Keputihan Pada Remaja
Putri Di Madrasah Aliyah Kare Kabupaten Madiun. Diss. Stikes Bhakti
Husada Mulia,.

Eny Kusmiran. Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita/ Eny Kusmiran. 2012.

Ilmiawati, Helmy; Kuntoro. Pengetahuan personal hygiene remaja putri pada


kasus keputihan. Jurnal Biometrika dan Kependudukan, 2016, 5.1: 43-51.

Komariyah, Siti; Sucipto, Edy; Izah, Nilatul 2016. Gambaran Pengetahuan


Remaja Putri Tentang Keputihan Di Kelas Xi SMK Negeri 1 Kota Tegal.
Siklus: Journal Research Midwifery Politeknik Tegal, , 5.2.

Mahaeni, Gusti Ayu 2016. Keputihan Pada Wanita. Jurnal Skala


Husada.;13(1):30- 39.

Maysaroh, S., & Mariza, A. (2021). Pengetahuan Tentang Keputihan Pada


Remaja Putri. Jurnal Kebidanan Malahayati, 7 (1), 104-108.

Mumpuni, Yekti 2013. 45 Penyakit Musuh Kaum Perempuan. Yogyakarta: Raphe


Publishing,.

Noor, J. (2012). Metedologi Penelitian. Jakarta : Kencana Prenada Media

Notoatmodjo, 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2014). Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka


Cipta.

Sarwono, S. W. 2018. Psikolog Remaja. Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.
8

Shaden, Muhammad. 2012. Penyakit Wanita Pencegahan, Deteksi Dini &


Pencegahan. Yogyakarta/ Citra Pustaka.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung : CV


Alfabeta.

Tarwoto, Wartonoh. 2014. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan


Edisi 5. Jakarta Selatan. Penerbit Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai