ESTA ALESIANA
P27220019020
JURUSAN KEPERAWATAN
2022
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
ESTA ALESIANA
P27220019020
JURUSAN KEPERAWATAN
2022
i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : P27220019020
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil
tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat
dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah oleh Esta Alesiana NIM P27220019020 dengan judul “Asuhan
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah oleh Esta Alesiana NIM P27220019020 dengan judul “Asuhan
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik Dengan Kebutuhan Oksigenasi” dengan baik dan tepat pada waktunya.
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan
3. Ibu Sunarsih Rahayu, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi
4. Ibu Duwi Pudji Astuti, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Dosen Pembimbing I
v
masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi
yang bermanfaat.
8. Pasien dan keluarga yang telah bersedia menjadi responden dalam Karya
ini.
Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
vi
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih
pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang
Penulis
Esta Alesiana
NIM : P27220019020
vi
DAFTAR ISI
vi
F. Pengumpulan Data......................................................................................41
G. Analisa Data dan Penyajian Data................................................................44
H. Etika Studi Kasus........................................................................................44
BAB IV..................................................................................................................47
A. Hasil Studi Kasus........................................................................................47
1. Pengkajian...............................................................................................47
2. Diagnosa Keperawatan............................................................................54
3. Intervensi Keperawatan...........................................................................54
4. Implementasi Keperawatan.....................................................................55
5. Evaluasi Keperawatan.............................................................................60
B. Pembahasan.................................................................................................61
1. Pengkajian...............................................................................................62
2. Diagnosa Keperawatan............................................................................67
3. Intervensi Keperawatan...........................................................................70
4. Implementasi Keperawatan.....................................................................74
5. Evaluasi Keperawatan.............................................................................75
C. Keterbatasan................................................................................................76
BAB V....................................................................................................................77
A. Kesimpulan.................................................................................................77
B. Saran............................................................................................................78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Intervensi Keperawatan.....................................................................................48
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1 Gambar Nasal Kanul…..................................................................35
4.2 Gambar Simple Face Mask…........................................................36
4.3 Gambar Partial Reabreathing Mask…...........................................37
4.4 Gambar Non Reabreathing Mask…...............................................37
xi
DAFTAR
Pathway Gagal Ginjal Kronik…....................................................................22
x
DAFTAR
Lampiran 2 : EC
xi
ABSTRA
xi
ABSTRAC
Nursing Care for Patients with Chronic Kidney
Failure with Oxygen Needs
Background : Chronic kidney damage can lead to chronic kidney failure. Chronic
kidney failure is a condition in which kidney function fails to maintain
metabolism and fluid and electrolyte balance that arises due to progressive
destruction of kidney structures with manifestations of accumulation of
metabolites in the blood. Progressive chronic kidney disease can cause several
complications with a higher prevalence and intensity in low kidney function.
Complications that can occur are cardiovascular disease, hypertension, anemia,
bone mineral abnormalities, electrolyte disturbances, diabetes mellitus, and
metabolic acidosis. These complications contribute to high morbidity and morality
and affect a poor quality of life. Objective : To describe nursing care for chronic
kidney failure patients with oxygenation requirements. Methods : The data
collection methods used were observation, interviews, physical examinations and
nursing documentation. Results : After the assessment, data were obtained that
support for taking nursing diagnoses of ineffective breathing patterns and sleep
pattern disturbances. Conclusion : Mrs. J with ineffective breathing pattern
problems can be resolved, while in Mr. B has not been resolved. Suggestion : It is
hoped that the involvement and cooperation between the patient and the patient's
family with the nurse in the nursing process, so that a continuous, fast and precise
nursing process is obtained for the patient.
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ginjal kronis (Rahayu, 2019). Gagal ginjal kronik adalah kondisi dimana
menderita gagal ginjal kronis telah meningkat 50% dari tahun sebelumnya,
secara global kejadian gagal ginjal kronis lebih dari 500 juta orang dan yang
adalah 1,5 juta orang. Gagal ginjal kronis termasuk 12 penyebab kematian
umum di dunia, terhitung 1,1 juta kematian akibat gagal ginjal kronis yang
telah meningkat sebanyak 31,7% sejak tahun 2010 hingga 2015. Menurut
(Kemenkes RI, 2018) Indonesia pada tahun 2018 pasien dengan gagal ginjal
1
2
2019).
agen toksik (Padila, 2019). Pada penderita gagal ginjal terdapat tanda gejala
yang dialami yaitu pada gejala dini akan merasakan sakit kepala, lethargi,
depresi. Sedangkan gejala lebih lanjut penderita gagal ginjal kronik akan
merasa mual dan muntah, anoreksia, nafas dangkal atau sesak nafas baik
waktu ada kegiatan atau tidak, odema yang disertai lekukan, pruritis mungkin
tidak ada tapi mungkin juga sangat parah (Rendi & TH, 2019).
komplikasi dengan prevalensi dan intensitas yang lebih tinggi pada fungsi
kualitas hidup yang buruk. Anemia pada gagal ginjal kronik dan gangguan
mineral dan tulang pada gagal ginjal kronik sering dimulai pada stadium 3,
sedangkan hipertensi pada gagal ginjal kronik mulai memburuk pada stadium
Ada beberapa gejala gagal ginjal kronik pada stadium awal diantaranya
urine berbusa dan berdarah, sering terasa buang air kecil, area sekitar mata
terus menerus membengkak, betis dan kaki membengkak, mudah lelah, kulit
kering dan gatal, sulit tidur, dan sulit fokus. Selain itu, adapun gejala gagal
ginjal kronik yang telah masuk tahap lanjut yaitu nyeri otot dan nyeri
punggung, merasa mual dan muntah, sulit bernafas, gangguan tidur, kulit
gatal dan kemerahan, dan jarang merasa lapar. Pada stadium pertama terjadi
penurunan cadangan ginjal ditandai dengan kreatinin serum dan kadar blood
kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri. Pada stadium tiga
merupakan gagal ginjal stadium akhir ditandai dengan kreatinin serum dan
kadar blood ureum nitrogen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri
parut sebagai respons dari kerusakan nefron. Secara progresif fungsi ginjal
uremia pada sistem dan saraf pernafasan yang menyebabkan sesak nafas (Arif
Keluhan utama yang paling sering dirasakan oleh penderita gagal ginjal
kronik adalah sesak nafas, nafas tampak cepat dan dalam disebut pernafasan
4
dalam jaringan paru atau dalam rongga dada, ginjal yang terganggu
Selain itu rasa mual, cepat lelah serta mulut yang kering, juga sering dialami
oleh penderita gagal ginjal kronik. Hal tersebut disebabkan oleh penurunan
kadar natrium dalam darah, karena ginjal tidak dapat mengendalikan ekskresi
Sesak nafas pada penderita gagal ginjal kronik jika tidak segera ditangani
kussmaul dengan pola nafas cepat, kegagalan nafas, efusi pluera, letargi,
mengurangi gejala yang muncul dan mencegah sesak nafas. Upaya tersebut
transplantasi ginjal (Arif & Kumala, 2014). Upaya yang akan dilakukan untuk
penelitian studi kasus tentang gagal ginjal kronik dengan judul “Asuhan
Oksigenasi”
5
B. Rumusan Masalah
Kebutuhan Oksigenasi?
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat
1. Teoritis
di Rumah Sakit.
2. Praktis
b) Bagi Penulis
penelitian
d) Bagi Pembaca
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Kerusakan yang terjadi bisa berupa gangguan bentuk dari ginjal ataupun
dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara
7
8
2. Etiologi
Menurut (Rendi & TH, 2019) penyebab gagal ginjal kronik adalah
sistemik)
tubulus ginjal)
g. Netropati toksik
Selain itu, menurut (Arif & Kumala, 2014) Adapun kondisi klinis yang
mungkin dapat menyebabkan gagal ginjal kronik adalah dari organ ginjal itu
sendiri dan luar organ ginjal. Berikut penyebab gagal ginjal kronik :
1) Infeksi kuman
4) Batu ginjal
1) Diabetes melitus
9
2) Hipertensi
3) Tinggi kolestrol
5) Preeklamsi
6) SLE
7) Dyslipidemia
bakar
3. Klasifikasi
Menurut (IUs. Cut Husna, 2010) terdapat 5 stadium penyakit gagal ginjal
kronik yaitu
didapati darah atau protein dalam urin, adanya bukti visual kerusakan
ray, dan salah satu keluarga menderita penyakit ginjal polikistik. Cek
serum kreatinin dan protein dalam urin secara berkala dapat menunjukan
didapati darah atau protein dalam urin, adanya bukti visual kerusakan
menumpuk dalam darah yang disebut uremia. Pada stadium ini muncul
protein namun tetap mewaspadai kadar fosfor yang ada dalam makanan
tersebut, karena menjaga kadar fosfor dalam darah tetap rendah penting
Tidak ada pembatasan kalium kecuali didapati kadar dalam darah diatas
Pada stadium ini fungsi ginjal hanya sekitar 15-30% saja dan
apabila seseorang berada pada stadium ini maka sangat mungkin dalam
racun dalam darah atau uremia biasanya muncul pada stadium ini. Selain
untuk bekerja secara optimal. Untuk itu diperlukan suatu terapi pengganti
hidup.
4. Faktor Resiko
Menurut (Rasyid, 2017) Faktor resiko yang dianggap berperan pada kejadian
gagal ginjal kronik dapat dikelompokan atas beberapa faktor resiko yaitu :
1) Usia tua
2) Ras / suku
4) Kegemukan
1) Kencing manis
4) Infeksi menyeluruh
4) Merokok
5. Manifestasi Klinis
Menurut (Padila, 2019) manifestasi klinis pasien gagal ginjal kronik yaitu :
a. Kardiovaskuler
1) Hipertensi
2) Pitting edema
3) Edema periorbital
b. Pulmoner
1) Nafas dangkal
2) Kusmaul
1
3) Sputum kental
c. Gastrointestinal
2) Perdarahan saluran GI
4) Konstipasi / diare
d. Muskuloskeletal
1) Kram otot
3) Fraktur tulang
e. Integumen
3) Pruritus
4) Ekismosis
f. Reproduksi
1) Amenore
2) Atrofi testis
1
6. Patofisiologi
nefron dengan kehilangan fungsi ginjal yang progresif. Ketika laju filtrasi
melanjutkan ekskresi zat terlarut, maka volume urin yang keluar akan
Pada saat kerusakan ginjal berlanjut dan jumlah nefron yang masih
lebih jauh dan menyebabkan tubuh tidak mampu mengeluarkan kelebihan air,
garam, dan produk limbah lainnya melalui ginjal. Pada saat laju filtrasi
ureum. Apabila penyakit gagal ginjal kronik tidak diatasi dengan dialisis atau
7. Pathway
Hipotensi
Proses hemodialisa kontinyu Gangguan
Eliminasi
Perfusi turun
Urin
Tindakan invasif berulang
Permebilitas kapiler meningkat
Perfusi jaringan
Injury jaringan perifer
Odema
tidak efektif
Defisiensi energi sel
ResikoIndekuat
Infeksi Stagnasi Vena
Informasi
Ganggu
Intoleransi Aktivitas Infiltrasi an
Ansietas
Integrita
Retensi CO2
HCL meningkat Ekspansi paru turun
Asidosis repiratorik
Dyspnea
Mual, Muntah
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Arif & Kumala, 2014) Pemeriksaan penunjang pasien gagal ginjal
a. Pemeriksaan Laboratorium
Laju endap darah meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
berkurang yaitu ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah
3) Hiponatermi
kronik
1
protein.
8) Hipertrigliserida
9) Asidosis Metabolik
b. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (adanya batu
asam urat.
1
d. USG untuk menilai besar dan bentuk gginjal, tebal parenkim ginjal,
e. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari
9. Komplikasi
Menurut (Kowalak, 2012) komplikasi yang mungkin terjadi pada gagal ginjal
kronik yaitu
a. Anemia
b. Neuropati perifer
c. Komplikasi kardiopulmoner
d. Komplikasi GI
e. Disfungsi seksual
f. Defek skeletal
g. Parestesia
i. Fraktur patologis
1
10. Penatalaksanaan
Menurut (Rendi & TH, 2019) penatalaksanaan pada pasien gagal ginjal kronis
adalah
c. Kontrol hipertensi
garam dan cairan diatur sendiri tanpa tergantung tekanan darah. Sering
yang menyebabkan pelepasan kalium dari sel dan ikut dalam kaliuresis.
lebih ketat.
komplikasi.
2
1. Pengertian
salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme dan
a. Faktor Fisiologis
b. Faktor Perkembangan
4) Lansia
pernafasan.
c. Faktor Perilaku
1) Nutrisi
pernafasan.
2) Latihan Fisik/Aktivitas
3) Merokok
merokok.
4) Penyalahgunaan Substansi
5) Stres
d. Faktor Lingkungan
a. Hiperventilasi
b. Hipoventilasi
adekuat.
2
c. Hipoksia
pemenuhan O2 oleh tubuh atau atau selular akibat dari definisi O2 yang
perfusi jaringan seperti pada syok, dan kerusakan atau gangguan ventilasi
rongga hidung dan oksigen ketika oksigen keluar dari nasal kanul.
2
dengan udara sekitar yang masuk dari lubang ekshalasi yang ada di
1) Fisioterapi Dada
2) Nafas Dalam
3) Batuk Efektif
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
c. Keluhan Utama
h. Riwayat Perawatan
1) Keletihan (Fatigue)
2) Dispnea
100 mm.
3) Batuk
darah/hemoptisis).
4) Infeksi Pernafasan
saluran pernafasan.
6) Obat-obatan
diresepkan, obat yang dibeli secara bebas, dan obat yang tidak
legal.
i. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
2) Palpasi
3) Perkusi
4) Auskultasi
2. Diagnosa Keperawatan
baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2017). Diagnosa yang
Oksigenasi adalah :
2) Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru, edema pulmo
3
3. Intervensi Keperawatan
Menurut (PPNI, 2018) Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada
pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang di harapkan.
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
2 Pola nafas Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi
tidak efektif b.d keperawatan selama … Observasi
penurunan diharapkan masalah pola - Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas
ekspansi paru, nafas dapat teratasi dengan - Monitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
edema pulmo kriteria hasil : kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)
a. Sianosis menurun - Monitor kemampuan batuk efektif
b. Frekuensi nafas - Monitor adanya produksi sputum
menurun - Monitor adanya sumbatan jalan nafas
c. Pola nafas membaik - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
d. Gelisah menurun - Auskultasi bunyi nafas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray thorax
Teraupetik
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
3
4. Implementasi Keperawatan
dan disesuaikan dengan keluhan serta gangguan yang dialami pasien sesuai
5. Evaluasi Keperawatan
4) Diaforesis menurun
1) Tidak sianosis
4) Gelisah menurun
3
BAB III
evaluasi keperawatan.
Subjek yang digunakan dalam studi kasus ini adalah dua pasien gagal
mendalam dimana subjek kasus yang dirumuskan dengan kriteria inklusi dan
1. Kriteria Inklusi
kronik
39
4
oksigenasi
pasien.
2. Kriteria Eksklusi
D. Definisi Operasional
dan elektrolit yang muncul akibat destruksi struktur ginjal yang progresif
terpenuhi secara optimal yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor
gagal ginjal kronik dengan kebutuhan oksigenasi ini berada di RSUD dr.
F. Pengumpulan Data
primer dan data sekunder. Berikut penjelasan dari data primer dan data
sekunder:
a. Observasi
b. Wawancara
keluarga pasien.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
2) Perkusi
yang diperiksa.
4
3) Palpasi
4) Auskultasi
d. Dokumentasi Keperawatan
a. Studi Kepustakaan
b. Studi Dokumentasi
bentuk tabel atau grafik. Dalam studi kasus ini, analisa data yang dilakukan
mendapatkan gambaran yang akurat dari masalah yang diteliti. Analisa data
melanjutkannya.
2. Autonomy (Otonomi)
3. Anonymity (Kerahasiaan)
4. Justice (Keadilan)
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip – prinsip moral, legal dan
perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik
ekonomi.
5. Veracity (Kejujuran)
setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip
kebenaran. Pada studi kasus ini, peneliti menyusun secara sistematis dan
Pada bab ini membahas hasil dari studi kasus tentang asuhan keperawatan
pada pasien gagal ginjal kronik dengan kebutuhan oksigenasi di RSUD dr.
1. Pengkajian
anak kandung.
47
4
data pada tanggal 19 Februari 2022 pukul 02.00 WIB pasien merasakan
Anggrek 2 selama dua hari. Pada tanggal 21 Februari 2022 pukul 10.00
hipertensi dan asam lambung. Pasien rutin dalam minum obat hipertensi.
tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit pada sistem
sebelum sakit pasien makan nasi 3x sehari dengan porsi sedang, suka
4
makan buah-buahan, pasien minum air putih 3-4 gelas perhari dan
minum teh dipagi hari. Saat sakit pasien terpasang NGT dan mendapat
susu 2x sehari sebanyak 100 ml. Balance cairan +224cc. Pada pola
eliminasi, sebelum sakit pasien BAK sehari 6-8x dan BAB 1x sehari
dengan feses lunak. Saat sakit pasien terpasang cateter dengan urin
berwarna kuning kecoklatan sebanyak 200 ml. Pada pola istirahat dan
tidur, sebelum sakit pasien mengatakan tidak ada gangguan pola tidur.
terkadang dada terasa sesak sehingga kurang nyaman. Pada pola aktivitas
dan latihan, sebelum sakit pasien bisa melakukannya sendiri. Saat sakit
pasien dibantu orang lain untuk melakukan aktivitas dan latihan. Pada
bulan ini. Pada pola penanganan masalah dan stres keluarga pasien
pada ekstermitas atas sinistra, terpasang DC 200 ml, nasal kanul 5 lpm,
retraksi dada dan pasien tampak gelisah. Pada pemeriksaan head to toe
5
diperoleh data, mata simetris, tidak tampak lesi. Hidung simetris, terdapat
tidak tampak pembesaran tiroid, tidak ada nyeri tekan. Integumen kulit
kering, gatal, bersisik, turgor kulit sedang, akral dingin. Dada simetris,
tidak ada nyeri tekan. Pada jantung inspeksi ictus cordis tampak, palpasi
sama, tidak ada nyeri tekan, perkusi suara sonor, auskultasi tidak terdapat
suara tambahan. Kekuatan otot ekstermitas atas bawah sinistra dan dextra
adalah 4.
mg/dl dan ureum 83 mg/dl. Terapi obat yang diberikan kepada pasien
data pada tanggal 15 Maret 2022 sebelum dibawa ke RSDM pasien rawat
terdapat cairan pada paru kemudian dirujuk ke RSDM dan sampai di IGD
pukul 00.00 WIB pasien diberikan terapi oksigen nasal kanul 5 lpm
hipertensi dan asam lambung. Pasien rutin dalam minum obat hipertensi.
tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit pada sistem
sebelum sakit pasien makan nasi 3x sehari dengan porsi besar dan suka
makan buah-buahan, pasien minum teh 3-5 gelas perhari, minum kopi
dipagi hari. Saat sakit pasien merasa kurang nafsu makan dalam sehari
makan nasi 2x dengan porsi sedikit bahkan tidak mau makan dan minum
air putih ± 250 ml perhari. Saat sakit pasien diberikan diit rendah natrium
rendah protein. Balance cairan +224 cc. Pada pola eliminasi, sebelum
sakit pasien BAK sehari 6-7x dan BAB 1x sehari dengan feses lunak.
Saat sakit pasien BAK sehari 3-5x dan BAB 1x sehari dengan feses
berwarna coklat. Pada pola istirahat dan tidur, sebelum sakit pasien
mengatakan tidak ada gangguan pola tidur. Saat sakit pasien mengatakan
sering terbangun dan tidak nyenyak ketika tidur karena terkadang dada
terasa sesak sehingga kurang nyaman. Pada pola aktivitas dan latihan,
dibantu orang lain untuk melakukan aktivitas dan latihan. Pada pola
retraksi dada, hasil radiologi edema pulmo dan pasien tampak gelisah.
Pada pemeriksaan head to toe diperoleh data, mata simetris, tidak tampak
tiroid, tidak ada nyeri tekan. Integumen kulit kering, gatal, bersisik,
turgor kulit agak sedang. Dada simetris, tidak ada nyeri tekan. Pada
jantung inspeksi ictus cordis tampak, ictus cordis teraba di ICS IV MCS,
tampak retraksi dada, palpasi vocal fremitus teraba sama, tidak ada nyeri
mg/dl dan ureum 183 mg/dl. Terapi obat yang diberikan kepada pasien
yaitu Hydonac 6cc / jam, Furosemid 40g / 8jam, Asam folat 800mg /
lpm.
5
2. Diagnosa Keperawatan
kecemasan.
pulmo. Selain itu, didapatkan data pasien mengatakan sulit tidur, pasien
kecemasan.
3. Intervensi Keperawatan
hari diharapkan masalah pola nafas dapat teratasi dengan kriteria hasil
5
raisonal pola nafas kembali normal. Atur posisi semifowler atau fowler
4. Implementasi Keperawatan
ekspansi paru. Pada pukul 16.00 diawali memonitor TTV didapatkan data
semi fowler. Pukul 19.15 memonitor adanya produksi sputum dan adanya
batuk. O : tidak ada sputum dan tidak ada sumbatan jalan napas. Pukul
tidur didapatkan data subjektif pasien mengatakan tidak bisa tidur dengan
ada sputum dan tidak ada sumbatan jalan napas. Pukul 17.40 melakukan
98% (Nasal Kanul 3 lpm). Memonitor pola dan jam tidur didapatkan data
data objektif pasien tampak sedikit rileks. Implementasi hari ketiga pukul
pola napas eupnea, tak tampak retraksi dinding dada. Pukul 11.10
sputum dan tidak ada sumbatan jalan napas. Pukul 11.15 melakukan
rileks
mengatakan tidak bisa tidur dengan nyenyak, sulit tidur, data objektif
(Nasal Kanul 3 lpm). Memonitor pola dan jam tidur didapatkan data
data subjektif pasien mengatakan sudah tidak batuk. O : tidak ada sputum
dan tidak ada sumbatan jalan napas. Memonitor pola dan jam tidur
5. Evaluasi Keperawatan
ekspansi paru pada pasien 1 Ny. J dapat teratasi sesuai kriteria hasil yang
napas eupnea, pasien tampak tenang. A : masalah pola nafas tidak efektif
36,3oC, tidak terdapat sianosis, pola napas eupnea dan pasien tampak
hentikan intervensi.
B. Pembahasan
1. Pengkajian
a. Sesak Napas
uremia berat tersebut adalah pada sistem dan saraf pernafasan yang
b. Hipertensi
terjadi akibat retensi cairan dan natrium dan malfungsi dari renin
Siregar, 2019)
c. GERD
Rhee, 2019)
dengan kedua pasien makan dengan porsi yang sedikit dan bahkan
data kreatinin 9.7 mg/dl dan ureum 183 mg/dl. Bila ginjal
napas dan gelisah sehingga tidak bisa tidur dengan nyenyak. Faktor
pada pasien stadium akhir penyakit ginjal (Pius & Herlina, 2019)
Kristianti, 2021)
6
i. Pruritus
berat dapat menimbulkan xerosis linier yang khas pada kulit yang
2. Diagnosa Keperawatan
pasien tampak gelisah dan tampak retraksi dada. Pada pasien 1 Ny. J
dan hasil radiologi yaitu edema pulmo. Berdasarkan data dari kedua
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) pola nafas tidak efektif
napas. Pada pasien 1 Ny. J ditegakkan diagnosa pola napas tidak efektif
6
sesak napas. Pada pasien 2 Tn. B ditegakkan diagnosa pola napas tidak
pulmo adalah sesak nafas, gelisah, ada suara napas tambahan, kulit
terjadi karena adanya efusi pleura yaitu kondisi ketika rongga pleura
diantara pleura parietalis dan viseralis dapat berupa transudat atau cairan
6
mulai dari kapiler hingga parietalis. Cairan dapat juga memasuki rongga
pleura dari ruang intrestisium paru hingga ke pleura viseralis atau dari
lebih besar dari keadaan cairan yang dihasilkan dalam jumlah normal.
interstisial dan alveoulus paru yang terjadi secara mendadak. Hal ini
mengatakan sulit tidur dan tidur tidak nyenyak. Kedua pasien tampak
(2017) gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu
3. Intervensi Keperawatan
dan pasien 2 Tn. B dengan diagnosa keperawatan pola nafas tidak efektif
ada, tidak terdapat otot bantu pernapasan, tidak ada ortopnea, tidak ada
tidak ada suara napas tambahan, pasien tampak rileks dan tenang.
c. Posisi Semifowler
(KNBS, 2021)
d. Batuk Efektif
e. Terapi Obat
efek sakit yang parah akibat kanker dan sebagai terapi untuk
dan merupakan derivat asam antranilat yang pada pasien gagal ginjal
edema paru akut, edema akibat gagal jantung, hipertensi, sinosis dan
pada Tn. B diberikan obat Hydonac 6cc / jam sedangkan Ny. J tidak,
4. Implementasi Keperawatan
serta pada pasien 2 Tn. B latihan batuk efektif dilakukan dari hari
pertama sampai hari ketiga. Berdasarkan data yang diperoleh pada pasien
dengan nasal kanul, monitor RR dan pola napas pasien mengatakan sesak
napas berkurang. Hal ini sesuai dengan teori bahwa penggunaan terapi
oksigen 3-5 lpm memberikan perubahan RR, pola napas, dan saturasi
normal 16-24x per menit (Safitri & Andriyani, 2011). Berdasarkan data
yang diperoleh pada pasien 1 Ny. J dan pasien 2 Tn. B setelah dilakukan
Tn. B setelah dilakukan latihan batuk efektif sputum pada pasien dapat
dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa batuk
5. Evaluasi Keperawatan
semi fowler. Kedua tindakan ini dinilai efektif dalam penanganan sesak
pada pasien 2 Tn. B belum teratasi. Hal ini dikarenakan hasil balance
tampak rileks maka masalah pola tidur dapat teratasi sehingga intervensi
dihentikan.
7
C. Keterbatasan
1. Aspek teoritis
2. Aspek metodologis
3. Hambatan dari keluarga pasien, salah satu keluarga pasien ada yang tidak
wawancara.
4. Hambatan dari pasien, salah satu pasien tidak bisa berbicara karena
A. Kesimpulan
kronik dengan kebutuhan oksigenasi pada pasien 1 Ny. J dan pasien 2 Tn. B
1. Pengkajian
tidak nyenyak.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
RR dan pola napas, pemberian oksigen, posisi semi fowler dan terapi
77
7
oksigen, posisi semi fowler, batuk efektif dan terapi obat sesuai dengan
advice dokter.
4. Implementasi Keperawatan
pasien.
5. Evaluasi Keperawatan
tidak efektif dapat teratasi sesuai dengan kriteria hasil yang telah
gangguan pola tidur dapat teratasi sesuai kriteria hasil yang telah
ditentukan
B. Saran
2. Bagi Mahasiswa
diagnosa medis.
Agustin, I. M., Pangesti, P., & Mutoharoh, S. (2019). Respon Penerimaan Diri
Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa RSPKU
Muhamadiyah Gombong. Jurnal Wacana Kesehatan, 4(2), 42–48.
http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/id/eprint/1221 (Diakses 8 Februari 2021).
Arjani, I. (2017). Gambaran Kadar Ureum Dan Kreatinin Serum Pada Pasien
Gagal Ginjal Kronis (Ggk) Yang Menjalani Terapi Hemodialisis Di Rsud
Sanjiwani Gianyar. Meditory : The Journal of Medical Laboratory, 4(2),
145–153. https://doi.org/10.33992/m.v4i2.64
Hasanah, U., Hammad, & Rachmadi, A. (2020). Hubungan Kadar Ureum Dan
Kreatinin Dengan Tingkat Fatigue Pada Pasien Chronic Kidney Disease (
Ckd ) Yang Menjalani Hemodialisa. Jurnal Citra Keperawatan, 8(2), 86–92.
Listiana, D., Keraman, B., & Yanto, A. (2020). Pengaruh Batuk Efektif Terhadap
Pengeluaran Sputum Pada Pasien Tbc Di Wilayah Kerja Puskesmas Tes
Kabupaten Lebong. Chmk Nursing Scientific Journal, 4(APRIL), 220–227.
http://cyber-chmk.net/ojs/index.php/ners/article/view/783
Nasrullah, D., & dkk. (2019). Modul Kuliah Etika Keperawatan. Universitas
Muhammadiyah Surabaya.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan: Definisi dan Tindakan (Edisi 1).
DPP PPNI.
Purnama, E., & Aprilia, H. (2019). Hubungan Pemberian Terapi Oksigen Sistem
Aliran Rendah Dengan Status Fisiologis (Revised Trauma Score) Pada
Pasien Trauma Di Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin. Dinamika
Kesehatan Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 10(2), 665–674.
https://doi.org/10.33859/dksm.v10i2.476
Rahayu, C. E. (2019). Pengaruh Kepatuhan Diet Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis
di Unit Hemodialisa Rumah Sakit Sumber Waras. Jurnal Ilmiah Kesehatan,
11(1), 12–19. https://doi.org/10.37012/jik.v11i1.63
Riani, P. A., Hasinofa, A. L., Kurniasari, F. N., & Hasanah, N. (2019). Hubungan
Asupan Enegi dan Protein dengan Status Gizi Berdasarkan %LILA menurut
Umur pada Pasien Chronic Kidney Disease on Hemodialisis di RSUD Dr.
Saiful Anwar Malang. Jurnal Labora Medika, 3(1), 15–22.
Yonlafado Simanjuntak, E., & Trisa Siregar, C. (2019). Self Efficacy Pasien
Hipertensi Di Unit Hemodialisa Melalui Edukasi Pengendalian Tekanan
Darah 1). Jurnal Mutiara Ners Januari, 2(1), 150–157.
LAMPIRAN
Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronik Pada Ny. J Dengan Kebutuhan
A. Pengkajian
pukul 15.30 WIB. Data diperoleh dari wawancara dengan pasien, keluarga
1. Data Umum
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. J
Usia : 63 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat : Ngawi
Status : Menikah
No.RM : 015xxxxx
Dx Medis : CKD
Nama : Ny. S
Umur : 42 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Alamat : Ngawi
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
terpasang NRM lalu pengambilan sampel darah pada pukul 05.15 WIB.
ruang Flamboyan 8.
3. Genogram
: Perempuan : Meninggal
a. Pola Persepsi
tidak enak badan dan asam lambung naik, pasien hanya dibelikan obat
warung atau obat di apotek saja dan beberapa kali periksa ke dokter.
minum air putih 3-4 gelas perhari dan minum teh dipagi hari
c. Pola Eliminasi
Sebelum Sakit : BAK sehari 6-8x, BAB 1x sehari dengan feses lunak.
Pasien menerima semua perubahan fisik pada dirinya dan pasien akan
kesembuhannya.
baik, interaksi dan komunikasi dengan orang lain juga baik, tidak
Pasien sudah menikah, memiliki satu suami dan empat orang anak.
Tuhan.
5. Pemeriksaan Fisik
b. Kesadaran : Composmentis
Suhu : 36oC
N : 115x/mnt
RR : 24x/menit
Saturasi : 98 %
d. Antropometri
BB : 40 Kg
TB : 150 Cm
1) Kepala
kelainan.
2) Muka/Wajah
Inspeksi : simetris
3) Mata
Inspeksi : mata pasien tampak simetris kiri dan kanan, tidak tampak
massa dan lesi. Kedua alis simetris kiri dan kanan, tidak tampak
4) Telinga
Inspeksi : simetris kanan dan kiri, tidak ada cairan keluar, tidak ada
gangguan pendengaran.
5) Hidung
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada sinus, tidak ada dislokasi
6) Mulut
7) Leher
8) Integumen
Palpasi : kulit kering, gatal dan bersisik, turgor kulit sedang, akral
teraba dingin
9) Dada
a) Paru – Paru
dada
tambahan
10) Abdomen
Perkusi : tympani
11) Ekstremitas
Kekuatan Otot
4 4
4 4
6. Pemeriksaan Penunjang
HITUNG JENIS
Eosinofil 0.10 % 0.00 – 4.00
Basofil 0.10 % 0.00 – 2.00
Netrofil 94.80 % 55.00 – 80.00
Limfosit 3.30 % 22.00 – 44.00
Monosit 1.70 % 0.00 – 7.00
KIMIA KLINIK
Kreatinine 3.9 mg/dl 0.6 – 1.2
Ureum 83 mg/dl <50
ELEKTROLIT
Natrium Darah 128 mmol/L 136-145
7. Terapi Obat
B. Analisa Data
Objektif
- Pasien tampak gelisah
- Tampak retraksi
dinding dada
- Terdapat pernapasan
cuping hidung
- TD : 130/100 mmHg
- S : 36oC
- N : 115x/mnt
- RR : 24x/mnt
- SPO2 : 98% (Nasal
Kanul 5 lpm)
2 Subjektif : - Perfusi Penurunan
Objektif Perifer Tidak Konsentrasi
- HB : 7.2 Efektif Hemoglobin
- Akral teraba dingin (D.0009)
- Turgor kulit sedang
3 Subjektif : Hipervolemia Kelebihan
- Pasien mengatakan (D.0022) Asupan Cairan
sesak napas
Objektif :
- Terdapat suara ronchi
- Balance cairan +224
cc
- Produksi urin 200 ml
- HB : 7.2 g/dl
4 Subjektif : Gangguan Pola Kecemasan
- Pasien mengatakan Tidur (D.0055)
sulit tidur
- Keluarga mengatakan
pola tidur pasien
berubah
Objektif :
- Pasien tampak gelisah
C. Diagnosa Keperawatan
(D.0005)
Hemoglobin (D.0009)
D. Intervensi Keperawatan
Teraupetik
- Posisi semi fowler
- Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
dokter pemberian O2
dan terapi obat
2 Perfusi Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi
Jaringan tindakankeperawatan Observasi
Perifer Tidak selama 3x6 jam - Periksa sirkulasi
Efektif b.d diharapkan masalah perifer
Penurunan perfusi perifer dapat - Identifikasi faktor
Konsentrasi teratasi dengan risiko gangguan
Hemoglobin kriteria hasil : sirkulasi
a. Edema perifer - Monitor panas,
menurun kemerahan, nyeri,
b. Kelemahan otot atau bengkak pada
menurun ekstermitas
c. Akral membaik Teraupetik
- Hindari pemasangan
infus atau
pengambilan darah
diarea keterbatasan
perfusi
- Hindari pengukuran
tekanan darah pada
eksternitas dengan
keterbatasan perfusi
- Hindari penekanan
dan pemasangan
tourniquet pada area
yang cedera
- Lakukan pencegahan
infeksi
Edukasi
- Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan
darah secara teratur
- Ajarkan program
diet untuk
memperbaiki
sirkulasi
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
pemberian program
diet
3 Hipervolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipervolemia
b.d Kelebihan tindakan keperawatan Observasi
Asupan Cairan selama 3x6 jam - Periksa tanda dan
diharapkan masalah gejala hipervolemia
hipervolemia dapat - Identifikasi penyebab
teratasi dengan hipervolemia
kriteria hasil : - Monitor status
a. Tidak ada dispnea hemodinamik
b. Produksi urin - Monitor intake dan
meningkat output cairan
c. Kelembaban - Monitor tanda
mukosa hemokonsnetrasi
meningkat - Monitor tanda
peningkatan tekanan
onkotik plasma
- Monitor kecepatan
infus secara ketat
- Monitor efek samping
diuretik
Teraupetik
- Timbang berat badan
setiap hari pada waktu
yang sama
- Batasi asupan cairan
dan garam
- Tinggikan kepala
tempat tidur 30o-40o
Edukasi
- Anjurkan melapor jika
haluaran urin < 0,5
mL/kg/jam dalam 6
jam
- Anjurkan melapor jika
BB bertambah > 1 kg
dalam sehari
- Ajarkan cara
mengukur dan
mencatat asupan dan
haluaran cairan
- Ajarkan cara
membatasi cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
diuretik
- Kolaborasi
penggantian
kehilangan kalium
akibat diuretik
- Kolaborasi pemberian
CRRT
4 Gangguan Pola Setelah dilakukan Dukungan Tidur
Tidur b.d tindakan keperawatan Observasi
Kecemasan selama 3x6 jam - Identifikasi pola
diharapkan masalah aktivitas dan tidur
pola tidur dapat - Identifikasi faktor
teratasi dengan pengganggu tidur
kriteria hasil : - Identifikasi makanan
a. Tidak ada keluhan dan minuman yang
sulit tidur mengganggu
b. Pola tidur - Identifikasi obat tidur
membaik yang dikonsumsi
Teraupetik
- Modifikasi lingkungan
- Batasi waktu tidur
siang, jika perlu
- Fasilitasi
menghilangkan stress
sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur
rutin
- Lakukan prosedur
untuk meningkatkan
kenyamanan
- Sesuaikan jadwal
pemberian obat
dan/atau tindakan
untuk menunjang
siklus tidur-terjaga
Edukasi
- Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama
sakit
- Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
- Anjurkan menghindari
makanan/minuman
yang mengganggu
tidur
- Anjurkan penggunaan
obat tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur REM
- Ajarkan faktor-faktor
yang berkontribusi
terhadap gangguan
pola tidur
- Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi
lainnya
E. Implementasi Keperawatan
F. Evaluasi Keperawatan
No. Tanggal, Evaluasi Keperawatan TTD
Dx Jam
1 23 Februari S : Pasien mengatakan sudah tidak
2022, 12.30 sesak nafas
WIB O:
- Tidak terdapat pernapasan
cuping hidung
- Tidak terdapat
retraksi dinding dada
- Pola napas eupnea
- RR : 19x/mnt
- SPO2 : 97% (Tanpa O2)
- Pasien tampak tenang
A : Masalah pola napas teratasi
P : Hentikan Intervensi
2 23 Februari S : Pasien mengatakan tidak
2022, 12.40 merasakan nyeri
WIB O:
- Akral teraba hangat
- Tidak ada edema
- Tidak ada kemerahan
- Warna kulit tidak pucat
- CRT < 2 detik
A : Masalah perfusi perifer teratasi
P : Hentikan Intervensi
3 23 Februari S : Pasien mengatakan sudah tidak
2022, 12.50 sesak napas
O:
- Tidak terdapat suara
tambahan
- Balance cairan +90cc
- Produksi urin 500 ml/8jam
A : Masalah hipervolemia belum
teratasi
P : Pertahankan Intervensi
- Batasi asupan cairan dan
garam
4 24 Februari S : Pasien mengatakan sudah bisa
2022, 13.00 tidur nyenyak
O : Pasien tampak lebih rileks
A : Masalah pola tidur teratasi
P : Hentikan Intervensi
PASIEN PULANG
Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronik Pada Tn. B Dengan Kebutuhan
A. Pengkajian
pukul 10.00 WIB. Data diperoleh dari wawancara dengan pasien, keluarga
1. Data Umum
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. B
Usia : 49 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Wonogiri
Status : Menikah
No.RM : 0156xxx
Dx Medis : CKD 5
Nama : Tn. T
Umur : 75 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : D3
Alamat : Wonogiri
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
IGD pada pukul 00.00 WIB. Setelah itu, pasien diberikan terapi oksigen
dengan Nasal Kanul 5 lpm dan pengambilan darah pada pukul 01.23
3. Genogram
: Perempuan : Meninggal
a. Pola Persepsi
tidak enak badan dan asam lambung naik, pasien hanya dibelikan obat
sehari dengan porsi besar dan suka makan buah-buahan. Pasien minum
dalam sehari makan nasi 2x dengan porsi sedikit, bahkan tidak mau
makan. Pasien minum air putih ±250 ml perhari. Diit Rendah Natrium
Rendah Protein
c. Pola Eliminasi
Sebelum Sakit : BAK sehari 6-7x, BAB 1x sehari dengan feses lunak.
Saat Sakit : BAK sehari 3-5x, BAB 1x sehari dengan feses sedikit lunak
f. Pola Kognitif
Pasien menerima semua perubahan fisik pada dirinya dan pasien akan
kesembuhannya.
baik, interaksi dan komunikasi dengan orang lain juga baik, tidak
Pasien sudah menikah, memiliki satu istri dan tiga orang anak.
Tuhan.
5. Pemeriksaan Fisik
Suhu : 36,7oC
RR : 30x/menit
Nadi : 128x/menit
Saturasi : 97%
d. Antropometri
BB : 60 Kg
TB : 160 Cm
1) Kepala
kelainan.
2) Muka/Wajah
Inspeksi : simetris
3) Mata
Inspeksi : mata pasien tampak simetris kiri dan kanan, tidak tampak
massa dan lesi. Kedua alis simetris kiri dan kanan, tidak tampak
4) Telinga
Inspeksi : simetris kanan dan kiri, tidak ada cairan keluar, tidak ada
gangguan pendengaran.
5) Hidung
lpm
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada sinus, tidak ada dislokasi
6) Mulut
Inspeksi : bibir simetris kiri dan kanan, mukosa bibir sedikit kering
7) Leher
8) Integumen
9) Dada
a) Paru – Paru
b) Jantung
tambahan
10) Abdomen
Perkusi : tympani
11) Ekstremitas
Kekuatan Otot
5 4
5 5
12) Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan, pasien mengatakan tidak
ada kelainan
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
HITUNG JENIS
Eosinofil 2.50 % 0.00 – 4.00
Basofil 0.70 % 0.00 – 2.00
Netrofil 85.90 % 55.00 – 80.00
Limfosit 4.30 % 22.00 – 44.00
Monosit 6.60 % 0.00 – 7.00
KIMIA KLINIK
Kreatinine 9.7 mg/dl 0.6 – 1.2
Ureum 183 mg/dl <50
ELEKTROLIT
Natrium Darah 132 mmol/L 136 – 145
Kalium Darah 5.1 mmol/L 3.3 – 5.1
Calsium Ion 1.31 mmol/L 1.17 – 1.29
b. Pemeriksaan Radiologi
- Trakhea di tengah
7. Terapi Obat
Objektif
TTV
- TD : 206/100 mmHg
- S : 36,7oC
- RR : 30x/menit
- HR : 128x/menit
- SPO2 : 97% (Nasal Kanul
5 lpm)
- Pasien tampak gelisah
- Tampak retraksi dinding
dada
- Hasil radiologi :
edema pulmo
2 Subjektif : - Perfusi Penurunan
Objektif Perifer Tidak Konsentrasi
- HB : 6.7 g/dl Efektif Hemoglobin
- Akral dingin (D.0015)
- Turgor kulit agak sedang
3 Subjektif : Hipervolemia Kelebihan
- Pasien mengatakan sesak (D.0022) Asupan
napas Cairan
Objektif :
- Terdapat suara ronchi
- Balance cairan +224 cc
- Produksi urin 150 ml
- HB : 6.7 g/dl
4 Subjektif : Gangguan Pola Kecemasan
- Pasien mengatakan sulit Tidur (D.0055)
tidur
- Pasien mengatakan tidak
bisa tidur dengan nyenyak
Objektif :
- Pasien tampak gelisah
C. Diagnosa Keperawatan
D. Intervensi Keperawatan
Edukasi
- Anjurkan melapor jika
haluaran urin < 0,5
mL/kg/jam dalam 6
jam
- Anjurkan melapor jika
BB bertambah > 1 kg
dalam sehari
- Ajarkan cara mengukur
dan mencatat asupan
dan haluaran cairan
- Ajarkan cara
membatasi cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
diuretik
- Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium
akibat diuretik
- Kolaborasi pemberian
CRRT
4 Gangguan Pola Setelah Dukungan Tidur
Tidur b.d dilakukan Observasi
Kecemasan tindakan - Identifikasi pola
keperawatan aktivitas dan tidur
selama 3x6 jam - Identifikasi faktor
diharapkan pengganggu tidur
masalah pola - Identifikasi makanan
tidur dapat dan minuman yang
teratasi dengan mengganggu
kriteria hasil : - Identifikasi obat
a. Tidak ada tidur yang
keluhan dikonsumsi
sulit tidur Teraupetik
b. Pola tidur - Modifikasi lingkungan
membaik - Batasi waktu tidur
siang, jika perlu
- Fasilitasi
menghilangkan stress
sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur
rutin
- Lakukan prosedur
untuk meningkatkan
kenyamanan
- Sesuaikan jadwal
pemberian obat
dan/atau tindakan
untuk menunjang siklus
tidur-terjaga
Edukasi
- Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama
sakit
- Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
- Anjurkan menghindari
makanan/minuman
yang mengganggu tidur
- Anjurkan penggunaan
obat tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur REM
- Ajarkan faktor-faktor
yang berkontribusi
terhadap gangguan pola
tidur
- Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya
E. Implementasi Keperawatan
F. Evaluasi Keperawatan
LEMBAR KONSULTASI
BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH
Mengetahui,
Sunarsih Rahayu., S., Kep., Ns., M.Kep Duwi Pudji Astuti, S.Kep., Ns., M.Kep
NIP. 19641001 198603 2 00 1 NIK : 9199 105182 01902201
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
PROGRAM PENDIDIKAN DIII KEPERAWATAN
Bimbingan
Materi TTD
No Hari/Tanggal Saran
Bimbingan Pembimbing
- Penambahan
patofisiologi
sesak napas
- Perbedaan
pemberian
terapi obat
kedua pasien
- Alasan
perbedaan
etiologi
pada diagnosa
- Penambahan
Senin, 13
1. Semhas rutin minum
Juni 2022
obat
- Penambahan
alasan belum
teratasinya
permasalahan
pada Tn. B
- Penambahan
indikasi
pemasangan
nasal kanul
- Penyebab
penurunan HB
- Pada abstrak
gelar dosen
Kamis, 23
2. KTI tidak perlu
Juni 2022
dicantumkan
- Perbaikan pada
lembar
pengesahan
Jumat, 24
3 KTI ACC
Juni 2022