ANEMIA
Oleh:
2019
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA
2. Etiologi
Menurut Andra dan Yessie (2013), terdapat beberapa jenis anemia sesuai dengan
penyebabnya, antara lain :
a. Anemia pasca perdarahan
Terjadi sebagai akibat perdarahan yang masif, seperti kecelakaan, operasi dan
persalinan dengan perdarahan atau yang menahun seperti pada penyakit cacingan.
b. Anemia defisiensi
Terjadi karena kekurangan bahan baku pembuat sel darah.
c. Anemia hemolitik
Terjadi penghancuran (hemolisis) eritrosit yang berlebihan karena :
1) Faktor intrasel, misalnya talasemia; hemoglobnopatia (talasemia HbE, sickle
cell anemia); sferositas; defisiensi enzim eritrosit (G-6PD, piruvatkinase,
glutation reduktase).
2) Faktor ekstrasel, karena intoksikasi; infeksi (malaria); imunologis
(inkompatibilitas golongan darah, reaksi hemolitik pada transfusi darah).
d. Anemia aplastik
Disebabkan terhentinya pembuatan sel darah sumsum tulang (kerusakan sumsum
tulang).
3. Klasifikasi
Derajat anemia menurut Wiwik Handayani & Andi Sulistyo ( 2016 ) ditentukan oleh
kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia yang umum digunakan adalah sebagai berikut :
a. Ringan sekali : Hb 10 gr/dl – 13 gr/dl
b. Ringan : Hb 8 gr/dl – 9,9 gr/dl
c. Sedang : Hb 6 gr/dl – 7,9 gr/dl
d. Berat : Hb < 6 gr/dl
4. Patofisiologi
Unsur seluler darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), beberapa jenis sel darah
putih (leukosit) dan pecahan sel yang disebut trombosit. Bila kebutuhan meningkat akan
terjadi hematopoesis (pembentukan dan pematangan sel darah merah) yang terjadi di
sumsum tulang. Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat
terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak diketahui. Pembentukan eritrosit yang menurun akan
mengakibatkan kadar Hb dalam darah juga menurun. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah
yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel
darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini
adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah
merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi
normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera). Apabila sel
darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, maka hemoglobin akan muncul
dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mngikat
semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin.
Anemia berdefisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan darah yang
kronik. Pada bayi, hal ini terjadi karena perdarahan usus kronik yng disebabkan oleh
protein dalam susu sapi yang tidak tahan panas. Remaja putri yang mengalami anemia
defisiensi dapat terjadi karena menstruasi yang berlebihan.
Anemia aplastik diakibatkan oleh karena rusaknya sumsum tulang. Gangguan dapat
berupa berkurangnya sel darah tepi sebagai akibat terhentinya pembentukan sel
hemopoetik dalam sumsum tulang. Anemia yng terkait dengan kehilangan darah menjadi
akut dan kronis. Anemia akut adalah mempunyai peredaran RBC dalam jumlah besar.
Pada orang dewasa dapat kehilangan darah sebanyak 500 ml.
Pathway terlampir
5. Manifestasi Klinis
Karena sistem organ dapat terkena, maka anemia dapat menimbulkan manifestasi
klinis yang luas tergantung kecepatan timbulnya anemia, usia, mekanisme kompensasi,
tingkat aktivitas, keadaan penyakit yang mendasari dan beratnya anemia. Secara umum,
gejala anemia adalah :
a. Hb menurun ( < 10 g/dl), trombositosis/trombositopenia, pansitopenia
b. Penurunan BB dan kelemahan
c. Takikardia, TD menurun, pengisian kapiler lambat, ekstremitas dingin, palpitasi,
kulit pucat
d. Mudah lelah, sering istirahat, nafas pendek
e. Sakit kepala, kunag-kunang dan peka rangsang
Gejala khas yang menjadi ciri-ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagai
berikut :
a. Anemia defisiensi besi : disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis
b. Anemia defisiensi asam folat : lidah merah (buffy tongue)
c. Anemia hemolitik : ikterus dan hepatosplenomegali
d. Anemia aplastik : perdarahan kulit atau mukosa dan tanda infeksi
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien anemia antara lain :
a. Jumlah darah lengkap (DL) : Hb dan Ht menurun
b. Jumlah trombosit : menurun (aplastik), meningkat (DB), normal/tinggi (hemolitik)
c. Hb elektroforesis : mengidentifiksasi tipe struktur Hb (Andra dan Yessie, 2013).
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia berdasarkan etiologinya, antara lain :
a. Anemia karena perdarahan
Pengobatan terbaik adalah transfusi darah. Pada pendarahan kronik diberikan
transfusi packed cell. Mengatasi renjatan dan penyebab perdarahan. Dalam keadaan
darurat pemberian cairan intravena dengan cairan infuse apa saja yang tersedia.
b. Anemia defisiensi besi (DB)
Respon regular DB terhadap sejumlah zat besi cukup mempunyai arti diagnostik,
pemberian oral garam ferro sederhana (sulfat, glukonat, fumarat) merupakan terapi
yang murah dan memuaskan. Preparat besi parenteral adalah bentuk yang efektif dan
aman digunakan bila perhitungan dosis tepat, sementara itu keluarga harus diberi
edukasi tentang diet penderita, dan konsumsi susu harus dibatasi lebih baik 500
mL/24 jam. Jumlah ini mempunyai pengaruh ganda yakni jumlah makanan yang
kaya akan besi bertambah dan kehilangan darah karena intoleransi protein susu sapi
tercegah,
c. Anemia defisiensi asam folat
Meliputi pengobatan terhadap penyebabnya dan dapat dilakukan pula dengan
pemberian/suplementasi asam folat oral 1 mg / hari.
d. Anemia hemolitik autoimun
Terapi inisial dengan menggunakan prednison 1-2 mg/Kg BB/hari. Jika anemia
mengancam hidup, transfusi harus diberikan dengan hati-hati.
e. Anemia aplastik
Terdapat 2 metode yang dilakukan, yaitu :
1) Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk memberikan persediaan jaringan
hematopoesti yang masih dapat berfungsi. Agar transplantasi dapat berhasil,
diperlukan kemampuan menyesuaikan sel donor dengan resipien serta
mencegah komplikasi selama masa penyembuhan. Dengan menggunakan
imunosupresan clyclosporine.
2) Transfusi imunosupresif dengan ATG (globulin antitimosit) diberikan untuk
menghentikan fungsi imunologis yang memperpanjang aplasia sehingga
memungkinkan sumsum tulang mengalami penyembuhan. ATG diberikan setiap
hari melalui kateter vena sentral selama 7-10 hari. Pasien yang berespon
terhadap terapi biasanya akan semuh dalam beberapa minggu sampai 3 bulan,
tetapi respon dapat lambat sampai 6 bulan setelah penanganan. Pasien
mengalami anemia berat dan ditangani secara awal selama perjalanan
penyakitnya mempunyai kesempatan terbaik berespon terhadap ATG.
8. Komplikasi
a. Perkembangan otot buruk
b. Daya konsentrasi menurun
c. Hasil uji perkembangan menurun
d. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
e. Sepsis
f. Sensitisasi terhadap antigen donor yang bereaksi – silang menyebabkan perdarahan
yang tidak terkendali
g. Cangkokan vs penyakit hospes (timbul setelah pencangkokan sumsum tulang)
h. Kegagalan cangkok sumsum
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul antara lain :
(1) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrisi ke sel ditandai dengan takikardia,
pengisian kapiler lambat, ekstremitas dingin, tekanan darah dibawah normal.
(2) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna/mengabsorbsi nutrient
ditandai dengan BB turun, anorexia, bising usus diatas atau dibawah normal.
(3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan pengiriman oksigen ke jaringan
ditandai dengan kelemahan dan nyeri ekstremitas.
(4) Ansietas berhubungan dengan prosedur diagnostik/transfusi ditandai dengan gelisah.
3. Rencana Keperawatan
No. Diagnosa
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
DX Keperawatan
1 Perfusi perifer tidak Setelah diberikan asuhan Periksa sirkulasi perifer (mis.
efektif berhubungan keperawatan selama ....x.... jam Nadi perifer, pengisian
dengan penurunan diharapkan perfusi jaringan kapiler, warna, suhu)
komponen seluler yang perifer meningkat dengan kriteria Identifikasi resiko gangguan
diperlukan untuk hasil : sirkulasi (mis. Diabetes,
pengiriman Warna kulit pucat menurun perokok, orang tua,
oksigen/nutrisi ke sel Nyeri ekstremitas menurun hipertensi dan kadar
ditandai dengan Kelemahan otot menurun kolesterol tinggi)
takikardia, pengisian Akral hangat Monitor panas, kemerahan,
kapiler lambat, Turgor kulit elastis nyeri, bengkak pada
ekstremitas dingin, Tekanan darah dalam batas ekstremitas
tekanan darah dibawah normal. Hindari pemasangan infus,
normal pengukuran tekanan darah
atau pengambilan darah di
area keterbatasan perfusi
Hindari penekanan dan
pemasangan tourniquet pada
area yang cedera
Lakukan pencegahan infeksi
Lakukan perawatan kaki dan
kuku
Anjurkan berhenti merokok
dan rutin berolah raga
2 Defisit nutrisi Setelah diberikan asuhan Identifikasi alergi dan
berhubungan dengan keperawatan selama ....x.... jam intoleransi makanan
ketidakmampuan diharapkan status nutrisi pasien Monitor berat badan
mencerna/mengabsorbsi membaik dengan kriteria hasil : Lakukan oral hygiene
nutrient ditandai dengan Porsi makan yang dihabiskan sebelum makan k/p
BB turun, anorexia, meningkat Anjurkan makan dengan
bising usus diatas atau IMT membaik posisi duduk jika mampu
dibawah normal. Nafsu makan membaik Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri) k/p
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menenrukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan k/p
3 Intoleransi aktivitas Setelah diberikan asuhan Monitor kelelahan fisik dan
berhubungan dengan keperawatan selama ....x.... jam emosional
penurunan pengiriman diharapkan toleransi aktivitas Monitor lokasi dari
oksigen ke jaringan meningkat dengan kriteria hasil : ketidaknyamanan selama
ditandai dengan Saturasi oksigen meningkat melakukan aktivitas
kelemahan dan nyeri Perasaan lemah berkurang Sediakan lingkungan yang
ekstremitas. Tekanan darah dalam batas nyaman dan aman
normal Lakukan latihan rentang pasif
dan atau pasif
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
Kolaborasi dengan ahli gizi
tetang cara meningkatkan
asupan makan
4 Ansietas berhubungan Setelah diberikan asuhan Monitor tanda-tanda ansietas
dengan prosedur keperawatan selama ....x.... jam Temani pasien untuk
diagnostik/transfusi diharapkan tingkat ansietas mengurangi kecemasan jika
ditandai dengan gelisah. menurun dengan kriteria hasil : memungkinkan
Perilaku gelisah menurun Dengarkan dengan penuh
Keluhan pusing menurun perasaan
Pola tidur membaik Gunakan pendekatan yang
Tekanan darah dalam batas tenang dan meyakinkan
normal Jelaskan prosedur termasuk
sensasi yang mungkin
dialami
Anjurkan keluarga tetap
bersama pasien
Kolaborasi pemberian
therapy
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang
lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
5. Evaluasi
DX 1 : Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrisi ke sel.
Warna kulit pucat menurun
Nyeri ekstremitas menurun
Kelemahan otot menurun
Akral hangat
Turgor kulit elastis
Tekanan darah dalam batas normal.
Gastrointestinal Kardiovaskuler
Intoleransi Perubahan
Defisit nutrisi aktivitas perfusi jaringan
Andra Saferi dan Yessie Mariza. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2 : Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika
Handayani, Wiwik & Andi Sulistyo Haribowo. 2016. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien
dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika
Karsinah. 2016. Asuhan Keperawatan pada Klien Anemia. Yogyakarta : Nuha Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Dewan Pengurus Pusat