Anda di halaman 1dari 61

PROPOSAL

PENGARUH PENGGUNAAN BENGKUNG BELLY


TERHADAP PENURUNAN NYERI IBU NIFAS DI RS
PERMATA BUNDA PURWODADI

Oleh

DINA AYU PERMATASARI


P1337424419160

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN
TAHUN 2019

1
ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan Bengkung Belly


Terhadap Penurunan Nyeri Ibu Nifas ” telah disetujui dan dinyatakan
memenuhi syarat untuk diseminarkan.

Semarang, November 2019

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Melyana Nurul W,S.SiT,M.Kes Drs. Ngadiyono,SKp.Ns.MH.Kes


NIP: 197909032002122002 NIP: 196210211983031002
iii

HALAMAN PENGESAHAN

Proposal skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan Bengkung Belly


Terhadap Penurunan Nyeri Ibu Nifas Di Rumah Sakit Permata Bunda
Purwodadi” telah dipertahankan didepan dewan penguji pada tanggal dan
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.

Semarang,

Ketua Penguji

Dwi Andang P, SSiT.,M.Kes


NIP: 199102252018012001

Penguji 1

Dr. Melyana Nurul W,S.SiT,M.Kes


NIP: 197909032002122002

Penguji 2

Drs. Ngadiyono,SKp.Ns.MH.Kes
NIP: 196210211983031002

Mengetahui
Ketua Program Studi

Ida Ariyanti, S.SiT,M.Kes


NIP: 197005141998032001
iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, dengan sebenarnya menyatakan bahwa

skripsi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan ketentuan yang

berlaku di Politekhnik Negeri Semarang dan belum pernah di sampaikan dalam

penelitian-penelitian sebelumnya. Jika dikemudian hari ternyata saya melakukan

tindakan plagiarisme, saya bertanggungjawab sepenuhnya dan bersedia menerima

sanksi yang dijatuhkan oleh instansi kepada saya.

Semarang, Desember 2019

Peneliti
materai

DINA AYU PERMATASARI


P1337424419160
v

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kita ucapkan , berkat rahmat dan hidayah-NYA


penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan Bengkung Belly
Terhadap Penurunan Nyeri Ibu Nifas Di Rumah Sakit Permata Bunda
Purwodadi” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana.
Selesainya penyusunan skripsi ini, terdapat beberapa motifasi dan
petunjuknya kepada penulis dari beberapa pihak sehingga pada akhirya penulis
mampu menyelesaikan proposal skripsi ini tepat pada waktunya. Oleh karena itu,
perkenangkanlah penulis pada kesempatan kali ini untuk menyampekan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. selaku Rektor Politekhnik Negeri Semarang.
2. Ibu Ida Ariyanti,S.SiT M. Kes selaku Ketua Program Politekhnik Negeri
Semarang.
3. Dr. Melyana Nurul W,S.SiT,M.Kes selaku pembimbing I yang telah
meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, arahan dan petunjuknya
kepada penulis.
4. Drs. Ngadiyono,SKp.Ns.MH.Kes selaku pembimbing II yang telah begitu
sabar dalam memberikan bimbingan kepada penulis.
5. Bapak/ibu dosen atas segala kesempatan yang diberikan dan motifasi
selama menempuh pendidikan di program SI Terapan Kebidanan
6. Suamiku tercinta yang selalu mendukung, mensupport dan memberi restu
untuk saya melanjutkan studi pendidikan
7. Ibu dan bapak tercita dan keluarga besar saya, yang selalu memberikan
dukungan, memberikan kasih sayang yang tak ternilai, serta dukungan
moril dan materil selama mengikuti pendidikan
8. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan
skripsi ini.

Penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
vi

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Penulis
juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama
dalam bidang Keperawatan.

Semarang, ............November 2019


Peneliti

DINA AYU PERMATASARI


P1337424419160
vii

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL..................................................iii
PERNYATAAN..............................................................................................iv
KATA PENGANTAR....................................................................................v
DAFTAR ISI...................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................viii
DAFTAR TABEL...........................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................x
BAB I. PEDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................5
C. Tujuan Penelitian..................................................................................5
D. Manfaat Penelitian................................................................................6
E. Keaslian Penelitian...............................................................................6
BAB II. KERANGKA TEORI
A. Tinjauan teori
1. Masa Nifas.....................................................................................10
2. Teori nyeri......................................................................................22
3. Berngkung bali...............................................................................33
B. Kerangka Teori.....................................................................................36
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Kerangka konsep..................................................................................37
B. Hipotesa................................................................................................37
C. Variabel Penelitian................................................................................37
D. Definisi operasional Penelitian.............................................................38
E. Waktu penelitian...................................................................................38
F. Populasi dan sampel.............................................................................40
G. Tejhnik pengolahan data.......................................................................44
H. Jadwal Penelitian..................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori...................................................................................39

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian...............................................................37


ix

DAFTAR TABEL

Halaman

TABEL 3.1 Definisi operasional............................................................................38


x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Pencarian Data


Lampiran 2 Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3 Surat Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4 Lembar Observasi derajat GGK
Lampiran 5 Kuesioner gangguan fungsi kognitif
Lampiran 6 Jadwal Penelitian
Lampiran 7 Lembar Konsul
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang

Ibu yang berada pada pada masa setelah melahirkan akan mengalami

berbagai masalah kesehatan atau ketidaknyamanan pada masa nifas, salah

satunya adalah nyeri punggung pada ibu di masa nifas. Nyeri merupakan

sensasi ketidaknyamanan yang sering dikeluhkan ibu nifas. Nyeri nifas dapat

terjadi karena berbagai macam sebab, antara lain adalah kontraksi uterus

selama periode involusi uterus, pembengkakan payudara karena proses laktasi

yang belum adekuat, perlukaan jalan lahir, dan perlukaan insisi bedah pada

ibu post sectio caesarea (SC) (Carpenito, 2010).

Menurut Manjuaba (2016) nyeri yang muncul mengacu pada nyeri

spasmodik yang terjadi pada perut bagian bawah setelah melahirkan untuk

periode variabel. Ini kram perut disebabkan oleh kontraksi postpartum rahim

karena menyusut kembali ke ukuran dan lokasi pra-kehamilan. Kehadiran

gumpalan darah setelah melahirkan menyebabkan hipertonik kontraksi rahim

dalam upaya mengeluarkannya. Rahim kehilangan tonus otot selama

kehamilan karena siklus kontraksi relaksasinya dan menyebabkan rasa sakit

setelahnya.

Nyeri dapat dirasakan pada berbagai macam tingkatan mulai dari

nyeri ringan-sedang sampai nyeri berat.Tingkatan nyeri yang dirasakan pasien

nifas tergantung dari banyaknya sumber penyebab nyeri, toleransi pasien


2

terhadap nyeri, dan faktor psikologis dan lingkungan (Rohmah. N. & Walid,

S. 2008). Nyeri berdampak sangat komplek bagi perawatan ibu nifas, antara

lain adalah terhambatnya mobilisasi dini, terhambatnya laktasi, terhambatnya

proses bonding attachment, perasaan lelah, kecemasan, kecewa karena

ketidaknyamanan, gangguan pola tidur, dan bahkan bila nyeri berkepanjangan

akan meningkatkan risiko nifas blues. Dampak-dampak negatif ini bila tidak

diatasi akanmempengaruhi proses pemulihan ibu nifas. Nyeri pada ibu nifas

terutama dirasakan pada hari pertama dan kedua, dimana fase adaptasi

psikologis ibu masuk pada tahap taking in yaitu tahap dependent.Tahap ini

ibu masih membutuhkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

dengan porsi terbesar yang pemenuhan kebutuhan istirahat/tidur dan nutrisi.

Bila nyeri yang terjadi pada fase ini tidak dapat diatasi maka akan

memperpanjang fase taking in dan proses dependent-independent klien

manjadi terhambat (Bobak, 2012).

Dalam mengatasi nyeri, dalam Fahimeh, Mozhgan, Zhaleh (2015)

Tujuan utama perawatan selama persalinan adalah manajemen nyeri

persalinan yang dilakukan melalui metode farmakologis dan non-

farmakologis. Metode farmakologis efektif dalam menghilangkan fisik

perasaan sakit, sementara metode non-farmakologis mencegah rasa sakit lebih

efisien. Selain itu, terdapat beberapa isu yang terjadi dimasyarakat yang

masih terbawa oleh kebudayaan dan kultur masyarakat setempat. Kebudayaan

atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respon terhadap kesehatan dan

penyakit dalam kehidupan masyarakat begitu pula dalam bidang kesehatan


3

( Tjong, 2012). Budaya bengkung atau stagen masih kental di masyarakat

hingga saat ini. Penelitian Savitri (2007) dalam penelitian kualitatifnya di

Bogor, Jawa Barat bahwa dari 30 orang ibu nifas, 24 diantaranya melakukan

perawatan nifas berdasarkan kebiasaan budaya, antara lain ibu menjaga

kesembuhan vagina dengan air sirih, dan mengurut daerah rahim oleh tukang

urut yang dipercaya untuk dapat mengembalikan rahim ke tempat semula dan

perut ibu dililit dengan bengkung/ stagen.

Penelitian Fariza (2015) bahwa ibu postpartum di Malysia masih

kental dengan tradisi budaya yaitu menyakini dan taat terhadap berpantang

makan, melakukan pijat postpartum tradisional dan ramuan tradisional untuk

mencegah nyeri postpartum dan komplikasinya.Hasil dari kedua penelitian

tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat masih percaya dengan adanya

perawatan postpartum. Pada riset berikutnya yang dilakukan oleh Wough

(2011) pada wanita imigran meksiko di Amerika Serikat dalam 6 minggu

pemulihan persalinan menggunakan la cuarentena di dapatkan hasil

responden melaporkan bahwa tradisi budaya la cuarentena akan "menutup"

tubuh bagian perut dipandang sebagai tujuan utama pemulihan

pascapersalinan.

Pada teori Amalia (2014) menyatakan terdapat banyak manfaat dari

penggunaan bengkung, beberapa diantaranya yaitu dapat memaksimalkan

involusi uterus, memulihkan tonus abdomen, mengurangi nyeri punggung dan

menyangga punggung ibu nifas sehingga membantu pembentukan postur

tubuh menjadi lebih cepat terbentuk.Ibu nifas yang menggunakan kain


4

penyangga (bengkung) bisa mendapatkan kompresi atau tekanan pada perut

sehingga membantu menyangga perut dan daerah lumbopelvic dengan

memberikan sedikit tekanan di otot tranversus abdominis ( Benjamin dkk,

2013). Sehingga pada akhirnya akan membantu agar otot abdomen bekerja

lebih sempurna.Otot perut yang lemah ikut menyumbang kejadian nyeri

punggung selama dan sesudah kehamilan. Menggunakan apalagi disertai

dengan latihan fisik yang bagus akan mengurangi insiden nyeri punggung

bagian bawah pada ibu nifas, karena bengkung bisa membantu menjaga

kestabilan pelvik dan punggung ( Motolla, 2012).

Di kabupaten Grobogan pada tahun 2019 sampai bulan maret

terdapat 5.432 Persalinan normal. Sementara di Rs Permata Bunda pada

Bulan Agustus 2019 terdapat 473 kasus persalinan normal. Tingginya jumlah

persalinan di Rs Permata Bunda Purwodadi adalah wujud dari rumah sakit

unggulan untuk ibu dan anak di Purwodadi. Sebagian besar kasus di rumah

sakit Permata Bunda Purwodadi mayoritas berkaitan dengan maternitas.

Selain itu, peneliti yang juga merupakan salah satu karyawan di Rs Permata

Bunda Purwodadi diharapkan dapat lebih membantu memperlancar dalam

melakukan penelitian. Dari dasar tersebut peneliti memilih Rs Permata Bunda

untuk melakukan penelitian ini. Berdasarkan studi pendahuluan di RS

Permata Bunda Purwodadi Kabupaten Grobogan dari data kunjungan Kamar

Bersalin berdasarkan jenis pelayanan selama tahun 2018 ada 4.841 persalinan

dan terbanyak pada jenis pelayanan spontan sejumlah 1.938 persalinan

(40,03%), operasi sectio caesarea 1.723 (35,59%) dan selebihnya seperti jenis
5

pelayanan kuret, exterpasi, biopsi, Vacum Ekstraksi, manual plasenta dan

pengikatan serviks. Hasil observasi awal pada 10 ibu post partum spontan,

sebagian besar yaitu ada 9 orang yang menggunakan stagen atau bengkung

setelah melahirkan dengan tujuan agar perut cepat kembali atau rata dan dapat

membantu ibu untuk mengurangi rasa nyeri dan ketidaknyamanan setelah

persalinan karena bisa menyangga perut yang kendur dan mengurangi

keluhan nyeri punggung.Ditinjau dari aspek kesehatan pemakaian bengkung

dan gurita diperbolehkan asalkan pemakaiaannya tidak terlalu erat dan boleh

dipakai ketika luka perineum sudah kering. Bengkung bisa menahan tekanan

abdomen ketika ibu sedang bersin, batuk, tertawa / gerakan mendadak yang

menyebabkan meningkatnya tekanan dalam abdomen ( Santosa, 2012). Dari

beberapa dasar di atas yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian

tentang “ pengaruh pengunaan bekung belly terhadap penurunan nyeri pada

ibu nifas di Rumah sakit permata bunda Purwodadi”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan data – data yang telah di sampaikan di atas, di temukan

kesenjangan yang akan diteliti yaitu apakah ada pengaruh pengunaan bekung

belly terhadap penurunan nyeri pada ibu nifas di Rumah sakit permata bunda

Purwodadi?.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum :

Adakah pengaruh pengunaan bekung belly terhadap penurunan nyeri

pada ibu nifas di Rumah sakit permata bunda Purwodadi.


6

2. Tujuan Khusus :

a. Mengidentifikasi nyeri pada ibu nifas yang tidak menggunakan

bengkung belly di Rs Permata Bunda Purwodadi.

b. Mengidentifikasi nyeri pada ibu nifas yang menggunaan bengkung

belly di Rs Permata Bunda Purwodadi.

c. Menganalisa tentang pengaruh pengunaan bekung belly terhadap

penurunan tingkat nyeri pada ibu nifas di Rumah sakit permata

bunda Purwodadi?

D. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian selesai peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat

baik secara teoritis maupun praktis.

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk perkembangan

penggunaan bengkung belly di masyarakat.

2. Secara Praktis

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan

wawasan penelitian serta sebagai media untuk menerapkan ilmu

yang telah didapatkan dan khususnyailmu metodologi penelitian.

b. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan referensi


7

untuk memberikan informasi kepada ibu tentang penggunaan

bengkung belly.

c. Bagi Tenaga Kesehatan

Khususnya di RS Permata Bunda Purwodadi hasil penelitian ini

diharapkan dapat digunakan sebagai dasar penatalaksanaan nyeri

pada ibu nifas.

d. Bagi Peneliti Lain

Hasilnya dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk melaksanakan

penelitian selanjutnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Lingkup keilmuan

Penelitian ini merupakan penelitian dibidang terapan kebidanan mengenai

perawatan komplementer pada ibu nifas.

2. Lingkup masalah

Lingkup masalah dalam penelitian ini dibatasi tentang pengaruh

pemakaian bengkung belly terhadap penurunan nyeri.

3. Lingkup sasaran

Sasaran penelitian ini adalah ibu nifas post partum spontan.

4. Lingkup metode

Penelitian ini merupakan penelitian true experiment dengan pendekatan

study pretest-posttest control group desaign.

5. Lingkup lokasi
8

Lokasi penelitian dilaksanakan di RS Permata Bunda Purwodadi

Kabupaten Grobogan.

6. Lingkup waktu

Lingkup waktu penelitian pada bulan Januari tahun 2020.

F. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu


No. Judul, Nama, Sasaran Variasi Metode Hasil
Tahun yang diteliti
1. pendidikan ibu nifas di - Metode yang Hasil dari kegiatan
komunitas desa keling dipakai adalah ini terdapat 24 ibu
tentang kecamatan survey untuk di Desa Keling
pemakaian kepung menentukan yang
bengkung pada kabupaten sasaran, pelatihan menggunakan
ibu nifas di desa Kediri tahun kader tentang bengkung.
keling 2018 cara pemakaian Sebelum
kecamatan bengkung yang penyuluhan
kepung aman untuk ibu dilaksanakan ibu
kabupaten nifas. nifas
Kediri menyampaikan
beberapa keluhan
karena pemakaian
bengkung yang
salah yaitu 9 ibu
nifas mengatakan
kakinya bengkak
(37,5 %), 10 ibu
nifas mengatakan
mengalami gatal-
gatal di kulit
(41,67%), 3 orang
ibu nifas
merasakan sesak
nafas (12,5%) dan
2 orang
mengatakan tidak
ada keluhan sama
sekali
2. efektivitas Ibu nifas di - Desain yang Berdasarkan uji
bengkung dan Puskesmas digunakan statistik Chi
gurita terhadap kelling peneliti adalah square test bisa
involusi uterus true disimpulkan
dan pengeluaran eksperimental bahwa H1 ditolak
lochea di design dengan yang artinya tidak
puskesmas pendekatan ada perbedaan
keling posttest only kejadian involusi
kabupaten control group uterus.
Kediri design Berdasarkan uji
9

statistik kruskall
wallis test bisa
disimpulkan
bahwa H1 ditolak
yang artinya tidak
ada perbedaan
kejadian
pengeluaran
lochea.

Perbedaan Penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah :

1. Desain penelitian pada penelitian ini adalah true eksperiment dengan

pendekatan pretest-posttest control group desaign sedangkan pada penelitian

sebelumnya adalah true eksperiment dengan pendekatan post test only control

group desaign.

2. Pada penelitian ini tentang penggunaan bengkung belly terhadap penurunan

tingkat nyeri sedangkan sebelumnya tentang efektivitas bengkung dan gurita

terhadap involusi uterus dan pengeluaran lochea.


10

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Tinjauan Teori

1. Masa Nifas(Puerperium)

a. Pengertian MasaNifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara

keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan (Anggraini, Y, 2010).

Masa Nifas atau Puerperium adalah masa setelah persalinan selesai

sampai 6 minggu atau 42 hari.Asuhan selama periode nifas perlu

mendapat perhatian karena sekitar 60% angka kematian ibu terjadi pada

periode ini (Martalina D., 2012).

b. Tujuan Asuhan MasaNifas

Tujuan Asuhan Masa Nifas Menurut Anggraini, Y (2010) tujuan masa

nifas antara lain sebagai berikut:

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis

2) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayinya.

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

dini, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan

perawatan bayi sehat.


11

4) Memberikan pelayanan KB

c. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam MasaNifas

Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas ini menurut

Sulistyawati, (2009)., antara lain sebagai:

1) Teman terdekat, sekaligus pendamping ibu nifas dalam menghadapi

saat-saat krisis masanifas.

2) Pendidik dalam usaha pemberian pendidikan kesehatan terhadap ibu

dankeluarga

3) Pelaksana asuhan kepada pasien dalam hal tindakan perawatan,

pemantauan, penanganan masalah, rujukan, dan deeksi dini

komplikasi masa nifas.

d. Tahapan masanifas

Nanny, (2011) menyatakan Nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:

1) Puerperiumdini

Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-

jalan, serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya.

2) Puerperiumintermediate

Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya

6-8 minggu

3) Puerperiumremote

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama

apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.


12

e. Perubahan psikologi masanifas

Menurut Sulistyawati, (2009) adaptasi psikologi masa nifas di

kelompokan menjadi 3 fase yaitu:

1) Periode “TakingIn”

a) Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada

umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada

kekhawatiran akantubuhnya.

b) Ia mungkin akan mengulang-ulang menceritakan

pengalamannya waktumelahirkan.

c) Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi

gangguan kesehatan akibat kurangistirahat.

d) Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan

dan penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasiaktif.

e) Dalam memberikan asuhan, bidan harus dapat memfasilitasi

kebutuhan psikologis ibu. Pada tahap ini, bidan dapat menjadi

pendengar yang baik ketika ibu menceritakan pengalamannya.

Berikan juga dukungan mental atau apresiasi atas hasil

perjuangan ibu sehingga dapat berhasil melahirkan anaknya.

Bidan harus dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi ibu

sehingga ibu dapat dengan leluasa dan terbuka mengemukakan

permasalahan yang dihadapi para bidan. Dalam hal ini, sering

terjadi kesalahan dalam pelaksanaan perawatan yang dilakukan

oleh pasien terhadap dirinya dan bayinya hanya karena


13

kurangnya jalinan komunikasi yang baik antara pasien danbidan.

2) Periode “TakingHold”

a) Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 postpartum.

b) Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua

yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadapbayi.

c) Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB,

BAK, serta kekuatan dan ketahanantubuhnya.

d) Ibu berusaha keras untuk menguasai ketrampilan perawatan

bayi, misalnya menggendong, memandikan, memasang popok,

dansebagainya.

e) Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitif dan merasa tidak mahir

dalam melakukan hal-haltersebut.

f) Pada tahap ini, bidan harus tanggap terhadap kemungkinan

perubahan yangterjadi.

g) Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk

memberikan bimbingan cara perawatan bayi, namun harus

selalu diperhatikan teknik bimbingannya, jangan sampai

menyinggung perasaan atau membuat perasaan ibu tidak

nyaman karena ia sangat sensitif. Hindari kata ”jangan begitu”

atau “kalau kayak gitu salah” pada ibu karena hal itu akan

sangat menyakiti perasaannya dan akibat ibu akan putus asa

untuk mengikuti bimbingan yang bidan berikan.

3) Periode “LettingGo”
14

a) Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang kerumah. Periode

ini pun sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang

diberikan olehkeluarga.

b) Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia

harus beradaptasi dengan segala kebutuhanbayi

yang sangat tergantung padanya. Hal ini menyebabkan

berkurangnya hak ibu, kebebasan, dan hubungan sosial.

c) Depresi postpartum umumnya terjadi pada periodeini.

f. Kunjungan masanifas

Pada kebijakan program nasional masa nifas paling sedikit dilakukan 4

kali kunjungan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk

mencegah, mendeteksi serta menangani masalah- masalah yangterjadi.

Frekuensi kunjungan masa nifas menurut Nanny V, (2011).yaitu:

1.) Kunjungan pertama 6-8 jam pasca persalinan Tujuan:

a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atoniauteri

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika

perdarahanberlanjut

c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana pencegahan perdarahan masa nifas karena

atoniauteri

d) Pemberian ASIawal

e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi barulahir

f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia


15

Catatan: Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus

tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama

setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaanstabil.

2.) Kunjungan kedua 6 hari pasca persalinan Tujuan:

a) Memastikan involusi utreri berjalan normal: uterus

berkontraksi dengan baik, tinggi fundus dibawah umbilicus,

tidak ada perdarahan abnormal, tidakberbau.

b) Menilai adanya tanda infeksi, demam atau perdarahan

abnormal

c) Memastikan ibu mendapatkan gizi cukup, cairan dan insirahat

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tandapenyulit.

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,

perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan perawatan

bayisehari-hari

3.) Kunjungan ketiga 2 minggu pasca persalinan

Tujuan: Sama seperti pada kunjungan 6 hari setelah persalinan

4.) Kunjungan keempat 6 minggu pasca persalinan Tujuan:

a) Menanyakan pada ibu mengenai penyulit-penyulit yang

dialami oleh ibu maupunbayi

b) Memberikan konseling untuk menggunakan KB secara dini

g. Perubahan fisiologi masanifas

Menurut Nanny (2011) beberapa perubahan dalam masa nifas yaitu :


16

1) Proses involusiuteri

Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira

2 cm di bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada

promontorium sakralis. Pada saat besar uterus kira-kira sama dengan

berat uterus sewaktu usia kehamilam 16 minggu dengan berat 1000

gram (Anggraini, 2010). Menurut Sulistyawati, A (2009)

menjelaskan mengenai tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut

involusi sebagai berikut:

Tabel 2.1 Masa involusi (Sulistyawati , 2009)

Involusi Tinggu fundus uteri Berat uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Kala III Dua jari dibawah pusat 750 gram
Satu minggu Pertengahan pusat-symphisis 500 gram
Dua minggu Tak teraba di atas symphisis 350 gram
Enam minggu Bertambah kecil 50gram
2) Servik

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-

perubahan yang terdapat pada serviks postpartum adalah bentuk

servik yang akan menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan

oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan

serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan

antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna

serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh

darah.

3) Vagina danperineum

Segera setelah pelahiran, vagina tetap terbuka lebar, mungkin


17

mengalami beberapa derajat edema dan memar, dan celah pada

introitus.Setelah satu hingga dua hari pertama pascapartum, tonus

otot vagina kembali, celah vagina tidak lebar dan vagina tidak lagi

edema.

4) Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan

mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme

berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada

vagina normal. Lochea mempunyai bau yang amis meskipun tidak

terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita.

Sekret mikroscopik lokia terdiri atas eritrosit, pengeluaran desidua,

sel epitel, dan bakteri. Lokia mengalami perubahan karena proses

involusi. Pengeluaran lochea dapat di bagi berdasarkan waktu dan

warnanya diantaranya sebagai berikut:

a) Lochea Rubra/merah(kruenta)

Lokia ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga

masapostpartum.Sesuai dengan namanya merah dan

mengandung darah dari perobekan/luka pada plasenta dan

serabut dari desidua dan chorion.Lokia ini terdiri atas sel

desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, dan

sisa darah.

b) Locheasanguilenta

Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta


18

berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 post partum

c) Locheaserosa

Lochea ini muncul pada hari ke 5-9 postpartum.Warnanya

biasanya kekuningan atau kecoklatan.Lochea ini terdiri atas

lebih sedikit darah dan lebih banyak serum juga terdiri atas

leukosit dan robekan laserasi plasenta.

d) Locheaalba

Lochea ini muncul pada >14hari berlangsung 2-6 postpartum,

warnanya putih.Lochea ini mengandung leukosit, sel desidua

dan sel epitel, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang

mati.

h. Komplikasi pada masanifas

Menurut Kirti Iyengar, Ranjana Yadav , dan Swapnaleen Sen (2012)

terdapat beberapa komplikasi pada masa nifas, yaitu :

1) Komplikasi ibu 'parah'

a) Eklampsia

b) Wanita diberikan transfusi darah dengan alasan apa pun selama

kehamilan atau periode postpartum

c) Perdarahan postpartum parah yang membutuhkan transfusi

darah

d) Anemia berat (kadar hemoglobin 7 g atau lebih rendah) pada

kunjungan nifas pada minggu pertama

e) Aborsi rumit yang membutuhkan laparotomi atau transfusi darah


19

f) Operasi caesar untuk indikasi ibu (perdarahan antepartum,

persalinan macet, kebohongan melintang, dan kehamilan

kembar)

2) Komplikasi yang 'tidak terlalu parah'

a) Preeklampsia berat dan sedang

b) Perdarahan postpartum seperti diketahui oleh dukun terlatih

tetapi tidak diberikan transfusi darah

c) Pendarahan antepartum (jumlah kehilangan darah yang

signifikan sebelum melahirkan sesuai catatan / dilaporkan oleh

wanita) tetapi tidak ada operasi caesar atau transfusi darah yang

dilakukan

d) Anemia sedang (Hb 7.1-9.0 g) pada kunjungan nifas pada

minggu pertama

e) Komplikasi terkait aborsi yang membutuhkan evakuasi uterus

f) Operasi caesar untuk alasan apa pun tetapi tidak indikasi ibu

g) Demam> 38 ° C dilaporkan oleh perawat-bidan / dokter atau

episiotomi / sepsis yang terinfeksi

3) Tidak parah

Sebuah. Persalinan pervaginam tanpa komplikasi ibu yang parah dan

tidak terlalu parah seperti yang disebutkan atas

i. Efektivitas asuhan masanifas

1) Ibu postpartum mengalami pemulihan fisiologis tanpakomplikasi

2) Ibu postpartum menyebutkan pengetahuan dasar yang akurat


20

mengenai caramenyusui

3) Ibu postpartum mendemonstrasikan perawatan yang tepat untuk diri

danbayinya

4) Ibu berinteraksi positif terhadap satu sama lain (bayi dan anggota

keluarga yanglain)

j. Ketidaknyamanan fisik dalam masanifas

Menurut Varney (2008) terdapat beberapa ketidaknyamanan pada masa

nifas.Meskipun dianggap normal, ketidaknyamanan tersebut dapat

menyebabkan distres fisik yang bermakna.

1) Nyeri setelah melahirkan

Nyeri setelah melahirkan disebabkan oleh kontraksi dan relaksasi

uterus yang berurutan yang terjadi secara terus menerus.Nyeri ini

lebih umum terjadi pada paritas tinggi dan pada wanita

menyusui.Alasan nyeri yang lebih berat pada wanita dengan paritas

tinggi adalah penurunan tonus otot uterus secara bersamaan,

menyebabkan relaksasi intermiten (sebentar-bentar).Berbeda pada

wanita primipara yang tonus ototnya masih kuat dan uterus tetap

berkontraksi tanpa relaksasi intermiten.Pada wanita menyusui,

isapan bayi menstimulasi produksi oksitosin oleh hipofise posterior.

Pelepasan oksitosin tidak hanya memicu refleks let down

(pengeluaran ASI) pada payudara, tetapi juga menyebabkan

kontraksi uterus. Nyeri setelah melahirkan akan hilang jika uterus

tetap berkontraksi dengan baik saat kandung kemih kosong.


21

Kandung kemih yang penuh mengubah posisi uterus ke atas,

menyebabkan relaksasi dan kontraksi uterus lebih nyeri.

2) Keringatberlebih

Wanita postpartum mengeluarkan keringat berlebihan karena tubuh

menggunakan rute ini dan diuresis untuk mengeluarkan kelebihan

cairan interstisial yang disebabkan olehpeningkatan

normal cairan intraselular selama kehamilan. Cara menguranginya

sangat sederhana yaitu dengan membuat kulit tetap bersih dan

kering.

3) Pembesaran payudara

Diperkirakan bahwa pembesaran payudara disebabkan oleh

kombinasi akumulasi dan stasis air susu serta peningkatan

vaskularitas dan kongesti. Kombinasi ini mengakibatkan kongesti

lebih lanjut karena stasis limfatik dan vena. Hal ini terjadi saat

pasokan air susu meningkat, pada sekitar hari ketiga postpartum baik

pada ibu menyusui maupun tidak menyusui dan berakhir sekitar 24

hingga 48 jam.

4) Nyeri perineum

Beberapa tindakan dapat mengurangi ketidaknyamanan atau nyeri

akibat laserasi atau luka episiotomi dan jahitan laserasi atau

episiotomi tersebut.Sebelum tindakan dilakukan, penting untuk

memeriksa perineum untuk menyingkirkan komplikasi seperti

hematoma. Pemeriksaan ini juga mengindikasikan tindakan lanjutan


22

apa yang mungkin paling efektif.

5) Konstipasi

Rasa takut dapat menghambat fungsi bowel jika wanita takut bahwa

hal tersebut dapat merobek jahitan atau akibat nyeri yang disebabkan

oleh ingatannya tentang tekanan bowel pada saat

persalinan.Konstipasi lebih lanjut mungkin diperberat dengan

longgarnya abdomen dan oleh ketidaknyamanan jahitan robekan

perineum derajat tiga atau empat.

6) Hemoroid

Jika wanita mengalami hemoroid, mungkin mereka sangat

merasakan nyeri selama beberapa hari.Hemoroid yang terjadi selama

masa kehamilan dapat menimbulkan traumatis dan menjadi lebih

edema selama kala duapersalinan.

k. Menurut Varney (2008) Tehnik pemulihan dari ketidaknyamanan fisik

dalam masa nifas adalah :

1) Nyeri setelahmelahirkan

Beberapa wanita merasa nyerinya cukup berkurang dengan

mengubah posisi tubuhnya menjadi telungkup dengan meletakkan

bantal atau gulungan selimut di bawah abdomen.Kompresi uterus

yang konstan pada posisi ini dapat mengurangi kram secara

signifikan. Analgesia efektif bagi sebagian besar wanita yang

kontraksinya sangat nyeri, seperti tylenol, ibuprofen.

2) Keringatberlebih
23

Keringat berlebihan selama masa nifas dapat dikurangi dengan cara

menjaga kulit tetap bersih, kering dan menjaga hidrasi yaitu minum

segelas air setiap satu jam pada kondisi tidak tidur.

3) Pembesaranpayudara

Bagi ibu yang tidak menyusui:

a) Tindakan untuk mengatasi nyeri bergantung pada apakah ibu

menyusui atau tidak. Bagi ibu yang tidak menyusui, tindakan ini

ditujukan untuk pemulihan ketidaknyamanan dan

penghentianlaktasi.

b) Menggunakan BH yang menyanggapayudara

c) Kompres es yang ditujukan untuk membatasi aliran darah dan

menghambat produksi airsusu

d) Penggunaananalgesik

Memberikan dukungan pada ibu bahwa ini adalah masalah

sementara

2. Teori Nyeri

a. Definisi Nyeri

Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat subjektif.

Keluhan nyeri yang dinyatakan seperti pegal, linu, ngilu, keju,

kemeng,dan seterusnya dapat dianggap sebagai modalitas nyeri.Nyeri

adalah sensasi ketidaknyamanan yang dimanifestasikan sebagai


24

penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, aman dan

fantasi luka (Sulistyo, 2013).

Sedangkan teori dari Yudha (2012) Nyeri adalah pengalaman

sensori nyeri dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan

dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial yang tidak menyenagkan

yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh ataupun sering disebut dengan

istilah distruktif dimana jaringan rasanya seperti di tusuk-tusuk, panas

terbakar, melilit, seperti emosi, perasaan takut dan mual.

b. Sifat Nyeri

Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Menurut

Andarmoyo (2013) menemukan empat atribut pasti untuk pengalaman

nyeri, yaitu: nyeri bersifat individual, tidak menyenangkan, merupakan

suatu kekuatan yang mendominasi, bersifat tidak berkesudahan. Nyeri

adalah segala sesuatu yang dikatakn seseorang tentang nyeri tersebut dan

terjadi kapan saja seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri. Apabila

seseorang merasa nyeri, maka prilakunya akan berubah (Potter, 2006).

c. Teori- Teori Nyeri

1) Teori Spesivitas ( Specivicity Theory)

Teori Spesivitas ini diperkenalkan oleh Descartes, teori ini

menjelaskan bahwa nyeri berjalan dari resepror-reseptor nyeri yang

spesifik melalui jalur neuroanatomik tertentu kepusat nyeri diotak

(Andarmoyo, 2013).Teori spesivitas ini tidak menunjukkan

karakteristik multidimensi dari nyeri, teori ini hanya melihat nyeri


25

secara sederhana yakni paparan biologis tanpa melihat variasi dari

efek psikologis individu (Prasetyo, 2010).

2) Teori Pola (Pattern theory)

Teori ini menjelaskan bahwa nyeri di sebabkan oleh berbagai

reseptor sensori yang di rangsang oleh pola tertentu, dimana nyeri ini

merupakan akibat dari stimulasi reseprot yang menghasilkan pola

dari implus saraf (Andarmoyo, 2013). Pada sejumlah causalgia,

nyeri pantom dan neuralgia, teori pola ini bertujuan untuk

menimbulkan rangsangan yang kuat yang mengakibatkan

berkembangnya gaung secara terus menerus pada spinal cord

sehingga saraf trasamisi nyeri bersifat hypersensitif yang mana

rangsangan dengan intensitas rendah dapat mengahasilkan trasmisi

nyeri (Andarmoyo, 2013).

3) Teori Pengontrol Nyeri (Theory Gate Control)

Teori gate control menyatakan bahwa implus nyeri dapat diatur

dan dihambat oleh mekanisme pertahanan disepanjang sistem saraf

pusat, dimana implus nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan

dibuka dan implus dihambat saat sebuah pertahanan tertutup

(Andarmoyo, 2013).

4) Endogenous Opiat Theory

Teori ini di kembangkan oleh Avron Goldstein, ia

mengemukakan bahwa terdapat substansi seperti opiet yang terjadi

selama alami didalam tubuh, substansi ini disebut endorphine


26

(Andarmoyo, 2013).Endorphine mempengaruhi trasmisi implus yang

diinterpretasikan sebagai nyeri.Endorphine kemugkinan bertindak

sebagai neurotrasmitter maupun neoromodulator yang menghambat

trasmisi dari pesan nyeri (Andarmoyo, 2013).

d. Klasifikasi Nyeri

1) Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi

a) Nyeri Akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut,

penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki proses yang

cepat dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat),

dan berlangsung untuk waktu yang singkat (Andarmoyo,

2013). Nyeri akut berdurasi singkat (kurang lebih 6 bulan)

dan akan menghilang tanpa pengobatan setalh area yang

rusak pulih kembali (Prasetyo, 2010).

b) Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang intermiten yang

menetap sepanjang suatu priode waktu, Nyeri ini berlangsung

lama dengan intensitas yang bervariasi dan biasanya

berlangsung lebih dari 6 bulan (Potter &Perry, 2005).

2) Klasifikasi Nyeri Berdasrkan Asal

a) Nyeri Nosiseptif

Nyeri nosiseptif merupakan nyeri yang diakibatkan oleh

aktivitas atau sensivitas nosiseptor perifer yang merupakan


27

respetor khusus yang mengantarkan stimulus naxious

(Andarmoyo, 2013).Nyeri nosiseptor ini dapat terjadi karna

adanya adanya stimulus yang mengenai kulit, tulang, sendi,

otot, jaringan ikat, dan lain-lain (Andarmoyo, 2013).

b) Nyeri neuropatik

Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau

abnormalitas yang di dapat pada struktur saraf perifer

maupun sentral , nyeri ini lebih sulit diobati (Andarmoyo,

2013).

3) Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Lokasi

a) Supervicial atau kutaneus

Nyeri supervisial adalah nyeri yang disebabkan stimulus

kulit.Karakteristik dari nyeri berlangsung sebentar dan

berlokalisasi.Nyeri biasanya terasa sebagai sensasi yang

tajam (Sulistyo, 2013).Contohnya tertusuk jarum suntik dan

luka potong kecil atau laserasi.

b) Viseral Dalam

Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi akibat stimulasi

organ-organ internal (Sulistyo, 2013).Nyeri ini bersifat difusi

dan dapat menyebar kebeberapa arah.Nyeri ini menimbulkan

rasa tidak menyenangkan dan berkaitan dengan mual dan

gejala-gejala otonom.Contohnya sensasi pukul (crushing)


28

seperti angina pectoris dan sensasi terbakar seperti pada ulkus

lambung.

c) Nyeri Alih (Referred pain)

Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri

viseral karna banyak organ tidak memiliki reseptor

nyeri.Karakteristik nyeri dapat terasa di bagian tubuh yang

terpisah dari sumber nyeri dan dapat terasa dengan berbagai

karakteristik (Sulistyo, 2013).Contohnya nyeri yang terjadi

pada infark miokard, yang menyebabkan nyeri alih ke

rahang, lengan kiri, batu empedu, yang mengalihkan nyeri ke

selangkangan.

d) Radiasi

Nyeri radiasi merupakan sensi nyeri yang meluas dari

tempat awal cedera ke bagian tubuh yang lain (Sulistyo,

2013).Karakteristik nyeri terasa seakan menyebar ke bagian

tubuh bawah atau sepanjang kebagian tubuh.Contoh nyeri

punggung bagian bawah akibat diskusi interavertebral yang

ruptur disertai nyeri yang meradiasi sepanjang tungkai dari

iritasi saraf skiatik.

e. Pengukuran Intensitas Nyeri


29

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri

dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri bersifat sangat

sabjektif dan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan berbeda oleh

dua orang yang berbeda (Andarmoyo, 2013).

Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling

mugkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu

sendiri, namun pengukuran dengan pendekatan objektif juga tidak dapat

memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Andarmoyo,

2013). Beberapa skala intensitas nyeri :

1)

Skala Intensitas Nyeri Deskriftif Sederhana

Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor scale, VDS)

merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih

objekti. Pendeskripsian VDS diranking dari ” tidak nyeri” sampai

”nyeri yang tidak tertahankan”(Andarmoyo, 2013). Perawat

menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk

memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Alat ini

memungkinkan klien memilih sebuah ketegori untuk

mendeskripsikan nyeri (Andarmoyo, 2013).

2) Skala Intensitas Nyeri Numerik


30

Skala penilaian numerik (Numerical rating scale, NRS) lebih

digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata.Dalam hal

ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10.Skala

paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan

setelah intervensi (Andarmoyo, 2013).

3) Skala Intensitas Nyeri Visual Analog Scale

Skala analog visual ( Visual Analog Scale) merupakan suatu

garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus

dan memiliki alat pendeskripsian verbal pada setiap ujungnya

(Andarmoyo, 2013).

4) Wong baker scale


31

WWong baker scale Merupakan skala bergambar ekspresi

wajah dari ekspresi senyum atau gembira sampai ekspresi

menangis yang menunjukkan nyeri yang sangat hebat. Pasien

dapat menentukan sendiri gambaran ekspresi dari skala untuk

menggambarkan intensitas nyeri yang dialami.(Judha, 2012).

f. Manajemen nyeri

1) Farmakologi

Manajemen farmakologi yang dilakukan adalah pemberian

analgesik atau obat penghilang rasa sakit (Blacks & Hawks,

2009).Penatalaksanaan farmakalogi adalah pemberian obat-obatan

untuk mengurangi nyeri. Obat-obatan yang diberikan dapat

digolongkan kedalam:

a) Analgesik opioid (narkotik)

Analgesik opioid terdiri dari turunan opium, seperti

morfin dan kodein.Opioid meredakan nyeri dan memberi

rasa euforia lebih besar dengan mengikat reseptor opiat dan

mengaktivasi endogen (muncul dari penyebab di dalam

tubuh) penekan nyeri dalam susunan saraf pusat.Perubahan

alam perasaan dan sikap serta perasaan sejahtera membuat

individu lebih nyaman meskipun nyeri tetap dirasakan

(Kozier, et al., 2010).Opioid adalah obat yang aman dan

efektif. Obat-obatan ini bekerja dengan cara meningkatkan


32

sensitivitas dan durasi yang lebih lama dalam menurunkan

nyeri yang dialami seseorang (Brigss, 2002).

b) Obat-obatan anti-inflamasi nonopioid/nonsteroid (non

steroid antiinflamation drugs/NSAID)

Non opioid mencakup asetaminofen dan obat anti

inflamasi non steroid (NSAID) seperti ibuprofen.NSAID

memiliki efek anti inflamasi, analgesik, dan antipiretik,

sementara asetaminofen hanya memiliki efek analgesik dan

antipiretik.Obat-obatan ini meredakan nyeri dengan bekerja

pada ujung saraf tepi di tempat cedera dan menurunkan

tingkat mediator inflamasi serta mengganggu produksi

prostaglandin di tempat cedera (Kozier, et al., 2010).Non

opioid dan NSAID memiliki peran yang berguna dalam

manajemen nyeri, khususnya pada kondisi-kondisi

gangguan muskuloskletetal.Obat-obatan yang biasanya

digunakan diantaranya adalah ibuprofen, naproxen dan

diclofenac (Brigss, 2002).

c) Analgesik penyerta

Analgesik penyerta adalah sebuah obat yang bukan

dibuat untuk penggunaan analgesik tetapi terbukti

mengurangi nyeri kronik dan kadang kala nyeri akut, selain

kerja utamanya.Misalnya, sedatif ringan atau penenang

dapat membantu mengurangi ansietas, stres dan ketegangan


33

sehingga pasien dapat tidur dengan baik di malam hari.

Antidepresan digunakan untuk mengatasi gangguan depresi

atau gangguan alam perasaan yang mendasari tetapi dapat

juga meningkatkan strategi nyeri yang lain. Antikonvulsan,

biasanya diresepkan untuk mengatasi kejang, dapat berguna

dalam mengendalikan neuropati yang menyakitkan (Kozier,

et al., 2010).

2) Non farmakologi

Menurut American Society Of Anesthesiologists (2019)

terdapat metode manajemen nyeri tambahan dan

komplementerdalam mengatasi nyeri persalinan tanpa obat, atau

dalam kombinasi dengan obat:

a) Pijat - Minta pasangan Anda memijat punggung atau kaki

Anda.

b) Breathing - Napas yang dalam dan lambat, adalah dua

contoh dari banyak cara berbeda untuk bernapas melalui

rasa sakit kontraksi.

c) Visualisasi –Anda mungkin akan terbantu membayangkan

diri Anda berada di tempat yang menyenangkan, seperti di

pantai atau berjalan di hutan.

d) Air - Berendam dalam bak mandi atau mandi untuk

menenangkan ketegangan.
34

e) Nitrous oxide - Sering disebut sebagai "gas tertawa," opsi

ini tidak secara tradisional digunakan di AS untuk tenaga

kerja dan pengiriman, tetapi menjadi lebih umum. Mungkin

membantu mengurangi kecemasan, tetapi tidak

menghilangkan rasa sakit. Nitrous oxide berpotensi

mempengaruhi pernapasan Anda, menurunkan kesadaran

dan menyebabkan mual, muntah, dan pusing. Diperlukan

lebih banyak penelitian untuk menentukan seberapa efektif

nitro oksida, potensi komplikasi yang bisa ditimbulkannya,

selain kemungkinan efek samping jangka panjang untuk

Anda atau bayi.

3. Bengkung belly

a. Pengertian

Bengkung merupakan kain pembebat yang dililitkan di perut ibu

setelah melahirkan berupa kain tenun yang mempunyai lebar 20 cm dan

mempunyai panjang 5 meter dengan warna standar yaitu putih, hitam,

hijau dan kuning.

Bengkung belly merupakan seni membungkus perut wanita

postpartum untuk dukungan fisik dan untuk membantu mempercepat

proses pemulihan setelah melahirkan. Teknik pengikat perut ini

menggunakan kain panjang untuk membungkus perut dari pinggul ke

tulang rusuk. Wanita secara tradisional dibungkus sesegera mungkin

setelah lahir, idealnya pada hari kelima dan kemudian dikenakan selama
35

40 hari atau lebih lama sesuai kebutuhan. Teknik pengikatan perut

bengkung berakar pada budaya Malaysia, namun berbagai negara dan

budaya di seluruh dunia menggunakan bentuk pengikatan perut untuk

membantu mendukung proses penyembuhan (Pusat Kesehatan The

Womb,2017).

b. Cara pakai

Menurut Ernawati dan Hudiyanti, (2013) dililitkan di pinggang/

perut berkali-kali hingga kain habis. Biasanya wanita setelah melahirkan

akanmenggunakan kain ini karena diyakini bisa membantu membentuk

tubuh terutama bagian perut dan pinggang menjadi langsing kembali.

Bengkung atau stagen ini sebaiknya dipakai minimal 40 hari dan sampai

100 hari setelah bersalin agar ibu nifas memperoleh hasil yang optimal

c. Manfaat

Menurut Amalia, (2014) Terdapat banyak manfaat dari

penggunaan bengkung, beberapa diantaranya adalah memaksimalkan

involusi uterus, memulihkan tonus abdomen, mengurangi nyeri

punggung dan menyangga punggung ibu nifas sehingga membantu

pembentukan postur tubuh menjadi lebih cepat terbentuk .

d. Prosedur bengkung dalam mempengaruhi nyeri

Ibu nifas yang menggunakan kain penyangga bisa mendapatkan

kompresi atau tekanan pada perut sehingga membantu menyangga perut

dan daerah lumbopelvic dengan memberikan sedikit tekanan di otot

tranversus abdominis ( Benjamin dkk, 2013). Sehingga pada akhirnya


36

akan membantu agar otot abdomen bekerja lebih sempurna.Otot perut

yang lemah ikut menyumbang kejadian nyeri punggung selama dan

sesudah kehamilan. Menggunakan bengkung apalagi disertai dengan

latihan fisik yang bagus akan mengurangi insiden nyeri punggung bagian

bawah pada ibu nifas, karena gurita bisa membantu menjaga kestabilan

pelvik (Motolla, 2012).


37

B. Kerangka Teori

IBU NIFAS

Gangguan-gangguan pada
ibu nifas

Komplikasi Ketidaknyamanan Perubahan


fisik dalam masanifas fisiologi
1. Nyeri
1. Perdarahan masanifas
setelahmelahirkan
2. Infeksi 2. Keringatberlebi
3. Pembesaranpayud 1. Proses
masanifas
ara involusiuteri
4. Nyeriperineum 2. Servik
5. Konstipasi 3. Vagina
6. Hemoroid danperineum
4. Lochea

Intervensi Kompresi atau Penurunan


bengkung tekanan pada tingkat nyeri
belly perut
38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian dimaksudkan untuk membatasi ruang

lingkup dan mengarahkan penelitian yang akan dilakukan. Kerangka konsep

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Penggunaan bengkung
Nyeri
belly

B. Hipotesa

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Hidayat, 2017). Berdasarkan dari tinjauan konsep penelitian di atas, maka

hipotesa yang dapat dirumuskan adalah :

Ha : “ada pengaruh pengunaan bengkung belly terhadap penurunan tingkat

nyeri pada ibu nifas di Rumah sakit permata bunda Purwodadi”

Ho : “tidak ada pengaruh pengunaan bengkung belly terhadap penurunan

tingkat nyeri pada ibu nifas di Rumah sakit permata bunda Purwodadi”
39

C. Jenis Penelitian

Desain penelitian adalah jenis penelitian yang digunakan untuk

mencapai tujuan penelitian (Arikunto, 2010).Penelitian yang dilakukan adalah

penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan suatu

percobaan/perlakuan yang dapat dilakukan di laboratorium maupun lapangan,

Desain yang digunakan adalah TrueExperiment. Dalam Sugiyono (2009) ada

dua bentuk desain true eksperiment yaitu posstest only control desaign dan

pretest-posttest control group desaign. Dalam penelitian ini peneliti akan

menggunakan pretest-posttest control group desaign. Dalam penelitian ini

terdapat dua kelompok yang dipilih secara random yaitu kelompok intervensi

yang menggunaan bengkung belly dan kelompok kontrol yang tidak

mendapatkan terapi apa-apa.

D. Variabel penelitian

Variabel penelitian adalah karakteristik subjek penelitian yang

berubah dari satu subjek ke subjek lainnya (Hidayat, 2017). Variabel

penelitian dalam penelitian yang dilakukan adalah :

1. Variabel independen (bebas)

Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab perubahan

atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel ini juga dikenal

dengan nama variabel bebas artinya bebas dalam mempengaruhi variabel

lain (Hidayat, 2017). Variabel independen Dalam penelitian ini adalah

penggunaan bengkung belly.


40

2. Variabel Dependent (tergantung/terikat)

Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi.Variabel

tergantung juga disebut kejadian, manfaat, efek atau dampak (Hidayat,

2017).Variabel dependent dalam penelitian ini adalahnyeri pada ibu

nifas.

E. Definisi operasional

Tabel 3.2 Definisi Operasional


Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Dilakukan
Independent: Penggunaan bengkung Lembar Nominal
apabila
Penggunaan belly pada ibu nifas observasi
dilakukan
bengkung selama 1 minggu.
dalam satu
bellu
minggu diberi
kode 1
Tidak
dilakukan
apabila tidak
dilakukan
dalam satu
minggu diberi
kode 0
Alat ini
Dependent: Perasaan tidak nyaman Pengukuran Rasio
terdiri dari
pada pinggang yang tingkat nyeri
Tingkat kategori tidak
dirasakan oleh ibu nifas menggunakan
nyeri pasien nyeri, nyeri
Verbal
ringan, nyeri
Descriptor
sedang
scale
, nyeri berat
terkontrol,
nyeri berat
tidak
terkontrol

F. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RS Permata Bunda Purwodadi pada bulan

Januari 2020.
41

G. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Hidayat, 2017).

Populasi dalam penelitian yang akan dilakukan adalah pasien ibu nifas di

Rumah sakit Permata Bunda Purwodadi yang di ambil 1 bulan terakhir

dibulan Agustus sejumlah 166 pasien.

2. Sampel penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

(Arikunto, 2010). Tekhnik sampling yang akan digunakan dalam

penelitian adalah random sampling, yaitu tekhnik pengambilan sampel

yang dilakukan secara acak(Hidayat, 2017). Yang artinya seluruh kasus

ibu nifas di ruangan di acak dengan cara di undi, apakah masuk

dikelompok intervensi dan kelompok kontrol. Dalam menentukan jumlah

minimal sampel, maka ditentukan menggunakan rumus slovin :

N
n= 2
N ( d ) +1
Keterangan :

N : Besar populasi

n : Jumlah sampel

d : Tingkat ketepatan yang diinginkan (5%)

166
n= 2
166 ( 5 % ) + 1
166
n= 2
166 ( 0,05 ) +1
n =117.73 dibulatkan menjadi 118 responden
42

Namun dalam penelitian ini, juga terdapat kriteria inklusi dan

ekslusi untuk menentukan pemilihan sampel. Adapun kriteria tersebut

adalah :.

a. Kriteria inklusi yaitu kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang dapat di ambil sebagai sampel

(Notoadmojo, 2012) antara lain :

1) Ibu postpartum spontan yang bersedia menjadi responden

2) Ibu postpartum spontan yang tidak mengalami komplikasi

kehamilan

b. Kriteria ekslusi, yaitu ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sampel (Notoadmojo, 2012). Kriteria ekslusi

dalam penelitian yang akan dilakukan adalah

1) Ibu postpartum spontan yang mengalami komplikasi

2) Ibu postpartum spontan dengan perawatan khusus

H. Tekhnik pengumpulan data

1. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan dalam

penggumpulan data penelitian (Hidayat, 2017). Adapun metode

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

a. Pengumpulan data primer

Pengumpulan data primer adalah data yang diperoleh dari

responden melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga

data hasil wawancara peneliti dengan narasumber (Sujarweni, 2014).


43

Data primer dalam penelitian ini adalah Verbal Descriptor scale.

b. Pengumpulan data sekunder

Pengumpulan data sekunder adalah data yang didapat dari

catatan, buku, majalah berupa laporan keuangan publikasi

perusahaan, laporan pemerintah, artikel, buku-buku sebagai teori,

majalah, dan lain sebagainya.Data yang diperoleh dari data sekunder

ini tidsk perlu diolah lagi (Sujarweni, 2014). Data sekunder dari

penelitian dengan cara mencari literatur kepustakaan baik dengan

buku maupun literatur jurnal di internet.

2. Prosedur pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data penelitian ini di lakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Melakukan studi pendahuluan pada ibu nifas di Rs Permata Bunda

Purwodadi

b. Mengajukan permintaan data ibu nifas di Rs Permata Bunda

Purwodadi

c. Mengidentifikasi pasien dengan diagnosa medis dispepsia

d. Menjelaskan tujuan, manfaat penggunaan bengkung belly dalam

kepada calon responden

e. Mengelompokan responden yang bersedia megikuti penelitian dan

memenui kriteria penelitian

f. Memberikan lembar persetujuan (inform consent) kepada responden


44

g. Mengukur tingkat nyeri sebelum perlakuan dengan Verbal

Descriptor scale

h. Memberikan bengkungbellydalam 1 minggu kepada pasien .

i. Mengukur tingkat nyeri sesudah perlakuan dengan Verbal Descriptor

scale

j. Memasukan hasil pemeriksaan di lembar observasi

k. Data dikumpulkan dan di analisa untuk melihat ada tidaknya

Pengaruh bengkung belly terhadap tingkat nyeri padaibu nifas di Rs

Permata Bunda Purwodadi

G. Instrument / Alat pengumpulan Data

Instrumen merupakan suatu alat ukur penelitian, instrumen yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data demografi

Data demografi meliputi usia responden, jenis kelamin, pekerjaan,

pendidikan

2. Skala nyeri diskriptif sederhana

Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor scale, VDS) merupakan

alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif.

Pendeskripsian VDS dirangking dari “ Tidak nyeri” sampai “ Nyeri”

yang tidak tertahankan. Peneliti menunjukan klien skala tersebut dan

meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan.

Alat ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk

mendeskripsikan nyeri (Andarmoyo, 2013)


45

H. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan tahap

tahap sebagai berikut :.

a. Editing

Peneliti melakukan pengecekan terhadap kelengkapan data, yaitu

dengan memeriksa isiandata pada kuesioner. Kemudian jika data

tersebut ada yang belum diisi atau salah, maka peneliti menanyakan

kembali kepada responden mengenai data yang telah diisi.

b. Coding

Peneliti melakukan pengkajian skala nyeri dengan verbal descriptor

scale, hasil dalam bentuk skala intensitas nyeri numerik dan dicatat

pada lembar observasi. Untuk koding hanya dilakukan pada

variabel pemakaian bengkung belly yaitu kode 1 tidak dipakaikan

dan kode 2 dipakaikan.

c. Tabulating

Peneliti membuat table kerja dengan komputerisasi, kemudian data

dari hasil penelitian diberi kode pada masing-masing variabel.

d. Entry data

Peneliti memasukkan data ke lembaran tabel kerja dengan

komputerisasi untuk analisa data lebih lanjut mulai dari analisis

univariat sampai ke analisis bivariat.


46

2. Analisa data

Pada tahap ini data di olah dengan metode tertentu, dengan data

kuantitatif melalui proses komputerisasi. Metode analisa yang

digunakan yaitu :

a. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.Bentuk

analisa univariat tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik

digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan standart deviasi.

Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi

frekuensi dan presentase dari setiap variabel (Notoatmojo, 2010).

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk menguji pengaruh pemakaian

bengkung belly terhadap penurunan nyeri pada ibu nifas di RS.

Permata Bunda Purwodadi, karena data berskala rasio, maka untuk uji

2 sampel saling bebas maka menggunakan uji independent t test jika

distribusi data normal, sedangkan uji alternatifnya menggunakan uji

Mann Whitney Test jika distribusi data tidak normal (Sopiyudin, 2013).

Pengambilan keputusan dilakukan dengan menggunakan nilai

probabilitas, yaitu:

a. Penolakan Ho dan

penerimaan Ha jika p ≤ 0, 05

Ada pengaruh pemakaian bengkung belly terhadap penurunan


47

nyeri pada ibu nifas di RS. Permata Bunda Purwodadi.

b. Penerimaan Ho dan

Penolakan Ha jika p > 0, 05

Tidak ada pengaruh pemakaian bengkung belly terhadap

penurunan nyeri pada ibu nifas di RS. Permata Bunda Purwodadi.

I. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti perlu mendapatkan

rekomendasi dari institusi untuk dapat melakukan penelitian sesuai dengan

judul penelitian.Setelah mendapatkan izin baru melakukan penelitian

dengan mempertimbangkan masalah etika yang meliputi :

1. Pemberian Informed Consent

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden

penelitian.Informed Consent ini diberikan sebelum penelitian ini

dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi

responden.Tujuannya adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian serta mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka

mereka harus menandatangani lembar persetujuan tapi jika responden

tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati responden

2. Anonimity

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang

memberikan jaminan dalam penggunaan subjek peneliti dengan cara

tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar


48

atau alat ukur dan hanya menuliskan kode atau inisial pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan

3. Confidentiality

Semua informasi yang dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

riset (Hidayat, 2017).


49

DAFTAR PUSTAKA

Amalia (2014). Nyeri Pasca Bersalin. Majalah Ayah Bunda. Terbit bulan
Desember 2014.
Anggraini, Y, (2010). Asuhan kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka
Rihama.
Andarmoyo, (2013). Konsep dan proses keperawatan nyeri. Ar-Ruzz:Yogyakarta
Astin, Shapiro, Eisenberg, & Forys (2013). Mind-body medicine : States of the
science, implications for practice. Journal of the American Board of
Family Practice, 16, 131-147
Amalia, (2014). Nyeri Pasca Bersalin. Majalah Ayah Bunda. Terbit bulan
Desember 2014
Arikunto, (2010). Arikunto,S. (2010). Prosedure Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Benjamin dkk, (2013). Systematic Review : Effect of Exercise on Diastasis of The
Rectus Abdominis Muscle in The Antenatal and Postnatal Period, Journal
of Physiotherapy 722
Blacks dan Hawks (2009). Medical Surgical Nursing (8thEd).Singapore : Saunder
Elseiver
Benjamin dkk,(2013). Effect of Exercise on Diastasis of The Rectus Abdomini
Muscle in The Antenatal and Postnatal Period, Journal of Physiotherapy
722. www. ncbi.nlm,nih.gov
Bobak, (2012). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Carpenito, (2010). Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada Praktek Klinik
(Terjemahan). Edisi 6. Jakarta: EGC.
DeLaune & Ladner, (2011). Fundamental of Nursing Standard and Practice.
fourth Edition. Cengage Learning. Delmar
Ernawati dan Hudiyanti, (2013). Hubungan Penggunaan Stagen Terhadap
50

Diastatis Rectus Abdominis Di Rumah Bersalin Hasanah Gemolong


Sragen. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Hidayat, (2017). Metodelogi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan. Jakarta.
Salemba Medika
Kozier, et al., (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan ( Alih bahasa : Esty
Wahyu ningsih, Devi yulianti, yuyun yuningsih. Dan Ana lusyana ).
Jakarta :EGC
Lisa Johnson Waugh. (2013). Beliefs Associated with Mexican Immigrant
Families’ Practice of La Cuarentena during Postpartum Recovery
Department of Health Care
Fariza Fadzil, dkk (2013). Praktek Postpartum tradisional Di antara Ibu Malaysia:
A Review
Manuaba (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC
Motolla, MF. 2012.Post partum exercise regardless of intencity improves chronic
disease risk factor. Pub med gov diakses pada tanggal 21 Agustus 2019
Martalina D., (2012). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta :
Pustaka Belajar
Notoatmojo, (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta
Nanny, (2011). Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika
Potter, (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik
Edisi 4 Volume 2. EGC: Jakarta
Prasetyo, (2010). Konsep dan Keperawatn Nyeri. Graha Ilmu: Yogyakarta
Rahayu (2017). Panduan Praktikum Keperawatan Maternitas. Yogyakarta :
Deepublish
Rohmah. N. & Walid, S.(2008). Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Savitri (2007). Memasyarakatkan Kesehatan Reproduksi Wanita. Studi
Antropologi : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pendidikan Univ. Sumatra
Utara.
Santosa, (2012). Cara Bahagia Menjalani Masa Nifas. Majalah Bidan, terbit pada
bulan Maret 2011
51

Sulistyawati, (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:Salemba


Medika
Sulistyo, (2013). Konsep dan proses keperawatan nyeri, Jogjakarta : Ar-Ruzz
Media
Sofian (2011). Sinopsis Obstetri. Jakarta : Buku Kedokteran, EGC
Smeltzer & Bare, (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Sugiyono (2009). Metode penelitian kuantitatif, dan kualitatif. Bandung:Alfabeta
Sujarweni, (2014). StatistikaUntuk Penelitian. Yogyakarta: Graha ilmu
Tjong, (2012). Bunda yang melahirkan, Perlukah Pakai Gurita?
www.ibuhamil.com
Varney (2008). Varney, H. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Yudha (2012) Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan, Nuha Medika:
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai