Anda di halaman 1dari 15

PANDUAN KELAS IBU BALITA

UPT PUSKESMAS SEDAU


DINAS KESEHATAN
PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT
DAFTAR ISI
1. Halaman Judul ....................................................................................................1
2. Daftar Isi ....................................................................................................2
3. BAB I DEFINSI ....................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG ....................................................................................................3
B. TUJUAN ....................................................................................................3
C. BATASAN OPERASIONAL.........................................................................................4
D. LANDASAN HUKUM...................................................................................................4
4. BAB II RUANG LINGKUP..................................................................................................5
5. BAB III TATALAKSANA......................................................................................................
11
6. BAB IV DOKUMENTASI..................................................................................................14

2
BAB I

DEFINISI

A. LATAR BELAKANG

Sebagai buku pedoman resmi, buku KIA merupakan satu-satunya alat pencatatan

pelayanan kesehatan ibu dan anak sejak ibu hamil ,melahirkan dan selama nifas hingga bayi.

Yang dilahirkan berusia 5 tahun. Untuk meningkatkan pemanfaatan buku KIA tersebut perlu

diadakan kegiatan yang disebut kelas ibu balita.

Kelas ibu balita merupakan salah satu kegiatan penting dalam penerapan buku KIA

dimasyarakat sebagai upaya pembelajaran ibu, suaminya dan keluarga agar memahami buku

KIA melalui metode kegiatan belajar bersama dalam kelas yang difasilitasi oleh petugas

kesehatan.

Fokus utama kegiatan kelas ibu balita adalah kesehatan bayi, karena angka kematian

bayi (AKB) merupakan angka kematian tertinggi atau 2/3 dari angka kematian anak. Hal ini

disebabkan sebagian besar keluarga memiliki pengetahuan kesehatan bayi yang masih sangat

rendah termasuk mitos dan budaya yang keliru tentang perawatan bayi dalam keluarga dan

masyarakat.

B. TUJUAN

1. Tujuan umum

Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dengan menggunakan buku KIA dalam

mewujudkan tumbuh kembang balita yang optimal serta kaitannya meningkatkan cakupan

kunjungan bayi dan balita.

2. Tujuan khusus

a. Meningkatkan kesadaran pemberian Asi Ekslusif

b. Meningkatkan pengetahuan ibu akan pentingnya imunisasi pada bayi

c. Meningkatkan keterampilan ibu dalam pemberian MP-Asi dan gizi seimbang pada

balita.

d. Meningkatkan kemampuan ibu memantau pertumbuhan dan melaksanakan

stimulasi perkembangan balita.

e. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang cara perawatan gizi balita dan

mencucitangan yang benar.


3
f. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang penyakit terbanyak, cara pencegahan dan

perawatan balita.

C. BATASAN OPERASIONAL

Kelas ibu balita adalah kelas dimana para ibu yang mempunyai anak berumur 0 sampai 5

tahun secara bersama-sama berdiskusi, tukar pendapat, tukar pengalaman akan pemenuhan

gizi dan pola asuh kepada anak. Yang dibimbing oleh fasilitator dengan menggunakan buku

KIA dan lembar balik.

D. LANDASAN HUKUM

1. Undang –Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 Tahun 2019 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.

3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014

4
BAB II

RUANG LINGKUP

Sistem triase ini membagi kondisi pasien kedalam 4 level, yaitu gawat darurat

(emergency), darurat tidak gawat (urgency), gawat tidak darurat dan tidak gawat dan tidak darurat.

1. Gawat Darurat

Merupakan suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang memerlukan

penanganan dengan cepat dan tepat (Oman, 2008). Pasien dalam kategori ini harus segera

tertangani dalam waktu maximal 5 menit. Mencakup penanganan bantuan hidup dasar dan

lanjutan

2. Darurat Tidak Gawat

Merupakan keadaan yang tidak atau belum mengancam nyawa tapi memerlukan tindakan

darurat demi kenyamanan pasien dan mencegah komplikasi (Wijaya, 2010). Pasien dalam

kategori ini diberikan pelayanan di UGD dalam waktu maksimal 1 jam setelah ke UGD

3. Gawat Tidak darurat

Merupakan keadaan yang dapat mengancam nyawa atau menimbulkan kecacatan tapi tidak

memerlukan tindakan darurat (Wijaya, 2010). Pasien dalam kategori ini dapat dilayani di UGD

diluar jam kerja, namun dapat dikirim untuk tindak lanjut secara definitif dalam jam kerja

(kontrol poliklinik). Pelayanan di UGD sebaiknya dilakukan secepatnya, batas waktu

pemberian pelayanan tergantung potensi bahaya dan kondisi pasien. Seluruh pasien kategori

ini harus sadar baik, tidak dalam kondisi nyeri hebat atau kondisi lain yang mungkin

menimbulkan perburukan.

4. Tidak Gawat Tidak Darurat

Merupakan keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak memerlukan tindakan darurat (Wijaya,

2010). Gejala dan tanda klinis keadaan ini biasanya ringan atau asimptomatik. Pasien kategori

ini dapat diarahkan menuju poliklinik diluar jam kerja.

Tipe Triase:

1. Triase pada kegawat daruratan sehari – hari:

Pada keadaan kegawat daruratan sehari-hari seperti bila kita bekerja di Instalansi Gawat

Darurat, triase penting untuk mengatur supaya alur pasien baik, terutama pada kondisi jumlah

5
pasien melebihi kapasitas, prioritas penanganan pasien untuk menekan morbiditas dan

mortalitas

Pemeriksaan dalam triase meliputi :

a. Primary survey (ABC) berdasarkan dari pemeriksaan ABC (Airway, Breathing,

Circulation, Disability, Environment) yang harus selesai dilakukan dalam 2 - 5 menit.

Terapi dikerjakan serentak jika korban mengalami ancaman jiwa akibat banyak sistem

yang cedera :

(1) Airway

Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bicara dan bernafas dengan bebas ?

Jika ada obstruksi maka lakukan :

(a) Chin lift / jaw thrust (lidah itu bertaut pada rahang bawah)

(b) Suction / hisap (jika alat tersedia)

(c) Guedel airway / nasopharyngeal airway

(d) Intubasi trakhea dengan leher di tahan (imobilisasi) pada posisi netral.

(2) Breathing

Menilai pernafasan cukup. Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas bebas. Jika

pernafasan tidak memadai maka lakukan :

(a) Dekompresi rongga pleura (pneumotoraks)

(b) Tutuplah jika ada luka robek pada dinding dada

(c) Pernafasan buatan

(d) Berikan oksigen

(3) Circulation

Menilai sirkulasi / peredaran darah. Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas

bebas dan pernafasan cukup. Jika sirkulasi tidak memadai maka lakukan :

(a) Hentikan perdarahan eksternal

(b) Segera pasang dua jalur infus dengan jarum besar (14 - 16 G)

(c) Berikan infus cairan

(4) Disability

Menilai kesadaran dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respons terhadap nyeri

atau sama sekali tidak sadar menggunakan Glasgow Coma Scale, yaitu:

6
Tabel 2. 1 Level tingkat kesadaran menggunakan skala GCS

(5) Environment

Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cedera yang

mungkin ada. Jika ada kecurigaan cedera leher atau tulang belakang, maka

imobilisasi in-line harus dikerjakan

b. Secondary survey (head to toe) untuk menghasilkan prioritas I, II, III dan selanjutnya

Table 2.2 Klasifikasi berdasarkan tingkat prioritas (labeling)

Klasifikasi Keterangan

Gawat Darurat Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan

Prioritas I (merah) tindakan bedah segera, mempunyai kesempatan hidup yang

besar. Penanganan dan pemindahan bersifat segera yaitu

gangguan pada jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi.

Contohnya sumbatan jalan nafas, tension pneumothorak,

syok hemoragik, luka terpotong pada tangan dan kaki,

7
combutio (luka bakar) tingkat II dan III > 25%

Darurat Tidak Gawat Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila tidak

Prioritas II (kuning) segera ditangani dalam jangka waktu singkat. Penanganan

dan pemindahan bersifat jangan terlambat. Contoh: patah

tulang besar, combutio (luka bakar) tingkat II dan III < 25

%, trauma thorak / abdomen, laserasi luas, trauma bola

mata.

Gawat Tidak Darurat Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu

Prioritas III (hijau) segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir.

Contoh luka superficial, luka-luka ringan

Tidak Gawat Tidak Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat parah.

Darurat Hanya perlu terapi suportif. Contoh henti jantung kritis,

Prioritas 0 (hitam) trauma kepala kritis.

c. Monitoring korban akan kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan pada ABC, derajat

kesadaran dan tanda vital lainnya

d. Perubahan prioritas karena perubahan kondisi pasien.

8
ALGORITMA TRIASE EMERGENCY SEVERITY INDEX (ESI)

PERLU TINDAKAN LIVE SAVING / RESUSITASI SEGERA


SEGERASEGERA
YA
1
TIDAK

RESIKO TINGGI
KEBINGUNGAN/LETARGIS/DISORIENTASI
NYERI/DISTRES BERAT
YA
2
TIDAK
Pertimbangkan untuk
BEBERAPA JENIS SUMBER DAYA IGD YANG DIBUTUHKAN ?
menaikkan level triase
TIDAK ADA SATU BANYAK (>2)
YA YA YA YA

TANDA BAHAYA
UMUR HR (x/mnt) RR(x/mnt) suhu SpO2

5 4 < 3bln
3bln-3th
3-8 th
>180
>160
>140
>50
>40
>30
>38
>38 <92%

>8 th >100 >20

TIDAK

3
LEVEL TRIASE KONDISI PASIEN

ESI 1 RESUSITASI

ESI 2 EMERGENCY

ESI 3 URGENT

ESI 4 NON URGENT

ESI 5 FALSE EMERGENCY

2. Triase pada Bencana

System START (Simple Triase And Rapid Treatment) digunakan untuk memilih pasien

dalam jumlah yang banyak atau kondisi dimana keberadaan pasien melampaui ketersediaan

tenaga (disaster). Pelayanan terbaik pada bencana (jumalah korban banyak) adalah sesuai

kondisi bencana dan sangat tergantung dari kondisi yang dibutuhkan saat itu

9
The START (Simple Triase And Rapid Treatment) plan dikembangkan oleh RS Hoag dan

Newport Beach Fire Departement Amerika Serikat. START memungkinkan seseorang

melakukan triase pada seorang pasien dalam 60 detik atau lebih cepat dengan mengevaluasi:

a. Respirasi

b. Perfusi

c. Status mental pasien

System ini ideal untuk kejadiani korban masal tapi tidak terjadi Functional Collaps RS.

START dapat dengan cepat dan akurat mengklasifikasi pasien :

1) HIJAU : pasien sadar dan dapat jalan dipisahkan dari pasien lain, Walking Wounded

(termasuk pasien-paien yang histerik) dan tinggal yang tidak sadar/ cidera berat (biasanya

berjumlah 10% -20% dari semua pasien).

2) KUNING/ Delayed : Semua pasien yang tidak termasuk golongan MERAH maupun

HIJAU. Kelompok ini termasuk yang luka-luka tidak berbahaya seperti fraktur tulang

pendek dll.

3) MERAH/ Immediate (10%-20%) : Semua pasien yang ada gangguan Airway, Breathing,

Circulation , Disability & Enviroment termasuk kedalam golongan MERAH. Termasuk

pasien-pasien yang bernafas setelah Airway-nya dibebaskan. Pernafasan >30/menit,

Capillary Refill > 2 detik, juga pasien-pasien yang kesadarannya menurun/ tidak ikut

dengan golongan hijau/kuning.

Gambar 2.1 System START Triase

10
BAB III

TATA LAKSANA

Proses triase dimulai ketika pasien masuk ke pintu UGD Puskesmas Sedau. Petugas triase

harus mulai memperkenalkan diri, kemudian menanyakan riwayat singkat dan melakukan

pengkajian. Pengumpulan data subyektif dan obyektif harus dilakukan dengan cepat, tidak lebih

dari 5 menit karena pengkajian ini tidak termasuk pengkajian perawat utama. Petugas triase

bertanggungjawab untuk menempatkan pasien di area pengobatan yang tepat, contohnya pasien

dengan luka dan memerlukan tindakan bedah, pasien yang memrlukan pemeriksaan jantung dan

lain-lain. Tanpa memikirkan dimana pasien pertama kali ditempatkan setelah triase, setia pasien

tersebut harus dikaji ulang oleh perawat utama/petugas sedikitnya sekali setiap 60 menit.

Pasien yang dikatagorikan sebgai pasien yang mendesak atau gawat darurat, pengkajian

dilakuKan setiap 5-15 menit / lebih bila diperlukan. Setiap pengkajian ulang harus

didokumentasikan dalam rekam medis. Informasi baru dapat mengubah kategorisasi keakutan dan

lokasi pasien di area pengobatan. Misalnya kebutuhan untuk memindahkan pasien yang awalnya

berada di area pengobatan minor ke tempat tidur resusitasi ketika pasien tampak sesak nafas,

sinkop, atau penurunan kesadaran.

Bila kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda-tanda obyektif bahwa pasien mengalami

gangguan pada airway, breathing, circulation, maka pasien ditangani terlebih dahulu. Pengkajian

awal hanya didasarkan atas data obyektif dan data subyektif sekunder dari heteroanamnesi (pihak

keluarga, atau yang mengantar). Setelah keadaan pasien membaik, data pengkajian kemudain

dilengkapi dengan data subyektif yang berasal langsung dari pasien, tergantung dari situasi dan

kondisi pasien.

Alur dalam proses triase :

1. Pasien datang diterima petugas/ paramedis UGD

2. Di area triase dilakukan anamnesa dan pemeriksaan singkat dan cepat (selintas) untuk

menentukan derajat kegawatan oleh petugas

3. Bila jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase dapat dilakukan diluar

area triase (di depan/ halaman UGD)

11
4. Penderita dibedakan menurut kegawatannya dengan memberi kode warna atau membawa

pasien kedaerah yang berlabel warna :

a. Emergency/Segera – Immediate (merah)

Pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila

ditolong segera. Kondisi pasien gawat darurat dan memerlukan pertolongan pertama (PI)

Misalnya : tension pneumothorax, distress pernafasan, perdarahan internal dan lain-lain

b. Urgent/Tunda – Delayed (kuning)

Pasien memerlukan tindakan definitive tetapi tidak ada ancaman jiwa segera. Kondisi

pasien tidak gawat namun darurat atau gawat tapi tidak darurat. Sehingga pasien

pertolongan dengan prioritas ke II (PII) Misalnya : Perdarahan laserasi terkontrol, fraktur

tertutup pada ekstrimitas dengan perdarahan terkontrol, luka bakar < 25% luas permukaan

tubuh dan lain-lain.

c. Non urgent/Minimal (Hijau)

Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri atau

mencari pertolongan. Pada pasien tidak ditemukan kegawatdaruratan, sehingga pasien

mendapat prioritas penanganan ke III (PIII). Misalnya: laserasi minor, memar, lecet, luka

bakar siperfisial.

d. Expextant (hitam)

Pasien mengalami cedera mematikan dan akan meninggial meski mendapat pertolongan.

Misal: Luka bakar derajat 3 seluruh tubuh, kerusakan organ vital dan lain-lain.

5. Penderia/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan warna: merah, kuning, hijau,

hitam.

6. Penderita/korban kategori triase merah dapat langsung diberikan pengobatan di ruang

resusitasi. Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut, penderita/korban dapat dirujuk

ke Puskesmas setelah kondisi stabil.

7. Penderita dengan kategori triase kuning yang memerlukan tindakan medis lebih lanjut

ditempatkan di ruang tindakan label kuning dan menunggu giliran setelah pasien dengan

kategori triase merah selesai ditangani.

8. Penderita dengan kategori hijau pada saat jam kerja diarahkan untuk diberikan pelayanan di

pelayanan umum, atau apabila sudah memungkinkan untuk dipulangkan maka

penderita/korban diperbolehkan untuk pulang.


12
9. Penderita kategori triase hitam dapat langsung dipindahkan ke ruang yang sudah ditentukan

sebelumnya.

Triase pada disarter / bencana menggunakan system START (simple triase and rapid

treatment), dengan prioritas penanganan berdasarkan kategorinya :

1. Pelayanan cepat (merah)

2. Pelayanan ditunda (kuning)

3. Pasien berjalan (hijau)

4. Meninggal – tak tertolong (hitam)

Proses START tidak boleh lebih daripada 60 detik/ pasien.

1. RESPIRASI → Pernapasan/min & Adequacy of ventilations. Bebaskan jalan nafas (gigi,

kotoran), pasang Neck Collar.

 Bila tidak bernafas → TAG HITAM,

 Bila bernafas > 30x/min → TAG MERAH,

 Bila bernafas < 30/min → Evaluasi sirkulasi - Perfusi.

2. PERFUSI → Cara terbaik dan mudah, cepat untuk menilai perfusi adalah dengan melakukan

Capilary Refill Time (CRT).

 Kalau CRT terjadi dalam lebih dari 2 detik, berarti perfusi tidak adekuat → pasang TAG

MERAH.

 Bila CRT kembali dalam 2 detik, jangan di pasang TAG dulu, tetapi evaluasi dulu

kesadarannya

3. KESADARAN – MENTAL STATUS → Pemeriksaan mental status dilakukan pada pasien

dengan pernafasan dan sirkulasi yang adekuat. Perintah seperti ‘buka mata’ atau ‘remas

tangan saya’,

 Kalau pasien tidak melakukan perintah ini → TAG MERAH.

 Kalau pasien mampu melakukan perintah ini → TAG KUNING.

Pada fase ini jangan lupa untuk Triase ulang golongan HIJAU

13
14
BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumen adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan
hukum, sedangkan pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat atau merekan peristiwa dan
objek maupun aktivitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.
Dokumentasi asuhan dalam pelayanan keperawatan adalah bagian dari kegiatan yang harus
dikerjakan oleh perawat setelah memberi asuhan kepada pasien.
Pada tahap pengkajian proses triase, mencakup dokumentasi :
1. Informasi dasar : nama, umur, jenis kelamin, cedera, penyebab cedera, pertolongan pertama
yang telah dilakukan.
2. Tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu, dan kesadaran.
3. Diagnosis singkat tapi lengkap
4. Kategori triase
Dalam implementasi petugas gawat darurat harus mampu melakukan dan
mendokumentasikan tindakan medis dan keperawatan. Termasuk waktu yang sesuai dengan
standar yang disetujui. Petugas mengevaluasi secara kontinu perawatan pasien berdasarkan hasil
yang dapat diobervasi untuk menentukan perkembangan pasien kearah hasil dan tujuan dan harus
mendokumentasikan respon pasien terhadap intervensi pengobatan dan perkembangannya.
Standard Joint Commision (1996) menyatakan bahwa rekam medis menerima pasien yang bersifat
gawat darurat, mendesak dan segera harus mencantumkan kesimpulan pada saat terminasi
pengobatan, termasuk disposisi akhir, kondisi saat pemulangan dan instruksi perawatan tindak
lanjut.
Pendokumentasian triase dilakukan pada lembar pengkajian medis UGD dan lembar
asuhan keperawatan gawat darurat. Sedangkan untuk perkembangan pasien dilakukan pencatatan
pada lembar catatan perkembangan terintegrasi. Apabila terjadi bencana maka penulisan dapat
dilakukan pada lembar catatan terintegrasi dengan minimal informasi seperti data yang disebutkan
diatas.

Ditetapkan di : Keru
Pada tanggal : 25 Januari 2021

KEPALA UPT PUSKESMAS SEDAU

Ns. Junaidi, S.Kep


NIP. 197304151992031007

15

Anda mungkin juga menyukai