2
BAB I
DEFINISI
A. LATAR BELAKANG
Sebagai buku pedoman resmi, buku KIA merupakan satu-satunya alat pencatatan
pelayanan kesehatan ibu dan anak sejak ibu hamil ,melahirkan dan selama nifas hingga bayi.
Yang dilahirkan berusia 5 tahun. Untuk meningkatkan pemanfaatan buku KIA tersebut perlu
Kelas ibu balita merupakan salah satu kegiatan penting dalam penerapan buku KIA
dimasyarakat sebagai upaya pembelajaran ibu, suaminya dan keluarga agar memahami buku
KIA melalui metode kegiatan belajar bersama dalam kelas yang difasilitasi oleh petugas
kesehatan.
Fokus utama kegiatan kelas ibu balita adalah kesehatan bayi, karena angka kematian
bayi (AKB) merupakan angka kematian tertinggi atau 2/3 dari angka kematian anak. Hal ini
disebabkan sebagian besar keluarga memiliki pengetahuan kesehatan bayi yang masih sangat
rendah termasuk mitos dan budaya yang keliru tentang perawatan bayi dalam keluarga dan
masyarakat.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dengan menggunakan buku KIA dalam
mewujudkan tumbuh kembang balita yang optimal serta kaitannya meningkatkan cakupan
2. Tujuan khusus
c. Meningkatkan keterampilan ibu dalam pemberian MP-Asi dan gizi seimbang pada
balita.
perawatan balita.
C. BATASAN OPERASIONAL
Kelas ibu balita adalah kelas dimana para ibu yang mempunyai anak berumur 0 sampai 5
tahun secara bersama-sama berdiskusi, tukar pendapat, tukar pengalaman akan pemenuhan
gizi dan pola asuh kepada anak. Yang dibimbing oleh fasilitator dengan menggunakan buku
D. LANDASAN HUKUM
2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 Tahun 2019 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
4
BAB II
RUANG LINGKUP
Sistem triase ini membagi kondisi pasien kedalam 4 level, yaitu gawat darurat
(emergency), darurat tidak gawat (urgency), gawat tidak darurat dan tidak gawat dan tidak darurat.
1. Gawat Darurat
Merupakan suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang memerlukan
penanganan dengan cepat dan tepat (Oman, 2008). Pasien dalam kategori ini harus segera
tertangani dalam waktu maximal 5 menit. Mencakup penanganan bantuan hidup dasar dan
lanjutan
Merupakan keadaan yang tidak atau belum mengancam nyawa tapi memerlukan tindakan
darurat demi kenyamanan pasien dan mencegah komplikasi (Wijaya, 2010). Pasien dalam
kategori ini diberikan pelayanan di UGD dalam waktu maksimal 1 jam setelah ke UGD
Merupakan keadaan yang dapat mengancam nyawa atau menimbulkan kecacatan tapi tidak
memerlukan tindakan darurat (Wijaya, 2010). Pasien dalam kategori ini dapat dilayani di UGD
diluar jam kerja, namun dapat dikirim untuk tindak lanjut secara definitif dalam jam kerja
pemberian pelayanan tergantung potensi bahaya dan kondisi pasien. Seluruh pasien kategori
ini harus sadar baik, tidak dalam kondisi nyeri hebat atau kondisi lain yang mungkin
menimbulkan perburukan.
Merupakan keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak memerlukan tindakan darurat (Wijaya,
2010). Gejala dan tanda klinis keadaan ini biasanya ringan atau asimptomatik. Pasien kategori
Tipe Triase:
Pada keadaan kegawat daruratan sehari-hari seperti bila kita bekerja di Instalansi Gawat
Darurat, triase penting untuk mengatur supaya alur pasien baik, terutama pada kondisi jumlah
5
pasien melebihi kapasitas, prioritas penanganan pasien untuk menekan morbiditas dan
mortalitas
Terapi dikerjakan serentak jika korban mengalami ancaman jiwa akibat banyak sistem
yang cedera :
(1) Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bicara dan bernafas dengan bebas ?
(a) Chin lift / jaw thrust (lidah itu bertaut pada rahang bawah)
(d) Intubasi trakhea dengan leher di tahan (imobilisasi) pada posisi netral.
(2) Breathing
Menilai pernafasan cukup. Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas bebas. Jika
(3) Circulation
Menilai sirkulasi / peredaran darah. Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas
bebas dan pernafasan cukup. Jika sirkulasi tidak memadai maka lakukan :
(b) Segera pasang dua jalur infus dengan jarum besar (14 - 16 G)
(4) Disability
Menilai kesadaran dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respons terhadap nyeri
atau sama sekali tidak sadar menggunakan Glasgow Coma Scale, yaitu:
6
Tabel 2. 1 Level tingkat kesadaran menggunakan skala GCS
(5) Environment
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cedera yang
mungkin ada. Jika ada kecurigaan cedera leher atau tulang belakang, maka
b. Secondary survey (head to toe) untuk menghasilkan prioritas I, II, III dan selanjutnya
Klasifikasi Keterangan
Gawat Darurat Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan
7
combutio (luka bakar) tingkat II dan III > 25%
Darurat Tidak Gawat Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila tidak
mata.
Gawat Tidak Darurat Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu
Tidak Gawat Tidak Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat parah.
8
ALGORITMA TRIASE EMERGENCY SEVERITY INDEX (ESI)
RESIKO TINGGI
KEBINGUNGAN/LETARGIS/DISORIENTASI
NYERI/DISTRES BERAT
YA
2
TIDAK
Pertimbangkan untuk
BEBERAPA JENIS SUMBER DAYA IGD YANG DIBUTUHKAN ?
menaikkan level triase
TIDAK ADA SATU BANYAK (>2)
YA YA YA YA
TANDA BAHAYA
UMUR HR (x/mnt) RR(x/mnt) suhu SpO2
5 4 < 3bln
3bln-3th
3-8 th
>180
>160
>140
>50
>40
>30
>38
>38 <92%
TIDAK
3
LEVEL TRIASE KONDISI PASIEN
ESI 1 RESUSITASI
ESI 2 EMERGENCY
ESI 3 URGENT
System START (Simple Triase And Rapid Treatment) digunakan untuk memilih pasien
dalam jumlah yang banyak atau kondisi dimana keberadaan pasien melampaui ketersediaan
tenaga (disaster). Pelayanan terbaik pada bencana (jumalah korban banyak) adalah sesuai
kondisi bencana dan sangat tergantung dari kondisi yang dibutuhkan saat itu
9
The START (Simple Triase And Rapid Treatment) plan dikembangkan oleh RS Hoag dan
melakukan triase pada seorang pasien dalam 60 detik atau lebih cepat dengan mengevaluasi:
a. Respirasi
b. Perfusi
System ini ideal untuk kejadiani korban masal tapi tidak terjadi Functional Collaps RS.
1) HIJAU : pasien sadar dan dapat jalan dipisahkan dari pasien lain, Walking Wounded
(termasuk pasien-paien yang histerik) dan tinggal yang tidak sadar/ cidera berat (biasanya
2) KUNING/ Delayed : Semua pasien yang tidak termasuk golongan MERAH maupun
HIJAU. Kelompok ini termasuk yang luka-luka tidak berbahaya seperti fraktur tulang
pendek dll.
3) MERAH/ Immediate (10%-20%) : Semua pasien yang ada gangguan Airway, Breathing,
Capillary Refill > 2 detik, juga pasien-pasien yang kesadarannya menurun/ tidak ikut
10
BAB III
TATA LAKSANA
Proses triase dimulai ketika pasien masuk ke pintu UGD Puskesmas Sedau. Petugas triase
harus mulai memperkenalkan diri, kemudian menanyakan riwayat singkat dan melakukan
pengkajian. Pengumpulan data subyektif dan obyektif harus dilakukan dengan cepat, tidak lebih
dari 5 menit karena pengkajian ini tidak termasuk pengkajian perawat utama. Petugas triase
bertanggungjawab untuk menempatkan pasien di area pengobatan yang tepat, contohnya pasien
dengan luka dan memerlukan tindakan bedah, pasien yang memrlukan pemeriksaan jantung dan
lain-lain. Tanpa memikirkan dimana pasien pertama kali ditempatkan setelah triase, setia pasien
tersebut harus dikaji ulang oleh perawat utama/petugas sedikitnya sekali setiap 60 menit.
Pasien yang dikatagorikan sebgai pasien yang mendesak atau gawat darurat, pengkajian
dilakuKan setiap 5-15 menit / lebih bila diperlukan. Setiap pengkajian ulang harus
didokumentasikan dalam rekam medis. Informasi baru dapat mengubah kategorisasi keakutan dan
lokasi pasien di area pengobatan. Misalnya kebutuhan untuk memindahkan pasien yang awalnya
berada di area pengobatan minor ke tempat tidur resusitasi ketika pasien tampak sesak nafas,
Bila kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda-tanda obyektif bahwa pasien mengalami
gangguan pada airway, breathing, circulation, maka pasien ditangani terlebih dahulu. Pengkajian
awal hanya didasarkan atas data obyektif dan data subyektif sekunder dari heteroanamnesi (pihak
keluarga, atau yang mengantar). Setelah keadaan pasien membaik, data pengkajian kemudain
dilengkapi dengan data subyektif yang berasal langsung dari pasien, tergantung dari situasi dan
kondisi pasien.
2. Di area triase dilakukan anamnesa dan pemeriksaan singkat dan cepat (selintas) untuk
3. Bila jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase dapat dilakukan diluar
11
4. Penderita dibedakan menurut kegawatannya dengan memberi kode warna atau membawa
Pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila
ditolong segera. Kondisi pasien gawat darurat dan memerlukan pertolongan pertama (PI)
Pasien memerlukan tindakan definitive tetapi tidak ada ancaman jiwa segera. Kondisi
pasien tidak gawat namun darurat atau gawat tapi tidak darurat. Sehingga pasien
tertutup pada ekstrimitas dengan perdarahan terkontrol, luka bakar < 25% luas permukaan
Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri atau
mendapat prioritas penanganan ke III (PIII). Misalnya: laserasi minor, memar, lecet, luka
bakar siperfisial.
d. Expextant (hitam)
Pasien mengalami cedera mematikan dan akan meninggial meski mendapat pertolongan.
Misal: Luka bakar derajat 3 seluruh tubuh, kerusakan organ vital dan lain-lain.
5. Penderia/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan warna: merah, kuning, hijau,
hitam.
resusitasi. Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut, penderita/korban dapat dirujuk
7. Penderita dengan kategori triase kuning yang memerlukan tindakan medis lebih lanjut
ditempatkan di ruang tindakan label kuning dan menunggu giliran setelah pasien dengan
8. Penderita dengan kategori hijau pada saat jam kerja diarahkan untuk diberikan pelayanan di
sebelumnya.
Triase pada disarter / bencana menggunakan system START (simple triase and rapid
2. PERFUSI → Cara terbaik dan mudah, cepat untuk menilai perfusi adalah dengan melakukan
Kalau CRT terjadi dalam lebih dari 2 detik, berarti perfusi tidak adekuat → pasang TAG
MERAH.
Bila CRT kembali dalam 2 detik, jangan di pasang TAG dulu, tetapi evaluasi dulu
kesadarannya
dengan pernafasan dan sirkulasi yang adekuat. Perintah seperti ‘buka mata’ atau ‘remas
tangan saya’,
Pada fase ini jangan lupa untuk Triase ulang golongan HIJAU
13
14
BAB IV
DOKUMENTASI
Dokumen adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan
hukum, sedangkan pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat atau merekan peristiwa dan
objek maupun aktivitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.
Dokumentasi asuhan dalam pelayanan keperawatan adalah bagian dari kegiatan yang harus
dikerjakan oleh perawat setelah memberi asuhan kepada pasien.
Pada tahap pengkajian proses triase, mencakup dokumentasi :
1. Informasi dasar : nama, umur, jenis kelamin, cedera, penyebab cedera, pertolongan pertama
yang telah dilakukan.
2. Tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu, dan kesadaran.
3. Diagnosis singkat tapi lengkap
4. Kategori triase
Dalam implementasi petugas gawat darurat harus mampu melakukan dan
mendokumentasikan tindakan medis dan keperawatan. Termasuk waktu yang sesuai dengan
standar yang disetujui. Petugas mengevaluasi secara kontinu perawatan pasien berdasarkan hasil
yang dapat diobervasi untuk menentukan perkembangan pasien kearah hasil dan tujuan dan harus
mendokumentasikan respon pasien terhadap intervensi pengobatan dan perkembangannya.
Standard Joint Commision (1996) menyatakan bahwa rekam medis menerima pasien yang bersifat
gawat darurat, mendesak dan segera harus mencantumkan kesimpulan pada saat terminasi
pengobatan, termasuk disposisi akhir, kondisi saat pemulangan dan instruksi perawatan tindak
lanjut.
Pendokumentasian triase dilakukan pada lembar pengkajian medis UGD dan lembar
asuhan keperawatan gawat darurat. Sedangkan untuk perkembangan pasien dilakukan pencatatan
pada lembar catatan perkembangan terintegrasi. Apabila terjadi bencana maka penulisan dapat
dilakukan pada lembar catatan terintegrasi dengan minimal informasi seperti data yang disebutkan
diatas.
Ditetapkan di : Keru
Pada tanggal : 25 Januari 2021
15