Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

TEKNIK KOMUNIKASI DALAM


MENYAMPAIKAN EVIDENCE DENGAN
MEMPERHATIKAN PRINSIP WOMEN CNTERED
CARE

Dsn pengampu: Kholilah Lubis M.keb


Kelompok 2
1.Putri Tamara H.
2.Mirna Apriani

INSTITUT KESEHATAN PRIMANUSANTARA


BUKITTINGGI
2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala,
Rabb Penguasa alam, Rabb yang tiada henti-hentinya memberikan kenikmatan
dan karunia kepada semua makhluk-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas
makalah seminar ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, serta
orang-orang yang mengikuti risalahnya hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, dengan izin Allah kami telah menyelesaikan tugas makalah


ini Penyusun menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan, karena
keterbatasan kemampuan maupun pengalaman kami.Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi memperbaiki kekurangan
ataupun kekeliruan yang ada.Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para mahasiswa kebidanan untuk menambah wawasan dalam bidang
kesehatan.

Penulis mohon ma’af apabila dalam pembuatan makalah ini masih


terdapat kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan penulis dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.Penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

22 januari 2021

penulis

ii
DAFTAR ISI

Coper …………………………………………………………..…..i

Kata pengantar ……………………………………………….……ii

Daftar isi……………………………………………………….…..iii

BAB I PEMBUKAAN

a. Latar belakang…………………………………………..….1
b. Rumus maslah…………………………………….………..2
c. Tujuan penulisan…………………………………………....2

BAB II PEMBAHASAN

a. Pengertian women centered care……..…………………....4


b. Faktor yang mempengaruhi kesehatan……………..……...5
c. Hak wanita dalam mendapatkan pelayanan ……………....6
d. Peran bidan dalam women cntered care………………..… 7
e. Komunikasi efektif dalam pratik kebidanan……………....8
f. Tujuan komunikasi dalm eraktik kebidan…………………8
g. Proses komunikasi dalm praktik kebidanan………………9
h. Faktor-faktor komunikasi dalam peraktik kebidanan…….10
i. Jenis-jenis komunukasi dalam praktik kebidanan………..11
j. Teknik komunikasi……………………………………….12
k. Prinsip dalam asuhan kebidanan yang berpusat pada ibu
(women center care)……………………………………… 17
l. Prinsip dalam women center care ………………..……….18

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan …………………………………….……..19
b. Saran...…………………………………………..……..19

Daftar pustaka...………………………………….………………21

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A.latar belakang

  Kesehatan wanita adalah masalah kesehatan reproduksi, fisik dan psikis


secara keseluruhan. Kesehatan wanita dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu
status wanita di masyarakat, resiko reproduksi, pendidikan yang rendah, kurang
modal, dan faktor sosial, budaya dan ekonomi.

Wanita adalah manusia yang mempunyai hak asasi terutama hak dalam
bidang kesehatannya yaitu hak untuk memelihara kesehatan reproduksinya.
Bidan berperan dalam memberikan dukungan pada wanita untuk
memperoleh status yang sama dimasyarakat untuk memilih dan memutuskan
perawatan kesehatan dirinya. Dalam memberikan asuhan hendaknya ‘women
center care’ / asuhan yang berorientasi pada wanita, dimana fokusnya mencakup
seluruh aspek kehidupan yang memandang wanita sebagai manusia yang utuh,
membutuhkan pemenuhan kebutuhan bio, psiko, sosio, spiritual, dan kultural
selama hidupnya.
Model asuhannya adalah wanita harus menjadi figure sentral pada proses
asuhan karena wanita yang mengerti kebutuhannya sendiri sedangkan bidan
adalah pemberi asuhan professional yang membantu ibu untuk pengambilan
keputusan dan menanggapi pilihan ibu. Salah satu faktor yang mencerminkan
wanita tetap sebagai pusat asuhan diasumsikan dengan kepuasan terhadap asuhan
kebidanan yaitu faktor ‘continuity of care’ / asuhan yang berkelanjutan.
Bentuk-bentuk ‘women center care’ di Indonesia merupakan program
untuk menurunkan angka kematian ibu diantaranya yaitu program Gerakan sayang
ibu, ‘Making Pregnancies Safer‘(MPS) dan Asuhan Persalinan Normal.

Perempuan adalah makhluk Bio-Psiko-Sosial-Kultural dan Spiritual yang


utuh dan unik, mempunyai kebutuhan dasar yang bermacam-macam sesuai
dengan tingkat perkembangannya. Setiap perempuan merupakan pribadi yang
mempunyai hak,kebutuhan serta harapan.

1
Perempuan mengambil tanggung jawab terhadap kesehatannya dan
keluarganya melalui pendidikan dan konseling dalam dalam membuat keputusan.
Perempuan mempunyai hak untuk memilih dan memutuskan tentang siapa yang
memberi asuhan dan dimana tempat pemberian asuhan. Sehingga perempuan
perlu pemberdayaan dan pelayanan untuk memperoleh pendidikan dan informasi
dalam menjalankan tugasnya.

B.Rumus masalah

1. Apa yang dimaksud dengan women center care?


2. Apa saja hak-hak wanita dalam mendapatkan pelayanan?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi kesehan wanita?
4. Bagaimana peran bidan dalam women center care?
5. Apa saja prinsip dalam asuhan kebidanan yang berpusat pada women
centered care?

C.tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui maksud dari women center care.


2. Untuk mengetahui hak-hak wanita dalam mendapatkan pelayanan.
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kesehan wanita
4. Untuk mengetahui peran bidan dalam women center care.
5. Untuk mengetahui prinsip dalam asuhan kebidanan yang berpusat pada
women centered care.

2
BAB 11

Pembahasan

A. Pengertian

Women Center Care adalah asuhan yang berpusat pada wanita, maksudnya


bahwa asuhan yang diberikan oleh bidan harus berorientasi pada wanita sehingga
wanita tidak dipandang sebagai obyek melainkan dipandang sebagai manusia
secara utuh / holistic yang mempunyai hak pilih untuk memelihara kesehatan
reproduksinya.

dalam memberikan asuhan hendaknya ‘women center care’ / asuhan yang


berorientasi pada wanita, dimana fokusnya  mencakup  seluruh  aspek
kehidupan yang memandang wanita sebagai  manusia  yang  utuh, membutuhkan 
pemenuhan  kebutuhan bio, psiko, sosio, spiritual, dan cultural selama
hidupnya.

  Women centred care adalah istilah yang digunakan untuk filosofi asuhan
maternitas yang memberi prioritas pada keinginan dan kebutuhan pengguna, dan
menekankan pentingnya informed choice, kontinuitas perawatan, keterlibatan
pengguna, efektivitas klinis, respon dan aksebilitas .

Women centred care adalah istilah yang menggambarkan kesehatan yang


menghormati nilai-nilai, budaya, pilihan, dan preferensi wanita dan keluarganya,
dalam konteks mempromosikan hasil kesehatan yang optimal. Perempuan-
centredness dirancang untuk meningkatkan kepuasan dengan pengalaman bersalin
perawatan dan meningkatkan kesejahteraan bagi perempuan, bayi, keluarga dan
profesional kesehatan, yang merupakan komponen penting dari peningkatan
kualitas kesehatan. Dalam praktik kebidanan.

 “Women centred care” adalah konsep yang menyiratkan hal berikut:

1. Perawatan yang berfokus pada perawatan wanita yang unik, harapan dan
aspirasi wanita tersebut daripada kebutuhan lembaga-lembaga atau profesi
yang terlibat.

3
2. Memperhatikan hak-hak perempuan untuk menentukan nasib sendiri
dalam hal pikiran, control dan kontinuitas perawatan dalam bidang
kebidanan. Meliputi kebutuhan janin, bayi atau keluarga wanita itu, orang
lain yang signifikan, seperti yang diidentifikasi dan dipercaya oleh wanita
tersebut.
3. Melibatkan peran serta masyarakat, melalui semua tahap mulai dari
kehamilan, persalinan, dan setelah kelahiran bayi.
4. Melibatkan kolaborasi dengan professional kesehatan lainnya bila
diperlukan.
5. ‘Holistik’ dalam hal menangani masalah social wanita, emosional, fisik,
psikologis, kebutuhan spiritual dan budaya. 

B.faktor yang mempengaruhi kesehatan wanita

1. Faktor status wanita dalam masyarakat yang rendah. Status atau


kedudukan seseorang dalam keluarga dan masyarakat akan
mempengaruhi seorang wanita diperlakukan bagaimana dia  dihargai dan
kegiatan apa yang boleh dilakukan. Disebagian besar masyarakat dunia
wanita mempunyai kedudukan yang lebih rendah dari pria. Status yang
lebih rendah ini menimbulkan diskriminasi yaitu diperlakukan secara
tidak layak atau ditolak haknya karena mereka wanita dan hal ini selalu
berakibat buruk pada kesehatan wanita, misalnya banyak wanita yang
masih bisa dijual yang mengakibatkan PMS.
2. Faktor resiko kesehatan reproduksi dimana seorang wanita mengalami
hamil, melahirkan, nifas yang beresiko untuk mati.
3. .Faktor ketidakmampuan wanita untuk memelihara kesehatannya sendiri
sebagai akibat dari pendidikan yang rendah.
4. .Faktor kurangnya modal dalam upaya pemeliharaan wanita.
5. Faktor sosial budaya, ekonomi dalam kesehatan wanita antara lain;
a.Pelayanan kesehatan tidak terjangkau akan tidak cocok.
b. Pengetahuan yang rendah untuk mengenal tanda dan gejala
dari  berbagai komplikasi terkait dengan kehamilan, persalinan dan
nifas.

4
B. hak-hak wanita dalam mendaptkan pelayanan kesehatan

1. Hak untuk mendapatkan keterangan mengenai kesehatannya.


2.  Hak untuk mendiskusikan keprihatinan dalam lingkungan dimana ia
merasa percaya.
3. Hak untuk mengetahui prosedur yang akan dilakukan.
4. Hak untuk mendapatkan privacy.
5. Hak mengatakan pandangan pelayanan yang aman
6. Hak mengatakan pandangan dan pilihannya mengenai layanan yang
diterimanya.

C.women centered care

Wanita sebagai pusat asuhan adalah dimana wanita harus menjadi figure
sentral pada proses asuhan, filosofi kebidanan menganggap bahwa wanita iyalah
yang mengerti kebutuhannya sendiri. Bidan adalah pemberi asuhan professional
dengan pengetahuan uniknya masing-masing membantu ibu untuk pengambilan
keputusan dan menanggapi pilihan ibu.

The health committee of the house of common report on maternity services tahun


1992 memberikan rekomendasi penuh yang tampak di bawah ini, yaitu:

a. Hubungan antara wanita dan pemberi asuhan dibutuhkan sebagai hal yang
sangat mendasar
b. Pola harus diset untuk memungkinkan wanita mengetahui satu atau dua
tenaga professional selama kehamilan yang akan menemaninya selama
persalinan di rumah sakit dan tenaga yang akan memberi asuhan pada
bayinya setelah kelahiran
c. Mayoritas asuhan maternitas harus community based / berdasarkan
permintaan masayarkat dan  dekat dengan rumah ibu dan ahli kandungan

dan ahli lain harus siap menerima rujukan dari para bidan atau dokter umum.

d. Dokter umum harus mampu untuk memberikan asuhan kontinu selama


kehamilan, persalinan dan nifas.

5
e. Wanita yang membutuhkan asuhan obstetric yang intensif harus tetap
dapat menikmati asuhan yang berkelanjutan
f. Dalam rumah sakit wanita harus dapat melakukan pemilihan terhadap
personil yang bertanggungjawab dalam asuhan mereka
g. Wanita yang mempunyai bayi harus menhjadi fokus asuhan dan tenaga
professional memberikan asuhan harus mengidentifikasi kebutuhan
mereka dan perkembengannya didasari pada kesamaan kedudukan dalam
asuhan.
h.  Asuhan yang tepat pada kebutuhan bayi, dengan fakta / keterangan dan
rasa hormat untuk dilakukannya resusitasi saat kelahiran, pemeriksaan
abnormalitas, dan pertimbangan untuk meneyusui segera.

Tiap tujuan diwujudkan ke dalam kegiatan dan pelayanan, dengan indikator


kesuksesan dalam lima tahun;

1. Semua wanita berhak membawa sendiri catatan kesehatannya.


2. Setiap wanita harus mengetahui satu bidan yang menjamin asuhan
kebidanan yang berkelanjutan. (nama bidannya)
3. Setidaknya 30 % dari wanita mempunyai bidan sebagai tenaga
professional
4. Setiap wanita harus mengetahui tenaga profesional yang mempunyai peran
penting dalam perencanaan dan perlengkapan untuk asuhannya.
5. Setidaknya 75 % wanita aharus mengetahui orang-orang yang
menemaninya selama persalinan
6. Bidan harus mempunyai akses langsung terhadap beberapa tempat tidur
dalam semua unit maternitas.
7. Setidaknya 30 % wanita bersalin di unit maternitas harus diterima di
bawah manajemen kebidanan.
8. Jumlah kunjungan antenatal untuk wanita tanpa komplikasi kehamilan
harus ditinjau lagi dari keterangan dengan bukti yang ada dan dengan
pedoman RCOG

6
9.  Semua staf dari ambulan harus mempunyai paramedic yang mampu untuk
membantu bidan yang dibutuhkan saat merujuk wanita dalam keadaan
gawatdarurat ke rumah sakit.
10. Semua wanita harus mempunyai akses terhadap informasi tentang
pelayanan yang ada di daerah mereka

D.peran bidan dalam women center care

Bidan dalam memberikan asuhan yang berpusat pada wanita harus


berlandaskan pada filosofi asuhan kebidanan yaitu safety, satisfying, menghormati
martabat manusia dan self determination, respecting culture dan etic diversity,
family centered, dan health promotion.

1. Karakteristik Model Asuhan Yang Dilakukan

a. Ada monitoring fisik, psikologis dan kesejahteraan soial selama siklus


reproduksi
b. Menyiapkan wanita dengan pendidikan yang berbeda, konseling, dan
asuhan prenatal
c.  Bantuan penanganan yang berkesinambungan selama persalinan dan
melahirkan
d. Dukungan post partum
e. Meminimalkan penggunaan intervensi teknologi
f. Identifikasi masalah obstetric, dengan perujukan kepada provider yang
tepat untuk asuhan(UCSF, 1999)

2. Faktor-Faktor Yang Membuat Ibu Puas

Bidan yang menjalankan model asuhan selaras dengan kepuasan pasien.

 Komunikasi

Cara berkomunikasi yang dipakai bidan melibatkan ibu dan keluarga. Informasi
yang diberikan hanya sebatas pengertian ibu, pengambilan keputusan sepenuhnya
diberikan kepada ibu. Komunikasi akan mendekatkan antara bidan dan ibu,

7
adanya kesejajaran dalam proses asuhan antara ibu dan bidan, untuk mencapai
tujuan asuhan bidan harus berempati (Rooks, 1999).

CONTOH KASUS

Komunikasi merupakan landasan bagi profesi bidan dalam memberikan asuhan


kebidanan karena tugas bidan adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Proses komunikasi merupakan suatu penyampaian pesan, ide, atau lambing
kepada orang lain agar dapat mencapai persepsi yang sama sesuai dengan yang
dikehendaki oleh komunikator. Tujuan berkomunikasi adalah memudahakan dan
melancarkan pencapaian tujuan. 

 Sebagai seorang bidan, komunikasi adalah hal yang sangat penting dan
merupakan kunci utama keberhasilan seorang bidan.Sebaiknya dalam
berkomunikasi dengan klien, seorang bidan harusnya menjaga etika dan
penampilannya dalam menghadapi kliennya.Menjaga hak-hak priabdi dan hak-
hak orang lain.Menghormati,menjaga perasaan klien, dengan melihat kondisi
ekonominya.Menjaga rahasia klien.

A.Contoh komunikasi efektif dalam kebidanan:

o Penggunaan bahasa yang sederhana


o Menggunakan pertanyaan terbuka
o Memberikan kesempaten pasien unruk berbicara
o Memberikan umpan balikpada pasien
o Intruksi yang tepat dan jelas
o Tidak terlalu banyak bahasa medis
o Memperhatikan respon non verbalmelakukan evaluasi komunikasi DLL

B.Tujuan Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan

Komuniasi bertujuan untuk memudahkan, melancarkan, melaksanakan


kegiatan tertentu dalam mencapai suatu tujuan. Artinya, dalam proses komunikasi,
terjadi suatu pengertian yang diinginkan bersama sehingga tujuan lebih mudah
dicapai.

8
Pada dasarnya komunikasi memiliki 3 dampak, yaitu :

1. Memberikan informasi, meningkatkan pengetahuan, menambah wawasan.


Tujuan ini sering disebut tujuan yang kognitif.
2. Menumbuhkan perasaan tertentu, menyampaikan pikiran, ide, atau
pendapat. Tujuan ini sering disebut tujuan afektif.
3. Mengubah sikap, perilaku dan perbuatan. Tujuan ini sering disebut tujuan
konatif atau psikomotorik.

C.Proses Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan

Proses komunikasi adalah setiap langkah mulai dari saat menciptakan


informasi sampai dipahami oleh komunikan. Komunikasi adalah sebuah proses,
sebuah kegiatan yang beralngsung kontinu. Koseph De Vito (1996)
mengemukakan komunikasi adalah transaksi. Hal tersebut dimaksudkan bahwa
komunikasi merupakan suatu proses, di mana komponen – komponen saling
terkait. Bahwa para pelaku komunikasi beraksi dan beraksi sebagai satu kesatuan
dan keseluruhan.

Proses komunikasi dalam praktik kebidanan dapat digambarkan sebagai


berikut :

1. Komunikator
2. Mengembangkan ide atau pikiran yang ingin disampaikan.
3. Mengkode ide atau pikiran dalam bentuk lambang verbal atau nonverbal
4. Menyampaikan pesan melalui saluran komunikasi dan menggunakan
metode tertentu.
5. Menunggu umpan balik dari komunikan untuk mengetahui keberhasilan
komunikasi.
6. Komunikan
7. Menerima lambang – lambang yang disampaikan oleh komunikator.
8. Membaca atau menyandi lambang verbal atau nonverbal yang
disampaikan oleh komunikator.
9. Menggunakan pesan yang telah disampaikan.
10. Memberikan umpan balik kepada komunikator.

9
D.Faktor – Faktor Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan

Faktor – faktor yang mempengaruhi komunikasi adalah sebagai berikut :

  1) The Act (Perbuatan)

Pebuatan komunikasi menginginkan pemakaian lambang – lambang yang


dapat dimenegrti secara baik dan hubungan – hubungan yang dilakukan oleh
manusia. Pada umumnya lambang – lambang tersebut dinyatakan dengan bahasa
atau dalam keadaan tertentu tanda – tanda lain dapat pula dipergunakan.

2) The Scene (Adegan)

Adegan sebagai salah satu faktor dalam komunikasi ini menekankan


hubungan dengan lingkungan komunikasi. Adegan ini menjelaskan apa yang
dilakuakn, simbol apa yang digunakan, dan arti dari apa yang dikatakan. Dengan
kata lain adegan adalah sesuatu yang akan dikomunikasikan dengan  melalui
simbol apa, sesuatu itu dapat dikomunikasikan.

3) The Agent (Pelaku)

Individu – individu yang menagmbil bagian dalam hubungan komunikasi


dinamakan pelaku – pelaku komunikasi. Pengirim dan penerima yang terlibat
dalam hubungan komunikasi ini, adalah contoh dari pelaku – pelaku komunikasi
tersebut. Dan peranannya sering kali saling menggantikan dalam situasi
komunikasi yang berkembang.

4) The Agency (Perantara)

Alat – alat yang dipergunakan dalam komunikasi dapat membangun


terwujudnya perantara. Alat – alat itu selain dapat berwujud komunikasi lisan,
tatap muka, juga alat komunikasi tertulis, sepertisuatu perintah, memo, buletin,
nota, surat tugas, dan sejenisnya.

5) The Purpose (Tujuan)

Menurut Grace dalam Thoha (1997), ada 4 macam tujuan yaitu :

10
 Tujuan fungsional (the fungsional goals) adalah tujuan yang secara pokok
bermanfaat untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi/lembaga.
 Tujuan manipulasi (the manipulative goals) adalah tujuan yang
dimaksudkan untuk menggerakkan orang – orang yang mau menerima ide
-ide yang disampaikan, yang sesuai ataupun tidak dengan nilai dan
sikapnya.
 Tujuan keindahan (the aesthetics goals) adalah tujuan untuk menciptakan
tujuan – tujuan yang bersifat kreatif.

E.Jenis – Jenis Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan

Jenis – jenis komunikasi terbagi 2, yaitu :

1.Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai alat


sehingga komunikasi verbal ini sama artinya dengan komunikasi kebahasaan.
Komunikasi kebahasaan dapat dijalin secara lisan dan tulisan. Penggunaanya lebih
akurat dan tepat waktu. Simbol yang digunakan sebagai alat adalah kata yang
mengekspresikan ide dan perasaan, membangkitkan respons emosional, atau
menguraikan objek observasi dan ingatan. Misalnya, untuk mengungkapkan
perasaan “Sudah gaharu cendana pula” artinya sudah tahu bertanya pula.

2.Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang tidak menggunakan


bahasa tulisan ataupun lisan, tetapi menggunakan bahasa kial, gambar atau
sikap.Proses pemindahan pesan tanpa menggunakan kata – kata.

1. Bahasa Kial

Bahasa kial menggunakan gerak tangan atau tubuh sebagai isyarat atau lukisan
suatu perbuatan. Gerakan tersebut mempunyai arti pesan dalam konteks
komunikasi. Misalnya ketika bidan memimpin persalinan terdengar gaduh di luar.
Lalu bidan keluar sambil menggeleng – gelengkan kepala.

2. Bahasa Gambar

11
Bahasa gambar mengekspresikan sikap pesan dalam komunikasi dalam bentuk
gambar. Misalnya gambar dilarang merokok.

3. Bahasa Sikap

Bahasa Sikap digunakan untuk menyampaikan pesan atau mengekspresikan


pikiran dan perasaan atau pendirian. Misalnya bungkam, dingin, dan tak acuh.

 Kontrol

Hasil dari salah satu proyek penelitian menunjukkan bahwa ibu lebih menyukai
bidan yang mendemonstrasikan lebih dulu kemampuan dari ibu, memungkinkan
ibu merasakan jadi special,dan menolong ibu untuk relaks dan tetap dalam kontrol
dan dapat menjadi aspek advokasi (Frager,1999)

 Partisipasi dalam pengambilan keputusan

Bidan dan praktisi lain yang praktek dalam model kebidanan diharapkan
memberikan asuhan secara personal tradisional seperti yang wanita inginkan.

 Asuhan yang berkelanjutan


  Kehadiran orang yang memberi support
  Informasi (prenatal dan kelas menjadi orangtua)
 Asuhan dari bidan
 Lingkungan fisik yang mendukung

F.Teknik komunikasi

adalah cara atau seni penyampaian suatu pesan yang dilakukan komunikator
dengan sedemikian rupa, sehingga menimbul dampak tertentu kepada komunikan.
Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai panduan pikiran
dan perasaan, dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, himbauan, anjuran
dan sebagaianya.

a. Komunikasi Informatif
Komunikasi informastif ialah teknik komunikasi dengan
menyampaikan pesan secara berulang-ulang untuk memberi informasi

12
kepada komunikan. Proses komunikasi ini satu arah, dari pihak
komunikator kepada komunikan dalam rangka penyebaran informasi.
b. Komunikasi Persuasif

Komunikasi Persuasif ialah komunikasi yang dilakukan dengan


cara halus dan membujuk komunikan. Persuasif didefinisikan sebagai
perubahan sikap akibat paparan informasi dari orang lain.Komunikasi
persuasif bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku
komunikasi yang lebih menekan sisi psikologis komunikan. Penekanan ini
dimaksudkan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, tetapi
persuasif dilakukan dengan halus, yang mengandung sifat-sifat manusiawi
sehingga mengakibatkan kesadaran dan kerelaan yang disertai perasaan
senang.

c. Komunikasi instruktif/koersif
Teknik komunikasi ini dicirikan dengan memberlakukan
pemaksaan dan sanksi dari komunikator kepada komunikan. Komunikasi
yang bersifat koersif dapat berbentuk perintah, intruksi, dan bersifat
memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi. Teknik komunikasi berupa
perintah, ancaman sanksi, dan lain-lain yang bersifat paksaan, sehingga
orang-orang yang dijadikan sasaran (komunikan) melakukan secara
terpaksa, biasanya teknik komunikasiseperti ini bersifat fear arousing,
yang bersifat menakut-nakuti atau menggambarkan resiko yang buruk,
serta tidak luput dari sifat red-herring, yaitu interest atau muatan
kepentingan untuk kemenangan dalam konflik, perdebatan dengan
menepis argumen yang lemah kemudian menyerang lawan.
d. Hubungan Manusiawi
Hubungan manusiawi ini ialah teknik komunikasi yang
memperhatikan nilai- nilai etis untuk menciptakan suasana atau iklim
komunikasi yang manusiawi.Salah satu tujuan komunikasi adalah
tersimpannya pesan dari komunikator kepada komunikan, maka
dianjurkan bagi komunikator terlebih dahulu memahami perilaku sosial
serta budaya masyarakat setempat yang akan menjadi komunikan.

13
E.Komunikasi Terapeutik

Komunikasi Terapeutik Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu


berinteraksi dengan orang lain dan itulah bentuk komunikasi secara umum. Tapi
bagi bidan, interaksi yang dibangun dalam suatu praktek pelayanannya pada
pasien atau klien untuk membantu suatu kesembuhan itulah komunikasi
terapeutik. Dengan memiliki ketrampilan dalam komunikasi terapeutik, bidan
akan lebih mudah dalam menjalin hubungan saling percaya dengan klien sehingga
lebih efektif dalam mencapai tujuan asuhan kebidanan yang diterapkan dengan
memberikan pelayanan secara professional.

a.pengertian komunikasi terapeutik

Ada beberapa pengertian komunikasi terapeutik dan di antaranya adalah sebagai


berikut.

1) Suatu kemampuan atau ketrampilan bidan dalam adalam membantu klien


beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan psikologi dan belajar
bagaimana berhubungan dengan orang lain (Northouse dalam
Suryani,2006).
2) Hubungan interpersonal anatar bidan dengan klien,sehingga memperoleh
pengalaman belajar yang sama dalam rangka memperbaiki pengalaman
emosional klien (Stuart,1998).
3) Komunikasi yang direncanakan secara sadar dimana kegiatan dan tujuan
dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Uripni dkk,2003).

Kunci membangun komunikasi terapeutik adalah:

1. Kejujuran

2. Lemah lembut berbicara dan meyakinkan

3. Tata bahasanya jelas,ekpresisf dan tidak membingungkan

4. Bersikap positip dan penuh harapan kedepan

5. Empati

14
6. Memberikan sikap hormat pada klien

7. Responsif dan peka,mengerti perasaan orang lain

8. Tidak terpengaruh masa lalu klien.

b.tujuan dan manfaat komunikasi terapeutik

Menurut Purwanto dalam Damayanti (2008) komunikasi terapeuti memiliki


beberapa tujuan sebagai berikut.

1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan


dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yg ada bila
pasien percaya pada hal yang diperlukan

2. Mengurangi keraguan,membntu dalam hal pengambilan tindakan yang


efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.

3. Mempengaruhi orang lain. Lingkungan fisik dan dirinya sendiri

C. syarat dan prinsip komunikasi terapeutik

Ada dua syarat untuk komunikasi terapeutik sebagai berikut.

1. Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri baik


pemberi maupun penerima

2. Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus dilakukan


terlebih dahulu sebelum memberikan sarana, informasi, maupun
masukan.Komunikasi terapeutik akan efektif apabila sering dipakai latihan,
sehingga akan meningkatkan kepekaan diri terhadap perasaan orang lain,
khususnya klien yang kita hadapi.

Prinsip-prinsip dari komunikasi terapeutik adalah sebagai berikut.

1. Bidan harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami


dirinya, serta nilai yang dianut.

2. Komunikasi yang bersifat saling menerima, saling percaya, dan saling


menghargai.

15
3. Bidan harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun
mentalnya.

4. Menciptakan suasana yang memungkinkan seorang pasien bebas berkembang


tanpa rasa takut.

5. Mampu memotivasi pasien untuk mengubah dirinya baik sikap ataupun tingkah
laku,sehingga tumbuh semakin matang dan mampu memecahkan masalahnya
sendiri

6. Bidan mampu menguasai perasaan sendiri baik suka maupun duka.

7. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan


konsistensinya.

8. Memahami betul arti empati sebagai tindakan terpeutik.

9. Kejujuran dan keterbukaan sebagai dasar komunikasi terpeutik.

10. Memiliki kemampuan sebagai role model altruisme untuk mendapatkan


keputusan dengan menolong orang lain secara manusiawi.

11. Berpegang pada etika serta dalam mengambil keputusan berdasar prinsip
kesejahteraan manusia

12. Bertanggung jawab dalam dua demensi, yaitu pada diri sendiri dan pada
pasien dlm pelayanan kebidanan.

D. sikap dan karakteristis dalam komunikasi trapuetik

Menurut Egan dalam Keliat (1998), ada lima sikap dalam komnunikasi terapeutik.

1. Berhadapan

2. Kontak mata

3. Membungkuk kearah klien

4. Memperlihatkan sikap terbuka

5. Tetap rileks

16
E.teknik komunikasi terapuetik

1. Mendengar Aktif dengan Penuh Perhatian

2. Menunjukkan Penerimaan

3. Mengajukan Pertanyaan yang Berkaitan

4. Mengajukan Pertanyaan Terbuka

5. Mengulang Ucapan Klien

6. Mengajukan Pertanyaan Klarifiksi

7. Menfokuskan

8. Menyampaikan Hasil Observasi

9. Menawarkan Informasi

3. Praktek Sesuai Evidence Base / Bukti Ilmiah

Penting untuk memberikan asuhan yang sesuai evidence based bagi bidan
professional. WHO mengungkapkan bukti yang kuat untuk menolak intervensi
dan praktek asuhan dengan 4 kategori yaitu:

1. Asuhan yang aman dan berguna

Model asuhan yang dapat diberikan yaitu:

a. Dukungan emosional dan psikologi selama kehamilan dan


persalinan
b. Memfasilitasi mobilitas dan pemilihan posisi untuk ibu
c. Dukungan untuk proses menyusui
d. Memberi kesempatan yang luas untuk ibu dalam menyusui
2. Asuhan yang membahayakan atau tidak efektif harus dihindari.

Menghindari hal yang membahayakan dan tidak efektif seperti menghindari


enema, episiotomi yang rutin, mencukur rambut pubis. Sedangkan asuhan yang
dikurangi meliputi:

17
a. Pemakaian electrical fetal monitoring secara lanjut
b. Pemakaian oxytocin untuk meningkatkan kontraksi
c. Pemakaian analgesia epidural untuk mengurangi nyeri karena his

3. Kurangnya penelitian untuk mengklarifikasi issue sehingga bukti kurang


untuk mendukung rekomendasi yang jelas
4. Asuhan itu memang perlu untuk wanita tetapi tidak semua tepat untuk
semua orang

F. Prinsip-prinsip dalam asuhan kebidanan yang berpusat pada ibu (Women


centered Care):

1. Memastikan ibu menjadi mitra yang sejajar dalam perencanaan dan


pemberian asuhankebidanan.
2. Mengenali layanan yang ada untuk memenuhi kebutuhan mereka dan
keinginanmereka.
3. Memberikan informasi pilihan-pilihan yang tersedia selama kehamilan,
persalinan danperiode pascanatal.
4. Memberikan asuhan yang berkesinambungan pada ibu sehingga mereka
mampu membentuk hubungan saling percaya dengan orang-orang yang
peduli untuk mereka.

18
BAB 111

PENUTUP

A.kesimpulan

Women Centered Care adalah istilah yang digunakan untuk filosofi asuhan
maternitas yang memberi prioritas pada keinginan dan kebutuhan pengguna, dan
menekankan pentingnya informed choice, kontinuitas perawatan, keterlibatan
pengguna, efektivitas klinis, respon dan aksesibilitas. Dalam hal ini Bidan
difokuskan memberikan dukungan pada wanita dalam upaya memperoleh status
yang sama di masyarakat untuk memilih dan memutuskan perawatan kesehatan
dirinya.

Di dalam women center care terdapat banyak hal yang harus diperhatikan oleh
bidan. Yaitu tentang prinsip-prinsip dalam pemberian asuhan kebidanan yang
terkait dengan wanita secara keseluruhan. Bentuk-bentuk dari women center care
itu sendiri. Dan dapat mengetahui siapa saja yang harus dilakukan pendekatan
secara keseluruhan terkait dengan women center care. Karena dalam women
center care ini adalah ruang lingkup tanggung jawab dari bidan untuk memenuhi
profesinya sebagai teman wanita.

Komunikasi merupakan landasan bagi profesi bidan dalam memberikan asuhan


kebidanan karena tugas bidan adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Proses komunikasi merupakan suatu penyampaian pesan, ide, atau lambing
kepada orang lain agar dapat mencapai persepsi yang sama sesuai dengan yang
dikehendaki oleh komunikator. Tujuan berkomunikasi adalah memudahakan dan
melancarkan pencapaian tujuan. 

 Sebagai seorang bidan, komunikasi adalah hal yang sangat penting dan
merupakan kunci utama keberhasilan seorang bidan.Sebaiknya dalam
berkomunikasi dengan klien, seorang bidan harusnya menjaga etika dan
penampilannya dalam menghadapi kliennya.Menjaga hak-hak priabdi dan hak-
hak orang lain.Menghormati,menjaga perasaan klien, dengan melihat kondisi
ekonominya.Menjaga rahasia klien

19
B.saran

Dengan di buatnya makalah ini ,penulis menyarankan bagi para pembaca untuk
lebih memahami tentang teknik komunikasi dalam menyampaikan evidence
dengang memperhatikan prinsip women centered care

20
DAFTAR PUSTAKA

Admin, 2011. Peranan Bidan dalam Sistem Kesehatan Nasional.


Asri Hidayat dan Mufdlilah. 2009. Catatan Kuliah Konsep Kebidanan plus materi
Bidan Delima, Mitra Cendikia Press: Yogyakarta
Kurnia, Hesti, 2011. Patnership Bidan Dan Perempuan Dalam Pelayanan
Kebidanan,
Satria, 2008. Konsep dan Pengertian Pemberdayaan Masyarakat,
Sih Setija

(http://womencenteredcare.blogspot.com/).

12

21

Anda mungkin juga menyukai