DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
RIKA AIDA HANUM ( 7181144012 )
DEWI SITUMORANG ( 7182144001)
MARIA SITORUS ( 7183144025 )
AGUS ADI SAMA LASE ( 7183144022 )
KELAS B
Segala ucapan syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk segala
rahmat dan kasih-Nya, tim penulis telah menyelesaikan makalah yang membahas “ Standar
Sistem Kualitas Dan Budaya Kualitas” dari mata kuliah BUDAYA ORGANISASI, dengan
dosen pengampu Ibu Nelly Armayanti, SP., M.SP yang terhormat, tak lupa penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada beliau.
Ada baiknya pembaca juga ikut berpartisipasi dalam karya tim penulis, dengan
memberikan saran dan kritik yang membangun. Supaya tim penulis juga dapat melakukan
perbaikan kedepannya, agar karya lainnya bisa menjadi bahan bacaan dan sumber informasi
yang terpercaya, serta kredibilitas dan kualitas tim penulis yang semakin baik. Terima kasih
dan selamat membaca.
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebuah organisasi mempunyai budaya masing-masing. Ini menjadi salah satu pembeda
antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Budaya sebuah organisasi ada yang sesuai
dengan anggota atau karyawan baru, ada juga yang tidak sesuai sehingga seorang anggota
baru atau karyawan yang tidak sesuai dengan budaya organisasi tersebut harus dapat
menyesuaikan kalau dia ingin bertahan di organisasi tersebut.
Dalam suatu organisasi di usahakan tetap mempertahankan kualitas daripada produk yang
dihasilkannya. Untuk itu dalam suatu organisasi harus dapat mempertahankan budaya
kualitas yang telah berkembang untuk meningkatkan produksi. Perusahaan-perusahaan
Indonesia sebenarnya telah lama menyadari pentingnya kualitas produk. Hal itu terbukti
dengan penerapan manajemen mutu atau Total Quality Manajemen yang sudah semakin
meluas. Menurut Adebanjo dan Kehoe (1999) ada persetujuan umum bahwa walaupun
budaya adalah unik untuk masing-masing organisasi,
Seiring perubahan lingkungan bisnis yang semakin ketat, kreativitas dan inovasi telah
menjadi kegiatan yang utama dan rutin bagi perusahaan, seperti halnya kegiatan pemasaran,
keuangan, SDM, dan lainnya. Inovasi memegang peranan penting dalam rangka
menyelaraskan kepentingan organisasi (visi, misi ,dan strategi) dengan lingkungan eksternal
(pelanggan, masyarakat, dan lain-lain). Itulah sebabnya inovasi terus menerus menjadi kunci
bagi keberhasilan dalam jangka panjang.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini, diharapkan agar pembaca dapat mengetahui:
BAB II
PEMBAHASAN
A. BUDAYA KUALITAS
Praktik manajemen yang didasarkan pada teori Deming (1986), Crosby (1979), dan
Ishikawa (1985) mendapatkan tempat yang tinggi di perusahaan-perusahaan di seluruh dunia.
Bagaimana setelah sekitar dua puluh tahun dipraktikkan, efektivitas praktik tersebut mulai
dipertanyakan.
1. Fokus Konsumen. Pemahaman terhadap kebutuhan saat ini dan masa mendatang dan
arus memenuhi persyaratan konsumen dan berusaha keras untuk memberikannya
melebihi harapan konsumen.
2. Meneliti dan memahami kebutuhan dan harapan konsumen.
3. Meyakinkan bahwa sasaran organisasi terkait erat dengan kebutuhan dan harapan
konsumen.
4. Mengomunikasikan kebutuhan dan harapan konsumen kepada semua anggota
organisasi.
5. Mengukur kepuasan konsumen dan bertindak atas dasar hasil.
6. Mengelola secara sistematik hubungan dengan konsumen.
7. Mendorong konsumen menunjukkan keluhannya dan menempatkannya sebagai
prioritas utama.
8. Mempunyai data dan informasi tentang konsumen.
9. Memberikan jaminan produk Purna jual.
Budaya kualitas adalah sistem nilai organisasi yang menghasilkan suatu lingkungan yang
kondusif bagi pembentukan dan perbaikan kualitas secara terus-menerus (Goetsch dan Davis,
1994). Karakteristik umum organisasi yang memiliki kualitas adalah sebagai berikut:
Ada beberapa hal yang perlu dipahami dalam melakukan perubahan budaya, yaitu sebagai
berikut:
D. PENERAPAN TQM
TQM merupakan sistem terstruktur dengan serangkaian alat, teknik, filosofi yang didesain
untuk menciptakan budaya perusahaan yang memiliki fokus terhadap konsumen, melibatkan
partisipasi aktif pekerja, dan perbaikan kualitas terus menerus dengan tujuan agar sesuai
dengan harapan konsumen.
Meskipun TQM menjanjikan keberhasilan bagi organisasi yang gagal menerapkan TQM,
Kegagalan organisasi dalam menerapkan TQM, bukan disebabkan oleh filosofi TQM-nya
yang salah tetapi disebabkan kesalahan pada metode dan strategi penerapannya (Dobbin,
1995).
Mendasarkan pada fenomena bahwa terdapat perusahaan yang mengalami kegagalan dalam
penerapan TQM, tulisan ini dimaksudkan untuk mencoba menelaah kendala-kendala
perusahaan dalam penerapan TQM.
Menurut Lewis dan Smith (1994) terdapat empat pilar dasar penerapan TQM, yaitu:
a. Kepuasan Konsumen
b. Perbaikan terus-menerus
c. Hormat/respek terhadap setiap orang
d. Manajemen berdasarkan fakta
Creech (1996) ,menyatakan bahwa agar penerapan TQM berhasil, empat kriteria berikut
harus dipenuhi perusahaan, yaitu:
Penelitian yang dilakukan Saraph, et al. (1993) memperoleh hasil bahwa terdapat 8 faktor
kritis yang mendukung praktik manajemen kualitas, yaitu:
1. Peran kepemimpinan dan kebijakan kualitas,
2. Peran departemen kualitas,
3. Pelatihan,
4. Desain produk/jasa,
5. Manajemen kualitas pemasok,
6. Manajemen proses,
7. Data dan laporan yang berkualitas, dan
8. Hubungan pekerjaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 17 faktor yang menjadi kendala potensial
penerapan TQM, dab terangkum ke dalam 4 kelompok, yaitu:
1. Kendala pekerja dan budaya, meliputi kesulitan dalam mengubah budaya kualitas dari
pekerja dan manajemen, rasa takut, dan resistensi terhadap perubahan, kurangnya komitmen
dan keterlibatan para pekerja dalam perbaikan kualitas, dan para pekerja kurang memiliki
rasa percaya diri dalam program perbaikan kualitas.
2. Kendala infrastruktur, meliputi kurangnya pemahaman dan pengetahuan para pekerja dan
manajemen terhadap sistem manajemen kualitas, kurang adanya sistem umpan balik
pelanggan/konsumen, pelatihan dan pendidikan kualitas yang kurang memadai, dan
kurangnya keahlian menyangkut manajemen kualitas.
3. Kendala manajerial, meliputi kurangnya komitmen top manajer, tidak ada visi dan misi
yang tepat, tingginya tingkat pergantian eksekutif kunci, dan kurangnya sikap kepemimpinan.
4. Kendala organisasional, meliputi jaringan komunikasi internal dan eksternal yang kurang
efektif. Kurangnya kerjasama antar bagian, dan penetapan sasaran organisasi yang tidak
tepat.
1. Pembentukan tim yang keliru. Tim yang dibentuk tidak memiliki komitmen terhadap
tujuan TQM.
2. Tujuan pembentukan tim yang kurang jelas.
3. Seringnya terjadi penggantian anggota Tim, padahal penggantinya tidak pernah
mengikuti pelatihan TQM.
4. Kurangnya pemahaman tentang TQM.
5. Komunikasi antara anggota tim yang tidak lancar.
6. Identifikasi masalah tidak dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip TQM.
7. Prinsip-prinsip TQM tidak dilaksanakan secara menyeluruh pada semua lapisan
manajemen.
8. Pimpinan puncak menghendaki pemecahan masalah yang cepat, tanpa proses yang
bertele-tele.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk
memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atau produk, tenaga
kerja, proses dan lingkungan. Untuk mencapai usaha tersebut digunakan sepuluh unsur utama
TQM yaitu fokus pada pelanggan, obsesi pada kualitas, pendekatan ilmiah, komitmen jangka
panjang, kerjasama tim, perbaikan berkesinambungan, pendidikan dan latihan, kebebasan
yang terkendali, kesatuan tujuan, dan keterlibatan serta pemberdayaan karyawan.
Budaya kualitas terdiri atas filosofi, keyakinan, sikap, norma, nilai, tradisi, prosedur, dan
harapan yang meningkatkan kualitas. Untuk mewujudkan budaya kualitas dilakukan dengan
delapan langkah yaitu identifikasi perubahan, menuliskan perubahan yang direncanakan,
mengembangkan rencana, memahami proses transisi emosional dan intelektual, menerapkan
strategi kemitraan, dan memberi dukungan dalam melakukan perubahan.
B. SARAN
Kualitas dalam budaya organisasi perlu di pertahankan jikalau budaya itu sesuai
dengan prinsip-prinsip perusahaan, tetapi jika kualitas dalam budaya organisasi tersebut tidak
sesuai maka perlu adanya perubahan budaya, sebelumnya harus di diskusikan terlebih dahulu
oleh yang berwenang. Dalam meningkatkan budaya kualitas salah satunya dengan
TQM ( Total Quality Management agar dapat meningkatkan kepuasan konsumen melalui
perbaikan kualitas produk atau jasa dan meningkatkan kepuasan karyawan.