Dosen Pembimbing :
Dra. Ratna Nikin Hardati, M.Si
Oleh Kelompok 7 :
Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang “Pengembangan Sumber
Daya Manusia melalui Promosi”. Adapun maksud dilaksanakannya penyusunan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan dan Pengembangan SDM.
Penulis memohon maaf apabila ada kesalahan cetak atau bahasa yang kurang baku di
dalam makalah ini dan ucapan terimakasih pada dosen pembimbing mata kuliah Perencanaan
dan Pengembangan SDM, berkat bimbingan beliau penulisan atau penyusunan makalah ini
menjadi demikian rupa.
Penulis berharap semoga isi makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan
kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
DARTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................... i
Daftar Isi ........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
1.3. Tujuan ................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
1.1. Pengertian Promosi ……………...............................................................2
1.2. Dasar – Dasar Promosi …………………... .................................................. 5
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3. TUJUAN
- Memahami tentang pengembangan SDM melalui promosi
- Memahami dasar – dasar promosi
BAB ll
PEMBAHASAN
"Promosi bagi seseorang dalam suatu organisasi, harus berdasarkan pada pertimbangan-
pertimbangan yang subjektif mungkin. Karena objektivitas suatu promosi akan membawa
dampak yang positif bagi tumbuhnya motivasi ataupun semangat kerja bagi anggota-anggota
lainnya dalam organisasi yang bersangkutan. Bagi penentu kebijakan dalam suatu organisasi
tentunya lebih cenderung menggunakan kecakapan kerja atau merit sebagai dasar suatu promosi
Kompensasi yang baik adalah dasar untuk kemajuan seseorang. Namun umumnya anggota
organisasi atau pegawal lebih cenderung atas dasar senioritas karena mereka berpendapat, bahwa
makin lama masa kerja seseorang, kecakapan kerja mereka akan lebih baik. Mereka menganggap
bahwa dasar kecakapan kerja masih mengandung juilgement sehingga masih dianggap belum
objektif. Begitu pun dasar senioritas dianggap lebih objektif. Pada kenyataannya, mengukur
objektivitas promosi tersebut tidaklah semudah yang diduga. Pada umumnya terdapat dua dasar
untuk mendapatkan promosi, yaitu kecakapan kerja (menit) dan senioritas
Berdasarkan uraian tersebut di atas, berikut ini disampaikan bahwa pemberian promosi kepada
pegawai tertentu. tidak harus diartikan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan
pegawai tersebut, tetapi harus pula dikaitkan dengan kegiatan organisasi sebagai keseluruhan.
Setiap organisasi harus menganut suatu program promosi agar organisasi dapat menjalankan
aktivitasnya dengan baik, bagaimanapun kondisi atau keadaan organisasi. Selain itu promosi
diberikan kepada pegawai yang membuktikan kesanggupan serta loyalitasnya kepada organisasi,
dan apabila pegawai tersebut menunjukkan indikasi kemampuan untuk menjalat jalatan yang
lebih tinggi. Suatu promosi yang didasarkan pada merit system, hal tersebut lebih mendukung
keberhasilan organisasi. Adapun penerapan merit system tersebut menjadikan motivasi kerja
pegawai meningkat selaras dengan adanya kejelasan kaitan antara bekerja keras dengan
diperolehnya rewend atau penghargaan nonmaterial berupa promosi.
Apabila prestasi kerja menjadi dasar pemberian penghargaan, maka para pegawai yang
berprestasi kerja tinggi akan cenderung menjadi pegawai yang memiliki tingkat kepuasan kerja
tinggi dan tetap bertahan atau tidak mau pindah kerja ke perusahaan lainnya. Selanjutnya, dalam
kaitan dengan dasar-dasar promosi tersebut, Saydam (2000: 551) menjelaskan hal-hal sebagai
berikut "pada umumnya promosi didasarkan pada: a) prestasi kerja; b) semioritas dan gabungan
antara prestasi kerja dan senioritas Bagaimana penerapan promosi berdasarkan prestasi kerja.
Terdapat pertanyaan di sini, yaitu tepatkah mencantumkan senioritas dan ambil para
kandidat sebagai salah satu syarat untuk promesit Dalam kaitan ini, ada organisasi yang merasa
perlu mencantumkan syarat senioritas sebagai salah satu syarat utanis untuk promosi Adapun
alasan yang dikemukakan bahwa syarat senioritas tidak mesti menjamin prestasi. pengetahuan,
kemampuan serta dedikasi yang lebih baik dibandingkan dengan pegawai yang yunior. Sering
terjadi bahwa seorang pegawai yang belum dapat dikategorikan tetapi ternyata pegawai tersebut
mampu menunjukkan prestesi yang lebih baik dan lebih berdedikasi serta berbagai
. Berkaitan dengan hal tersebut. Saydam (2000: 551) mpakan sebagai berikut
Terkait dengan uraian tersebut, maka pada prinsipnya dapat dikemukakan di sini bahwa promosi
yang didasarkan pada senioritas pegawal perlu adanya ketegasan dalam pengambilan keputusan.
Contoh, apakah tingkat sentitas pegawai diukur dari lama kerja terus-menerus dalam organisasi
tersebut. Bagaimana apabila terdapat pegawai ternyata pada suatu saat berhenti atau
diberhentikan sementara, kemudian aktif lagi dalam organisasi yang bersangkutan. Masihkan
mereka dimasukkan "senior setelah kembali aktif tersebut?
Terkait dengan uraian tersebut, maka pada prinsipnya dapat dikemukakan di sini bahwa
promosi yang didasarkan pads senioritas pegawal perlu adanya ketegasan dalam pengambilan
keputusan. Contoh, apakah tingkat sentitas pegawai diukur dari lama kerja terus-menerus dalam
organisasi tersebut. Bagaimana apabila terdapat pegawai ternyata pada suatu saat berhenti atau
diberhentikan sementara, kemudian aktif lagi dalam organisasi yang bersangkutan. Masihkan
mereka dimasukkan "senior setelah kembali aktif tersebut?
"Untuk memenuhi harapan semua pegawai, maka kebanyakan organisa menggunakan pola
gabungan prestasi kerja dan senioritas. Sistem gabungan ini dianggap lebih objektif dan lebih
dapat diterima oleh semua pegawai Dengan menggunakan sistemi gabungan ini, maka bila ada
dua orang pegawai yang sama masa kerjanya, tetapi dengan tingkat prestasi kerjanya berbeda,
maka yang mendapat promosi pertama adalah yang memiliki prestasi kerja yang lebih tinggi di
antara mereka. Demikian pula sebaliknya bila dua orang pegawai mempunyai prestasi kerja yang
sama, tetapi yang seorang memiliki senioritas yang lebih tinggi, maka yang tingkat senioritas
yang lebih tinggilah yang prioritas
Terkait pernyataan tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa walaupun organisasi telah secara
tegas dan jelas mencantumkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dan melaksanakan ketentuan
untuk promosi tersebut sebaik baiknya, tetapi kemungkinan terjadi kesalahan atau kekeliruan
dapat saja terjadi. Faktor-faktor subjektif dalam suatu penilaian siapa di antara kandidat tersebut
yang perlu dip mendekati atasan. Dalam ka pandai dalam sering terjadi, bila kandidat tersebut ini
berarti kemungkinan pertimbangan bakat dan kemampuan dapat terkalahkan, sehingga
didapatkan pejabat yang dipromosikan tersebut kurang bisa diterima oleh semua pihak.
Selanjutnya, Martoyo (1994:65-66) mengemukakan sebagai berikut.
"Suatu promosi bagi seseorang dalam suatu organisasi haruslah mendasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan yang seobjektif mungkin. Karena objektivitas suatu promosi
seseorang akan dapat membawa suatu dampak yang positif bagi tumbuhnya motivasi ataupun
semangat kerja bagi anggota-anggota lainnya dalam organisasi yang bersangkutan."
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa dalam implementasinya dasar
promosi bagi pengangkatan pejabat antara lain adalah prestasi kerja, disiplin, loyalitas, Daftar
Urut Kepangkatan (DUK) yang dikategorikan baik, dan pegawai yang akan dipromosikan harus
mempunyai perilaku yang tidak tercela, serta telah halus seleksi Selain hal-hal tersebut,
pertimbangan dari Badan
Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (aperjakat menjadi dasar bagi penunjukan seorang
pegawai untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi. Pada umumnya pegawai yang akan
dipromosikan, harus memenuhi persyaratan pendulikan den prestasi kerja yang baik, sehingga
setelah diprumkan akan terjadi peningkatan kinerja.
"Umumnya terdapat dua dasar untuk mempromosikan seseorang yakni: a) kecakapan kerja
(merit), b) senioritas Bagi penentu kebijaksanaan dalam suatu organisasi tentunya lebih
cenderung menggunakan kecakapan kerja atau merit tersebut sebagai dasar suatu promosi. Sebab
kompensasi yang baik adalah dasar untuk kemajuan seseorang, Namun, bagi umumnya anggota
organisasi atau pegawai lebih cenderung pada senioritas. Sebab umumnya mereka berpendapat
bahwa dengan makin lama masa kerja pegawai, kecakapan mereka akan menjadi lebih baik.
Mereka pada umumnya menganggap bahwa dasar kecakapan kerja tersebut masih mengandung
judgement, sehingga dianggap masih belum objektif Namun ternyata, tidaklah semudah yang
diduga untuk mengukur objektivitas promosi tersebut
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dikemukakan pada kasus tertentu terdapat pegawai
senior yang dipromosikan terlebih dahulu. Pegawai senior di sini dimaksudkan pegawai yang
mempunyai masa kerja paling lama di organisasi tersebut, Keuntungan sistem senioritas tersebut,
adalah adanya prinsip objektivitas Pegawai yang akan dipromosikan, ditentukan berdasarkan
catatan senioritas yang ada di organisasi. Secara logika, pendekatan ini adalah untuk
menghilangkan atau mengurangi promosi yang menyimpang atau promosi istimewa dan
diperlukan pengelolaan untuk mengembangkan pegawat senior karma mereka akan
dipromosikan. Dalam promosi berdasarkan prestasi kerja tersebut yang penting bahwa dalam
menetapkan prestasi yang dicapai pegawai tersebut perlu adanya tolok ukuz kinerja perrmance
standart
Performance standard dimaksudkan sebagai wilayah kinerja jabatan atau unit kerja organisasi
yang dapat diterima atau ditolak, terkait dengan upaya organisasi untuk mencapai visi dan
misinya Istilah ini jika diterapkan untuk jabatan akan menjadi pagu atau telok ukur kinerja
jabatan (joh orstand Sedangkan bila diterapkan pada unit performer rizatita aspek komu kerja
organisasi akan menjadi pagu atau tolok ukur kinerja unit kerja menimbang keselarat umil
performance standards. Dengan komunikatif dalam ukur adalah merupakan Sasaran Kerja
Individu (SKI), Sementara bagi tolok ukur kinerja unit kerja organisasi, dapat pula dinamakan
sebagai Sasaran Hasil Kerja Kelompok (SHKK) ataupun Sasaran Kerja Kelompok (SKK). Tolak
ukur, pagu kinerja (performance standent) menjadi pedoman utama dalam menentukan hasil
penilaian apakah pegawai dapat mencapai target jabatannya atau tidak
Contoh, bila dalam rangka mencapai tujuan unit kerja pemasaran yang memiliki sepuluh orang
tenaga pemasaran harus memperoleh pendapatan minimal Rp500 juta/bulan, maka wilayah
kinerja jabatan dari setiap orang tenaga pemasaran yang dapat diterima oleh organisasi minimal
sebesar Rp50 juta/bulan. Bila A pada bulan tertentu hanya berhasil membukukan penjualan
senilai Rp46 juta, maka kinerjanya yang kurang dari jumlah minimal target penjualan Rp50
juts/bulan tersebut berada di daerah penolakan. Sedangkan serang tenaga pemasaran si pada
bulan yang sama mampu menjual Rp2 juta, maka kinerja pempualas si B yang melebihi Rp50
juta/bulan tersebut di wilayah penerimaan. Karma akan menentukan tingkat keberhasilan
organisasi dalam mencapai visi dan misinya, maka setiap jabatan haruslah memiliki tolok ukur
kinerja jabatan (jol performance standard) in
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa ketika pembuat keputusan dapat
membedakan antara pegawai yang berprestasi tinggi dan rendah secara objektif. Kalau sistem
merit digunakan, keputusan seharusnya mencerminkan kinerja secara individu pegawai tidak
berdasarkan pada pemilihan yang menyimpang.
Hal ini terjadi kalau pembuat keputusan adalah seorang yang prejudice. Pembuat
keputusan tidak seharusnya mengikuti prasangka atau perasaan pribadi untuk mempengaruhi
kegiatan promosi. Kalau kegiatan promosi didasarkan pada kepentingan pribadi, SDM organisasi
akan didominasi oleh orang-orang yang tidak berkompeten dan akhirnya kinerja organisasi akan
menurun. Namun perlu disadari bahwa kemampuan pegawai sangat terbatas artinya tidak
mustahil bahwa seseorang menunjukkan prestasi kerja yang tinggi pada pekerjaan dan posisi
sekarang, tetapi karena yang bersangkutan sebenarnya sudah mencapai puncak kompetensinya,
tidak lagi mampu berprestasi tinggi pada posisi yang lebih tinggi.
3.1. Kesimpulan
Suatu promosi akan selau diikuti oleh tugas tanggungjawab dan wewenang yang lebih
tinggi dari jabatan yang diduduki sebelumnya, begitu juga pada umumnya promosi juga diikuti
dengan peningkatan income serta fasilitas lainnya. Dengan promosi berarti telah menunjukan
suatu bukti pengakuan atas prestasi diatas rata – rata pegawai lainnya. Namun untuk
melaksanakan promosi tersebut organisasi tidak sekedar menetapkan syarat -syarat untuk
promosi secara tegas dan jelas. Organisasi perlu mempersiapkan calon – calon yang akan
dipromosikan , dengan mempersiapkan calon – calon tersebut maka organisasi dapat memilih
orang yang tepat pada tempat yang tepat.
Pada umumnya organisasi menggunakan dasar senioritas pegawai untuk promosi
organisasi biasanya mempunyai alasan bahwa pegawai yang sudah senior tersebut adalah
mempunyai masa kerja yang sudah lama, mempunyai pengalaman kerja yang begitu banyak,
mempunyai tingkat loyalitas yang tinggi terhadap organisasi, dan memiliki kejujuran yang tinggi
dibandingkan dengan pegawai yang masih junior.
Banyak organisasi yang menempuh praktek promosi yang didasarkan pada senioritas
dengan 3 pertimbangan yaitu, pertama, sebagai penghargaan atas jasa-jasa seseorang yang paling
sedikit dilihat dari segi loyalitas kepada organisasi. Kedua, penilaian biasanya bersifat objektif
karena cukup dengan membandingkan masa kerja orang-orang tertentu yang dipertimbangkan
untuk dipromosikan. Ketiga, mendorong organisasi mengembangkan para pegawainya karena
pegawai yang paling lama bekerja akhirnya akan mendapat promosi.
3.2. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna karena kesempurnaan hanyalah milik
Allah SWT. Oleh karena itu kami mengharapkan saran maupun kritikan yang membangun untuk
menambah wawasan kami dalam penulisan makalah kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA