Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


MELALUI PROMOSI

Dosen Pembimbing :
Dra. Ratna Nikin Hardati, M.Si

Oleh Kelompok 7 :

Dea Vidia F 21901092100


Sinta Rahma Hakim 21901092101
Himmatul Atqiya 21901092103
Nadiya Tri Rahayu 21901092105

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI


JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang “Pengembangan Sumber
Daya Manusia melalui Promosi”. Adapun maksud dilaksanakannya penyusunan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan dan Pengembangan SDM.
   Penulis memohon maaf apabila ada kesalahan cetak atau bahasa yang kurang baku di
dalam makalah  ini dan ucapan terimakasih pada dosen pembimbing mata kuliah Perencanaan
dan Pengembangan SDM, berkat bimbingan beliau penulisan atau penyusunan makalah ini
menjadi demikian rupa.
   Penulis berharap semoga isi makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan
kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

Malang, 4 Mei 2021

                                                                                                                        Penyusun
DARTAR ISI

Kata Pengantar         ........................................................................................... i
Daftar Isi                    ........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang                   ................................................................................... 1
1.2.  Rumusan Masalah              ................................................................................... 1
1.3.  Tujuan                                 ................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
1.1.   Pengertian Promosi ……………...............................................................2
1.2.   Dasar – Dasar Promosi …………………... .................................................. 5

BAB III PENUTUP


3.1.  Kesimpulan                         .................................................................................13
3.2.  Saran                                   ..................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA                     
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Promosi mempunyai arti yang penting bagi setiap organisasi, karena dengan promosi
tersebut berarti kestabilan organisasi dan moral pegawai akan dapat lebih terjamin. Kedua hal
tersebut merupkan hal minimal yang harus dapat ditimbulkan, bilamana organisasi tersebut
mengadakan suatu promosi. Oleh karena itu pegawai pada umumnya mengiginkan kemajuan
dalam hidupnya. Kesempatan untuk maju itulah didalam suatu organisasi sering dinamakan
sebagai promosi
Dengan demikian promosi terjadi apabila seorang pegawai dalam suatu organisasi
dinaikan kejabatan yang lebih tinggi, dan disertai dengan peningkatan kekuasaan, wewenang,
tanggungjawab, pendapatan dan fasilitas lainnya. Dengan demikian promosi akan selalu diikuti
dengan tugas, tanggungjawab, dan wewenang lebih tinggi dari jabatan yang diduduki
sebelumnya. Dalam promosi tersebut juga mengandung nilai, karena promosi merupakan bukti
pengakuan dari organsasi antara lain atas prestasinya.pegawai yang dipromosikan adalah
pegawai yang dinyatakan rata- rata telah berprestasi lebih tinggi dibandingkan dengan pegawai
lainnya dalam organisasi tersebut walaupun kadang penilaian tersebut bersifat relative artinya
tidak bersifat mutlak.

1.2. RUMUSAN MASALAH


 Apa yang dimaksud dengan promosi ?
 Apa saja dasar-dasar promosi ?

1.3. TUJUAN
- Memahami tentang pengembangan SDM melalui promosi
- Memahami dasar – dasar promosi
BAB ll
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Promosi


Berikut ini dikemukakan teori/konsep maupun pendapat para ahli dibidang promosi terutama
dari aspek pengertiannya, Flippo (1984 : 12) mengemukakan sebagai berikut :
‘’a promotion involves a change from one job to another job that is better in terms status
And responbility. Ordinary the change to the higher job is accompanied by
increased pay And privileges but not always.”
Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa dalam suatu promosi berarti telah terjadi
kegiatan perpindahan pegawai dari suatu jabatan ke jabatan lain yang mempunyai status serta
tanggungjawab yang lebih tinggi. Pada umumnya dengan promosi ini di ikuti dengan
peningkatan kompensasi (gaji dan lain-lain) walaupun tidak selalu demikian. Untuk promosi
tersebut perlu ditetapkan syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut pada umumnya ditetapkan
untuk promosi antara lain adalah prestasi kerja, pengalaman, Pendidikan, kemampuan,
kompetensi dan sebagainya.
Selanjutnya samsudin (2006: 264) Mengemukakan sebagai berikut :
“ promosi berarti perpindahan dari suatu jabatan ke jabatan lain yang mempunyai status
dan tanggungjawab yang lebih tinggi. Hal ini bahwa kompensasi (penerimaan upah / gaji
dan sebagainya) menjadi lebih tinggi bila dibanding dengan jabatan lama. Namun, ada
pula promosi yang tidak berakibat adanya kenaikan kompensasi yang dinamakan promosi
kering.”
Berdasarkan uraian tersebut, menunjukan bahwa suatu promosi akan selalu diikuti oleh tugas,
tanggungjawab, dan wewenang yang lebih tinggi dari jabatan yang diduduki sebelumnya.
Promosi juga diikuti dengan peningkatan income serta fasilitas yang lainnya. Dengan promosi
berarti telah menunjukan suatu bukti pengakuan atas prestasi diatas rata-rata pegawai lainnya,
pengetahuan yang lebih baik dan lain-lain pertimbangan dari pimpinan terhadap pegawai yang
dipromosikan tersebut. Organisasi perlu mempersiapkan calon-calon yang akan dipromosikan.
Dengan mempersiapkan calon-calon tersebut berarti organisasi akan dapat memilih orang yang
tepat pada tempat yang tepat. Calon tersebut dicari diantara para pegawai yang ada, yang
berbakat, serta berkemampuan dengan menjalani serangkaian tes baik tes tertulis maupun tes
wawancara.
Sedangkan menurut Sadili (2006: 264) menjelaskan sebagai berikut :
“promosi jabatan pada umunya didambakan oleh setiap organisasi. Oleh karena itu suatu
program promosi perlu diadakan, yang mengandung hal – hal 1.) kea rah mana suatu
jabatan akan menuju 2.) sampai dimanakah jenjang akhir suatu jabatan yang
akandicapai, dan 3.) kriteria apa / persyaratan yang bagaimana yang diperlukan untuk promosi
jabatan tersebut.”
Dengan motivasi untuk mendorong seseorang berpartisipasi aktif dalam suatu organisasi antara
lain kesempatan untuk maju. Sifat dasar manusia untuk menjadi lebih maju daripada posisi yang
dimiliki saat ini disebut promosi.
Sedangkan menurut Saydam (2000:550) menyatakan sebagai berikut:
“ istilah promosi berasal dari promotion, yang berarti peningkatan. Dalam manajemen
SDM yang dimaksudkan promosi adalah perubahan pekerjaan atau status / jabatan
karyawan / pegawai dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi.
Perubahan tersebut biasanya diikuti dengan perubahan tanggungjawab, wewenang,
kompensiasi, status social dan fasilitas spegawai tersebut.promosi merupakan idaman
para pegawai karena melalui promosi ini, akan membawa pengaruh / motivasi
dan peningkatan kemampuan yang bersangkutan untuk menduduki jabatan yang lebih
tinggi.”
Berdasarkan uraian diatas, promosi dapat menjadi motivasi yang mendorong setiap pegawai
untuk bekerja lebih baik, lebih giat, bersemangat dalam melaksanakan pekerjaan untuk
meningkatkan prestasi kerjanya.
Selanjutnya Rivai (2005:211) mengemukakan sebagai berikut.
“Promosi terjadi apabila seorang karyawan/ pegawai dipindahkan dari satu pekerjaan ke
pekerjaan yang lain yang lebih tinggi dalam pembayrannya, tanggung jawab, dan atau level.
Umumnya diberikan sebagai penghargaan, hadiah (reward system) atas usaha dan prestasinya di
masa lampau.” Degan demikian dapat disimpulkan bahwa suatu promosi akan seaalu diikuti
dengan tugas, tanggung jawab dan wewenang yang lebih tinggi dari jabatan yang diduduki
sebelumnya.
Untuk menetapkan sejauh mana prestasi pegawai tersebut, perlu dilakukan evaluasi serta
ditetapkan secara objektif. Suatu organisasi hendaknya dapat memberikan evaluasi yang lengkap
pada setiap pegawainya. Evaluasi tersebut meliputi semua hal, yaitu semua yang merupakan
syarat telah ditetapkan untuk dapat dipromosikan. Berdasarkan Rivai (2005:211) bahwa prestasi
kerja pegawai pada hakikatnya dapat dibedakan kedalam tiga golongan, yaitu prestasi baik,
sedang, dan buruk.
Di dalam Rivai (2005:212-213) dapat dikemukakan bahwa setiap organisasi pada
prinsipnya mempunyai dasar yang berbeda dalam menentukan promosi pegawainya. Promosi
merukapan penghargaan pegawai pada posisi jabatan yang lebih tinggi dari jabatan yang
sebelumnya, dengan tingkat tanggung jawab yang lebih tinggi pula.
Untuk kebutuhan inilah adanya dimensi atau kriteria, dan metode penilaian yang lebih
objektif diharapkan dapat memberikan keterangan dan penilaian yang lengkap. Maka dari itu
pegawai yang dipromosikan adalah pegawai yang benar – benar telah disaring dengan kriteria
dan ukuran objektif sesuai prinsip merit tersebut.
Dalam kaitan dengan promosi ini, Mertoyo (1994:63) mengemukakan sebagai berikut.
“ Promosi adalah perpindahan pegawai dari suatu jabatan ke jabatan lain yang mempunyai dtatus
dan tanggung jawab yang lebih tinggi. Hal ini berarti bahwa kompensasi (penerimaan upah/ gaji
dan sebagainya) pada umumnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan jabatan lama”
Berdasarkan uaraian tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa karena promosi tersebut adalah
sangat vital bagi organisasi dan pegawai, maka pelaksanakannya harus dilangsungkan secara
transparan serta terhindar dari unsur – unsur kolusi, korupsi, dan nepotisme.
Besarnya kompensasi bagi pegawai yang dipromosikan tersebut, tentu merupakan hal
yang harus diusahakan sedemikian rupa sehingga akan mampu megikat dan memotivasi. Untuk
dapat menetapkan besarnya kompensasi maka organisasi harus mendesain sistem kompensasi
yang adil secara internal, dan adil secara eksternal. Dalam menaikan kompensasi, organisasi
harus yakin dengan tambahan biaya kompensasi yang diberikan harus seimbang dengan kinerja
yang dihasilkan pegawai.
Dalam menduduki suatu jabatan tidaklah selalu sama atau tuntutan kompensasi masing –
masing jabatan berbeda walaupun kedua jabatab tersebut setingkat. Berikut syarat – syarat yang
diperlukan dalam rangka promosi untuk jabatan:
1. Pengalaman
2. Tingkat pendidikan
3. Loyalitas
4. Kejujuran
5. Tanggung jawab
6. Kepandaian bergaul
7. Prestasi kerja
8. Inisiatif dan kreatif
2.2. Dasar – Dasar Promosi
Dalam kaitan dengan bahasan tentang dasar-dasar promosi tersebut, Samsudin (2006-264-265)
mengemukakansebagai berikut.

"Promosi bagi seseorang dalam suatu organisasi, harus berdasarkan pada pertimbangan-
pertimbangan yang subjektif mungkin. Karena objektivitas suatu promosi akan membawa
dampak yang positif bagi tumbuhnya motivasi ataupun semangat kerja bagi anggota-anggota
lainnya dalam organisasi yang bersangkutan. Bagi penentu kebijakan dalam suatu organisasi
tentunya lebih cenderung menggunakan kecakapan kerja atau merit sebagai dasar suatu promosi
Kompensasi yang baik adalah dasar untuk kemajuan seseorang. Namun umumnya anggota
organisasi atau pegawal lebih cenderung atas dasar senioritas karena mereka berpendapat, bahwa
makin lama masa kerja seseorang, kecakapan kerja mereka akan lebih baik. Mereka menganggap
bahwa dasar kecakapan kerja masih mengandung juilgement sehingga masih dianggap belum
objektif. Begitu pun dasar senioritas dianggap lebih objektif. Pada kenyataannya, mengukur
objektivitas promosi tersebut tidaklah semudah yang diduga. Pada umumnya terdapat dua dasar
untuk mendapatkan promosi, yaitu kecakapan kerja (menit) dan senioritas

Berdasarkan uraian tersebut di atas, berikut ini disampaikan bahwa pemberian promosi kepada
pegawai tertentu. tidak harus diartikan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan
pegawai tersebut, tetapi harus pula dikaitkan dengan kegiatan organisasi sebagai keseluruhan.
Setiap organisasi harus menganut suatu program promosi agar organisasi dapat menjalankan
aktivitasnya dengan baik, bagaimanapun kondisi atau keadaan organisasi. Selain itu promosi
diberikan kepada pegawai yang membuktikan kesanggupan serta loyalitasnya kepada organisasi,
dan apabila pegawai tersebut menunjukkan indikasi kemampuan untuk menjalat jalatan yang
lebih tinggi. Suatu promosi yang didasarkan pada merit system, hal tersebut lebih mendukung
keberhasilan organisasi. Adapun penerapan merit system tersebut menjadikan motivasi kerja
pegawai meningkat selaras dengan adanya kejelasan kaitan antara bekerja keras dengan
diperolehnya rewend atau penghargaan nonmaterial berupa promosi.

Berdasarkan definisi merit system, maka kemungkinan pemberian penghargaan nonfinansial


yang berbentuk i adalah dalam wujud pengembangan karier pegawai promosi. Hal tersebut
semakin menguatkan asumsi dapat dipenuhinya harapan pegawai yang orientasinya beralih ke
pengembangan diri atau personal growth ketimbang hanya sekadar uang atau security. Sepanjang
prestasi kerja menjadi dasar pemberian penghargaan nonfinansial berupa promosi ketimbang
taktor-faktor lainnya seperti biaya hidup atau masa depan pegawai, maka promosi tersebut akan
dihargai lebih tinggi Hal ini dimungkinkan karena penghargaan atas prestasi kerja menjadi
bermakna psikologik dan sekaligus finansal Pemahaman yang berkembang di kalangan pegawai
adalah bahwa segenap kompetensi dan kontribusi relatif prestasi kerja pegawai yang menjadi
dasar pertimbangan pemberian penghargaan nonfinansial tersebut.

Apabila prestasi kerja menjadi dasar pemberian penghargaan, maka para pegawai yang
berprestasi kerja tinggi akan cenderung menjadi pegawai yang memiliki tingkat kepuasan kerja
tinggi dan tetap bertahan atau tidak mau pindah kerja ke perusahaan lainnya. Selanjutnya, dalam
kaitan dengan dasar-dasar promosi tersebut, Saydam (2000: 551) menjelaskan hal-hal sebagai
berikut "pada umumnya promosi didasarkan pada: a) prestasi kerja; b) semioritas dan gabungan
antara prestasi kerja dan senioritas Bagaimana penerapan promosi berdasarkan prestasi kerja.

Terdapat pertanyaan di sini, yaitu tepatkah mencantumkan senioritas dan ambil para
kandidat sebagai salah satu syarat untuk promesit Dalam kaitan ini, ada organisasi yang merasa
perlu mencantumkan syarat senioritas sebagai salah satu syarat utanis untuk promosi Adapun
alasan yang dikemukakan bahwa syarat senioritas tidak mesti menjamin prestasi. pengetahuan,
kemampuan serta dedikasi yang lebih baik dibandingkan dengan pegawai yang yunior. Sering
terjadi bahwa seorang pegawai yang belum dapat dikategorikan tetapi ternyata pegawai tersebut
mampu menunjukkan prestesi yang lebih baik dan lebih berdedikasi serta berbagai

. Berkaitan dengan hal tersebut. Saydam (2000: 551) mpakan sebagai berikut

"Kelemahan dasar senioritas dalam promasi ini antara lain

a) pegawai senior kadang-kadang sudah statis dan loyo,

b) pengalaman banyak belum tentu mempunyai prestasi yang tinggi

c) sula menerima perubahan dan perkembangan baru;

d) sukar menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi buru

Terkait dengan uraian tersebut, maka pada prinsipnya dapat dikemukakan di sini bahwa promosi
yang didasarkan pada senioritas pegawal perlu adanya ketegasan dalam pengambilan keputusan.
Contoh, apakah tingkat sentitas pegawai diukur dari lama kerja terus-menerus dalam organisasi
tersebut. Bagaimana apabila terdapat pegawai ternyata pada suatu saat berhenti atau
diberhentikan sementara, kemudian aktif lagi dalam organisasi yang bersangkutan. Masihkan
mereka dimasukkan "senior setelah kembali aktif tersebut?

Terkait dengan uraian tersebut, maka pada prinsipnya dapat dikemukakan di sini bahwa
promosi yang didasarkan pads senioritas pegawal perlu adanya ketegasan dalam pengambilan
keputusan. Contoh, apakah tingkat sentitas pegawai diukur dari lama kerja terus-menerus dalam
organisasi tersebut. Bagaimana apabila terdapat pegawai ternyata pada suatu saat berhenti atau
diberhentikan sementara, kemudian aktif lagi dalam organisasi yang bersangkutan. Masihkan
mereka dimasukkan "senior setelah kembali aktif tersebut?

"Untuk memenuhi harapan semua pegawai, maka kebanyakan organisa menggunakan pola
gabungan prestasi kerja dan senioritas. Sistem gabungan ini dianggap lebih objektif dan lebih
dapat diterima oleh semua pegawai Dengan menggunakan sistemi gabungan ini, maka bila ada
dua orang pegawai yang sama masa kerjanya, tetapi dengan tingkat prestasi kerjanya berbeda,
maka yang mendapat promosi pertama adalah yang memiliki prestasi kerja yang lebih tinggi di
antara mereka. Demikian pula sebaliknya bila dua orang pegawai mempunyai prestasi kerja yang
sama, tetapi yang seorang memiliki senioritas yang lebih tinggi, maka yang tingkat senioritas
yang lebih tinggilah yang prioritas

Terkait pernyataan tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa walaupun organisasi telah secara
tegas dan jelas mencantumkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dan melaksanakan ketentuan
untuk promosi tersebut sebaik baiknya, tetapi kemungkinan terjadi kesalahan atau kekeliruan
dapat saja terjadi. Faktor-faktor subjektif dalam suatu penilaian siapa di antara kandidat tersebut
yang perlu dip mendekati atasan. Dalam ka pandai dalam sering terjadi, bila kandidat tersebut ini
berarti kemungkinan pertimbangan bakat dan kemampuan dapat terkalahkan, sehingga
didapatkan pejabat yang dipromosikan tersebut kurang bisa diterima oleh semua pihak.
Selanjutnya, Martoyo (1994:65-66) mengemukakan sebagai berikut.

"Suatu promosi bagi seseorang dalam suatu organisasi haruslah mendasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan yang seobjektif mungkin. Karena objektivitas suatu promosi
seseorang akan dapat membawa suatu dampak yang positif bagi tumbuhnya motivasi ataupun
semangat kerja bagi anggota-anggota lainnya dalam organisasi yang bersangkutan."
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa dalam implementasinya dasar
promosi bagi pengangkatan pejabat antara lain adalah prestasi kerja, disiplin, loyalitas, Daftar
Urut Kepangkatan (DUK) yang dikategorikan baik, dan pegawai yang akan dipromosikan harus
mempunyai perilaku yang tidak tercela, serta telah halus seleksi Selain hal-hal tersebut,
pertimbangan dari Badan

Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (aperjakat menjadi dasar bagi penunjukan seorang
pegawai untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi. Pada umumnya pegawai yang akan
dipromosikan, harus memenuhi persyaratan pendulikan den prestasi kerja yang baik, sehingga
setelah diprumkan akan terjadi peningkatan kinerja.

Lebih lanjut Martoyo (1994: 65-66) mengemukakan sebagai berikut.

"Umumnya terdapat dua dasar untuk mempromosikan seseorang yakni: a) kecakapan kerja
(merit), b) senioritas Bagi penentu kebijaksanaan dalam suatu organisasi tentunya lebih
cenderung menggunakan kecakapan kerja atau merit tersebut sebagai dasar suatu promosi. Sebab
kompensasi yang baik adalah dasar untuk kemajuan seseorang, Namun, bagi umumnya anggota
organisasi atau pegawai lebih cenderung pada senioritas. Sebab umumnya mereka berpendapat
bahwa dengan makin lama masa kerja pegawai, kecakapan mereka akan menjadi lebih baik.
Mereka pada umumnya menganggap bahwa dasar kecakapan kerja tersebut masih mengandung
judgement, sehingga dianggap masih belum objektif Namun ternyata, tidaklah semudah yang
diduga untuk mengukur objektivitas promosi tersebut

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dikemukakan pada kasus tertentu terdapat pegawai
senior yang dipromosikan terlebih dahulu. Pegawai senior di sini dimaksudkan pegawai yang
mempunyai masa kerja paling lama di organisasi tersebut, Keuntungan sistem senioritas tersebut,
adalah adanya prinsip objektivitas Pegawai yang akan dipromosikan, ditentukan berdasarkan
catatan senioritas yang ada di organisasi. Secara logika, pendekatan ini adalah untuk
menghilangkan atau mengurangi promosi yang menyimpang atau promosi istimewa dan
diperlukan pengelolaan untuk mengembangkan pegawat senior karma mereka akan
dipromosikan. Dalam promosi berdasarkan prestasi kerja tersebut yang penting bahwa dalam
menetapkan prestasi yang dicapai pegawai tersebut perlu adanya tolok ukuz kinerja perrmance
standart
Performance standard dimaksudkan sebagai wilayah kinerja jabatan atau unit kerja organisasi
yang dapat diterima atau ditolak, terkait dengan upaya organisasi untuk mencapai visi dan
misinya Istilah ini jika diterapkan untuk jabatan akan menjadi pagu atau telok ukur kinerja
jabatan (joh orstand Sedangkan bila diterapkan pada unit performer rizatita aspek komu kerja
organisasi akan menjadi pagu atau tolok ukur kinerja unit kerja menimbang keselarat umil
performance standards. Dengan komunikatif dalam ukur adalah merupakan Sasaran Kerja
Individu (SKI), Sementara bagi tolok ukur kinerja unit kerja organisasi, dapat pula dinamakan
sebagai Sasaran Hasil Kerja Kelompok (SHKK) ataupun Sasaran Kerja Kelompok (SKK). Tolak
ukur, pagu kinerja (performance standent) menjadi pedoman utama dalam menentukan hasil
penilaian apakah pegawai dapat mencapai target jabatannya atau tidak

Contoh, bila dalam rangka mencapai tujuan unit kerja pemasaran yang memiliki sepuluh orang
tenaga pemasaran harus memperoleh pendapatan minimal Rp500 juta/bulan, maka wilayah
kinerja jabatan dari setiap orang tenaga pemasaran yang dapat diterima oleh organisasi minimal
sebesar Rp50 juta/bulan. Bila A pada bulan tertentu hanya berhasil membukukan penjualan
senilai Rp46 juta, maka kinerjanya yang kurang dari jumlah minimal target penjualan Rp50
juts/bulan tersebut berada di daerah penolakan. Sedangkan serang tenaga pemasaran si pada
bulan yang sama mampu menjual Rp2 juta, maka kinerja pempualas si B yang melebihi Rp50
juta/bulan tersebut di wilayah penerimaan. Karma akan menentukan tingkat keberhasilan
organisasi dalam mencapai visi dan misinya, maka setiap jabatan haruslah memiliki tolok ukur
kinerja jabatan (jol performance standard) in

Selanjutnya, Siagian (2008.170) mengemukakan sebagai berikut

"Organisasi pada umumnya menggunakan dua kriterie utama dalam mempertimbangkan


seseorang untuk dipromosikan, yaihu prestasi kerja dan seniortas Promo yang didasarkan pada
prestasi kerja menggunakan hasil penilaian atas hasil karya yang sangat baik dalam promosi atau
jabatan sekarang. Dengan demikian, promosi tersebut dapat dipandang sebagai penghargaan
organisasi atas prestasi kerja anggotanya itu. Akan tetapi, promosi demikian harus pula
didasarkan pertimbangan lain, yaitu perhitungan yang matang atas potensi kemampuan yang
bersangkutan menduduki posisi yang lebih tinggi. Artinya perlu disadari bahwa mempromosikan
seseorang bukannya tanpa risiko, dalam arti bahwa tidak ada jaminan penuh bahwa orang yang
dipromosikan benar-benar memenuhi harapan organisasi. Karena itulah analisis yang matang
mengenal potensi yang bersangkutan perlu dilakukan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa ketika pembuat keputusan dapat
membedakan antara pegawai yang berprestasi tinggi dan rendah secara objektif. Kalau sistem
merit digunakan, keputusan seharusnya mencerminkan kinerja secara individu pegawai tidak
berdasarkan pada pemilihan yang menyimpang.

Hal ini terjadi kalau pembuat keputusan adalah seorang yang prejudice. Pembuat
keputusan tidak seharusnya mengikuti prasangka atau perasaan pribadi untuk mempengaruhi
kegiatan promosi. Kalau kegiatan promosi didasarkan pada kepentingan pribadi, SDM organisasi
akan didominasi oleh orang-orang yang tidak berkompeten dan akhirnya kinerja organisasi akan
menurun. Namun perlu disadari bahwa kemampuan pegawai sangat terbatas artinya tidak
mustahil bahwa seseorang menunjukkan prestasi kerja yang tinggi pada pekerjaan dan posisi
sekarang, tetapi karena yang bersangkutan sebenarnya sudah mencapai puncak kompetensinya,
tidak lagi mampu berprestasi tinggi pada posisi yang lebih tinggi.

Menurut Siagian (2018:170) Praktek Promosi lainnya didasarkan pada senioritas.


Promosi berdasar senioritas berarti bahwa pegawai yang paling berhak dipromosikan ialah yang
paling lama masa kerjanya.
Pada umumnya organisasi menggunakan dasar senioritas pegawai untuk promosi
organisasi biasanya mempunyai alasan bahwa pegawai yang sudah senior tersebut adalah
mempunyai masa kerja yang sudah lama, mempunyai pengalaman kerja yang begitu banyak,
mempunyai tingkat loyalitas yang tinggi terhadap organisasi, dan memiliki kejujuran yang tinggi
dibandingkan dengan pegawai yang masih junior.
Banyak organisasi yang menempuh praktek promosi yang didasarkan pada senioritas
dengan 3 pertimbangan yaitu, pertama, sebagai penghargaan atas jasa-jasa seseorang yang paling
sedikit dilihat dari segi loyalitas kepada organisasi. Kedua, penilaian biasanya bersifat objektif
karena cukup dengan membandingkan masa kerja orang-orang tertentu yang dipertimbangkan
untuk dipromosikan. Ketiga, mendorong organisasi mengembangkan para pegawainya karena
pegawai yang paling lama bekerja akhirnya akan mendapat promosi.
Promosi berdasarkan senioritas ini paling mudah dilaksanakan dan paling objektif karena
ia dapat diukur dan transparan dibandingkan dengan dasar prestasi kerja yang sukar diukur.
Kelemahan dari dasar senioritas ini yaitu, pegawai senior kadang-kadang sudah statis dan loyo,
pengalaman banyak belum tentu mempunyai prestasi yang tinggi, sulit menerima perubahan dan
perkembangan baru, serta sukar menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi baru.
Sebenarnya kelemahan tersebut dapat diatasi dengan adanya program pendidikan dan
pelatihan baik yang diperuntukkan bagi sekelompok pegawai yang melakukan pekerjaan-
pekerjaan tertentu maupun yang secara khusus diperuntukkan bagi pegawai senior tertentu yang
akan dipertimbangkan untuk dipromosikan. Agar persyaratan objektivitas terpenuhi dan lebih
terjamin bahwa promosi para pegawai berdampak positif bagi perusahaan dan semangat para
pegawai, pendekatan yang paling tepat dalam hal promosi pegawai adalah menggabungkan
prestasi kerja dan senioritas. Dalam hal ini faktor risiko hanya mungkin diperkecil karena
memang tidak mungkin dihilangkan sepenuhnya.
Dasar untuk mempromosikan karyawan selanjutnya adalah kecakapan (ability). Menurut
Hasibuan (2005:109) kecakapan yaitu seseorang akan dipromosikan berdasarkan penilaian
kecakapan. Pertimbangan promosi adalah kecakapan, orang yang cakap atau ahli mendapat
Prioritas pertama untuk dipromosikan kecakapan adalah total dari semua keahlian yang
diperlukan untuk mencapai hasil yang bisa dipertanggungjawabkan. Kecakapan merupakan
kumpulan pengetahuan (tanpa memperhatikan cara mendapatkannya) yang diperlukan untuk
memenuhi kecakapan dalam pelaksanaan prosedur kerja yang praktis, teknik-teknik khusus dan
disiplin ilmu pengetahuan. Kecakapan dalam menyatukan dan menyelaraskan bermacam-macam
elemen yang semuanya terlibat dalam penyusunan kebijakan dan di dalam situasi manajemen.
Kecakapan di bidang ini bisa digunakan untuk pekerjaan konsultasi atau pelaksanaan pekerjaan.
kecakapan ini mengombinasikan elemen-elemen dari perencanaan, pengorganisasian,
pengaturan, penilaian, dan pembaruan. Dan kecakapan dalam memberikan motivasi secara
langsung.
Banyaknya argumentasi tentang kebaikan kecakapan kerja maupun senioritas sering sulit
dibutuhkan untuk memilih mana yang lebih baik. Contoh, diakui bahwa semakin lama pegawai
tersebut bekerja pada satu organisasi maka semakin banyak pengalaman yang didapatkan.
Namun, apakah kecakapannya juga akan senantiasa meningkat seiring dengan meningkatnya
pengalaman tersebut? Apabila organisasi dihadapkan pada situasi yang memerlukan perubahan
cara kerja, perubahan organisasi, dan perubahan hubungan kerja. Mereka yang senior sering sulit
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut, karena mereka sudah terlanjur terbiasa
dengan cara kerja lama dan sulit memahami dengan cara kerja baru. Sebaliknya kecakapan kerja
hanya akan menjamin mereka yang cakap saja yang bisa dipromosikan.
Permasalahannya adalah siapa yang akan menentukan kecakapan ini. Penentuan
kecakapan kerja bagaimanapun merupakan suatu penilaian, yang tidak luput dari kesalahan
maupun subjektivitas. Oleh karena itu, dalam menentukan dasar untuk promosi sering digunakan
suatu kompromi antara dasar kecakapan kerja dan senioritas tersebut. Contohnya, apabila
terdapat beberapa pegawai yang mempunyai kecakapan yang seimbang maka pegawai yang
lebih senior yang akan dipromosikan. Atau, kalau ada 2 pegawai yang mempunyai masa kerja
yang sama, maka pegawai yang lebih cakaplah yang akan dipromosikan.
Pedoman yang dijadikan dasar untuk mempromosikan karyawan selanjutnya adalah
kombinasi pengalaman dan kecakapan. Menurut Hasibuan (2005:109) kombinasi pengalaman
dan kecakapan yaitu promosi yang berdasarkan pada lamanya pengalaman dan kecakapan.
Pertimbangan promosi adalah berdasarkan lamanya dinas, ijazah pendidikan formal yang
dimiliki, dan hasil ujian kenaikan golongan. Jika seseorang lulus dalam ujian, maka hasil ujian
kenaikan dipromosikan. Cara ini adalah dasar promosi yang terbaik dan paling tepat karena
mempromosikan orang yang paling berpengalaman dan terpintar, sehingga kelemahan promosi
yang hanya berdasarkan pengalaman atau kecakapan saja dapat diatasi.
Berdasarkan diuraikan di atas, ternyata masing-masing metode untuk melakukan promosi
terhadap pegawainya tidak ada yang sempurna, dengan kata lain masing-masing metode terdapat
kurang atau lebihnya. Untuk lebih jelasnya dapat dikemukakan beberapa efek samping yang
mungkin timbul di dalam melaksanakan promosi, terutama promosi dari dalam. Pertama,
kesalahan dalam promosi. Meskipun organisasi sudah mengusahakan ketentuan yang tegas dan
jelas tentang syarat-syarat promosi dan berusaha melaksanakan sebaik-baiknya tetapi
kemungkinan kekeliruan dapat saja terjadi. Fakto-faktor subjektif dalam penilaian siapa yang
perlu dipromosikan sering terjadi, apalagi bila calon-calon yang akan dipromosikan pandai
mendekati atasannya. Kedua, rasa iri hati. Apabila suatu organisasi melaksanakan promosi
dengan secara subjektif, hal ini sudah tentu akan dapat menimbulkan rasa iri hati dengan segala
akibatnya. Ketiga, pelaksanaan promosi yang dipaksakan. Mungkin pegawai yang dipilih untuk
dipromosikan merupakan pilihan yang tepat. Meskipun kemungkinan pegawai tersebut belum
dapat memenuhi syarat-syarat untuk promosi walaupun secara minimal. Hal ini dapat
menyebabkan tugas-tugas dan pekerjaan yang dibebankan akan kurang berhasil.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Suatu promosi akan selau diikuti oleh tugas tanggungjawab dan wewenang yang lebih
tinggi dari jabatan yang diduduki sebelumnya, begitu juga pada umumnya promosi juga diikuti
dengan peningkatan income serta fasilitas lainnya. Dengan promosi berarti telah menunjukan
suatu bukti pengakuan atas prestasi diatas rata – rata pegawai lainnya. Namun untuk
melaksanakan promosi tersebut organisasi tidak sekedar menetapkan syarat -syarat untuk
promosi secara tegas dan jelas. Organisasi perlu mempersiapkan calon – calon yang akan
dipromosikan , dengan mempersiapkan calon – calon tersebut maka organisasi dapat memilih
orang yang tepat pada tempat yang tepat.
Pada umumnya organisasi menggunakan dasar senioritas pegawai untuk promosi
organisasi biasanya mempunyai alasan bahwa pegawai yang sudah senior tersebut adalah
mempunyai masa kerja yang sudah lama, mempunyai pengalaman kerja yang begitu banyak,
mempunyai tingkat loyalitas yang tinggi terhadap organisasi, dan memiliki kejujuran yang tinggi
dibandingkan dengan pegawai yang masih junior.
Banyak organisasi yang menempuh praktek promosi yang didasarkan pada senioritas
dengan 3 pertimbangan yaitu, pertama, sebagai penghargaan atas jasa-jasa seseorang yang paling
sedikit dilihat dari segi loyalitas kepada organisasi. Kedua, penilaian biasanya bersifat objektif
karena cukup dengan membandingkan masa kerja orang-orang tertentu yang dipertimbangkan
untuk dipromosikan. Ketiga, mendorong organisasi mengembangkan para pegawainya karena
pegawai yang paling lama bekerja akhirnya akan mendapat promosi.

3.2. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna karena kesempurnaan hanyalah milik
Allah SWT. Oleh karena itu kami mengharapkan saran maupun kritikan yang membangun untuk
menambah wawasan kami dalam penulisan makalah kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai