Anda di halaman 1dari 2

Pertimbangan Etika dalam keputusan

Pengambilan keputusan beretika tidak dapat dipisahkan dengan pengambilan keputusan bisnis.
Dua hal tersebut merupakan satu rangkaian kegiatan yang harus dilakuka secara simultan. Aspek
Substantif dan administrative dari 2 macam pengambilan keputusan itu dikerjakan dalam waktu yang
bersamaan. Pertimbangan etika dalam pengambilan keputusan bisnis harus sudah dimunculkan dalam
aspek substantive sehingga akan memudahkan dalam proses penelitian dan pemeriksaan yang dilakukan
saat melaksanakan aspek administratif. Pengambilan keputusan dalam sebuah perusahaan adalah
memecahkan masalah bisnis, bukan masalah etika. Pertimbangan etika dalam pemecahan masalah
bisnis dimaksudkan untuk menguji apakah pemecahan masalah bisnis yang diusulkan telah memenuhi
kriteria benar secara etika.

Proses Pertimbangan etika dalam pengambilan keputusan bisnis akan menggunakan contoh
pemilihan calom direktur utama untuk diputuskan dlam rapat umum pemegang sham. Ada 2 calon
(alternatif) yaitu Tuan Badu (alternatif 1) dan Tuan Edi (alternatif 2). Kriteria yang digunakan dalam
penilaian adalah Pendidikan (kriteria A), pengalaman (kriteria B), dan karakter (kriteria C). Calon yang
terpilih diharapkan dapat menaikan pangsa pasar sebesar 10% selama jangka waktu 5 tahun . Kondisi
yang digunakan untuk penilaian konsekuensi adalah optimistis (kondisi I), sedang (kondisi II), pesimistis
(kondisi III). Asumsi tentang kondisi didasarkan atas perkembangan ekonomi nasional.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengambilan keputusan beretika sebagai berikut :

1. Identifikasi keputusan bisnis

Keputusan bisnis dapat dikelompokan berdasarkan sifat maupun jenisnya. Keputusan bisnis juga
diidentifikasi berdasarkan pihak yang berwenang untuk memutuskan keputusan untuk
menunjuk direktur utama adalah wewenang pemegang sham. Keputusan ini bersifat strategis
karena jangka waktu cukup lama dan dampak terhadap perusahaan luas.

2. Identifikasi Elemen Etika

Elemen etika yang berhubungan dengan keputusan ini terutama menyangkut masalah karakter,
misalnya kejujuran, integritas, tanggung jawab dan kehati-hatian.

3. Evaluasi Kepentingan Stakeholder

Elemen ini untuk keputusan penunjuk direktur utama, akan menjadi kepentingan semua
stakeholder. Jika elemen etika itu telah dimasukan sebagai kriteria dalam penilaian alternatif,
kepentingan semua stakeholder telah terakomodasi.

4. Hierarki & Prioritas

Hierarki & Prioritas adalah perbedaan dalam bahan pertimbangan antara satu keputusan
dengan keputusan yang lain. Perbedaan itu ditentukan oleh jenis sifat keputusan yang
diambil. Hierarki dan proritas elemen etika dapat dikatakan tinggi. Oleh karena itu, bobot
karakter dalam penilaian ditetapka 30%. Sementara itu, bobot pendidikan 20% dan bobot
pengalaman 50%.
5. Penilaian konsekuensi

Apakah itu ancaman atau peluang, memiliki dua karakteristik: probabilitas bahwa hal itu
mungkin terjadi dan dampak yang akan terjadi jika itu terjadi. Konsekuensi untuk setiap
alternatif (calon) dihitung berdasarkan perkriteria.

6. Penggabungan Konsekuensi

Selain Karakter Kriteria lain yang digunakan adalah pendidikan dan pengalaman. Gabungan
penilaian konsekuensi ketiga kriteria untuk masing-masing calon. Misalnya dapat di ikhtisarkan
sebagai berikut :

Alternatif Pendidika Pengalaman Karakter


n
skala Bobot Nilai Skala Bobot Nilai Skala Bobot Nilai
1. Tn 90 20% 18 60 50% 30 70 30% 21
Badu
2. Tn Edi 60 20% 12 80 50% 40 90 30% 27

6. Nilai Akhir

Nilai-nilai dari setiap alternatif, dari rangkuman nilai tersebut dapat dilihat bahwa Tuan Badu
memiliki nilai 69 dan Tuan Edi memiliki nilai 79. Hasil pemeringkatan tersebut menunjukan
bahwa Tuan Edi adalah alternatif (calon) dengan nilai tertinggi.

7. Hasil Keputusan

Jika hanya kriteria yng digunakan sebagai alat penilai dalam pengambilan keputusan, Tuan edi
yang akan dipilih.

Anda mungkin juga menyukai