Anda di halaman 1dari 3

Implementasi Pancasila di Berbegai Bidang

Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam bidang kehidupan penyelenggaraan pemerintahan


negara antara lain.

1) Bidang Politik

Pancasila menjadi landasan pembangunan politik yang pada praktiknya menghindarkan


dari praktik politik tidak bermoral dan tidak bermartabat sebagai bangsa yang memiliki cita-
cita moral dan budi pekerti yang luhur. Tindakan sewenang-wenang penguasa terhadap
rakyat, penyalahgunaan kekuasaan dan pengambilan kebijaksanaan yang diskriminatif dari
penguasa untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya merupakan praktik-praktik politik
yang bertentangan dengan Pancasila
Sikap saling menghujat, menghalalkan segala cara dengan mengadu domba, memfitnah,
menghasut, dan memprovokasi untuk melakukan tindakan anarkhis dan pelanggaran
hukum merupakan tindakan yang merendahkan martabat kemanusiaan dan tidak
mencerminkan jati diri bangsa Indonesia yang ber-Pancasila.

2) Bidang Hukum

Pancasila sebagai paradigma pembangunan hukum ditunjukkan dalam setiap perumusan


peraturan perundang-undangan harus memperhatikan aspirasi rakyat. Hukum yang
dibentuk haruslah merupakan cerminan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan. Nilai-nilai Pancasila menjadi landasan dalam pembentukan
hukum yang aspiratif. Pancasila menjadi sumber nilai dan sumber norma bagi
pembangunan hukum.
Dalam pembaharuan hukum, Pancasila sebagai cita-cita hukum yang berkedudukan
sebagai peraturan yang paling mendasar (staatsfundamentalnorm) di Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pancasila menjadi sumber dari tertib hukum di Indonesia artinya
Pancasila menentukan isi dan bentuk peraturan perundang-undangan yang tersusun
secara hierarkhis.
Pancasila sebagai sumber hukum dasar nasional artinya Pancasila mewarnai penegakan
hukum di Indonesia, dalam arti Pancasila menjadi acuan dalam etika penegakan hukum
yang berkeadilan yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran bahwa tertib sosial,
ketenangan dan keteraturan hidup bersama hanya dapat diwujudkan dengan ketaatan
terhadap hukum dan seluruh peraturan yang berpihak kepada keadilan.

3) Bidang Sosial Budaya

Pancasila merupakan sumber normatif dalam pengembangan aspek sosial budaya yang
mendasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan, nilai Ketuhanan dan nilai keberadaban.
Pembangunan di bidang sosial budaya senantiasa mendasarkan pada nilai yang
bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab.
Pembangunan bidang sosial budaya menghindarkan segala tindakan yang tidak beradab
dan tidak manusiawi sehingga dalam proses pembangunan selalu mengangkat nilai-nilai
yang dimiliki bangsa sendiri sebagai nilai dasar yaitu nilai-nilai Pancasila. Untuk itulah perlu
diperhatikan pula etika kehidupan berbangsa yang bertolak dari rasa kemanusiaan yang
mendalam dengan menampilkan kembali sikap jujur, saling peduli, saling memahami, saling
menghargai, saling mencintai, dan saling menolong di antara sesama manusia.
Dalam pembangunan sosial budaya perlu ditumbuhkembangkan kembali budaya malu,
yaitu malu berbuat kesalahan dan semua yang bertentangan dengan moral agama dan
nilai-nilai luhur budaya bangsa. Disamping itu perlu ditumbuhkembangkan budaya
keteladanan yang diwujudkan dalam perilaku para pemimpin baik formal maupun informal
pada setiap lapisan masyarakat.
Hal ini akan memberikan kesadaran bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang
berbudaya tinggi, sehingga dapat menggugah hati setiap manusia Indonesia untuk mampu
melakukan adaptasi, interaksi dengan bangsa lain, dan mampu melakukan tindakan
proaktif sejalan dengan tuntutan globalisasi dengan penghayatan dan pengamalan agama
yang benar serta melakukan kreativitas budaya yang lebih baik.
Etika berkomunikasi dalam menggunakan sosial media sangat penting dan harus
diterapkan agar tidak terjadi perpecahan persatuan dan kesatuan di negara Indonesia dan
juga tidak berdampak buruk bagi kehidupan kita dan orang lain sesama pengguna sosial
media, baik secara langsung maupun tidak langsung. Etika berkomunikasi (Eva Trisya
Indriani, 2021) secara baik dapat kita kaitkan dengan Pancasila yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa. Di Indonesia terdapat 6 agama yaitu Islam, Protestan,
Katolik, Hindu, Buddha, Khonghucu. Dalam berkomunikasi di media sosial, kita tidak berhak
menghina agama lain yang bukan agama kita.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Berlaku adil kepada sesama, saling menghormati
segala bentuk perbedaan dengan adab dan etika yang baik.
3. Persatuan Indonesia. Indonesia memiliki semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" yang berarti
berbeda-beda namun tetap satu jua. Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa
yang memiliki kebudayaan dan adat istiadat yang beraneka ragam. Dengan hal tersebut
kita harus saling menghormati budaya lain, membanggakan satu sama lain, dan
mengagungkan budaya sendiri tanpa harus menjatuhkan budaya yang lain.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan. Setiap warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia
Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama. Maka dalam
menggunakan sosial media, ketika pendapat kita berbeda dengan pendapat orang lain kita
harus menghargainya, seperti contoh pada pemilu harus menciptakan suasana
"LUBERJUDIL" yaitu Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam bersosial media kita harus
menghormati hak orang lain, mengembangkan sikap adil terhadap sesama dan menghargai
hasil karya orang lain.

4) Bidang Ekonomi

Pancasila menjadi landasan nilai dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi sehingga


selalu mendasarkan pada nilai kemanusiaan artinya pembangunan ekonomi untuk
kesejahteraan umat manusia. Pembangunan ekonomi tidak hanya mengejar pertumbuhan
ekonomi semata melainkan demi kemanusiaan dan kesejahteraan seluruh bangsa dengan
menghindarkan diri dari eksploitasi ekonomi yang hanya berdasarkan pada persaingan
bebas dan monopoli yang menimbulkan penderitaan rakyat dan penindasan.

5) Bidang Pertahanan dan Keamanan

Pelaksanaan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata)


berdasarkan Pancasila untuk memperkuat keberadaan NKRI dengan mengedepankan
keutuhan negara, persatuan bangsa dan keselamatan rakyat. Kewaspadaan terhadap
gerakan maupun organisasi yang mengancam ideologi negara tetap dikedepankan supaya
mampu menghadapinya sedini mungkin.

Gerakan ideologis maupun radikal di luar negeri dapat berpengaruh dan diikuti oleh
sebagian anggota masyarakat. Dengan kondisi pergaulan global dan media internet
memudahkan hal tersebut masuk ke Indonesia. Gerakan radikal dan organisasi yang tidak
mengakui atau berdasarkan Pancasila ini berpotensi mengganggu keamanan negara dan
keselamatan rakyat. Pengalaman sejarah Pemberontakan G 30S/PKI haruslah menjadi
pelajaran berharga sehingga Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 (tentang Pembubaran Partai
Komunis Indonesia, Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang diseluruh Wilayah Negara
Republik Indonesia Bagi Partai Komunis Indonesia dan Larangan Setiap Kegiatan untuk
Menyebarkan atau Mengembangkan Faham atau Ajaran Komunis/Marxisme-Leninisme)
masih tetap dipertahankan sampai saat ini.

Anda mungkin juga menyukai