Anda di halaman 1dari 12

Jalan Terjal Keterbukaan Informasi Publik di Kabupaten Malang

Bagaimana implementasi Keterbukaan Informasi Publik di Kabupaten Malang?

Outline:
Pentingnya informasi publik
 Komitmen Transparansi
 Mengukur Keterbukaan Informasi Publik
 Mendorong Agenda Open Government, Inisiatif open data & optimalisasi e-government

Metode penlitian
Tujuan kajian ini untuk mengukur implementasi keterbukaan informasi publik
berdasarkan ketentuan UU KIP. Transparansi yang dimaksud difokuskan pada pengelolaan
anggaran Kabupaten Malang. Menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan
studi kasus. Adapun indikator keterbukaan informasi (transparansi) yang dipakai yakni
ketersediaan informasi (di website induk Pemkot dan PPID), dan aksesibilitas informasi
(mudah dijangkau dan dapat diunduh). Pengumpulan data dilakukan dengan menelusuri website
induk pemerintah Kabupaten Malang dan PPID. Adapun dokumen pengelolaan anggaran sebagai
parameternya sesuai ketentuan dalam Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik, dan
Instruksi Mendagri tentang Peningkatan Transparansi Anggaran Daerah.

Konsepsi Keterbukaan Informasi Publik


Sejarah keterbukaan informasi publik (transparansi) menampilkan perdebatan panjang.
Sebagai salah satu manifestasi dari Negara demokrasi membuat keterbukaan informasi publik
medapat perhatian besar. Hakikatnya akses terhadap informasi merupakan hak setiap orang
sebagai bekal dasar dalam membuat keputusan.1 Diyakini bahwa kualitas informasi publik
berperan inti meningkatkan partisipasi publik dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan Negara. Di Negara demokrasi seperti Indonesia keterlibatan publik dalam
pembuatan kebijakan sangat bernilai. Karena esensi dari demokrasi adalah kedaulatan berada di
tangan rakyat.

1
Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat, dan Yayasan TIFA, Mengenal Undang-Undang Keterbukaan Informasi
Publik, Jakarta: LBH Masyarakat, 2010, hlm. 14.
Terlebih di era teknologi informasi menyediakan berbagai kemudahan penerapan
transparansi. Dalam konteks tata kelola pemerintahan dikenal dengan pemerintahan terbuka
(open government) yang erat kaitannya dengan penerapan electronic government (e-
Government). Adapun macam-macam e-Government ada banyak, beberapa contohnya
mengoptimalkan penggunaan website, media sosial, dan berbagai aplikasi tata kelola
pemerintahan lainnya. Ringkasnya, transparansi dapat diwujudkan melalui instrumen e-
Government. Adanya transparansi dapat meningkatkan kejujuran aparat pemerintah sekaligus
menumbuhkan efektifitas dan efisiensi kinerja yang mendorong akuntabilitas dan mencegah
praktik korupsi.2
Di lain sisi, konsep pemerintahan yang baik (good governance) yang sering digaungkan
menghendaki keseimbangan tiga aktor utama dalam Negara, yakni pemerintah, swasta, dan
masyarakat.3 Tujuannya agar terbangun sistem dimana masing-masing aktor tersebut bisa saling
mengawasi sekaligus bekerjasama demi kemajuan dan kesejahteraan bersama pula. Namun
relaitas saat ini menunjukkan hegemoni Negara dan swasta berlebihan. Sementara posisi rakyat
masih berada di titik lemah. Padahal di Negara demokrasi, jelas bahwa rakyat berdaulat. 4
Memperkuat posisi tawar rakyat harus terus diperjuangkan ke depan menjadi masyarakat
“madani” agar tercipta keseimbangan ketiga aktor. Untuk mencapai titik itu, adanya keterbukaan
informasi publik mejadi syarat utama dan mutlak. Memperbaiki kualitas keterbukaan informasi
publik menjadi agenda penting demi mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Adanya
inisiatif open data dari pemerintah sangat menentukan sebagai penyelenggara pemerintahan.5
Keterbukaan informasi publik merupakan ciri khas Negara hukum yang demokratis.
Setidaknya ada tiga isu besar yang turut mendorong lahirnya kesadaran atas kebutuhan
informasi, yaitu penegaan hak asasi manusia, upaya pemberantasan korupsi, dan tata kelola
pemerintahan yang baik.6 Untuk mewujudkannya kemudian dibentuk Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Intinya menegaskan bahwa hak untuk
memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia sebagai salah satu wujud dari kehidupan
2
Robert Klitgaard, 2009. Dalam Markus Simarmata, Peranan e-Government dan Media Sosial untuk Mewujudkan
Budaya Transparansi dan Pemberantasan Korupsi, Jurnal Integritas Volume 3 Nomor 2 - Desember 2017.
3
Azhar Kasim dkk., Merekonstruksi Indonesia: Sebuah Perjalanan Menuju Dynamic Governance, Jakarta: Kompas,
2015.
4
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
5
Agie Nugroho Soegiono, Agenda Open Government: Memerangi Korupsi Melalui Inisiatif Open Data, Jurnal
Integritas Volume 3 Nomor 2 – Desember 2017.
6
Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat, dan Yayasan TIFA, Op., Cit. hlm. 14.
berbangsa dan bernegara yang demokratis. Secara universal keterbukaan informasi publik harus
disertai dengan penerapan prinsip, yakni maximum acces limited exemption (semua informasi
terbuka dan bisa diakses masyarakat); permintaan tidak perlu disertai alasan; mekanisme yang
sederhana, murah, dan cepat; informasi haru utuh dan benar; informasi bersifat proaktif; dan
perlindungan pejabat yang beritikad baik.7 Selanjutnya, dalam Pasal 3 menjelaskan tujuan
Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik, yakni:8
a. Menjamin hak warga Negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik,
program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik, serta alas an
pengambilan suatu keputusan;
b. Mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik;
c. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan
pengelolaan Badan Publik yang baik;
d. Mewujudkan penyelenggaraan Negara yang baik, yaitu yang transparan, efektif dan
efisien, akuntabel, serta dapat dipertanggungjawabkan;
e. Mengetahui alasan kebijakan publik yang mempengaruhi hajat hajat hidup orang banyak;
f. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa; dan/atau
g. Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan Publik untuk
menghasilkan layanan informasi yang berkualitas.
Selain itu, Indonesia juga turut mendeklarasikan Open Government Indonesia (OGI) bagi
seluruh lembaga dan pemerintah. OGI mendorong adanya kolaborasi antara pemerintah dan
Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) untuk melahirkan ide dan aksi dalam mendorong nilai
transparansi, partisipasi, inovasi, akuntabilitas, dan inklusif guna menciptakan tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. 9 Hasil penelitian Folscher
menyimpulkan kuntungan penerapan transparansi penyelenggaraan pemerintahan, yaitu:10
1. Identifikasi dini kekuatan dan kelemahan kebijakan sehingga dapat melakukan tindakan
perubahan cepat sesuai kebutuhan;

7
Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat, dan Yayasan TIFA, Op., Cit. hlm. 15.
8
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
9
Open Government Indonesia, 2020, diakses dari https://ogi.bappenas.go.id/SekilasOGI.php 8 September 2020.
10
Edwin Nurdiansyah, Keterbukaan Informasi Publik Sebagai Upaya Mewujudkan Transparansi bagi Masyarakat,
Jurnal Bhinneka Tunggal Ika Volume 3 Nomor 2 – November 2016, hlm 150.
2. Meningkatkan akuntabilitas pemerintah kepada publik, sekaligus sebagai modal
masyarakat untuk melaksanakan kontrol terhadap penyelenggaraan pemerintahan sehingga
mencegah penyewengan kekuasaan dan mengekang tindakan korup;
3. Menumbuhkan kepercayaan publik terhadap pemerintah yang mempererat hubungan sosial
antara masyarakat dan pemerintah yang pada gilirannya masyarakat dapat memahami
kebijakan pemerintah dan bahkan mendukungnya;
4. Terbangunnya iklim perekonomian yang baik dalam suatu Negara atau daerah, karena
adanya pemahaman yang jelas terhadap kebijakan dan tindakan pemerintahan.
Secara falsafah dan landasan, Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik
danterbuknya OGI, serta hasil penelitian yang menunjukkan manfaat transparansi, baik bagi
kemajuan keterbukaan informasi publik di tanah air. Pertanyaan mendasarnya, sejauh mana
filosofi ideal yang disusun secara normatif tersebut diterapkan dalam penyelenggaraan
pemerintahan? Menarik dan penting dikaji lebih lanjut.

Hubungan Terlarang ‘Close Data dan Kepentingan Politik’ Melahirkan Korupsi


Temuan Malang Corruption Watch (MCW) menunjukkan ada berbagai permasalahan
pengelolaan informasi publik. Acapkali ditemui informasi publik ditutup-tutupi yang diduga
untuk melancarkan berlangsungnya politik kepentingan pejabat terkait. Akibatnya marak terjadi
penyelewengan kekuasaan yang pada akhirnya merugikan masyarakat, seperti tindakan korupsi.
Demikian yang terjadi Di Malang Raya (Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang),
dalam rentang waktu 2017-2018, tiga kepala daerah terjerat kasus korupsi. Disinyalir salah satu
faktor penyubur praktik korupsi tersebut akibat dari penyelenggaraan pemerintahan secara
tertutup, diam-diam, dan minim partisipasi publik. Termasuk dalam pengelolaan anggaran
publik.11 Pertemuan terencana antara ‘pengelolaan anggaran tertutup dengan perilaku
oportunistik’ telah terbukti menjadi ladang basah bagi praktik korupsi.
Sebagaimana rumus korupsi yang dikemukakan Robert Klitgaard, yakni korupsi sama
dengan monopoli ditambah diskresi dikurang akuntabilitas (C=M+D-A). Hipotesis tersebut
diperkuat oleh Lord Acton yang mengungkapkan “Power tends to corrupt. Absolute power
corrupts absolutely” atau “kekuasaan itu cenderung korup. Kekuasaan absolut korup seratus
persen”. Karenanya Klitgaard menyarankan bahwa untuk mengurangi korupsi maka monopoli
11
Rilis Malang Corruption Watch, Anggaran Publik ya Milik Publik: Mengawal Anggaran Publik Kota Batu, 2020.
harus dikurangi, diskresi pejabat dibatasi dan akuntabilitas ditingkatkan. 12 Alat mewujudkan
pertanggungjawaban dilakukan dengan memberikan informasi yang benar dan lengkap kepada
publik secara transparan, utamanya mengenai pengelolaan anggaran publik. Dibutuhkan
peningkatan kualitas keterbukaan informasi publik dalam agenda mewujudkan sistem
pemerintahan yang bersih. Harapan bersama sejarah kelam jejak korupsi di Malang Raya tidak
terulang, dan bahkan mampu berbenah menjadi percontohan peradaban antikorupsi.

Bagan. Keterhubungan Tata Kelola Anggaran dan Open Government

Tata Kelola Anggaran


PP 12 Tahun 2019 Berkualitas

UU 19 Tahun 2008 Transparansi Akuntabilitas Partisipatif Demokrasi

Open Government Pelayanan Publik

e-Government

Inisiatif Open Data


DaData
Sumber: Diolah MCW, 2020.

Pengelolaan Informasi Publik


Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, menjelaskan ada 4 klasifikasi informasi publik.
Pertama secara berkala; kedua secara serta-merta; ketiga tersedia setiap saat; dan keempat
informasi yang dikecualikan. Secara lebih detail mengenai pengelompokan informasi publik
yang terbuka dan dikecualikan, dijelaskan dalam Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun
2017 tentang Pengklasifikasian Informasi Publik. Pasal 2 menjelaskan asas pengklasifikasian
informasi publik, yakni: (1) setiap Informasi Publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap
Pengguna Informasi Publik; (2) Informasi Publik yang Dikecualikan bersifat ketat dan terbatas;
(3) Informasi Publik yang Dikecualikan bersifat rahasia sesuai dengan Undang-Undang,
12
Erry Riyana Hardjapamekas, Tantangan Governansi dalam Menyelesaikan Masalah Korupsi di Sektor Publik dan
Sektor Swasta, Orasi Ilmiah Fakultas Ilmu Administrasi UI, 2017.
kepatutan, dan kepentingan umum didasarkan pada pengujian tentang konsekuensi yang timbul
apabila suatu informasi diberikan kepada masyarakat serta setelah dipertimbangkan dengan
saksama bahawa menutup Informasi Publik dapat melindungi kepentingan yang lebih besar
daripada membukanya atau sebaliknya.
Dinas Komunikasi dan Informatika Daerah bertugas sebagai Pejabat Pegelola Informasi
Publik (PPID) sesuai Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan
Informasi Publik. PPID adalah pejabat yang bertanggung jawab di bidang penyimpanan,
pendokumentasian, penyediaan,dan/atau pelayanan informasi di badan publik. Tanggung jawab
PPID melakukan koordinasi penyediaan dan pelayanan seluruh Informasi Publik di bawah
penguasaan Badan Publik yang dapat diakses oleh publik. Pasal 8 ayat (3) poin a, menjelaskan
“pengumuman Informasi Publik melalui media yang secara efektif dapat menjangkau seluruh
pemangku kepentingan”. Berikutnya, Pasal 8 ayat (4) menyatakan, dalam hal adanya
permohonan Informasi Publik, PPID bertugas:
a. Mengkooordinasikan pemberian Informasi Publik yang dapat diakses oleh publik dengan
petugas informasi di berbagai unit pelayanan informasi untuk memenuhi permohonan
informasi publik;
b. Melakukan pengujian tentang konsekuensi yang timbul sebagaimana diatur dalam Pasal 19
Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik sebelum menyatakan Informasi Publik
tertentu dikecualikan;
c. Menyertakan alasan tertulis pengecualian Informsi Publik secara jelas dan tegas, dalam hal
permohonan Informasi Publik ditolak;
d. Menghitamkan dan mengaburkan Informasi Publik yang dikecualikan beserta alasannya;
dan
e. Mengembangkan kapasitas pejabat fungsional dan/atau petugas informasi dalam rangka
peningkatan kualitas layanan Informasi Publik.

Minim Keterbukaan informasi Pengelolaan Anggaran Publik


Salah satu jenis informasi yang wajib disediakan secara berkala yaitu ringkasan laporan
keuangan. Sekurang-kurangnya terdiri atas, rencana dan laporan realisasi anggaran, neraca,
laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standard
akuntansi yang berlaku, serta daftar aset dan investasi. Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah mengamanatkan pertanggungjawaban
Keuangan Daerah diwujudkan dalam bentuk laporan keuangan. Ada 3 pilar tata Pengelolaan
Keuangan Daerah yang baik, yaitu transparansi, akuntabilitas, dan pastisipatif. Menarik
mendalami implementasi ketiga pilar tersebut di Kota Malang. Utamanya dalam kajian ini
memfokuskan pada pilar transparansi. Pemaknaan “transparan” berkenaan prinsip keterbukaan
yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-
luasnya tentang keuangan daerah.13
Indikator transparansi yang dipakai dalam kajian ini adalah ketersediaan dan aksesibilitas
informasi. Proses pengumpulan data dan verifikasinya dilakukan dengan menelusuri langsung
website resmi Pemerintah Kabupaten Malang. Ketersediaan informasi berarti dokumen
pengelolaan anggaran tersedia di website resmi pemerintah. Aksesibilitas informasi berarti
dokumen dapat diakses (dibuka dan diunduh) dengan mudah oleh publik. Daftar dokumen
anggaran yang wajib disediakan secara berkala sebagaimana diamanatkan Undang-Undang
Keterbukaan Informasi Publik, ada 5 buah. Masih menggunakan pendekatan pengumpulan data
yang sama, akan ditelusuri di website Pemerintah Kabupaten Malang. Walaupun ada perbedaan
jenis dokumen yang harus dipublikasikan. Namun intinya tetap sama membuka seluas-luasnya
informasi pengelolaan anggaran publik. Berikut hasil penulusuran sebagai bekal perbandingan
antara parameter yang diamanatkan dalam Instruksi Mendagri tentang Peningkatan Transparansi
Anggaran Daerah dengan Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik.
Tabel. Parameter Data Anggaran Termutakhir (UU KIP)
No. Dokumen Anggaran Ketersediaan Aksesibilitas
1. Rencana Kerja Anggaran Tidak tersedia -
2. Laporan Realisasi Anggaran Tidak tersedia. Hanya Diskominfo yang -
tersedia
3. Neraca Tidak tersedia -
4. Laporan Arus Kas dan Tidak tersedia -
Catatan atas Laporan
Keuangan
5. Daftar Aset dan Investasi Tidak tersedia -
Sumber: Diolah MCW, 2020.
Pada kelompok informasi yang wajib disediakan secara berkala yaitu ringkasan laporan
keuangan. Sekurang-kurangnya terdiri atas, rencana dan laporan realisasi anggaran, neraca,
laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standard

13
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keunagan Daerah.
akuntansi yang berlaku, serta daftar asset dan investasi. Dari hasil penelusuran pada website
Pemerintah Kabupaten Malang, dari lima daftar data/dokumen yang diamanatkan wajib
disediakan secara berkala, tidak ada dokumen yang tersedia dan dapat diakses pada tahun 2020
(termutakhir). Menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Malang belum maju selangkah pun
dalam hal implementasi Keterbukaan Informasi Publik, khususnya berkaitan dengan anggaran
yang wajib diumumkan secara berkala. Hak asasi atas informasi publik tidak dipenuhi.
Landasan hukum yang lebih spesifik berpedoman pada Intruksi Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia Nomor:188.52/1797/SJ tentang Peningkatan Transparansi Pengelolaan
Anggaran Daerah. Ada 6 bagian yang wajib disediakan Pemerintah Daerah kabupeten/kota
berdasarkan intruksi mendagri tersebut. Jika dipilah berdasarkan dokumen pengelolaan
anggaran, maka jumlah data termutakhir yang wajib dipublikasikan serjumlah 11 buah.
Selanjutnya dokumen tersebut dipublikasikan secara berkala di website pemerintah daerah
spesifiknya pada menu yang diberi nama “Transparansi Pengelolaan Anggaran Daerah”. Berikut
dipetakan dalam bentuk tabel.

Tabel. Parameter Data Anggaran Termutakhir (Instruksi Mendagri)


No. Dokumen Anggaran Ketersediaan Aksesibilitas
Tahap Perencanaan dan Penganggaran
1. 1
Ringkasan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Tidak tersedia, RKA -
Kerja Perangkat Daerah (RKA SKPD) dan SKPD maupun RKA
2
Ringkasan Rencana Kerja dan Anggaran Pejabat PPKD.
Pengelola Keuangan Daerah (RKA PPKD)
2. 3
Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran Tidak tersedia, -
Pendapatan dan Belanja Daerah (Ranperda Ranperda APBD
APBD) dan 4Rancangan Peraturan Daerah tentang maupun Ranperda
Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja
PAPBD.
Daerah (Ranperda PAPBD) yang disampaikan
Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
3. 5
Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan Perda APBD dan
dan Belanja Daerah (Perda APBD) dan 6Peraturan Perda PAPBD tidak
Daerah tentang Perubahan Anggaran Pendapatan tersedia
dan Belanja Daerah (Perda PAPBD)
Tahap Pelaksanaan
4. 7
Ringkasan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Tidak tersedia. -
Satuan Kerja Pemerintah Daerah (DPA SKPD) Hanya Diskominfo
dan 8Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pejabat
Pengelola Keunagan Daerah (DPA PPKD) yang tersedia
Tahap Pertanggungjawaban (laporan)
5. 9
Laporan Realisasi Anggaran seluruh Satuan Tidak tersedia, LRA -
Kerja Perangkat Daerah (LRA SKPD) dan SKPD maupun LRA
10
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah ( LRA PPKD.
PPKD)
6. 11
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Tidak tersedia. -
yang sudah diaudit dan opini atas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah
Sumber: diolah MCW, 2020.
Dari 11 dokumen anggaran yang ditelusuri, hanya 1 yang tersedia dan dapat diakses (di
upload hingga tahun anggaran berjalan termutakhir) yaitu Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
tahun 2019. Namun hanya LRA Dinas Komunikasi dan Informasi yang tersedia. Padahal jumlah
OPD di Kabupaten Malang ada 46 yang terdiri dari bagian, badan, dan dinas, serta ada 33
kecamatan. Total OPD ada 79. Dari total 79 OPD hanya 1 yang menyediakan LRA. Jika
dipersentasikan hanya 1.2%. Kalaupun keseluruhan dokumen LRA tersedia, jika dipersentasekan
secara total 11 dokumen yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala, maka persentase
tingkat keterbukaan datanya hanya mencapai 9%. Kajian tersebut menunjukkan, alih-alih
pemerintah memprioritaskan kerja pemberantasan korupsi, akses publik terhadap informasi dan
data pun masih belum dipenuhi. Padahal keterbukaan informasi dan data sebagai langkah awal
mewujudkan tata kelola anggaran yang transparan, akuntabel, dan partisipatif.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan masih rendahnya kualitas keterbukaan informasi
dan data pengelolaan anggaran Kota Malang. Pertama, pemaknaan terhadap pentingnya informa
si publik, pertanggungjawaban, dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan anggaran serta pen
yelenggaraan pemerintahan masih lemah. Kedua, Pemkot Malang masih bersikap reaktif daripad
a proaktif dalam membuka informasi, dengan mengandalkan PPID ketika ada pihak yang mengaj
ukan permohonan informasi bukan berinisiatif menyediakan dan mengumumkan informasi. Keti
ga, belum adanya satu pandang dari seluruh OPD mengenai pengaruh signifikan transparansi inf
ormasi dan data terhadap kerja memberangus korupsi. Keempat, rendah dan belum meratanya lit
erasi informasi dan data masyarakat pun Pemkot Malang dalam mengolah data sebagai amunisi
memerangi korupsi. Kelima, belum optimalnya penggunaan e-Government khususnya terkait pen
gelolaan anggaran. Keenam, Komisi Informasi dan Pemerintah Pusat (Kemendagri,
KemenpanRB, Kemenkeu) tidak tegas kepada Pemerintah Daerah untuk menerapkan peraturan
perundang-undangan tentang pentingnya transparansi pengelolaan anggaran publik.
Dalam rangka memperbaiki dan memperkuat penerapan transparansi, akuntabilitas dan
partisipasi publik, kedepan dibutuhkan prioritas penerapan open government (pemerintahan
terbuka). Utamanya dalam pengelolaan anggaran publik. Adanya inisiatif open government
sebagai modal awal menegakkan pilar akuntabilitas dan partisipasi publik. Untuk mendukung
keterbukaan informasi publik dapat mengoptimalkan penggunaan e-Government. Dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2019 tentang Pedoman Penyusunan APBD
Tahun 2020, menjelaskan bahwa, guna mendukung keterbukaan informasi publik, Pemerintah
Daerah menyampaikan data penyerapan realisasi belanja setiap bulannya melalui aplikasi Sistem
Monitoring dan Evaluasi Pengawasan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (SISMONTEPRA).14
Agenda menerapkan keterbukaan pengelolaan anggaran daerah seluas-luasnya kepada
publik sebenarnya memiliki payung hukum yang cukup, bahkan melimpah. Political will (itikad
baik) pemerintah sebagai pemilik diskresi pada konteks ini menjadi kunci. Beberapa landasan
hukum yang menjadi acuan membuka informasi publik yakni, Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik; Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010
tentang Standar Layanan Informasi Publik; Intruksi Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor:188.52/1797/SJ tentang Peningkatan Transparansi Pengelolaan Anggaran Daerah. Masih
terdapat peraturan lainnya yang juga menyinggung pentingnya transparansi.
Konkretnya, Pemerintah daerah Kabupaten Malang semestinya menindaklanjuti Intruksi
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor:188.52/1797/SJ tentang Peningkatan
Transparansi Pengelolaan Anggaran Daerah, sebaik-baiknya. Dengan menyediakan data
anggaran termutakhir, sebagaimana ditetapkan peraturan perundang-undangan di website resmi
pemerintah pada menu konten dengan nama “Transparansi Pengelolaan Anggaran Daerah”. 15
Beberapa daerah sudah mulai mengimplementasikan intruksi mendagri tersebut. Diantaranya
Provinsi Jawa Timur, dan Kabupaten Banyuwangi. MCW mendorong Pemkot Malang untuk

14
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2019 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun 2020.
15
Intruksi Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor:188.52/1797/SJ tentang Peningkatan Transparansi
Pengelolaan Anggaran Daerah
menerapkannya sebagai langkah awal menerapkan transparansi, dan instrument mewujudkan
akuntabilitas dan melibatkan partisipasi publik di Kabupaten Malang.

Gambar. Contoh Website “Trasnparansi Pengelolaan Anggaran Daerah”

Landasan Hukum:
UU KIP
PP 12 Pengelolaan
Keuangan Daerah
Intruksi Mendagri Berdasarkan UU KIP, Dokumen
Peningkatan Transparansi yang wajib disediakan dan
Anggaran Daerah diumumkan secara berkala: RKA,
LRA, Neraca, Laporan Arus Kas
Konten web
Transparansi
PP 12 Pengelolaan Keuangan
Daerah, keterbukaan yang
Transparansi memungkinkan masyarakat
Tersedia untuk mengetahui dan
Pengelolaan Anggaran mendapatkan akses informasi
seluas-luasnya tentang keuangan
daerah.
Aksesibilitas

Monitoring Perubahan
Berdasarkan Instruksi Mendagri,
Kebijakan
Dokumen yang wajib disediakan
dan diumumkan secara berkala di
Website “Transparansi”: RKA
SKPD, RKA PPKD, Ranperda APBD,
Skema Peningkatan Transparasni Anggaran Daerah Ranperda PAPBD, Perda APBD,
Pendidikan Publik: Hearing dgn OPD: Perda PAPBD, DPA SKPD, DPA
1. Diseminasi riset Walkot, PPID, PPKD, LRA SKPD, LRA PPKD, LKPD
2. Konten media Kominfo, BPKAD. Hasil LHP BPK.
sosial

Riset Keterbukaan
Informasi Publik
Akuntabilitas

Peningkatan Transparasni Partisipatif


Anggaran Daerah

Anda mungkin juga menyukai