Informasi
(email: brilliantineyusfa@mail.ugm.ac.id)
Absctract: Public’s freedom to access information from the government is obtained after
The Post-Soeharto era (Reformasi). To implement democracy and give the public their
right to access information, the government established Public Information Openness.
The government’s public relations have a role to provide information and transparency to
the public. This action is done to maintain the government’s positive image, to establish a
good relationship with the public, and to get support from the public. There are still many
who think that the government’s public relations are the government’s propaganda tool
and their performance in implementing Public Information Openness is still not optimal.
tentang bagaimana kerja pemerintah dan apa yang pemerintah telah hasilkan
dari kerja mereka. Dalam tata kelola pemerintahan yang baik (good governance),
dengan baik sebab ada komunikasi yang terjadi di antara pemerintah dan
masyarakat dan tidak ada kegiatan yang dirahasiakan dari masyarakat. Menurut
Tahir dalam Tahir (2012), prinsip transparansi juga membuka kemungkinan bagi
proses dan kemajuan dari suatu program atau aktivitas mereka (p. 2).
(2010) adalah “sebagai suatu seni untuk menciptakan pengertian publik yang
atau organisasi” (p. 2). Tidak hanya untuk menjalin komunikasi dengan
humas juga memiliki tugas untuk membangun citra positif pemerintah. Jika citra
juga merupakan tugas dari humas. Mempertahankan citra positif merupakan hal
yang tentunya tidak mudah, karena jika citra positif tersebut tercoreng sedikit
saja maka akan sulit untuk mengembalikan citra positif tersebut. Di sini lah
mendapat bantuan dari pemerintah (Lubis, 2007, p. 74). Untuk ini pemerintah,
humas pemerintah, dan masyarakat diharapkan dapat saling bekerja sama untuk
pemerintah dalam menjalin relasi yang baik dengan masyarakat dan menjaga
citra positif dari pemerintah. Selain itu juga terdapat pembahasan tentang
yang baik (good governance) dan memanfaatkan jasa humas yang ada. Hal
tersebut dilakukan untuk menjaga citra positif pemerintah dan untuk mejalin
hubungan yang baik antara pemerintah dan masyarakat, sebab selain tugas-
dalam pemerintahan tidak lagi dapat dianggap ringan. Setelah era Reformasi
tahun 1998, maka demokrasi dan kebebasan pers, media massa, dan masyarakat
adalah humas, yang mana menurut Idris (2014) humas memiliki kewajiban
untuk menyediakan informasi kepada masyarakat dan menjamin hak warga atas
efektif (p. 1147). Menurut Sedarmayanti (2007) dalam Sari (2012), “transparansi
adalah tata kelola pemerintahan yang baik akan bersifat transparan terhadap
rakyatnya, baik di tingkat pusat maupun daerah” (p. 724). Selain menurut
“transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap
yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan serta hasil yang dicapai“
(p. 158). Dari kedua pengertian tersebut maka dapat diambil bahwa transparansi
adalah tata kelola pemerintahan yang baik yang memberi akses bagi setiap orang
kesempatan untuk ikut andil dalam pembuatan kebijakan, atau pun memberi
kritik, usul, atau tanggapan terhadap kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan
oleh pemerintah. Press release dari Koalisi untuk Kebebasan Informasi (2008)
dalam Rifai (2008) menyebutkan bahwa sebelum adanya UU KIP dan belum ada
upaya untuk membentuk UU KIP, hak publik atas informasi di Indonesia sangat
minim dan terbatas malah cenderung tertutup (pp. 113-114). Tidak jarang
tersebut.
Schwarzmantel (1994) dalam Retnowati (2012), terdapat tiga ide dasar untuk
wewenang yang diberikan oleh rakyat. Ketiga, Ide Kesamaan, dalam hal
Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) yang disahkan pada 3 April 2008 oleh
DPR RI, yang berlaku efektif mulai tanggal 1 Mei 2010. UU KIP lahir sebab
pribadi dan dan lingkungan sosialnya serta bagian penting dari ketahanan
nasional sesuai dengan Pasal 28F UUD 1945” (Prabowo, Manar, & Adhi, 2014, p.
3).
segala jenis saluran yang tersedia. Melalui pasal ini, untuk memiliki andil dalam
tanggapan, atau kritik dari masyarakat, karena kebijakan publik yang dibuat
bertanggung jawab atas dampak apa saja yang muncul dari kebijakan tersebut.
pengakuan hak masyarakat atas informasi dan bagaimana hak tersebut harus
dipenuhi dan dilindungi oleh negara, bagi masyarakat (p. 10). Sedangkan bagi
dan kepentingan negara yang dilindungi oleh hukum. setiap warga negara
mempunyai hak dan kewajiban yang sama satu sama lain tanpa terkecuali.
pemerintah.
Maka dari itu, peran UU KIP adalah untuk membantu pemerintah untuk
adalah UU KIP merupakan undang-undang pertama yang secara jelas dan tegas
menjamin hak publik akan informasi. Kedua, UU KIP menjadi perangkat hukum
batasan informasi-informasi apa saja yang boleh diakses oleh publik. Keempat,
sesuai dengan tujuan UU KIP, ada suatu keharusan bagi lembaga dan pejabat
negara yang terstruktur dari pusat sampai daerah (Rifai, 2008, pp. 104-105).
Meskipun telah disebutkan bahwa menyebarkan propaganda pemerintah
adalah tugas humas pemerintah pada saat sebelum Reformasi, tapi hal tersebut
dirasa juga masih berlangsung pada saat ini. Dalam Idris (2014), Sunarto (2011)
kritik dari media massa, dan sebagian besar kerjanya adalah mengelola event
pemerintah (p. 1148). Menurut Mariana (2015), yang terjadi selama ini protes dan
berlangsung (p. 220). Sehingga yang terjadi adalah substansi kebijakan hanya
melihat dari perspektif suara mayoritas, padahal yang seharusnya terjadi adalah
kebijakan publik merupakan suatu bentuk konsensus dari seluruh pihak yang
akan terkena dampak dari pemberlakuan kebijakan tersebut. Idris (2014) juga
menyebutkan bahwa cara pandang lama yang memandang bahwa humas adalah
warga negaranya sesuai hukum yang berlaku di negara (Muhshi dalam Muhshi,
kerja sama dengan pihak pers, media cetak atau elektronik (Wahyudi, 2016, p. 4).
Humas memiliki kewajiban untuk menjaga citra positif instansi di mana humas
itu berada, dan citra positif pemerintah terhadap masyarakat akan dapat terlihat
(Wahyudi, 2016, p. 4). Meinanda (2008) dalam jurnal milik Herlina (2015)
psikologis.
martabat mereka.
badan tersebut.
dan persuasif, yang ditujukan kepada publik di luar badan tersebut (p.
496).
Dari tujuan kedua tersebut yaitu tujuan dari humas eksternal, maka
dengan orang di luar instansi hingga terbentuk opini publik yang favorable.
masyarakat setuju dan tidak terjadi masalah dalam pembuatan kebijakan oleh
berkontribusi dan pelaksanaan dari kebijakan tersebut. Jika terjadi masalah dan
positif pemerintah dan membentuk opini masyarakat yang positif pula tentang
pemerintah.
terdapat kesesuaian yang tinggi atara apa yang diinginkan masyarakat dan apa
meskipun tujuan dari UU KIP sudah tertulis dalam UU KIP masih meninggalkan
Mendel (2003) dalam Rifai (2008) menyebutkan ada tiga hal mendasar yang
masih terabaikan (pp. 106-107). Pertama, pemerintah dan pihak terkait belum
terbiasa menunjuk juru bicara yang sangat paham tentang suatu masalah yang
akan disampaikan. Juru bicara harus selalu siap menerima, mengecek, mencerna,
dan menyebarkan berita yang tidak jelas. Ketiga, klarifikasi pejabat terkait atau
yang berwenang tidak lebih dari ritual dan rutinitas tanpa diikuti pengakuan
Selain masih adanya hal yang diabaikan dan belum dilaksanakan oleh
kebijakan publik yang diambil dan ditetapkan oleh seorang pejabat ditanggapai
salah oleh masyarakat. Hal ini terjadi karena informasi yang diterima masyarakat
terkait maksud dan tujuan dari kebijakan tersebut masih kurang, sehingga
penyampaian pesan yang baik serta mudah dimengerti maksud dan tujuannya
oleh masyarakat dan humas harus mampu menghadapinya (Kasmirus, 2013, p.
193).
Kesimpulan
Demokrasi dan kebebasan pers, media massa, dan masyarakat sipil untuk
Reformasi tahun 1998. Pihak yang bertugas untuk memberikan informasi dari
efektif. Namun menjalankan tata pemerintahan yang seperti itu merupakan hal
yang baru dan tantangan baru bagi pemerintah. Sebelum adanya Undang-
minim dan terbatas. Banyak pihak yang menjadi benturan bagi masyarakat
masyarakat atas informasi dan bagaimana hak tersebut harus dipenuhi dan
dilindungi oleh negara, bagi masyarakat dan memiliki peran untuk membantu
masyarakat.
tanggapan, kritik, atau usulan dari masyarakat sebab kebijakan yang dibuat oleh
adalah tugas humas pemerintah pada saat sebelum Reformasi, tapi hal tersebut
dirasa juga masih berlangsung pada saat ini. Saat ini humas pemerintah masih
menerima kritik dari media massa, dan sebagian besar kerjanya adalah
yang berlaku di negara. Humas memiliki kewajiban untuk menjaga citra positif
instansi di mana humas itu berada, dan citra positif pemerintah terhadap
masyarakat akan dapat terlihat dengan terjalinnya hubungan yang baik antara
opini publik yang baik dan menguntungkan, yaitu baik dan menguntungkan
bagi pemerintah. Masih sering ditemui masalah yaitu kebijakan publik yang
diambil dan ditetapkan oleh seorang pejabat ditanggapai salah oleh masyarakat.
Hal ini terjadi karena informasi yang diterima masyarakat terkait maksud dan
tujuan dari kebijakan tersebut masih kurang, sehingga penyampaian pesan yang
baik serta mudah dimengerti maksud dan tujuannya oleh masyarakat dan humas
Daftar Pustaka
Herlina, S. (2015). Strategi komunikasi humas dalam membentuk citra
pemerintahan di kota malang. JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
dari http://e-journals.unmul.ac.id
https://media.neliti.com
59-70. doi.org/10.19184/ejlh.v5i1.7284
(Antara das sein dan das sollen). Perspektif, 17(1), 54-61. Diakses dari
jurnal-perspektif.org
https://media.neliti.com
Saddu, C. (2016). Hak masyarakat dan badan publik atas keterbukaan informasi
publik. Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion, 4(1), 1-11. Diakses dari
http://jurnal.untad.ac.id
http://repository.ung.ac.id