Anda di halaman 1dari 5

TRANSPARANSI DAN KEPENTINGAN UMUM

Teori transparansi

Transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses pemerintahan,
lembaga-lembaga, dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan
informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dapat dipantau. Untuk lebih
memahami transparansi, berikut akan dijabarkan definisi transparansi, yaitu :
Menurut Andrianto (2007), “Transparansi adalah keterbukaan secara sungguh-sungguh,
menyeluruh, dan memberi tempat bagi partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam
proses pengelolaan sumber daya publik.” Sedangkan menurut tokoh lain seperti Mardiasmo
dalam Kristianten (2006:45), “Transparansi adalah keterbukaan pemerintah dalam memberikan
informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak yang
membutuhkan yaitu masyarakat.”
Agus Dwiyanto (2006:80) mendefinisikan transparansi sebagai “penyediaan informasi
tentang pemerintahan bagi publik dan dijaminnya kemudahan di dalam memperoleh informasi-
informasi yang akurat dan memadai.” Agus Dwiyanto juga mengemukakan tiga indikator yang
dapat digunakan untuk mengukur tingkat transparansi penyelenggaraan pemerintahan, yakni :
1. Mengukur tingkat keterbukaan proses penyelenggaraan pelayanan publik. Persyaratan, biaya,
waktu dan prosedur yang ditempuh harus dipublikasikan secara terbuka dan mudah diketahui
oleh yang membutuhkan, serta berusaha menjelaskan alasannya.
2. Merujuk pada seberapa mudah peraturan dan prosedur pelayanan dapat dipahami oleh
pengguna dan stakeholders yang lain. Aturan dan prosedur tersebut bersifat “simple,
straightforward and easy to apply” (sederhana, langsung dan mudah diterapkan) untuk
mengurangi perbedaan dalam interpretasi.
3. Kemudahan memperoleh informasi mengenai berbagai aspek penyelenggaraan pelayanan
publik. Informasi tersebut bebas didapat dan siap tersedia (freely dan readily available).
Prinsip transparansi pemerintahan paling tidak dapat diukur melalui sejumlah indikator,
diantaranya yaitu :
a. Adanya sistem keterbukaan dan standarisasi yang jelas dan mudah dipahami dari semua
proses-proses penyelenggaraan pemerintahan.
b. Adanya mekanisme yang memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan publik tentang proses-proses
dalam penyelenggaraan pemerintahan.
c. Adanya mekanisme pelaporan maupun penyebaran informasi penyimpangan tindakan aparat
publik di dalam kegiatan penyelenggaraan pemerintahan.
Dari pengertian diatas menjelaskan bahwa transparansi tidak hanya sekedar menyediakan
informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, namun harus disertai dengan kemudahan bagi
masyarakat untuk memperoleh informasi tersebut. Dari ketiga definisi diatas, dapat disimpulkan
bahwa transparansi adalah kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh dan mengakses
informasi yang dibutuhkan, transparansi diperlukan guna menunjang kinerja pemerintah, dimana
transparansi akan berpengaruh pada kepercayaan terhadap apa yang dilakukan pemerintah
(kebijakan). Sehingga pemerintah akan leluasa dalam menjalankan tugas dan fungsinya selagi
tidak memberatkan masyarakat.

Kepentingan Umum

Kepentingan umum dalam hal ini sangat berkaitan dengan salah satu asas/prinsip yang
terdapat dalam penyelenggaraan negara yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun
1999 (Good Governance), yakni Asas Kepentingan Umum. Asas kepentingan umum adalah asas
yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara aspiratif, akomodatif, dan selektif.
Kepentingan publik merupakan bagian dan arah dari misi organisasai, karena kinerja
organisasi itu sendiri berorientasi pada pelayanan kepada publik. Dalam organisasi publik, sulit
untuk ditemukan alat ukur kinerja yang sesuai. Bila dikaji dari tujuan dan misi utama kehadiran
organisasi publik adalah untuk memenuhi kebutuhan dan melindungi kepentingan publik,
kelihatannya sederhana sekali ukuran kinerja organisasi publik, namun tidaklah demikian
kenyataannya, karena hingga kini belum ditemukan kesepakatan tentang ukuran kinerja
organisasi publik. Salah satu kesulitan yang dihadapi organisasi dalam mengukur kinerja dalam
pelayanan kepentingan public dijelaskan oleh Dwiyanto (1995: 1), “kesulitan dalam pengukuran
kinerja organisasi pelayanan publik sebagian muncul karena tujuan dan misi organisasi publik
seringkali bukan hanya kabur akan tetapi juga bersifat multidimensional. Organisasi publik
memiliki stakeholders yang jauh lebih banyak dan kompleks ketimbang organisasi swasta.
KETERKAITAN TRANSPARANSI DAN KEPENTINGAN UMUM

Telah dikemukakan pada paragraf diatas, bahwa transparansi merupakan tonggak yang
diperlukan dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah. Transparansi menjadi sebuah
pencapaian yang sangat diidamkan oleh setiap lapisan masyarakat dan stakeholders sebagai
sebuah langkah untuk dapat mengontrol kinerja pemerintah dan kebijakan publik yang dibuat.
Dimana transparansi tersebut akan memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap semua
aspek, seperti akuntabilitas, kapabilitas, responsibilitas, dan sebagainya.
Sebagaimana kita tahu, bahwa masyarakat maupun stakeholders memegang peranan
penting dalam mendukung kegiatan transparansi tersebut agar berjalan lancar dan efektif. Salah
satu bentuk keterkaitan antara transparansi dengan kepentingan umum ialah mengenai informasi
publik. Informasi publik telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik. Didalamnya terdapat pengertian mengenai informasi publik,
yakni keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan
pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disaj
ikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi secara elektronik ataupun nonelektronik.
Didalam Undang-Undang tersebut juga terdapat sebuah komisi yang menaungi
permasalahan yang berkaitan dengan keterbukaan informasi publik. Sudah sangat jelas apabila
pemerintah sudah bersungguh-sungguh untuk melaksanakan transparansi, khususnya dalam
informasi publik sebagai ranah masyarakat untuk dapat mengontrol apa yang dilakukan
pemerintah.
Jikalau menilik berdasarkan sejarah di masa lampau, kita dapat membandingkan bentuk
transparansi yang ada di masa Orde Baru dan masa Reformasi, dimana selama masa
pemerintahan Orde Baru, keterbukaan untuk memperoleh informasi sangat dibatasi pemerintah.
Bahkan, beberapa media yang sangat kritis dan lugas dalam menyajikan informasi dengan sangat
mudah dibekukan pemerintah. Dengan alasan kerahasiaan, pemerintah Orde Baru banyak
mengotrol berbagai informasi yang akan keluar dan diterima masyarakat sehingga sangat wajar
apabila informasi yang akan disajikan media harus melewati pengawasan yang ketat. Hal ini
tentunya dimaksudkan agar tidak terjadi gejolak perlawanan di dalam masyarakat.
Tertutupnya pintu untuk memperoleh informasi juga sangat berdampak negatif pada
lemahnya jaminan kepastian hukum dan perlindungan HAM bagi masyarakat, pemerintahan pun
pada akhirnya menjadi pemerintahan yang otoriter sehingga sangat wajar apabila berbagai
kalangan berpendapat bahwa pada masa Orde Baru banyak sekali terjadi kasus penculikan
aktivis yang sangat vokal mengkritisi kebijakan pemerintah. Dengan mengatasnamakan
keamanan dan rahasia negara, pemerintah Orde Baru juga telah menafsirkan sifat kerahasiaan
negara demi kepentingan dan keberlangsungan kekuasaannya sehingga mengakibatkan banyak
pihak yang menjadi khawatir dengan setiap tindakan dan ucapan mereka karena selalu diintai.
Jatuhnya tampuk kekuasaan Orde Baru telah membuka harapan bagi kehidupan
bernegara yang lebih demokratis, dan keterbukaan pemerintah terhadap masyarakat menjadi
salah satu tuntutan dalam agenda perjuangan reformasi. Keterbukaan pemerintah kepada
masyarakat merupakan suatu hal yang memang sudah selayaknya dilakukan sejak dahulu sebab
Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi, sebuah negara demokrasi yang lahir
dari kedaulatan rakyat sehingga kedaulatan sepenuhnya berada di tangan rakyat. Oleh karena itu,
pemerintah wajib bersikap transparan kepada rakyatnya.
Dalam hal ini, transparansi informasi publik mampu memiliki manfaat yang sangat besar,
dimana kita tahu bentuk transparansi di sektor pemerintahan sangat dibutuhkan. Manfaat
transparansi informasi publik diantaranya adalah :
1. Publik yang lebih banyak mendapat informasi dapat berpartisipasi lebih baik dalam proses
demokrasi;
2. Parlemen, pers dan publik harus dapat dengan wajar mengikuti dan meneliti tindakan-
tindakan pemerintah; kerahasiaan adalah hambatan terbesar pada pertanggung jawaban
pemerintah;
3. Pegawai pemerintahan mengambil keputusan-keputusan penting yang berdampak pada
kepentingan publik; dan agar bertanggung jawab pemerintah harus menyediakan informasi
yang lengkap mengenai apa yang dikerjakan;
4. Arus informasi yang lebih baik menghasilkan pemerintahan yang efektif dan membantu
pengembangan yang lebih fleksibel;
5. Kerjasama antara publik dan pemerintah akan semakin erat karena informasi yang semakin
banyak tersedia.

Selain manfaat diatas, ternyata transparansi memiliki dampak yang lebih luas lagi, yakni
untuk mewujudkan Good Governance. Perwujudan kepemerintahan yang baik (good
governance) yang sasaran pokoknya adalah terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang:
professional, berkepastian hukum, transparan, akuntabel, memiliki kredibilitas, bersih dan bebas
KKN; peka dan tanggap terhadap segenap kepentingan dan aspirasi yang didasari etika,
semangat pelayanan, dan pertanggungjawaban publik; dan integritas pengabdian dalam
mengemban misi perjuangan bangsa untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan bernegara
(Mustopadidjaja, 2003).

Transparansi adalah keterbukaan pemerintahan dalam membuat kebijakan-kebijakan,


sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh DPR dan masyarakat. Transparansi pada akhirnya
akan menciptakan horizontal accountabilility antara pemerintah dengan masyarakat. Ini akan
menciptakan pemerintahan yang bersih, efektif, efisien, akuntabel, dan responsive terhadap
aspirasi dan kepentingan masyarakat.

Keterbukaan pemerintahan merupakan syarat mutlak bagi suatu pemerintahan yang


efisien. Keterbukaan mengandung makna bahwa setiap orang mengetahui proses pengambilan
keputusan oleh pemerintah. Dengan mengetahui memungkinkan masyarakat itu memikirkan dan
pada akhirnya ikut memutus. Ada tiga unsur utama keterbukaan pemerintah yang memungkinkan
peran serta masyarakat: mengetahui proses pengambilan keputusan rancangan rencana
(meeweten); memikirkan bersama pemerintah mengenai keputusan/rancangan rencana yang
dilakukan pemerintah (meedenken); dan memutuskan bersama pemerintah (meebelissen).

Anda mungkin juga menyukai