Oleh :
Kurniawan Yulio Manori
NIM : H0A120015
Dosen Pengampu :
Dr. Rike Setiawati, S.E., M.M
Konsep Smart City dianggap sebagai solusi dalam menghadapi masalah perkotaan
seperti kegiatan pembangunan infrastruktur, kemacetan, keamanan masyarakat sampai pada
memberikan pelayanan yang baik pada masyarakat. Saat ini, konsep Smart City merupakan
konsep yang banyak diadopsi oleh kota/kabupaten yang ada di Indonesia,
Smart City sebagai salah satu bentuk inovasi kebijakan terbaru oleh pemerintah
dilatar belakangi dengan keadaan Indonesia yang memiliki tingkat urbanisasi masyarakat dari
desa ke kota yang cukup tinggi tiap tahunnya, hal ini mengakibatkan timbulnya ketimpangan
perkembangan jumlah penduduk yang tinggal di kota. Smart City (Kota Cerdas) menjadi
solusi permasalahan perkotaan. Pasalnya, mengacu sebagaimana yang dilansir oleh Badan
Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2018 bahwa sekitar diatas 55 % penduduk merupakan
penduduk kawasan urban atau atau tinggal di kota dimana derajat urbanisasi yakni sekitar 2,5
% tiap tahunnya, sehingga pemerintah dapat memproyeksikan di tahun 2035 kondisi
demografi dapat pada tingkatan 66% yang tinggal di wilayah perkotaan.1 Data BPS
menunjukkan bahwa kawasan perkotaan mempunyai daya tarik masyarakat tersendiri yang
menimbulkan berubahnya struktur tata guna lahan pada kawasan perkotaan .
1. Topik yang akan di teliti adalah peran SDM terhadap konsep smart city di kota jambi
2. Untuk mencari tau , seberapa besar peran sdm , kualitas sdm dan peran pemerintah
terhadap smart city
3. Alasannya Karena saya merasa bahwa dengan kemajuan teknologi ini masih kurang
nya SDM untuk mengoperasikannya , sedangkan teknologi semakin berkembang
Tinjauan Pustaka
Kesimpulan :
Kesimpulan :
Para pamong desa dan masyarakat belum sepenuhnya memahami tentang keunggulan
potensial dan daya saing desanya. Dengan adanya pemahaman tentang keunggulan
potensial pada desa sukamanah dapat menumbuhkan sikap peduli akan kemajuan
serta perkembangan desa yang selama ini menjadi wilayah tempat tinggal dan
mengembangkan usaha mereka agar selalu maju dan unggul pada potensi sumber
Daya yang ada dan memiliki daya saing
Variabel : penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif,Jenis data yang digunakan yaitu
data yang berbentuk teks dan data yang berbentuk kata-kata
Hasil : ingin merubah kota magelang menjadi smart city , dengan memanfaatkan teknologi
yang sedang berkembang sekarang , salah satunya menggunakan E - Governance (
Penggunaan teknologi informasi dan Komunikasi ) dengan tujuan untuk
mempermudah masyarakat mengetahui informasi dan pelayanan publik . Smart city
adalah konsep perencanaan kota dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang akan
membuat hidup yang lebih mudah dan sehat dengan tingkat efisiensi dan efektivitas
yang tinggi. Smart city didefinisikan juga sebagai kota yang mampu menggunakan sumber
daya manusia, modal sosial, dan infrastruktur telekomunikasi modern untuk mewujudkan
pertumbuhan ekonomi berkelanjutan daya yang bijaksana melalui pemerintahan
berbasis partisipasi masyarakat. untuk mencapai adanya smart city dibutuhkan kerja
sama antara masyarakat dengan pemerintah , dimana untuk menggunakan teknologi
sekarang tentunya di butuhkan SDM yang memungkinkan , dengan adanya pelatihan
Teknologi , komputer dll . Pemerintah Kota Magelang memberikan informasi kepada
masyarakat yang lebih luas serta mensosialisasikan bahwa telah adanya bentuk
pelayanan melalui teknologi informasi, karena masih banyak masyarakat yang belum
mengetahui program tersebut. Contoh dari penerapan konsep cerdas ekonomi yaitu
Kota Magelang telah meraih predikat sebagai Kota cerdas ekonomi dalam
penghargaan Indeks Kota Cerdas Indonesia (IKCI) 2015. Indikator dari kota cerdas
ekonomi sendiri yaitu kelengkapan sarana ekonomi, penurunan kemiskinan,
peningkatan kegiatan industri, sumber daya alam, serta SDM dan tingkat pendidikannya
Kesimpulan :
Variabel :Penelitian ini menggunakan metode teori dasar (grounded theory) dan deskriptif,
dengan teknik pengumpulan data sekunder dari hasil observasi dan studi pustaka dari
berbagai obyek yang berkaitan dengan penelitian ini.
Hasil : Pada era globalisasi dan digital saat ini, pelayanan informasi yang cepat, tepat dan
akurat sangat diperlukan. Karena masyarakat sekarang adalah masyarakat yang butuh
akan informasi, di mana ruang dan waktu bukanlah penghalang untuk mendapatkan
segala informasi yang dibutuhkan. Smart City adalah penerapan konsep kota cerdas
dengan pemanfaatan teknologi dan komunikasi untuk mewujudkan pelayanan
masyarakat yang lebih baik. Konsep Smart City juga akan meningkatkan partisipasi
masyarakat dan pemerintahan dalam memanfaatkan data aplikasi, memberikan
masukan maupun kritikan secara mudah. Konsep Kota Cerdas (Smart City) yang
menjadi isu besar di kota-kota besar di seluruh dunia mendorong peran aktif dan
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kota menggunakan pendekatan citizen
centric sehingga terjadi interaksi yang lebih dinamis dan erat antara warga dengan
penyedia layanan, dalam hal ini adalah Pemerintah Daerah. Empat pilar pembangunan
smart city meliputi; Pilar pertama adalah people (pengguna) temasuk karakter dan
akhlak, ketaatan terhadap kebijakan (compliance), Pilar kedua adalah mekanisme dan
standar pelayanan, termasuk pola hubungan antar stakeholder, mekanisme integrasi
layanan publik dan data. Pilar ketiga adalah infrastructure ICT, untuk
mengintegrasikan pelayanan dan data (informasi) untuk men-drive semua akses online,
media automatisasi seperti infrastrukur jaringan, broadband, data center/cloud, data sharing
platform/big data, aplikasi, cctv, dan sebagainya. Pilar keempat adalah struktur
kelembagaan smart city untuk melakukan analisator, integrator, evaluator, serta
menyelaraskan IT Governance dengan bisnis proses. Kelembagaan smart city akan
mengawal keberlanjutan program pembangunan yang telah diinisiasi pemerintah
daerah. Kinerja pemerintah dalam melayani masyarakat menjadi semakin meningkat
dan memuaskan. Seiring dengan perkembangan globalisasi, aktor dalam hubungan
internasional bukan lagi hanya negara akan tetapi semua komponen masyarakat dapat
menjadi aktor hubungan internasional tidak terkecuali pemerintah daerah/kota. Peran
pemerintah kota sebagai aktor subnasional semakin didorong dan dititikberatkan pada
kemampuan dalam menjalin kerjasama internasional. Kerjasama internasional yang
dilakukan oleh pemerintah daerah/kota seperti kerjasama sister city (kota kembar).
Kesimpulan :
5. Novi Iftiyani / 2019 / Pengaruh Teknologi Smart City Terhadap Kinerja Aparatur
PemerintahKotaAdministrasiJakartaUtara/http://journal.ibmasmi.ac.id/index.php/JSI/a
rticle/view/389/280
Variabel : Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi, regresi
linier dengan sumber data primer dari warga masyarakat yang berkunjung serta butuh
pelayanan di kantor walikota pemkot administrasi Jakarta Utara
Hasil : Tujuan penelitian ini secara keseluruhan untuk mengetahui deskripsi teknologi smart
city dan deskripsi kinerja aparatur pemkot administrasi Jakarta Utara sertaPengaruh
Teknologi Smart City Terhadap Kinerja Aparatur Pemerintah Kota Administrasi
Jakarta Utara. Smart City merupakan hasil dari pengembangan pengetahuan yang
intensif dan strategi kreatif dalam peningkatan kualitas sosial-ekonomi, ekologi, daya
kompetitif kota. Pengaruh Teknologi Smart City Terhadap Kinerja Aparatur
Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Utara 52 Kemunculan Smart City merupakan
hasil dari gabungan modal sumber daya manusia (contohnya angkatan kerja terdidik),
modal infrastruktur (contohnya fasilitas komunikasi yang berteknologi tinggi), modal
sosial (contohnya jaringan komunitas yang terbuka) dan modal entrepreuneurial
(contohnya aktifitas bisnis kreatif). Pemerintahan yang kuat dan dapat dipercaya
disertai dengan orangorang yang kreatif dan berpikiran terbuka akan meningkatkan
produktifitas lokal dan mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu kota (Kourtit &
Nijkamp, 2012). Sedangkan yang dimaksud kinerja atau performance adalah hasil
kerja oleh pegawai di Pemkot Administrasi Jakarta Utara dilihat pada aspek moral dan etika
dan kerja sama dengan tidak melanggar hukum untuk mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan oleh organisasi.
Kesimpulan :